Anda di halaman 1dari 14

RUMAH TERAPI ALFINA

Jumat, 20 April 2012

contoh LP dan ASKEP pd klien dengan batu


ginjal
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN BATU GINJAL

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN BATU GINJAL

KONSEP MEDIS

Pengertian
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman
Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu
saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke
saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra
yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).

Insidens dan Etiologi


Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak
dijumpai batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi
status gizi dan mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia
adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran
urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang
masih belum terungkap (idiopatik)
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran
kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.

Faktor intrinsik, meliputi:


1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

Faktor ekstrinsik, meliputi:


1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).

Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih


Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah:
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk
batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan
mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu
dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin
dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.

Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat,
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin.
Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha
pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.

Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak
ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu
kalsium adalah:
1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi
karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif),
gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria
renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti
pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai
pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat
seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau
terutama bayam.
3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam
urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu
kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan
kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium
sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan
hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi
atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi
dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan
kalsium ddengan oksalat.

Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini
dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan
mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa
ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk
batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.

Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami
oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan
urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi
protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6,
volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.

Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas
dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam
saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan
kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal)

Batu Saluran Kemih

Gambaran Klinik dan Diagnosis

Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan penyulit yang
telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-
vertebra, teraba ginjal pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-tanda gagal
ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didaptkan demam/menggigil.
Pemeriksaan sedimen urine menunjukan adanya lekosit, hematuria dan dijumpai kristal-
kristal pembentuk batu. Pemeriksaan kultur urine mungkin menunjukkan adanya adanya
pertumbuhan kuman pemecah urea.
Pemeriksaan faal ginjal bertujuan mencari kemungkinan terjadinya penurunan fungsi ginjal
dan untuk mempersipkan pasien menjalani pemeriksaan foto PIV. Perlu juga diperiksa kadar
elektrolit yang diduga sebagai penyebab timbulnya batu salran kemih (kadar kalsium,
oksalat, fosfat maupun urat dalam darah dan urine).
Pembuatan foto polos abdomen bertujuan melihat kemungkinan adanya batu radio-opak dan
paling sering dijumpai di atara jenis batu lain. Batu asam urat bersifat non opak (radio-lusen).
Pemeriksaan pieolografi intra vena (PIV) bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi
ginjal. Selain itu PIV dapat mendeteksi adanya batu semi opak atau batu non opak yang
tidak tampak pada foto polos abdomen.
Ultrasongrafi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan PIV seperti pada
keadaan alergi zat kontras, faal ginjal menurun dan pada pregnansi. Pemeriksaan ini dapat
menilai adanya batu di ginjal atau buli-buli (tampak sebagai echoic shadow), hidronefrosis,
pionefrosis atau pengkerutan ginjal.

Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar
tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan pada batu
saluran kemih adalah telah terjadinya obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat
dikeluarkan melalui prosedur medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan
endo-urologi, bedah laparoskopi atau pembedahan terbuka.

Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalahupaya mencegah
timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau
kambuh >50% dalam 10 tahun.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat.
Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per
hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa

Beberapa diet yang dianjurkan


untuk untuk mengurangi kekambuhan
adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam.
2. Rendah oksalat
3. Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria
4. Rendah purin
5. Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II

FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:


Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu
dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama)

2. Sirkulasi
Tanda:
- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

3. Eliminasi
Gejala:
- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
- Penrunan volume urine
- Rasa terbakar, dorongan berkemih
- Diare
Tanda:
- Oliguria, hematuria, piouria
- Perubahan pola berkemih

4. Makanan dan cairan:


Gejala:
- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
- Muntah

5. Nyeri dan kenyamanan:


Gejala:
- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu
(batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

6. Keamanan:
Gejala:
- Penggunaan alkohol
- Demam/menggigil

7. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,
ISK kronis
- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatiroidisme
- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.

1. Tes Diagnostik
Lihat konsep medis.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan,
edema dan iskemia seluler.
2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal
dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf
abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif,
kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan
iskemia seluler.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri Membantu evaluasi tempat obstruksi dan
(skala 1-10) dan penyebarannya. kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul
Perhatiakn tanda non verbal seperti: sering menyebar ke punggung, lipat paha,
peningkatan TD dan DN, gelisah, genitalia sehubungan dengan proksimitas
meringis, merintih, menggelepar. pleksus saraf dan pembuluh darah yang
menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan
hebat dapat menimbulkan gelisah,
takut/cemas.
2. Jelaskan penyebab nyeri dan Melaporkan nyeri secara dini memberikan
pentingnya melaporkan kepada staf kesempatan pemberian analgesi pada
perawatan setiap perubahan waktu yang tepat dan membantu
karakteristik nyeri yang terjadi. meningkatkan kemampuan koping klien
dalam menurunkan ansietas.

