Anda di halaman 1dari 22

PENDAHULUAN

Tubuh sebagian besar terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat yang terkandung
didalamnya. Jumlah cairan tubuh berbeda-beda tergantung dari usia, jenis kelamin,
dan banyak atau sedikitnya lemak tubuh. Tubuh kita terdiri atas 60 % air, sementara
40 % sisanya merupakan zat padat seperti protein, lemak, dan mineral. Proporsi cairan
tubuh menurun dengan pertambahan usia, dan pada wanita lebih rendah dibandingkan
pria karena wanita memiliki lebih banyak lemak dibanding pria, dan lemak
mengandung sedikit air. Tubuh kita memiliki kemampuan untuk mempertahankan atau
memelihara keseimbangan ini yang dikenal dengan homeostasis.
Dalam berbagai kondisi, terkadang seseorang bisa mengalami defisit cairan,
misalnya kondisi dehidrasi, luka bakar, dan perdarahan berat. Kondisi lain misalnya
saat perioperatif, yang timbul sebagai akibat puasa pra-bedah yang kadang-kadang
dapat memanjang, kehilangan cairan yang sering menyertai penyakit primernya,
perdarahan, manipulasi bedah, dan lamanya pembedahan yang mengakibatkan
terjadinya sequestrasi atau translokasi cairan.
Selain itu dalam keadaan tertentu, terapi cairan dapat digunakan sebagai
tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau untuk menjaga
keseimbangan asam-basa. Tujuan utama terapi cairan perioperatif adalah untuk
mengganti defisit pra bedah, selama pembedahan dan pasca bedah dimana saluran
pencernaan belum berfungsi secara optimal disamping untuk pemenuhan kebutuhan
normal harian. Terapi dinilai berhasil apabila pada penderita tidak ditemukan tanda-
tanda hipovolemik dan hipoperfusi atau tanda-tanda kelebihan cairan berupa edema
paru dan gagal nafas.

1
KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Tn. MG
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jl. Basuki Rahmat
Ruang perawatan : melon
Tanggal masuk : 6/2/2015
Tanggal pengambilan data : 7/2/2015

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama
Nyeri disemua daerah abdomen

Riwayat penyakit sekarang


Dialami sejak 1 hari smrs. Nyeri perut awalnya dirasakan didaerah
uluhati sejak 4 hari smrs, kemudian nyeri dirasakan dibagian kanan bawah
yang bersifat terus menerus dan semakin bertambah. Mual (+), muntah (+)
sebanyak >5x berupa makanan dan air, BAB tidak ada sejak 4 hari yang lalu.
Demam (+) setelah nyeri perut muncul, pusing (+). BAK lancar.

Riwayat penyakit dahulu

- Pasien didiagnosa mengalami bronchitis saat berusia 18 tahun.


- Riwayat penyakit atopi (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat penyakit hati (-)

2
- Riwayat diabetes melitus (-)
- Riwayat penyakit hipertensi (-)

Anamnesis Tambahan Terkait Anestesi


Riwayat operasi: pasien tidak pernah melakukan operasi sebelumnya
Riwayat alergi obat (-), alergi makan (-)
Penggunaan gigi palsu (-)
Riwayat konsumsi obat-obatan sebelumnya (-), merokok (-) dan minum
minuman beralkohol (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis, GCS: E4V5M6
BB : 65 kg
Vital Sign
- TD : 130/80 mmHg
- Nadi : 110 x/menit
- RR : 26 x/menit
- Suhu : 38 C
2. Pemeriksaan Kepala
- Mata : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
refleks cahaya +/+, pupil isokor d= 3 mm,
cekung (+)
- Telinga : discharge (-)
- Hidung : Discharge (-), epistaksis (-), deviasi septum (-),
- Mulut : sianosis (-) bibir kering (+), mukosa kering,
pembesaran tonsil (-) skor Mallampati 1

3
3. Pemeriksaan leher : simetris, tidak ada deviasi trakea, pembesaran .
kelenjar getah bening (-), kelenjar tiroid (-)

