Anda di halaman 1dari 9

Pengertian dan Jenis Sedimentasi

Posted by Rizki Puji Saturday, 19 July 2014 0 comments

Kali ini kita membahas tentang pengertian pengendapan (sedimentasi) dan jenis-jenis
pengendapan (pengendapan oleh air sungai, pengendapan oleh air
laut, pengendapan oleh angin dan pengendapan oleh gletser)

Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh air,

angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan. Semua batuan hasil

pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi batuan

sedimen. Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda.

Berikut adalah ciri bentang lahan akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga

pengangkutnya.

a) Pengendapan oleh air sungai

Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil

pengendapan oleh air, antara lain meander, oxbow lake, tanggul alam, dan delta.

(1) Meander

Meander, merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk karena adanya

pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada

bagian hulu, volume airnya kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya

sungai mulai menghindari penghalang dan mencari jalan yang paling mudah dilewati.

Sementara, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan.

Pada bagian tengah, yang wilayahnya datar maka aliran airnya lambat, sehingga

membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian dalam

maupun tepi luar. Di bagian sungai yang aliranya cepat, akan terjadi pengikisan,
sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya, akan terjadi pengendapan.

Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus akan membentuk meander.

(2) Oxbow lake

Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, sebab pengikisan dan

pengendapan terjadi secara terus-menerus. Proses pengendapan yang terjadi secara

terus menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran

sungai, sehingga terbentuk oxbow lake, atau disebut juga sungai mati.

(3) Delta

Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut, kecepatan alirannya

menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan

diendapkan, sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air.

Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-lapisan sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan


sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya

dan membentuk delta.

Pembentukan delta harus memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa

oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus di sepanjang

pantai tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah

delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.

(4) Tanggul alam

Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya terjadi

banjir dan air meluap hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-bahan yang

terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu

dataran di tepi sungai.


Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya tepi

sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu

disebut tanggul sungai. Selain itu, juga terdapat tanggul pantai sebagai hasil dari

proses pengendapan oleh laut. Kedua tanggul tersebut merupakan tanggul alam,

karena proses terbentuknya berlangsung alami hasil pengerjaan alam

b) Pengendapan oleh air laut

Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air

laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut,

antara lain pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai.


Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas

material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung

pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.

Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan

arah, maka arus pantai akan tetap mengangkut material material ke laut yang dalam.

Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah

sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi

material itu disebut spit. Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang.

Kadang-kadang spit terbentuk melewati teluk dan membetuk penghalang pantai

(barrier beach). Apabila di sekitar split terdapat pulau maka spit tersambung dengan

daratan, sehingga membentuk tombolo.

c) Pengendapan oleh angin

Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil

pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pasir terjadi

akibat akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin

mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap, sehingga

terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.


d) Pengendapan oleh gletser

Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glacial. Bentang alam hasil

pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U.

Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni

lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di

lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.

Mushroom/pedestal Rock
Mushroom Rock ini terbentuk di daerah yang kering. proses pembentukannya disebabkan
oleh angin atau disebut proses Eolian. Angin membawa material pasir yang berukuran kecil
kemudian mengikis batu yang lebih besar, proses ini dinamakan Deflasi.Nah, karena material
batuan yang terletak di bagian atas lebih keras daripada material batuan yang di bawah, maka
material batuan yan di bawah lebih mudah tergerus. Dengan demikian menghasilkan tiang
tegak seperti batang jamur.Mushroom Rock seperti gambar di atas biasanya terjadi di daerah
yang kering (arid) seperti gurun. Di daerah pantai, Mushroom Rock juga dapat terjadi, tapi
tenaganya bukan dihasilkan oleh angin melainkan oleh tenaga ombak atau disebut proses
Marin.
SATUAN BENTUKLAHAN BERDASARKAN PROSES PEMBENTUKANNYA

Dilihat dari genesisnya (kontrol utama pembentuknya), bentuk lahan dapat dibedakan
menjadi:

1. Bentuklahan Asal Struktural


Bentuklahan asal proses struktural ini terbentuk karena adanya tenaga endogen yang
mendorong lempeng samudra menunjam lempeng benua. Bentuklahan struktural terbentuk karena
adanya proses endogen atau proses tektonik, yang berupa pengangkatan, pelipatan, dan
pensesaran. Gaya (tektonik) ini bersifat konstruktif (membangun), dan pada awalnya hampir semua
bentuk lahan muka bumi ini dibentuk oleh kontrol struktural.

Pada awalnya struktural antiklin akan memberikan kenampakan cekung, dan struktural
horizontal nampak datar. Umumnya, suatu bentuk lahan struktural masih dapat dikenali, jika
penyebaran struktural geologinya dapat dicerminkan dari penyebaran reliefnya.

2. Bentuklahan Asal Vulkanik


Vulkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma yang
bergerak naik ke permukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi berbagai bentuk lahan yang secara
umum disebut bentuk lahan vulkanik.
Umumnya suatu bentuk lahan vulkanik pada suatu wilayah kompleks gunung api lebih ditekankan
pada aspek yang menyangkut aktifitas kegunungapian, seperti : kepundan, kerucut semburan,
medan-medan lahar, dan sebagainya. Tetapi ada juga beberapa bentukan yang berada terpisah dari
kompleks gunung api misalnya dikes, slock, dan sebagainya.

3. Bentuklahan Asal Denudasional


Proses denudasional (penelanjangan) merupakan kesatuan dari proses pelapukan gerakan
tanah erosi dan kemudian diakhiri proses pengendapan. Semua proses pada batuan baik secara fisik
maupun kimia dan biologi sehingga batuan menjadi desintegrasi dan dekomposisi. Batuan yang
lapuk menjadi soil yang berupa fragmen, kemudian oleh aktifitas erosi soil dan abrasi, tersangkut ke
daerah yang lebih landai menuju lereng yang kemudian terendapkan.
Pada bentuk lahan asal denudasional, maka parameter utamanya adalah erosi atau tingkat. Derajat
erosi ditentukan oleh : jenis batuannya, vegetasi, dan relief.

4. Bentuklahan Asal Fluvial


Bentuklahan asal proses fluvial terbentuk akibat aktivitas aliran sungai yang berupa
pengikisan, pengangkutan dan pengendapan (sedimentasi) membentuk bentukan-bentukan
deposisional yang berupa bentangan dataran alluvial dan bentukan lain dengan struktur horisontal,
tersusun oleh material sedimen berbutir halus. Bentukan-bentukan ini terutama berhubungan
dengan daerah-daerah penimbunan seperti lembah-lembah sungai besar dan dataran aluvial.
Bentukan-bentukan kecil yang mungkin terjadi antara lain dataran banjir, tanggul alam, teras sungai,
dataran berawa, gosong sungai, dan kipas aluvial. Asosiasi antara proses fluvial dengan marin kadang
membentuk delta di muara sungai yang relatif tenang.

5. Bentuklahan Asal Marin


Geomorfologi asal marin merupakan bentuklahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses
perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin dangkal
laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam
laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai.

Aktifitas marin yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan
terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marin berada di kawasan pesisir yang
terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marin dapat mencapai puluhan kilometer ke arah darat,
tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi,
sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Proses
lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa
gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun.

7. Bentuklahan Asal Glasial


Bentukan ini tidak berkembang di Indonesia yang beriklim tropis ini, kecuali sedikit di Puncak
Gunung Jaya Wijaya, Irian. Bentuklahan asal glasial dihasilkan oleh aktifitas es/gletser yang
menghasilkan suatu bentang alam.

Gletser atau glasier atau glesyer adalah sebuah bongkahan es yang besar yang terbentuk di
atas permukaan tanah yang merupakan akumulasi endapan salju yang membatu selama kurun
waktu yang lama. Bongkahan es ini dapat berupa wilayah daratan yang sangat luas. Gletser terjadi
dimulai pada lereng pergunungan yang berbentuk cekungan yang di sebut dengan sirka (cirque).
Gletser terbentuk ketika salju segar turun, setelah mengendap udara yang terperangkap di antara
serpihan salju terdorong keluar sehingga terjadi keping salju padat yang di sebut dengan firn. Saat
salju semakin banyak turun di puncak pegunungan, firn akan terpadatkan menjadi es gletser.

8. Bentuklahan Asal Eolian


Gerakan udara atau angin dapat membentuk medan yang khas dan berbeda dari bentukan
proses lainnya. Endapan angin terbentuk oleh pengikisan, pengangkatan, dan pengendapan material
lepas oleh angin. Endapan angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu
(loess).

Medan eolian dapat terbentuk jika memenuhi syarat-syarat seperti berikut :

Tersedia material berukuran pasir halus-halus sampai debu dalam jumlah banyak.
Adanya periode kering yang panjang disertai angin yang mampu mengangkut dan mengendapkan
bahan tersebut.
Gerakan angin tidak terhalang oleh vegetasi atau obyek lainnya.
9. Bentuklahan Asal Solusional
Bentuklahan solusioal adalah bentuklahan yang terbentuk akibat proses pelarutan batuan
yang terjadi pada daerah berbatuan karbonat tertentu. Bentuklahan yang berkembang pada satuan
ini sangat dipengaruhi oleh karakteristik litologi dan kondisi iklimnya. Tidak semua batuan karbonat
terbentuk topografi kars, walaupun faktor selain batuannya sama. Beberapa syarat untuk dapat
berkembangnya topografi kars sebagai akibat dari proses pelarutan adalah sebagai berikut :

Terdapat batuan yang mudah larut, yaitu batu gamping ataupun dolomite
Batu gamping dengan kemurnian tinggi
Mempunyai lapisan batuan yang tebal
Banyak terdapat diaklas/retakan

9. Bentuklahan Asal Organik


Bentuklahan asal organik merupakan suatu bentukan yang terjadi di dalam lingkungan laut
oleh aktivitas organisme endapan batu gamping cangkang dengan struktur tegar yang tahan
terhadap pengaruh gelombang laut pada ekosistem bahari.

Bentuklahan asal organik adalah bentuklahan yang secara alamiah terbentuk dari proses
kegiatan makhluk hidup, contohnya adalah bentuklahan terumbu karang (coral reefs). Terumbu
karang adalah masa endapan kapur (limestone/CaCO3) dimana endapan kapur ini terbentuk dari
hasil sekresi biota laut pensekresi kapur (coral/karang).

Stalakmit dan Stalaktit


Oleh Indra (1001719), Pendidikan Geografi UPI 2010 B

Stalaktit dan Stalakmit adalah bentuk alam khas daerah Karst. Stalaktit dan Stalakmit terbentuk akibat
dari proses pelarutan air di daerah kapur yang berlangsung secara terus menerus. Air yang larut di
daerah karst akan masuk kelubang-lubang (doline) kemudian turun ke gua dan menetes-netes dari atap
gua ke dasar gua. Tetesan-tetesan air ini lama-lama berubah jadi batuan yang bentuknya runcing-
runcing seperti tetesan air. Stalaktit adalah batu yang terbentuk di atap gua, bentuknya meruncing
kebawah, sedangkan stalakmit adalah batu yang terbentuk di dasar gua bentuknya meruncing keatas.

Anda mungkin juga menyukai