Anda di halaman 1dari 34

TUGAS PENGENDALIAN PROSES-B

FINAL REPORT

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:


1. ARIF ADI NUGROHO 14/363332/TK/41469
2. ANDITA VICTOR BAYU N. 14/363306/TK/41451
3. TRI AYU LESTARI 14/363312/TK/41454

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
A. LATAR BELAKANG
1. Kasus A (Continous Water Heater)
Water heater merupakan sebuah alat yang hampir ada di setiap
rumah untuk memanaskan air yang digunakan untuk berbagai keperluan.
Tidak hanya di dalam rumah, di lingkup industry pun dikenal juga water
heater. Dalam penggunaannya, water heater dapat diatur suhu air keluar
yang diinginkan.
Dalam sistem water heater, ada air input yang bersuhu tinggi, dan ada
steam yang digunakan untuk memanaskan dengan suhu tinggi. Untuk
menaikkan suhu air keluar water heater, maka laju steam harus dinaikkan
dan begitu sebaliknya apabila ingin suhu yang lebih rendah.
Oleh karena itu, akan ada beberapa variable yaitu:
a. Laju air masuk
b. Laju air keluar
c. Laju steam masuk
d. Laju steam keluar
e. Suhu air masuk
f. Suhu air keluar
g. Suhu steam masuk
h. Suhu steam keluar

2. Kasus B (Continous Stirred Tank Reaktor Isothermal)


Pada kasus ini, RATB atau SCTR merupakan alat pokok yang kita
temukan di industri kimia. RATB biasa digunakan untuk mengubah suatu zat
A menjadi B dan biasanya dalam kondisi cair. Dalam proses reaksinya
terkadang ada beberapa gangguan yang menyebabkan konsentrasi keluar zat
yang diinginkan berubah. Misalnya dikarenakan laju zat reaktan berubah.
Dikarenakan isothermal maka disini suhu tidak berpengaruh.
Oleh karena itu, akan ada beberapa variable yang berpengaruh:
a. Konsentrasi reaktan masuk
b. Laju zat masuk
c. Konversi
d. Konsentrasi zat yang diinginkan keluar
e. Laju zat keluar

3. Kasus C (Continous Stirred Tank Reaktor Non Isothermal)


Pada kasus ini, RATB atau SCTR merupakan alat pokok yang kita
temukan di industri kimia. RATB biasa digunakan untuk mengubah suatu zat
A menjadi B dan biasanya dalam kondisi cair. Dalam proses reaksinya
terkadang ada beberapa gangguan yang menyebabkan konsentrasi keluar zat
yang diinginkan berubah. Misalnya dikarenakan laju zat reaktan berubah.
Dikarenakan reaktor non-isothermal, maka suhu juga akan berpengaruh
dalam reaksi. Dignakan cooling water untuk meendinginkan reaktor.
Oleh karena itu, akan ada beberapa variable yang berpengaruh:
a. Konsentrasi reaktan masuk
b. Laju zat masuk
c. Konversi
d. Konsentrasi zat yang diinginkan keluar
e. Laju zat keluar
f. Laju cooling water
g. Suhu cooling water

B. TUJUAN
1. Kasus A
Pada kasus ini, bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari laju air
masuk dan laju steam masuk terhadap suhu air keluar dan pengendalian
proses apa yang sebaiknya digunakan. Serta bagaimana berbagai macam
pengendali bekerja
2. Kasus B
Pada kasus ini, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara laju
masuk zat reaktan terhadap konsentrasi keluar zat yang diinginkan. Serta
bagaimana berbagai macam pengendali bekerja
3. Kasus C
Pada kasus ini, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara laju
masuk zat reaktan terhadap konsentrasi keluar zat yang diinginkan,
megetahui hubungan antara suhu reactor terhadap waktu karena reaksi yang
digunakan reaksi eksotermis dan hubungan antara suhu reactor dengan laju
pendingin. Serta bagaimana berbagai macam pengendali bekerja

C. METODOLOGI

Menyusun Persamaan
1. Kasus A

Neraca Massa Total di Water Heater



. Fin . Fout = . A.
. .
=
.
Neraca Panas air di Water Heater
[. . (). ( ) + ] [. . (). ( )]
(. )
= . (). .