3. Lakukan tindakan yang mendukung Meningkatkan relaksasi dan menurunkan


kenyamanan (seperti masase ketegangan otot.
ringan/kompres hangat pada
punggung, lingkungan yang tenang)

4. Bantu/dorong pernapasan dalam, Mengalihkan perhatian dan membantu


bimbingan imajinasi dan aktivitas relaksasi otot.
terapeutik.

5. Batu/dorong peningkatan aktivitas Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat


(ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai meningkatkan lewatnya batu, mencegah
asupan cairan sedikitnya 3-4 liter stasis urine dan mencegah pembentukan
perhari dalam batas toleransi jantung. batu selanjutnya.

6. Perhatikan peningkatan/menetapnya Obstruksi lengkap ureter dapat


keluhan nyeri abdomen. menyebabkan perforasi dan
ekstravasasiurine ke dalam area perrenal,
hal ini merupakan kedaruratan bedah akut.

7. Kolaborasi pemberian obat sesuai


program terapi:
- Analgetik Analgetik (gol. narkotik) biasanya
diberikan selama episode akut untuk
menurunkan kolik ureter dan
meningkatkan relaksasi otot/mental.
- Antispasmodik Menurunkan refleks spasme, dapat
menurunkan kolik dan nyeri.

- Kortikosteroid Mungkin digunakan untuk menurunkan


edema jaringan untuk membantu gerakan
batu.

8. Pertahankan patensi kateter urine bila Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan


diperlukan. risiko peningkatan tekanan ginjal dan
infeksi.

Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Awasi asupan dan haluaran, Memberikan informasi tentang fungsi
karakteristik urine, catat adanya ginjal dan adanya komplikasi. Penemuan
keluaran batu. batu memungkinkan identifikasi tipe batu
dan mempengaruhi pilihan terapi
2. Tentukan pola berkemih normal klien Batu saluran kemih dapat menyebabkan
dan perhatikan variasi yang terjadi. peningkatan eksitabilitas saraf sehingga
menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih
segera. Biasanya frekuensi dan urgensi
meningkat bila batu mendekati pertemuan
uretrovesikal.
3. Dorong peningkatan asupan cairan. Peningkatan hidrasi dapat membilas
bakteri, darah, debris dan membantu
lewatnya batu.
4. Observasi perubahan status mental, Akumulasi sisa uremik dan
perilaku atau tingkat kesadaran. ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi
toksik pada SSP.
5. Pantau hasil pemeriksaan Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit
laboratorium (elektrolit, BUN, menjukkan disfungsi ginjal
kreatinin)
6. Berikan obat sesuai indikasi: Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk
- Asetazolamid (Diamox), menurnkan pembentukan batu asam.
Alupurinol (Ziloprim)
Mencegah stasis urine ddan menurunkan
- Hidroklorotiazid (Esidrix, pembentukan batu kalsium.
Hidroiuril), Klortalidon (Higroton)
Menurunkan pembentukan batu fosfat
- Amonium klorida, kalium atau
natrium fosfat (Sal-Hepatika)
Menurnkan produksi asam urat.
- Agen antigout mis: Alupurinol
(Ziloprim)
Mungkin diperlukan bila ada ISK
- Antibiotika
Mengganti kehilangan yang tidak dapat
- Natrium bikarbonat teratasi selama pembuangan bikarbonat
dan atau alkalinisasi urine, dapat mencegah
pemebntukan batu.

Mengasamkan urine untuk mencegah


- Asam askorbat berulangnay pembentukan batu alkalin.
Mungkin diperlukan untuk membantu
7. Pertahankan patensi kateter tak kelancaran aliran urine.
menetap (uereteral, uretral atau
nefrostomi). Mengubah pH urien dapat membantu
8. Irigasi dengan larutan asam atau alkali pelarutan batu dan mencegah pembentukan
sesuai indikasi. batu selanjutnya.
Berbagai prosedur endo-urologi dapat
9. Siapkan klien dan bantu dilakukan untuk mengeluarkan batu.
prosedur endoskopi.

Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal dan
pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Awasi asupan dan haluaran Mengevaluasi adanya stasis


urine/kerusakan ginjal.

2. Catat insiden dan karakteristik Mual/muntah dan diare secara umum


muntah, diare. berhubungan dengan kolik ginjal karena
saraf ganglion seliaka menghubungkan
kedua ginjal dengan lambung.

3. Tingkatkan asupan cairan 3-4 Mempertahankan keseimbangan cairan


liter/hari. untuk homeostasis, juga dimaksudkan
sebagai upaya membilas batu keluar.

4. Awasi tanda vital. Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan


kebutuhan intervensi.

5. Timbang berat badan setiap hari. Peningkatan BB yang cepat mungkin


berhubungan dengan retensi.

6. Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan Mengkaji hidrasi dan efektiviatas


elektrolit. intervensi.

7. Berikan cairan infus sesuai program Mempertahankan volume sirkulasi (bila


terapi. asupan per oral tidak cukup)
8. Kolaborasi pemberian diet sesuai Makanan mudah cerna menurunkan
keadaan klien. aktivitas saluran cerna, mengurangi iritasi
dan membantu mempertahankan cairan dan
keseimbangan nutrisi.

9. Berikan obat sesuai program Antiemetik mungkin diperlukan untuk


terapi (antiemetik misalnya menurunkan mual/muntah.
Proklorperasin/ Campazin).

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Tekankan pentingnya memperta- Pembilasan sistem ginjal menurunkan


hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari. kesemapatan stasis ginjal dan pembentukan
batu.

2. Kaji ulang program diet sesuai Jenis diet yang diberikan disesuaikan
indikasi. dengan tipe batu yang ditemukan.
- Diet rendah purin
- Diet rendah kalsium
- Diet rendah oksalat
- Diet rendah kalsium/fosfat

3. Diskusikan program obat-obatan, Obat-obatan yang diberikan bertujuan


hindari obat yang dijual bebas. untuk mengoreksi asiditas atau alkalinitas
urine tergantung penyebab dasar
pembentukan batu.

4. Jelaskan tentang tanda/gejala yang Pengenalan dini tanda/gejala berulangnya


memerlukan evaluasi medik (nyeri pembentukan batu diperlukan untuk
berulang, hematuria, oliguria) memperoleh intervensi yang cepat sebelum
timbul komplikasi serius.

5. Tunjukkan perawatan yang tepat Meningkatakan kemampuan rawat diri dan


terhadap luka insisi dan kateter bila kemandirian.
ada.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta


Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC,
Jakarta

Purnomo, BB ( 2000), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN BATU GINJAL
DI RUANG PERAWATAN INTENSIF
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 30 DESEMBER 2002 S/D 3 JANUARI 2004

FORMAT DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN


(PASIEN DEWASA-MEDICAL SURGICAL)

Nama Mahasiswa : RSUD Dr. Soetomo Surabaya


N I M : Ruangan : ICU GBPT
Tanggal Pengkajian : 13 Mei 2002 Jam: 10.30 BBWI

IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.S No. Reg. : 10161093
Umur : 50 tahun Tgl. MRS : 8 Mei 2002
Jenis Kelamin : Diagnosa : Batu Ginjal/Urosepsis
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Post Nephrostomy (S)
Agama : Islam Post Ureterolitotomy (D)
Pekerjaan : Buruh Tani
Pendidikan : SD
Alamat : Kangkungan, Desa Lengkong, Mojoanyar, Mojokerto.
Penanggung : JPS/Sendiri

I. RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)


Riwayat Sebelum Sakit:
Penyakit berat yang penah diderita : Riwayat batu ginjal (+)
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : --
Kebiasaan berobat : Dokter/Dukun
Alergi : --
Kebiasaan merokok/alkohol : --

Riwayat Penyakit Sekarang


Keluhan utama MRS : Nyeri pinggang
Keluhan utama saat ini : Nyeri pinggang
Riwayat keluhan utama : Nyeri pinggang telah dialami klien sejak kira-kira 3 tahun
yang lalu dan sudah pernah MRS dan menjalani operasi
pengangkatan ginjal kiri pada tahun 2000 di RS Mojokerto
dan pengangkatan batu ureter kanan pada bulan Maret
2002 di RSUD Dr. Sutomo. Setelah pulang keluar butiran
batu sebesar beras sebanyak kira-kira 20 biji disertai nyeri
pada saat berkemih. Mual (-), muntah (-)
Terapi/operasi dilakukan : Nephrostomy (S), Ureterolitotomy (D)

Riwayat Kesehatan Keluarga


Genogram:

Riwayat Kesehatan Lingkungan : --

Riwayat Kesehatan Lainnya:


Pasien Ibu (Keluarga Berencana) : menopause

Alat bantu yang dipakai:


-Gigi palsu : ya tidak
-Kaca mata : ya tidak
-Pendengaran : ya tidak
-Lainnya (sebutkan) : --

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Kesadaran baik, tampak lemah.