4. Pemeriksaan Thorax
a. Paru - paru :
Inspeksi : simetris bilateral, retraksi (-), massa(-)
Palpasi : nyeri tekan (-), Vokal Fremitus kanan=kiri,
ekspansi dinding dada simetris
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : vesikuler +/+, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
b. Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1 dan S2 murni, regular, murmur (-)

5. Abdomen
Inspeksi : kesan datar, tampak kencang, massa(-)
Auskultasi : bising usus (+) kesan menurun
Perkusi : hipertimpani semua regio
Palpasi : nyeri tekan semua regio, defans muskular (+), hati, lien, dan
ginjal tidak dapat dinilai

6. Ekstremitas
Suhu akral meningkat, edema tidak ada, turgor melambat, CRT 3 detik
7. Genitalia
Dalam batas normal

4
D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil Rujukan Satuan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,4 L: 14-18, P: 12-16 g/dl
Leukosit 7000 4.000-12.000 /mm3
Eritrosit 4.8 L: 4.5-6.5 P: 3.9-5.6 Juta/ul
Hematokrit 46 L: 40-46 P: 35-47 %
Trombosit 356.000 150.000-450.000 /mm3
Waktu
730 5-11(Duke) m.det
perdarahan/CT
Waktu
3 1-3 (ivy) m.det
perdarahan/BT

Hasil Satuan
KIMIA DARAH

Kreatinin 0,6 mg/dl


Ureum 39 mg/dl

Serologi : HbSAg (-)

E. LAPORAN ANESTESI PASIEN


a) Diagnosis pra-bedah : peritonitis e.c susp. Appendisitis perforata
b) Diagnosis post-bedah : appendisitis akut + peritonitis e.c perforasi
. divertikulum meckel
c) Jenis pembedahan : Laparotomi eksplorasi
Persiapan anestesi : informed consent

5
Puasa 17 jam sebelum operasi
Jenis anestesi : General Anestesi
Teknik anestesi : Semiclose (ETT no.7,5)
Premedikasi anestesi : Sedacum 3 mg
Fentanyl 80mcg
Medikasi : Tramus 5 mg
Fentanyl 20mcg
Ondansentron 4 mg
Ketorolac 30 mg
Propofol 150 mg

Pemeliharaan anestesi : sevoflurane dengan flow rate O2 4 LPM


Respirasi : Spontan
Status Fisik : ASA III
Induksi mulai : 09.55 WITA
Operasi mulai : 09.40
Anestesi mulai : 09.30
Lama operasi : 2 jam 30 menit
Lama anestesi : 2 jam 40 menit

6
180

160

140

120

100

80

60

40

11.30
09.30
09.35
09.40
09.45
09.50
09.55
10.00
10.05
10.10
10.15
10.20
10.25
10.30
10.35
10.40
10.45
10.50
10.55
11.00
11.05
11.10
11.15
11.20
11.25

11.35
11.40
11.45
11.50
11.55
12.00
12.05
12.10
Tekanan Sistol (mmHg) Tekanan Diastol (mmHg) MAP Nadi (kali/menit)

Gambar 1. Grafik Tekanan darah, MAP dan Frekuensi nadi

Manajemen Cairan
- Pre operatif
Rehidrasi cairan (dehidrasi derajat sedang):
8% x BB = 8% x 65 = 5,2 L (5200ml yang dibagi menjadi
2600ml 8 jam I dan 2600ml untuk 16 jam berikutnya)
Cairan rehidrasi diberikan sebanyak 500ml sebelum dilakukan
operasi dan jumlah sisa cairan rehidrasi yang akan diberikan 8 jam
I yaitu 2100ml.

- Perioperatif
Cairan maintenance: 10 kg pertama : 10 kg x 4 cc = 40cc
10 kg kedua : 10 kg x 2 cc = 20 cc

7
Sisa berat badan : 45 kg x 1 cc = 45 cc
Total 105 cc/jam (2.520 ml/24 jam)
Pengganti Puasa
lama jam puasa (17 jam) x Maintenance (105cc) = 1785 cc
saat mulai puasa sampai pasien akan diberikan cairan rehidrasi,
pasien mendapatkan cairan 1000ml dan ini dianggap sebagai
pengganti puasa sehingga sisa cairan untuk pengganti puasa 785
ml.
Stress operasi
Untuk pengganti cairan sequestra diberikan sesuai derajat operasi.
Pada kasus ini termasuk operasi besar karena merupakan operasi
laparotomy eksplorasi
8% x 65 kg = 520 ml

Kebutuhan cairan pada jam I:


M + SO + 1/2 (PP) + CR
105 + 520 + 1/2 (785) + 325 = 1.342 ml

Kebutuhan cairan pada jam II:


M + SO + 1/4 (PP)
105 + 520 + 1/4 (840) + 325 = 1.146 ml

Jadi total cairan yang harus diberikan durante operasi jam I dan
II yaitu 2.488 ml. Pada saat durante operasi, jumlah cairan yang
diberikan adalah sejumlah 2.300ml. sehingga sisa cairan yang
akan diberikan pada post operatif yaitu 188ml.

Perdarahan
Jumlah perdarahan pada pasien kali ini sebanyak 1500ml. Pada
pasien kali ini tidak diberikan darah sebagai pengganti. Sehingga

8
diberikan cairan kristaloid dengan perbandingan 3:1. Jadi total
cairan kristaloid yang diberikan 4500ml.

- Pasca operatif
Resusitasi cairan yang diberikan pasca bedah merupakan sisa
jumlah cairan yang belum diberikan baik preoperatif maupun
perioperatif. Total cairan yang harus diberikan pasca operatif :
= rehidrasi + perioperatif + maintanance (22 jam) + pengganti perdarahan
= 4050 ml + 196 ml + 2310 ml + 4500 ml
= 11.056 ml

Jumlah sisa cairan yang akan diberikan berikutnya yaitu 11,056


yang merupakan suatu jumlah yang banyak. Karena pasien masih
dipuasakan setelah operasi, maka cairan sisa akan dimasukkan secara
parenteral. Pemberian cairan berikutnya yang diberikan yaitu pemberian
cairan sebanyak 470ml/jam hingga jam 18.00 wita kemudian dilanjutkan
4700ml sampai jam 10.00 wita. (sambil memperhatikan tanda
terpenuhinya resusitasi dan apakah terjadi kelebihan terapi cairan).

Balance cairan durante operasi (2jam)

Input Output
RL 2300 ml Urine 150 ml (75ml/jam)
AM 27 ml IWL 89,3 ml
Obat 38 ml MS 10 ml
2365ml 249,3
Input output = 2365ml 249,3 = Excess 2115,7ml

9
Follow up
8/2/2015

S : lemas, nyeri luka operasi, muntah (-), mual(-)

O : KU : sakit sedang

TTV : TD : 125/76 mmHg


N : 104 x/mnt
P : 22x/mnt
S : 37,5C
140

120

100

Tekanan Sistol (mmHg)


80
Tekanan Diastol (mmHg)

60 MAP
Nadi (kali/menit)

40 Suhu (C)

20

0
14.00

07.00
12.00
13.00

15.00
16.00
17.00
18.00
19.00
20.00
21.00
22.00
21.00
22.00
23.00
24.00
01.00
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00

Mata : tidak cekung, anemis konjungtiva -/-


Mulut : mukosa kering (-)

Abdomen :
Inspeksi : tampak datar, luka operasi ukuran 12 x 1 cm yang tertutup perban,
eritema (-)
Auskultasi : peristaltik (+) kesan menurun
Perkusi : tympani semua regio

10
Palpasi : nyeri tekan disekitar luka operasi

A : Post laparotomi eksplorasi

P : RL 36 tpm
Metronidazole 500mg/12 jam
Ketorolac 30mg/8 jam
Ceftriaxone 1g/12 jam
Fentanyl 3 mcg/jam
Omeprazole 1g/24 jam
Lasix 20mg (ekstra)