Dengan asumsi q konstan,
= ( )

[. . (). ( ) + ] [. . (). (
)]
() ()
= . (). . + . (). .


. . . ( ) ( ) ( )
=

Transformasi Laplace

Neraca Massa
.
=


= ( . ). Fin + (Fungsi 1)*.h + (Fungsi 1) *.


Tin+ (Fungsi1)*. Ts

1
A = 1. Fin + (- . alpha. (h*)-1/2).h
2
1
A. h. S + . alpha. (h*)-1/2).h = Fin
2

h = 1
.+ alpha.()1/2 .
2
1
h= Fin dimana K = 1
+1 alpha.()1/2
2


z= 1
alpha.()1/2
2
Neraca Panas

= . . . ( ) ( ) ( )


= . . . ( ) ( ) ( )


= (fungsi2)* Fin + (fungsi2).h + (fungsi2).Ts + (fungsi2).Ts

1
= . . . ( ) + ( . . . . . 12 . (2) ) . + . +


(. . ( ) . . . ( ) .


+ (. . + + . . ( ). = . . . ( ) +

1
1
(. . ( ). (2) +
2
1
1 ( )

( . . . . . . 2 ) . +
2
. + . . .
T(S + Fout + . + UA + . (Fin. Alpha. . )) = . . . ( ) +
1
1
(. . ( ). (2) +
2
1
1
( . . . . . . (2) ) . +
2
. + . . .

T=
1 1
1 ( ) 1 ( )
. . .( )+(. .( ). 2 +( ... .. . 2 ). + . + .. .
2 2

(S + Fout + . + UA + . (Fin.Alpha.. ))
.
T= .+1 . + +1 + +1 + +1 Tin

Dimana

( )
Kfin = . . Fout + . + UA + . (Fin.Alpha..
1 1
1 ( ) 1 ( )
. .( ). 2 +( ... .. . 2 )
2 2
Kh = Fout + . + UA + . (Fin.Alpha..

KTs =
Fout + . + UA + . (Fin.Alpha..
..
KTin = Fout + . + UA + . (Fin.Alpha..
A .. .
Z = Fout + . + UA + . (Fin.Alpha..
DIAGRAM BLOK
Ts Kts
Zs +1

Tin Ktin
Zs +1

T'
Kh
Zs +1

Kfin
Zs +1
Fin
Kfin1 h
Zs +1

2. Kasus B

Reaksi : A 2B (reaksi elementer)


1. Neraca Massa Total di RATB

Fin. Fout . = A. .


= (1)

2. Neraca Massa A di RATB


(. )
Fa. Cain Fout. Ca ra. A. h = A.
()
Fa. Cain Fout. Ca ra. A. h = A. Ca. +


.

= (2)

3. Neraca Massa B di RATB



+ () = ( ) = ( )


+ 2 = +


+2

= (3)

Transformasi Laplace

Neraca Massa
.
=


. = . . . . . . . ( . 0.5 )


. = (3) (3) (3)


(3)

1
. + + . . + . ( . 2 ). )

1
1
= .

+ ( . ).
(. . + 2. . 2 . . )
1
. . . + + . . + . ( . 2 ).
1
1
= .

+ ( . ). (. . + 2. . 2 . . )

" = + +
+ 1 + 1 + 1

Dimana

( .)
Kfin = 1
+.. +.( . 2 )


KCain = 1
+.. +.( . 2 )

1

..+12.. 2 ..
Kh = 1
+.. +.( . 2 )
.
Z = 1
Fout + +.. +.( . 2 )

Kh1
Z1.s +1
Kfin
Z.s +1 h
Fin Kh2
Kfin1 Z2.s +1
Z2.s +1
Ca
Kfin2
Z2.s +1 Kca2
Z2.s +1

Cain Kcain1
Z1.s +1
Kcain2
Z2.s +1

Cb

3. Kasus C

A 2B (reaksi elementer)
Fao
FaoX
Fao(1-X) 2Fao. X

1. Neraca massa total dalam tangki:



=


= (1)

2. Neraca massa A dalam tangki:

() = ( ) = ( ) (2)

= +




= (3)

3. Neraca massa B dalam tangki:



+ () = ( ) = ( )


+ 2 = +


+2

= (4)

4. Neraca panas dalam tangki:
( ) ( ) +

2 = ( )

Dengan asumsi:
- q konstan
= ( )
- Cp konstan
- konstan

Maka,
( ) ( ) +
( ) 2

= +


=


() ()+()2

(5)

Neraca Massa
.
=


. = . . . . . . . ( . 0.5 )



. = (3) (3) (3)


(3)

1
. + + . . + . ( . 2 ). )

1
1
= .

+ ( . ).
(. . + 2. . 2 . . )
1
. . . + + . . + . ( . 2 ).
1
1
= .

+ ( . ). (. . + 2. . 2 . . )

" = + +
+ 1 + 1 + 1
Neraca Panas

= . . . ( ) ( ) ( )


= . . . ( ) ( ) ( )


= (fungsi2)* Fin + (fungsi2).h + (fungsi2).Ts + (fungsi2).Ts

1
= . . . ( ) + ( . . . . . 12 . (2) ) . + . +


(. . ( ) . . . ( ) .

+ (. . + + . . ( ). = . . . ( ) +

1
1
(. . ( ). (2) +
2
1
1
( . . . . . . (2) ) . +
2
. + . . .
T(S + Fout + . + UA + . (Fin. Alpha. . )) = . . . ( ) +
1
1
(. . ( ). (2) +
2
1
1 ( )
( . . . . . . 2 ) . +
2
. + . . .

T=
1 1
1 ( ) 1 ( )
. . .( )+(. .( ). 2 +( ... .. . 2 ). + . + .. .
2 2

(S + Fout + . + UA + . (Fin.Alpha.. ))
.
T= .+1 . + +1 + +1 + +1 Tin + +1 Ca + Cb
+1
Kh1
Kcain2 Kcain2
Z1.s +1
Kfin Z2.s +1 Z2.s +1
Z.s +1 h
Fin Kh2
Kfin1 Z2.s +1
Z2.s +1
Ca
Kfin2
Z2.s +1 Kca2
Z2.s +1
Kcain2
Z2.s +1
Cain Kcain1
Z1.s +1 Kcain2
Kcain2 Z2.s +1
Kcain2
Z2.s +1
Z2.s +1 Tout
Kcain2
Z2.s +1

Ktin1 Cb
Z1.s +1 Kcain2
Z2.s +1
Ktin1
Z1.s +1
Tin Ktin1
Z1.s +1

D. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Kasus A

Simulasi dilakukan pada continuous water heater dengan terjadinya


gangguan pada
a. Suhu Umpan, pada waktu 0 sampai 32 detik Suhu umpan
sebesar 30 oC dan terjadi kenaikan suhu umpan menjadi 40
oC pada waktu 33 sampai 62 detik dan kembali semula

menjadi 30 oC
b. Laju Umpan, pada waktu 0 sampai 100 detik laju umpan
sebesar 15 m3/detik kemudian terjadi kenaikan laju
menjadi 16 m3/detik hingga detik ke 150 dan mengalami
penurunan kembali menjadi 14 m3/detik pada detik 151
1) Sistem tanpa system pengendali

Dapat dilihat bahwa kenaikan suhu umpan membuat suhu cairan


di dalam water heater naik tajam (detik 32) dan penurunan suhu
umpan mengakibatkan penurunan suhu cairan dalam water
heater (detik 62).
Pada Kenaikan laju umpan, suhu dari cairan juga naik dilihat pada
detik 150
Ketinggian Cairan tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu umpan
(detik 32 dan detik 62)
Ketinggian Cairan dipengaruhi oleh perubahan laju umpan yaitu
pada waktu 100 detik dan 150 detik
2) Sistem dengan Pengendali P

3) Sistem dengan Pengendali PI


4) Sistem dengan Pengendali PID
5) Sistem Pengendali PID lengkap dengan Simulink
- Pengaruh Ketinggian Fungsi Waktu