Tanda-tanda vital, TB dan BB:


S : 36,8 0C (axilla)
N : 88 x/mnt, teratur, lemah.
TD : 110/60 mmH, lengan kiri, berbaring
RR : 20 x/mnt, normal
HR : 84 x/mnt, teratur
TB : 160 cm
BB : 60 kg.

Body Systems:
Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung : Fungsi pernapasan baik, pernapasan cuping hidung (-)
Trachea : Tak ada kelainan.
Suara tambahan : wheezing (-), ronchi (-), rales (-), crackles (-)
Bentuk dada : simetris

Cardiovaskuler (B2: Bleeding)


Keluhan : Pusing (-), sakit kepala (+), palpitasi (-), nyeri dada (-), kram kaki (-)
Suara jantung: S1/S2 normal/murni
Edema: tungkai (+)

Persyarafan (B3: Brain)


Kesadaran : Composmentis GCS: E = 4, V = 5, M = 6
Nervus Cranial : Tidak ada kelainan

Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)


Produksi urine : 1500-2000 ml Frekuensi : -- x/hari, terpasang kateter
Warna : kekuningan Bau : biasa
Keluhan : nyeri pinggang, sifat nyeri tumpul (kemeng), terus-menerus,
meningkat pada saat berkemih terutama bila keluar butiran-
butiran batu.

Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)


Mulut dan tenggorok : Fungsi mengunyah dan menelan baik
Abdomen : Bising usus normal, distensi (-), tampak scrath luka post op
ureterolitotomy pada kuadran kanan bawah, nyeri ketok (+),
nyeri tekan (+)
Rectum : tdk dikaji
BAB : lancar, 1 x/hari
Diet : TKTP

Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)


Kemampuan pergerakan sendi : bebas
- Parese (-), paralise (-), hemiparese (-)
Extremitas : tidak ada kelainan.
Tulang belakang : skolisis (-), kifisis (-), lordosis (-).
Kulit :
- Warna kulit : pigmentasi normal
- Akral : hangat
- Turgor : baik

Sistem Endokrin
Terapi hormon : --
Karakteristik sex sekunder: normal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik: tidak ada kelainan

Sistem Reproduksi
Terapi hormon : --
Karakteristik sex sekunder: normal
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik: tidak ada kelainan

PSIKOSOSIAL
Sosial/Interaksi:
Dukungan keluarga : aktif
Dukungan kelompok/teman/masyarakat : aktif
Reaksi saat interaksi : kurang antusias, kesan kelemahan (+)

Spiritual:
Konsep tentang penguasa kehidupan : Allah
Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Allah
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : Sholat
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang
diharapkan saat ini: ibadah
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama: tidak ada
Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi sakit
saat ini: Ya
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: Ya
Persepsi terhadap penyebab penyakit: Cobaan/peringatan

Kebutuhan Pembelajaran:
- Klien menanyakan mengapa masih sering keluar batu walaupun sudah dioperasi 2
kali?
- Klien menanyakan makanan apa yang harus dihindari untuk mencegah
peningkatan asam urat?
- Klien menyatakan ada saudaranya yang juga menderita kencing batu dan sudah
meninggal.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : (9/5-2002)
Kreatinin serum 1.95 mg/dl (<1,5), Asam urat serum 9.61 mg/dl (3.6-7.0), Hb 11,6 g/dl
(13,4-17.7)
Foto abdomen : Tampak batu pada ginjal dan ureter kanan.
TERAPI
Tgl 13/5-2002:
- Cefoxim 2 x 100 mg

Diposkan oleh Muhammad Husni di 08.27


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2012 (15)
o Mei (10)
o April (5)
Personality plus

contoh LP dan ASKEP pd klien dengan batu ginjal


Askep pada pasien Gastroenteritis
Askep Hipertensi

RUMAH TERAPI ALFINA (MATRAS AURA-DETOX)


Mengenai Saya

Muhammad Husni
Lihat profil lengkapku
Tema PT Keren Sekali. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai