Anda di halaman 1dari 11

ATRIBUT DAN KODE ETIK AKUNTAN FORENSIK SERTA STANDAR AUDIT

INVESTIGATIF

ATRIBUT SEORANG AKUNTAN FORENSIK


Howard R. Davia memberi lima nasehat kepada seorang auditor pemula dalam
melaksanakan investigasi terhadap fraud yaitu :
1. Hindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara prematur.
2. Fraud auditor harus mampu membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan
(perpetrator intent to commit fraud).
3. Kreatiflah, berpikir seperti pelaku kejahatan, jangan mudah ditebak dalam hal arah
pemeriksaan, penyelidikan, atau investigasi yang dilakukan (be creative, think like a
perpetrator, do not be predictable)
4. Auditor harus tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan persekongkolan.
5. Dalam memilih proactive fraud detection strategy (strategi untuk menemukan
kecurangan dalam investigasi proaktif), si auditor harus mempertimbangkan apakah
kecurangan dilakukan di dalam pembukuan atau di luar pembukuan.

Nasehat Davia mengenai pelaksanaan investigasi fraud oleh auditor pemula dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Dari awal upayakan menduga siapa pelaku.
2. Fokus pada pengumpulan bukti untuk proses pengadilan.
3. Kreatif dalam menerapkan teknik investigasi, berpikir seperti penjahat, jangan mudah
ditebak.
4. (kalau sistem pengendalian intern sudah baik), fraud hanya bisa terjadi karena
persekongkolan, investigator harus memiliki indera atau intuisi yang tajam untuk
merumuskan teori mengenai persekongkolan; ini adalah sebagai bagian dari teori
mengenai fraud.
5. Kenali pola fraud. Ini memungkinkan investigator menerapkan teknik investigasi yang
sukses.

KARAKTERISTIK SEORANG PEMERIKSA FRAUD


Berdasarkan Association of Certified Fraud Examiners, pemeriksa fraud harus
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik di samping keahlian teknisnya
seperti kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara fair, tidak
memihak, sahih (mengikuti ketentuan perundang-undangan), akurat, serta mampu
melaporkan fakta-fakta itu secara akurat dan lengkap.
2. Pemeriksa harus memiliki kemampuan untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri
orang lain sehingga tujuan spesifik yakni mendapat informasi dapat tercapai. Hal
tersebut juga diperlukan karena pemeriksa fraud berurusan dengan segala macam

0
jenis manusia dari berbagai latar belakang. Idealnya, pemeriksa harus mempunyai
kepribadian yang menarik dan memotivasi orang lain untuk membantunya.
3. Karena setiap orang itu unik (tiada duanya), maka pemeriksa fraud harus mampu
berkomunikasi dalam bahasa mereka.
4. Pemeriksa fraud harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-
konsep keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan terhadapnya.

KUALITAS AKUNTAN FORENSIK


Berdasarkan jawaban kuesioner yang dibagikan oleh Robert J. Lindquist, kualitas yang
harus dimiliki seorang akuntan forensik antara lain :
1. Kreatif
Kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap situasi bisnis yang
normal dan mempertimbangkan interpreatsi lain, yakni bahwa itu tidak perlu
merupakan situasi bisnis yang normal.
2. Rasa ingin tahu
Keinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya terjadi dalam rangkaian
peristiwa dan situasi.
3. Tak menyerah
Kemampuan untuk maju terus pandang mundur walaupun fakta (seolah-olah) tidak
mendukung dan ketika dokumen dan informasi sulit diperoleh.
4. Akal sehat
Kemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata.
5. Business sense
Kemampuan untuk memahami bagaimana bisnis sesungguhnya berjalan dan bukan
sekedar memahami bagaimana transaksi dicatat.
6. Percaya diri
Kemampuan untuk mempercayai diri dan temuan kita sehingga kita dapat bertahan
di bawah cross examination (pertanyaan silang dari jaksa penuntut umum dan
pembela).

INDEPENDEN, OBJEKTIF DAN SKEPTIS


Tiga sikap dan tindak-pikir yang selalu harus melekat pada diri seorang auditor, yakni
independen, objektif, dan skeptis. Ketiganya juga tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan
akuntan forensik.