- Pengaruh Suhu Cairan Fungsi Waktu

2. Kasus B

Simulasi dilakukan pada CSTR Isothermal dengan terjadinya gangguan


pada
a. Konsentrasi Umpan, pada waktu 0 sampai 32 detik Suhu
umpan sebesar 30 oC dan terjadi kenaikan suhu umpan
menjadi 40 oC pada waktu 33 sampai 62 detik dan kembali
semula menjadi 40 oC
b. Laju Umpan, pada waktu 0 sampai 100 detik laju umpan
sebesar 45 m3/detik kemudian terjadi kenaikan laju
menjadi 47 m3/detik hingga detik ke 150 dan mengalami
penurunan kembali menjadi 46 m3/detik pada detik 151
1) Sistem tanpa Pengendali

Konsentrasi A dalam reaktor yang awalnya mengalami penurunan


karena terjadi reaksi pada detik ke 22 mengalami kenaikan karena
terjadi gangguan pada konsentrasi umpan dan kembali mengalami
penurunan tajam saat terjadi penurunan konsentrasi umpan
Konsentrasi A dalam reaktor mengalami sedikit perubahan pola
ketika terjadi perubahan laju umpan pada detik 100 dan 150

Ketinggian Cairan tidak dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi


umpan (detik 32 dan detik 62)
Ketinggian Cairan dipengaruhi oleh perubahan laju umpan yaitu
pada waktu 100 detik dan 150 detik
Konsentrasi B dalam reaktor yang awalnya mengalami kenaikan
karena terjadi reaksi. Pada detik ke 22 mengalami perubahan pola
karena terjadi gangguan pada konsentrasi umpan dan kembali
mengalami penurunan tajam saat terjadi penurunan konsentrasi
umpan
Konsentrasi B dalam reaktor mengalami sedikit perubahan pola
ketika terjadi perubahan laju umpan pada detik 100 dan 150
2) Sistem dengan Pengendali Proposional
3) Sistem dengan Pengendali Proposional Integral
4) Sistem dengan Pengendali Proposional Integral Deviati
3. Kasus C

Simulasi dilakukan pada CSTR Non-Isothermal dengan terjadinya


gangguan pada
a. Konsentrasi Umpan, pada waktu 0 sampai 32 detik Suhu
umpan sebesar 30 oC dan terjadi kenaikan suhu umpan
menjadi 40 oC pada waktu 33 sampai 62 detik dan kembali
semula menjadi 40 oC
b. Laju Umpan, pada waktu 0 sampai 100 detik laju umpan
sebesar 45 m3/detik kemudian terjadi kenaikan laju
menjadi 47 m3/detik hingga detik ke 150 dan mengalami
penurunan kembali menjadi 46 m3/detik pada detik 151
c. Suhu Umpan, pada waktu 0 sampai 200 detik Suhu umpan
sebesar 30 oC dan terjadi kenaikan suhu umpan menjadi 40
oC pada waktu 201 sampai 250 detik dan kembali semula

menjadi 31 oC

1) Sistem tanpa Pengendali


Konsentrasi A dalam reaktor yang awalnya mengalami
penurunan karena terjadi reaksi pada detik ke 22 mengalami
kenaikan karena terjadi gangguan pada konsentrasi umpan dan
kembali mengalami penurunan tajam saat terjadi penurunan
konsentrasi umpan
Konsentrasi A dalam reaktor mengalami sedikit perubahan
pola ketika terjadi perubahan laju umpan pada detik 100 dan
150
Konsentrasi A dalam reaktor mengalami sedikit perubahan
pola ketika terjadi perubahan suhu umpan pada detik 200 dan
250.
Ketinggian Cairan tidak dipengaruhi oleh perubahan
konsentrasi umpan (detik 32 dan detik 62)
Ketinggian Cairan dipengaruhi oleh perubahan laju umpan
yaitu pada waktu 100 detik dan 150 detik
Ketinggian Cairan tidak terpengaruhi oleh perubahan suhu
umpan
Konsentrasi B dalam reaktor yang awalnya mengalami
kenaikan karena terjadi reaksi. Pada detik ke 22 mengalami
perubahan pola karena terjadi gangguan pada konsentrasi
umpan dan kembali mengalami penurunan tajam saat terjadi
penurunan konsentrasi umpan
Konsentrasi B dalam reaktor mengalami sedikit perubahan
pola ketika terjadi perubahan laju umpan pada detik 100 dan
150
Konsentrasi B dalam reaktor mengalami sedikit perubahan
pola ketika terjadi perubahan suhu pada detik ke 200 dan 250
Dapat dilihat bahwa kenaikan suhu umpan membuat suhu cairan
di dalam CSTR naik tajam (detik 200) dan penurunan suhu umpan
mengakibatkan penurunan suhu cairan dalam CSTR (detik 250).
Laju Umpan juga cukup merubah suhu dari cairan dalam reaktor
Konsentrasi dalam umpan mengalami gangguan tidak terlalu
berpengaruh pada suhu cairan dikarenakan dHreaksi yang kecil

2) Sistem dengan Pengendali Proposional


3) Sistem dengan Pengendali Proposional Integral
4) Sistem dengan Pengendali PID
E. KESIMPULAN
1. Kasus A
Suhu dalam Water Heater dipengaruhi oleh perubhan laju umpan
dan suhu umpan
Ketinggian dalam Water Heater dipengaruhi oleh perubahan laju
umpan dan tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu umpan
Suhu Cairan dapat dikendalikan dengan mudah menggunakan
ketiga system kendali dengan respon yang relative cepat
2. Kasus B
Konsentrasi Produk dan Reaktan dalam CSTR isothemal
dipengaruhi oleh perubahan laju umpan dan konsentrasi umpan
Ketinggian dalam CSTR isothermal dipengaruhi oleh perubahan laju
umpan dan tidak dipengaruhi oleh perubhan konsentrasi umpan
Konsentrasi Ca sulit untuk dapat dikendalikan menggunakan ketiga
system kendali dengan respon yang relative cepat sehingga lebih
memilih untuk mengendalikan ketinggian dengan demikian
konsentrasi juga ikut terkendalikan

3. Kasus C
Konsentrasi Produk dan Reaktan dalam CSTR non isothemal
dipengaruhi oleh perubahan laju umpan dan konsentrasi umpan
dan suhu umpan
Suhu Cairan dalam Reaktor dipengaruhi oleh perubahan
Konsentrasi umpan, suhu umpan dan laju umpan
Ketinggian dalam CSTR isothermal dipengaruhi oleh perubahan
laju umpan dan tidak dipengaruhi oleh konsentrasi umpan dan
suhu umpan
Pada kasus ini, suhu cairan dikendalikan agar konsentrasi produk
setabil dikarenakan tidak terjadi perubahan laju reaksi.
4. Pengendali Proposional
Mengalami offset dengan titik set point
5. Pengendali Proposional Integral
Dapat menghilangkan offset yang dialami pengendali proposional
6. Pengendali Proposional Integral Deviatif
Dapat mengurangi amplitude penyimpangan
F. LAMPIRAN
1. Kasus A

Main Program

function dalproskasus1
clc
clear
rho = 1000; % kg/m3
cp = 4200 ;%joule/s/g
UAmax = 50000000 ;%Joule/s
Tc = 100;
D = 5; %m
h0 = 10; %m
A = 2*22/7*(D/2)^(0.5); %m2
alpha = 10;
Tset = 40;
K1 = 10;
K2 = 0.3;
j =1;
Data = zeros(201,3);
Data(:,1) = 0:1:200;
Data(1:33,2) = 30;
Data(26:63,2) = 70;
Data(63:201,2) =30;
Data(1:101,3) = 15;
Data(101:151,3) = 16;
Data(151:201,3) = 14;
c = 1;
y(c,:) = [40;2.25;0];
Konstanta = [0.000001 0 0;0.1 0 0;0.011 0.03 0;0.011 0.03 0.009];
for i=1:4
K1 = Konstanta(i,1);
K2 = Konstanta(i,2);
K3 = Konstanta(i,3);
t = linspace(0,200,2000);
dt = t(2)-t(1);
for c=1:length(t)-1
k1=funkasus1rkdalpros(t,y(c,:),c,j,K1,K2,K3,Data,A,rho...
,cp,UAmax,Tc,alpha,D,Tset)*dt;

k2=funkasus1rkdalpros(t+dt/2,y(c,:)+k1'./2,c,j,K1,K2,K3,Data,A,rho...
,cp,UAmax,Tc,alpha,D,Tset)*dt;

k3=funkasus1rkdalpros(t+dt/2,y(c,:)+[k2./2]',c,j,K1,K2,K3,Data,A,rho.
..
,cp,UAmax,Tc,alpha,D,Tset)*dt;
k4=funkasus1rkdalpros(t+dt,y(c,:)+k3',c,j,K1,K2,K3,Data,A,rho...
,cp,UAmax,Tc,alpha,D,Tset)*dt;
dy=1/6.*(k1+ 2.*k2 +2.*k3+k4);
y(c,:);
y(c+1,:)=y(c,:)+dy';
end
figure(i)
subplot(4,1,1)
plot(Data(:,1),Data(:,2))
title('Grafik Hubungan Suhu Umpan dengan waktu (s)')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Flowrate,mol/s')
grid on
axis([0 200 25 73])
subplot(4,1,2)
plot(Data(:,1),Data(:,3))
grid on
axis([0 200 12 18])
title('Grafik Hubungan Flowrate dengan waktu (s)')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Flowrate,mol/s')
subplot(4,1,4)
plot(t,y(:,1))
title('Grafik Hubungan Suhu (\circC) dengan waktu (s)')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Suhu,\circC')
grid on
axis([0 200 25 75])
subplot(4,1,3)
plot(t,y(:,2))
title('Grafik Hubungan Ketinggian Cairan pada Reaktor terhadap
waktu')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Ketinggian, m')
grid on
end
end

Called Program

function dydt = funkasus1rkdalpros(t,y,c,j,K1,K2,K3,Data,A,rho...


,cp,UAmax,Tc,alpha,D,Tset)
Tin = interp1(Data(:,1),Data(:,2),t);
Fin = interp1(Data(:,1),Data(:,3),t);
T = y(1);
h = y(2);
erint = y(3);
error(c) = Tset-T;
if c == 1
derdt = 0;
elseif c == length(t)-1
derdt = (error(c-1)-error(c))/(t(c)-t(c-1));
else
derdt = (error(c)-error(c-1))/((t(c)-t(c-1)));
end
p = 0.2 + K1.*error(c)+K2.*erint+K3*derdt;
UA = p*UAmax;
%Neraca Massa Total
dhdt = (Fin(c)-alpha*h^(0.5))/A;
%Neraca Panas Cairan dalam Tangki
dTdt = ((Fin(c)*(Tin(c)-25)+UA*(Tc-T)/rho/cp)-alpha*h^(0.5)*(T-25)-
A*T*dhdt)./A./h;
derintdt = 1/K1*(p-0.2-K2*erint-K3*derdt);
dydt = [dTdt;dhdt;derintdt];
end

SIMULINK BLOK DIAGRAM

2. Kasus B
Main Program

function dalproskasus2
clc
clear
FinMAx = 6000 ; %m3/s
rho = 1000; %kg/m3
cpin = 3; %joule/g/s
cpout = 3; %joule/g/s
k = 0.01; %men-1
cp = 3; %joule/g/s
Q = 140; %Joule/s
K1 = 0.03;
K2 = 0.04;
D = 10; %m
h0 = 20; %m
A = 2*22/7*(D/2)^(0.5);
alpha = 45;
hset = 100;
Data = zeros(201,3);
Data(:,1) = 0:1:200;
%Gangguan PAda Konsentrasi Masuk
Data(1:33,2) = 0.38;
Data(26:63,2) = 0.38;
Data(63:201,2) =0.38;
%Gangguan Pada Fin
Data(1:101,3) = 450;
Data(101:151,3) =570;
Data(151:201,3) = 460;
c = 1;
y(c,:) = [0.3685;100;0;0];
Konstanta = [0.0000001 0 0;0.03 0 0;0.03 0.030 0;0.011 0.03 0.009];
for i=1:4
K1 = Konstanta(i,1);
K2 = Konstanta(i,2);
K3 = Konstanta(i,3);
t = linspace(0,200,2000);
dt = t(2)-t(1);
for c=1:length(t)-1
k1=funkasus2rkdalpros(t,y(c,:),c,j,K1,K2,K3,Data,A,rho...
,cp,alpha,D,hset,k)*dt;

k2=funkasus2rkdalpros(t+dt/2,y(c,:)+k1'./2,c,j,K1,K2,K3,Data,A,rho...
,cp,alpha,D,hset,k)*dt;

k3=funkasus2rkdalpros(t+dt/2,y(c,:)+[k2./2]',c,j,K1,K2,K3,Data,A,rho.
..
,cp,alpha,D,hset,k)*dt;
k4=funkasus2rkdalpros(t+dt,y(c,:)+k3',c,j,K1,K2,K3,Data,A,rho...
,cp,alpha,D,hset,k)*dt;
dy=1/6.*(k1+ 2.*k2 +2.*k3+k4);
y(c,:);
y(c+1,:)=y(c,:)+dy';
end
%Penyelesain
figure(i)
subplot(4,1,3)
plot(t,y(:,1))
title('Grafik Hubungan Konsentrasi A dengan waktu (s)')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Konsentrasi A, mol/m3')
grid on
subplot(4,1,2)
plot(t,y(:,2))
title('Grafik Hubungan Ketinggian Cairan pada Reaktor terhadap
waktu')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Ketinggian, m')
grid on
subplot(4,1,1)
plot(Data(:,1),Data(:,3))
grid on
axis([0 200 400 600])
title('Grafik Hubungan Flowrate dengan waktu (s)')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Flowrate,mol/s')
subplot(4,1,4)
plot(t,y(:,3))
title('Grafik Hubungan Konsentrasi B dengan waktu (s)')
xlabel('Waktu,s')
grid on
ylabel('Konsentrasi B, mol/m3')
end
Called Program

function dydt = funkasus2rkdalpros(t,y,c,j,K1,K2,K3,Data,A,rho...


,cp,alpha,D,hset,k)
Cain = interp1(Data(:,1),Data(:,2),t);
Fin = interp1(Data(:,1),Data(:,3),t);
Ca = y(1);
h = y(2);
Cb = y(3);
error(c) = h-hset;
erint = y(4);
if c == 1
derdt = 0;
elseif c == length(t)-1
derdt = (error(c-1)-error(c))/(t(c)-t(c-1));
else
derdt = (error(c)-error(c-1))/((t(c)-t(c-1)));
end
p = 0.7 + K1.*error(c)+K2.*erint+K3*derdt;
alph = p*alpha;
%Neraca Massa Total
dhdt = (Fin(c)-alph*h^(0.5))/A;
%Neraca Massa A di reaktor
dCadt = ((Fin(c)*Cain(c)-alph*h^(0.5)*Ca-k*Ca*A*h)-A*Ca*dhdt)/A/h;
%Neraca Massa B di reaktor
dCbdt = (2*k*Ca*A*h-alph*h^0.5*Cb-A*Cb*dhdt)/A/h;
derintdt = 1/K1*(p-0.7-K2*erint-K3*derdt);
dydt=[dCadt;dhdt;dCbdt;derintdt];
end

3. Kasus C
Main Program

function dalproskasus3
clc
clear
rho = 1000; %kg/m3
cpin = 3; %joule/g/s
cpout = 3; %joule/g/s
cp = 3; %joule/g/s
UAmax = 1450000; %Joule/s
dHreaksi= 1000;
Tc = 45;
D = 10; %m
h0 = 20; %m
A = 2*22/7*(D/2)^(0.5);
alpha = 10;
Tset = 40;
K1 = 0.1;
K2 = 0.3;
Data = zeros(301,4);
Data(:,1) = 0:1:300;
%Gangguan Pada Konsentrasi A input
Data(1:33,2) = 0.4;
Data(26:63,2) = 0.6;
Data(63:301,2) =0.4;
%Gangguan Pada Fin
Data(1:101,3) = 42;
Data(101:151,3) = 50;
Data(151:301,3) = 44;
%Gangguan Pada Suhu Masuk
Data(1:201,4) = 30;
Data(201:251,4) = 70;
Data(251:301,4) = 31;
%Penyelesaian
c = 1;
y(c,:) = [0.5;20;0;39;0];
Konstanta = [0.0000001 0 0;0.04 0 0;0.041 0.3 0;0.041 0.3 0.009];
for i=1:4
K1 = Konstanta(i,1);
K2 = Konstanta(i,2);
K3 = Konstanta(i,3);
t = linspace(0,200,2000);
dt = t(2)-t(1);
for c=1:length(t)-1
k1=funkasus3rkdalpros(t,y(c,:),c,j,dHreaksi,Data,A,rho,cpin...
,cpout,cp,UAmax,Tc,alpha,D,Tset,K1,K2,K3)*dt;