KODE ETIK AKUNTAN FORENSIK


Kode etik mengatur hubungan antara anggota profesi dengan sesamanya, dengan
pemakai jasanya dan stakeholder lainnnya, dan dengan masyarakat luas. Kode etik ini berisi
nilai-nilai luhur yang amat penting bagi eksistensi profesi. Profesi bisa eksis karena ada
integritas (sikap jujur),rasa hormat dan kehormatan,dan nilai-nilai luhur lainnya yang
menciptakan rasa percaya dari pengguna dan stackholders lainnya

1
Seorang ahli hukum berkebangsaan Inggris, Lord (John Fletcher) Moulton
membedakan tiga wilayah tingkat manusia yaitu :
1. Wilayah hukum positif, di mana orang patuh karena ada hukum dan hukuman untuk
ketidakpatuhan.
2. Wilayah kebebasan memilih, di mana orang mempunyai kebebasan penuh untuk
menentukan sikapnya.
3. Wilayah yang ketiga merupakan wilayah yang berada di tengah-tengah kedua wilayah
yang telah disebutkan sebelumnya atau disebut Lord Moulton sebagai
kesopansantunan.

Menurut Moulton, yang menentukan kebesaran suatu bangsa adalah berapa


besarnya kepatuhan bangsa itu akan hal-hal yang tidak dapat dipaksakan kepadanya (namun
mengandung nilai-nilai yang luhur) atau dengan kata lain kebesaran suatu bangsa ditentukan
oleh kepatuhannya akan ethics.

Berikut adalah contoh suatu kode etik yang dalam hal ini berlaku di dalam KPK/
Komisi Pemberantasan Korupsi (sebagian dari kode etik):
1. Nilai-nilai dasar pribadi sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilaksanakan dalam
bentuk sikap, tindakan, dan perilaku Pimpinan KPK.
2. Pimpinan KPK wajib menjaga kewenangan luar bisa yang dimilikinya demi martabat
KPK dan martabat pimpinan KPK dengan perilaku, tindakan, sikap, dan ucapan
sebagaimana dirumuskan dalam Kode Etik.
3. Kode Etik diterapkan tanpa toleransi sedikit pun atas penyimpangannya (zero
tolerance) dan mengandung sanksi tegas bagi mereka yang melanggarnya.
4. Perubahan atas Kode Etik Pimpinan KPK menurut keputusan ini akan segera
dilakukan berdasarkan tanggapan dan masukan dari masyarakat yang ditetapkan oleh
Pimpinan KPK.

Terdapat dua hal yang menarik dari Kode Etik di atas yaitu pimpinan KPK menetapkan
kode etik bagi mereka sendiri yakni pimpinan KPK memulai dari diri mereka sendiri dan
bukan dari karyawan mereka dan yang kedua adalah kode etik tersebut sejalan dengan
temuan IRS terhadap orang Amerika yang berlatar belakang etnis Asia.

Dalam pelaksanaan kode etik, tidak cukup hanya dengan memiliki dokumen
mengenai Standar dan Kode Etik, diperlukan pula penegakan yang tegas dan konsisten
sehingga kredibilitas profesi tidak diragukan. Mempunyai dokumen mengenai Standar dan
Kode Etik sendiri hanya merupakan langkah awal yang baik untuk memulai pelaksanaan
kode etik tersebut.

PELAKSANAAN KODE ETIK

2
Selain dokumen mengenai Standar dan Kode Etik dibutuhkan juga penegakan
(enforcement) yang tegas dan konsisten untuk menjaga kredibilitas profesi.

STANDAR AUDIT INVESTIGATIF


K.H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett merumuskan beberapa standar untuk
mereka yang melaksanakan investigasi terhadap fraud. Konteks yang mereka rujuk adalah
investigasi atas fraud yang dilakukan oleh pegawai perusahaan. Standar tersebut antara lain:
Standar 1
Seluruh investigasi harus dilandasi praktek terbaik yang diakui (accepted best practice).
Dalam istilah ini tersirat dua hal yaitu adanya upaya membandingkan antara praktekpraktek
yang ada dengan merujuk kepada yang terbaik saat itu (benchmarking) dan upaya
benchmarking dilakukan terus menerus mencari solusi terbaik.
Standar 2
Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian (due care) sehingga bukti-bukti tadi
dapat diterima di pengadilan.
Standar 3
Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks, dan
jejak audit tersedia. Dokumentasi ini diperlukan sebagai referensi apabila ada penyelidikan
di kemdian hari untuk memastikan bahwa investigasi sudah dilakukan dengan benar dan
juga membantu perusahaan dalam upaya perbaikan cara-cara investigasi sehingga accepted
best practice dapat dilaksanakan.
Standar 4
Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senatiasa
menghormatinya. Apabila investigasi dilakukan dengan cara yang melanggar hak asasi
pegawai yang bersangkutan dapat membuat perusahaan dan investigator dituntut.
Standar 5
Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan kecurangan dan pada
penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut baik dalam kasus hukum administratif
maupun hukum pidana. Di Indonesia, terdapat tindak pidana di mana beban pembuktian
terbalik dimungkinkan yang membuat jaksa penuntut umum harus mengajukan sedikitnya
dua alat bukti yang memberikan keyakinan kepada hakim.
Standar 6
Cakup seluruh substansi investigasi dan kuasai seluruh target yang sangat kritis ditinjau
dari segi waktu. Sejak investigator memulai investigasinya, ia harus menentukan cakupan
mengenai hal-hal yang esensial dalam tugasnya.
Standar 7
Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan, pengumpulan
bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga, pengamanan menganai hal-
hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan
catatan, keterlibatan polisi, kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.

STANDAR AKUNTANSI FORENSIK


3
Ringkasan Standar Umum dan Khusus Akuntansi Forensik menurut William T.
Thornhill:
100 Independensi: Akuntan Forensik Harus Independen dalam Melaksanakan Tugas 100
Garis Pertanggungjawaban:
01 Untuk legiatan internal lembaganya, akuntansi forensik harus cukup
independen dalam melaksanakan tugasnya
03 Dalam hal akuntansi forensi tersebut independen, ia menyampaikan
laporannya kepada seorang eksekutif senior yang kedudukannya lebih
tinggi dari orang yang diduga melakukan fraud.
03 Dalam hal akuntan forensik tersebut independa dan penugasan diterimanya
dari lembaga penegak hukum atau pengadilan, pihak yang menerima
laporannya atau counterpart-nya harus ditegaskan dalam kontrak
120 Objektivitas: Akuntan forensik harus objektif (tidak berpihak) dalam melaksanakan
telaah akuntansi forensiknya.
200 Kemahiran Profesional : Akuntansi forensik harus dilaksanakan dengan kemahiran
dan kehati-hatian profesional
210 Sumber Daya Manusia
220 Pengetahuan, Pengalaman, Keahlian, dan Disiplin
230 Supervisi
240 Kepatuhan terhadap Standar Perilaku
250 Hubungan Manusia
260 Komunikasi
270 Pendidikan Berkelanjutan
280 Kehati-hatian Profesional
300 Lingkup Penugasan: Akuntan forensik harus memahami dengan baik penugasan
yang diterimanya. Ia harus mengkaji penugasan itu dengan teliti untuk menentukan
apakah penugasan dapat diterima secara profesional, dan apakah ia mempunyai
keahlian yang diperlukan atau dapat memperoleh sumber daya yang mempunyai
keahlian tersebut. Lingkup penugasan ini dicantumkan dalam kontrak.
310 Keandalan Informasi
320 Kepatuhan terhadap Kebijakan, Rencana, Prosedur, dan Ketentuan
Perundang-undangan
330 Pengamanan Aset
340 Penggunaan Sumber Daya secara Efisien dan Ekonomis
350 Penggunaan Sumber Daya secara Efisien dan Ekonomis
400 Pelaksanaan Tugas Telaahan: Pelaksanaan tugas akuntansi harus melitupi (1)
perumusan apa masalahnya, evaluasi atas masalah itu, dan perencanaan pekerjaan,
(2) pengumpulan bukti, (3) penilaian bukti, dan (4) mengkomunikasikan hasil
penugasan
410 Perumusan Masalah dan Evaluasinya: Dalam tahap ini, akuntan forensik
yang dibantu oleh mereka yang punya keahlian dalam masalah yang

4
dihadapi,mengumpulkan sebanyak mungkin fakta dan peristiwa
mengenai situasi yang mempunyai potensi fraud secara informal. Ini
meliputi (1) penentuan bagaimana potensi terjadi masalah diketahui dan
(2) bagaimana masalah itu dikomunikasikan, dan dugaaan di mana serta
kapan hal itu terjadi.
420 Perencanaan: Berdasarkan predication dalam butir 410, perumusan
masalahnya dipertajam, dan rencana dibuat. Dalam rencana ditentukan
tujuan dan sasaran dari penugasan ini.
430 Pengumpulan Bukti: Akuntan forensik bersama timnya melaksanakan apa
yang direncanakan (butir 420) untuk mengumpulkan bukti berkenaan
dengan dugaan fraud.
440 Evaluasi Bukti: Akuntan forensi bersama timnya harus menganalisis dan
menginterpretasikan bukti-bukti yang dikumpulan (butir 430). Tentukan
apakah masih ada data yang harus dikumpulkan, atau ada data yang
harus ditindaklanjuti untuk mencapai kesimpulan yang benar.
450 Komunikasikan Hasil Penugasan: Akuntan forensik bersama timnya harus
meringkaskan evaluasi atas bukti-bukti yang dikumpulkan (butir 440) ke
dalam laporan. Laporan berisi fakta dan kesimpulan. Akuntan forensi
harus mempunyai kemampuan menyajikan laporannya secara lisan.