k2=funkasus3rkdalpros(t+dt/2,y(c,:)+k1'./2,c,j,dHreaksi,Data,A,rho,cp
in...
,cpout,cp,UAmax,Tc,alpha,D,Tset,K1,K2,K3)*dt;

k3=funkasus3rkdalpros(t+dt/2,y(c,:)+[k2./2]',c,j,dHreaksi,Data,A,rho,
cpin...
,cpout,cp,UAmax,Tc,alpha,D,Tset,K1,K2,K3)*dt;

k4=funkasus3rkdalpros(t+dt,y(c,:)+k3',c,j,dHreaksi,Data,A,rho,cpin...
,cpout,cp,UAmax,Tc,alpha,D,Tset,K1,K2,K3)*dt;
dy=1/6.*(k1+ 2.*k2 +2.*k3+k4);
y(c,:);
y(c+1,:)=y(c,:)+dy';
end
figure(i)
subplot(3,1,1)
plot(Data(:,1),Data(:,4))
title('Grafik Hubungan Suhu Umpan dengan waktu (s)')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Flowrate,mol/s')
grid on
axis([0 300 25 73])
subplot(3,1,2)
plot(Data(:,1),Data(:,3))
grid on
axis([0 300 40 60])
title('Grafik Hubungan Flowrate dengan waktu (s)')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Flowrate,mol/s')
subplot(3,1,3)
plot(t,y(:,1))
title('Grafik Hubungan Konsentrasi A dengan waktu (s)')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Konsentrasi A, mol/m3')
figure(i+4)
subplot(3,1,1)
plot(t,y(:,2))
title('Grafik Hubungan Ketinggian Cairan pada Reaktor terhadap
waktu')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Ketinggian, m')
subplot(3,1,2)
plot(t,y(:,3))
title('Grafik Hubungan Konsentrasi B dengan waktu (s)')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Konsentrasi B, mol/m3')
subplot(3,1,3)
plot(t,y(:,4))
title('Grafik Hubungan Suhu (\circC) dengan waktu (s)')
xlabel('Waktu,s')
ylabel('Suhu,\circC')
end

Called Program

function dydt =
funkasus3rkdalpros(t,y,c,j,dHreaksi,Data,A,rho,cpin...
,cpout,cp,UAmax,Tc,alpha,D,Tset,K1,K2,K3)
Cain = interp1(Data(:,1),Data(:,2),t);
Fin = interp1(Data(:,1),Data(:,3),t);
Tin = interp1(Data(:,1),Data(:,4),t);
Ca = y(1);
h = y(2);
Cb = y(3);
T = y(4);
error(c) = -T+Tset;
if c == 1
derdt = 0;
elseif c == length(t)-1
derdt = (error(c-1)-error(c))/(t(c)-t(c-1));
else
derdt = (error(c)-error(c-1))/((t(c)-t(c-1)));
end
erint = y(5);
p = 0.7 + K1.*error(c)+K2.*erint+K3*derdt;
UA = p*UAmax;
%Neraca Massa Total
dhdt = (Fin(c)-alpha*h^(0.5))/A;
V = h*A;
k=2*exp(-7000/8.314/(T+273));
%Neraca Massa A di reaktor
dCadt = ((Fin(c)*Cain(c)-alpha*h^(0.5)*Ca-k*Ca*A*h)-A*Ca*dhdt)/A/h;
%Neraca Massa B di reaktor
dCbdt = (2*k*Ca*A*h-alpha*h^0.5*Cb-A*Cb*dhdt)/A/h;
%Neraca Panas Cairan di reaktor
dTdt = (((Fin(c)*(Tin(c)-25)+UA*(Tc-T)/rho/cp))-(alpha*h^0.5*(T-
25)+A*T*dhdt+dHreaksi))/(A*h);
derintdt = 1/K1*(p-0.7-K2*erint-K3*derdt);
dydt=[dCadt;dhdt;dCbdt;dTdt;derintdt];
end

Anda mungkin juga menyukai