PERNYATAAN PERANG TERHADAP KECURANGAN

Berbagai cara yang dilakukan perusahaan untuk memerangi kecurangan. Ada empat aktivitas
untuk memerangi kecurangan yang dapat dilakukan oleh organisasi:
a) Pencegahan Kecurangan
b) Pendektesian Kecurangan
c) Investigasi Kecurangan
d) Tindak lanjut secara hukum

A. Pencegahan Kecurangan
Pencegahan kecurangan secara umum merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi
kerugian akibat kecurangan. Orang melakukan kecurangan karena kombinasi dari 3 faktor :
a) Tekanan yang dirasakan
b) Peluang/kesempatan yang dimiliki
c) Rasionalisasi bahwa kecurangan tersebut dapat diterima

Secara umum kecurangan tidak mungkin benar-benar dapat di dicegah, dan pasti
memerlukan banyak biaya. Hal terbaik yang dapat dilakukan organisasi adalah dengan

5
mengatur kerugian akibat kecurangan secara efektif. Pencegahan kecurangan yang efektif
melibatkan dua aktifitas dasar:

a) Menciptakan budaya jujur dan beretika


Lima elemen yang paling umum dan penting adalah
i. Memastikan bahwa manajemen puncak memberikan contoh perilaku yang
tepat
ii. Mempekerjakan pegawai yang tepat
iii. Mengkomunikasikan sejumlah ekpektasi di seluruh posisi yang ada dalam
struktur organisasi dan meminta konfirmasi tertulis atas penerimaan
ekspektasi secara periodik
iv. Menciptakan lingkungan kerja yang positif
v. Mengembangkan dan mempertahankan kebijakan yang efektif untuk
menangani kecurangan ketika terjadi
b) Menilai dan mengurangi resiko kecurangan
Organisasi dapat secara proaktif menghilangkan kesempatan dilakukannya
kecurangan dengan:
i. Secara akurat mengidentifikasi sumber dan mengukur resiko
ii. Mengimplementasikan pengendalian preventif dan detektif yang sesuai
untuk mengurangi risiko-risiko tersebut
iii. Membuat pemonitoran secara menyeluruh oleh pegawai
iv. Memiliki auditor internal dan eksternal yang melakukan pengecekan
independen pada kinerja.

B. Pendeteksian Kecurangan
Pendeteksian kecurangan biasanya dimulai dengan menidentifikasi sejumlah indikator yang
cenderung berkaitan dengan kecurangan. Ada tiga cara utama untuk mendeteksi
kecurangan:
a) Secara tidak sengaja
b) Dengan menyediakan sejumlah cara bagi orang yang ingin melaporkan dugaan
adanya kecurangan
c) Memeriksa catatan dan dokumen transaksi

C. Investigasi Kecurangan
Investigasi kecurangan harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Investigasi tersebut tidak
boleh membuat pelaku kecurangan curiga sehingga mereka dapat menghilangkan bukti-
bukti. Berikut merupakan empat jenis bukti yang dapat diakumulasi dalam investigasi
kecurangan.
a) Bukti testimonial
b) Bukti dokumentasi
6
c) Bukti fisik
d) Pengamatan pribadi

Menjaga etika yang baik dalam melakukan investigasi juga sangat penting. Minimal,
investigasi kecurangan harus dilakukan sebagai berikut:
1. Investigasi harus dilakukan hanya untuk mengungkap kebenaran atas permasalahan
yang masih dipertanyakan.
2. Individu yang dianggap bertanggung jawab untuk melakukan investigasi seharusnya
memiliki pengalaman dan bersikap objektif.
3. Hipotesis apapun yang dimiliki oleh investigator mengenai apakah seseorang
melakukan atau tidak melakukan kecurangan harus tetap dijaga kerahasiaannya
ketika melakukan pembahasan kemajuan proses investigasi dengan pihak lain.
4. Investigator harus memastikan bahwa hanya pihak-pihak yang berkepentingan yang
mendapatkan informasi dan memberikan persetujuan terkait metode dan tekni
investigasi yang digunakan.
5. Investigator yang baik harus memastikan bahwa semua informasi yang dikumpulkan
dapat diperkuat secara independen dan dapat diketahui kebenaran informasi itu
sendiri.
6. Investigator harus berhati-hati untuk menghindari adanya teknik investigasi yang
mencurigakan.
7. Investigator harus melaporkan semua fakta secara jujur dan objektif.

D. Tindak Lanjut secara hukum


Salah satu keputusan besar yang harus diambil oleh perusahaan, pemegang saham, atau
pihak lainn yang berkepentingan ketika terjadi kecurangan adalah tindak lanjut secara
hukum dan tindakan lain yang harus diambil. Sebagian besar organisasi dan korban
kecurangan memilih salah satu dari tiga alternatif, yaitu:
a) Tidak mengambil upaya hukum
b) Mengambil upaya hukum secara perdata
c) Mengambil tindakan secara pidana

CONTOH KASUS KODE ETIK DAN PELANGGARAN STANDAR AUDIT INVESTIGATIF


Kasus 1. Dikutip dari Tempo.co

Majalah Tempo mengungkap motif sebenarnya di balik audit pembelian Rumah Sakit
Sumber Waras oleh pemerintah Jakarta pada akhir 2014. Majalah ini menyebut ada
korespondensi Kepala Badan Pemeriksa Keuangan Jakarta Efdinal yang meminta pemerintah
membeli tanahnya seluas 9.618 meter persegi di pemakaman Pondok Kelapa, Jakarta Timur.

7
Ada enam surat yang ditulis Efdinal sejak 2008 kepada Dinas Pertamanan dan
Pemakaman serta Gubernur Jakarta ketika dijabat Joko Widodo pada 2013. Saat itu Efdinal
masih menjadi Kepala BPK Banten. Pada 2014, ia menjadi Kepala BPK Jakarta dan terus
meminta pemerintah Jakarta membeli tanah di tengah makam tersebut.
Setelah enam kali surat-suratnya tak sesuai harapannya, Efdinal membuat audit yang
menyalahkan pemerintah karena tak kunjung membeli lahan tersebut. Dalam audit pada
Desember 2014 itu, Efdinal menulis bahwa keberadaan tanah tersebut menjadi temuan BPK
yang membuat laporan keuangan pemerintah Jakarta wajar dengan pengecualian.
Karena itu agar tanah tersebut tak menjadi temuan BPK, Efdinal menyarankan pemerintah
membelinya. Audit ini pun tak dihiraukan pemerintah karena berdasarkan penelusuran
Dinas Pemakaman, tanah tersebut telah dibeli pada 1979 hanya belum balik nama
kepemilikan.
Rupanya Efdinal masih berusaha menjual tanah tersebut dengan memakai audit
pembelian Rumah Sakit Sumber Waras. Melalui Kepala Inspektorat Lasro Marbun, ia
meminta pemerintah membeli tanah itu lagi jika tak ingin audit Sumber Waras
dipublikasikan sebagai temuan berindikasi korupsi.
Lagi-lagi, pemerintah Jakarta, yang beralih dipimpin Gubernur Basuki Tjahaja Purnama,
menolaknya. Kepada Lasro, Basuki meminta BPK mempublikasikan saja audit itu dan
menolak membeli tanah makam. Toh, pemerintah DKI benar, katanya.
Audit itu pun diluncurkan BPK pada Juni 2015 dengan membuat indikasi dugaan
korupsi pembelian karena harganya terlalu mahal Rp 191 miliar. Audit ini disambut DPRD
yang meneruskannya ke Komisi Pemberantasan Korupsi. KPK lalu meminta BPK pusat
membuat audit investigasi pembelian tersebut.

Kasus 2. Dikutip dari KOMPAS.COM

Koordinator Divisi Riset Indonesia Corruption Watch (ICW) Firdaus Ilyas menyarankan agar
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan peer review atau pengujian ulang terhadap
hasil audit investigatif yang mereka lakukan terkait pembelian lahan Rumah Sakit Sumber
Waras oleh Pemprov DKI Jakarta.
Ia menduga, ada kemungkinan bahwa audit tersebut dilakukan tidak sesuai dengan
standar pemeriksaan.
Kecurigaan ini berangkat dari analisis ICW terhadap laporan hasil pemeriksaan (LHP)
BPK terhadap keuangan Pemprov DKI Jakarta. Berdasarkan LHP tersebut, ICW melihat
adanya ketidaksesuaian antara kriteria yang ditetapkan BPK dan kondisi yang ditemukan.
"Dari laporan hasil pemeriksaan BPK, kami mengklasifikasikan, tidak memenuhi
standar-standar pemeriksaan, antara kriteria yang ditetapkan dan kondisi yang ditemukan,"
ujar Firdaus kepada Kompas.com, Selasa (19/4/2016).
Firdaus mencontohkan penggunaan Perpres Nomor 71 Tahun 2012 oleh BPK dalam
menilai benar atau tidaknya dasar hukum pembelian lahan oleh Pemprov DKI Jakarta.

8
Menurut dia, aturan tersebut sedianya tidak lagi menjadi acuan BPK karena sudah ada
aturan yang baru terkait proses pembelian lahan, yakni Perpres Nomor 40 Tahun 2014.
Berdasarkan Perpres Nomor 40 Tahun 2014 tersebut, pembelian lahan kurang dari 5
hektar dapat dilakukan melalui proses langsung tanpa harus mengikuti proses yang ada
dalam aturan lama.
Hal kedua terkait cara BPK membandingkan pembelian lahan Sumber Waras pada
2014 dengan rencana pembelian lahan oleh PT Ciputra Karya Utama.
Firdaus mengatakan, tahun yang dibandingkan untuk menilai nilai jual obyek pajak
(NJOP) jelas berbeda karena NJOP telah naik berdasarkan peraturan gubernur tahun 2013.
Ketiga, persoalan bahwa sertifikat kepemilikan lahan dan hak guna bangunan (HGB)
yang secara administratif tercatat berlamat di Jalan Kyai Tapa, bukan di Jalan Tomang Utara
seperti yang diklaim oleh BPK.
Firdaus mengatakan, peer review bisa dilakukan oleh Asian Organization of Supreme
Audit Institution (asosiasi BPK se-Asia) dan International Organization of Supreme Audit
Institution (asosiasi BPK sedunia).
"Jadi, BPK harusnya meminta peer review, khususnya terhadap audit investigasi
Sumber Waras," ujar Firdaus.

Pembahasan Kasus:
Pada kasus yang pertama, patut diduga Efdinal telah mencampuradukkan kepentingan
pribadi dengan kewenangannya selaku pejabat BPK Perwakilan Jakarta berkaitan dengan
Pemeriksaan BPK Jakarta atas Belanja Daerah pada Dinas Pertamanan dan Pemakaman
Provinsi DKI Jakarta. Independensi bagi seorang auditor merupakan etika yang harus dijaga
dalam melakukan audit terhadap auditee (badan yang diaudit). Independence in fact dan
independence in appearance menjadi hal yang penting untuk mempertahankan kehandalan
opini auditor. Begitu pula bagi pemeriksa BPK. Dalam Peraturan BPK RI No. 1 tahun 2007
mengenai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, disebutkan bahwa tanggung jawab
pemeriksa diantaranya, pemeriksa harus obyektif dan bebas dari benturan kepentingan
(conflict of interest) dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya.
Pada kasus yang kedua, audit investigatif yang dilakukan oleh BPK diduga tidak memenuhi
beberapa Standar Audit Investigatif. Diantaranya adalah:
1. Standar 2, BPK seharunsya lebih hati-hati mengumpulkan bukti terkait dengan kriteria
peraturan pengadaan lahan terbaru, perhitungan NJOP serta bukti administratif lainnya.
2. Standar 5, laporan hasil investigasi BPK harus dapat menyatakan secara jelas apakah
yang dilakukan Pemprov DKI merupakan kesalahan administratif saja ataukah sebuah
tindak pidana.
Sampai saat ini, KPK menyatakan kasus ini belum bisa naik ke penyidikan karena belum
ada bukti yang cukup. Apabila laporan audit investigasinya dilakukan sesuai dengan standard
dengan baik, seharusnya aparat penegak hukum tidak sulit untuk menindaklanjutinya.

9
REFERENSI

Albrecht, Albrecht, Zimbelman, 2014, Forensic Accounting, Edisi 4, Cengage Learning.

Theodorus M. Tuanakota, 2010, Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif, Salemba


Empat

10

Anda mungkin juga menyukai