Balance cairan
Input Output
RL 4600 ml Urine 1000 ml (50ml/jam)
AM 270,8 ml IWL 812 ml
Obat 235 ml MS 30 ml
5.105ml 1.842
Input output = 5105 1842 = Excess +3263 ml

9/2/2015

S : lemas, nyeri luka operasi, muntah (-), mual(-)

O : KU : sakit sedang
TTV : TD : 126/75 mmHg
N : 112 x/mnt
P : 22x/mnt
S : 37,8C
Mata : tidak cekung, anemis konjungtiva -/-
Mulut : mukosa kering (-)

11
140

120

100
Tekanan Sistol (mmHg)
80 Tekanan Diastol (mmHg)
MAP
60
Nadi (kali/menit)

40 Suhu (C)

20

0
09.00 12.00 14.00 16.00 18.00 19.00 21.00 22.00 01.00 06.00

Abdomen :
Inspeksi : tampak datar, luka operasi ukuran 12 x 1 cm yang tertutup perban,
eritema (-)
Auskultasi : peristaltik (+) kesan menurun
Perkusi : tympani semua regio
Palpasi : nyeri tekan disekitar luka operasi

A : Post laparotomi eksplorasi

P : RL 36 tpm
Metronidazole 500mg/12 jam
Ketorolac 30mg/8 jam
Ceftriaxone 1g/12 jam
Fentanyl 3 mcg/jam
Omeprazole 1g/24 jam
Paracetamol drip bila demam

12
Balance cairan
Input Output
RL 2600 Urine 3000 ml
AM 325 IWL 1,072 ml
Obat 332 MS 70 ml
3921 4.142
Input output = 3921 4142 = - 221ml

Balance cairan kumulatif

Input (POD I+POD II) Output (POD I+POD II) = 7705 5984 = 1721 ml

13
PEMBAHASAN

Pasien pada kasus kali ini, dilakukan tindakan bedah berupa laparotomi
explorasi untuk mencari penyebab dari peritonitis, dan didapatkan perforasi dari
divertikulum meckel dan kemudian dilakukan reseksi ileum terminal. Sebelum
dilakukan operasi, dilakukan pemeriksaan pre-op yang meliputi anamnesa,
pemeriksaan fisik dan penunjang untuk menentukan status fisik ASA dan risiko
operasi. Pada pasien ini termasuk ASA II, karena pasien mengalami peritonitis yang
menyebabkan gangguan sistemik sedang yang bila penanganan terlambat akan
menyebabkan sepsis. Pasien juga mengalami gangguan fisiologik yaitu dehidrasi
sedang yang diakibatkan oleh muntah dan puasa dalam waktu yang lama.
Jenis anestesi yang dipilih adalah general anestesi teknik semiclose (ETT
no.7,5). Hal ini dipilih karena pasien akan dilakukan laparotomi eksplorasi yang akan
membutuhkan waktu yang lama, melihat kondisi pasien yang cemas dan tidak tenang.
Teknik intubasi dipilih untuk memudahkan dalam menjaga patensi jalan napas dan
mencegah terjadinya aspirasi dibandingkan dengan teknik masker yang harus
memperhatikan posisi kepala dan juga kemungkinan terjadi aspirasi saat laparotomi
akan terjadi.

TERAPI CAIRAN
Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat
berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Terapi
cairan berfungsi untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan sesudah
pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan, mengganti perdarahan
yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga. Seluruh cairan tubuh
didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan kompartemen ekstraselular.
Selanjutnya kompartemen ekstraselular dibagi menjadi cairan intravaskular dan
interstisial.

14
Jaringan (40%)
Cairan
Tubuh (100%) Intraselular
(40%) 60 Plasma darah
Cairan Tubuh
(60%) 100 (5 %) 10
Cairan
Ekstraselular
(20%) 40
Cairan Interstitial
(15 %) 30

Gambar 1. Distribusi Cairan Tubuh

1. Penatalaksanaan Preoperatif
Pada pasien ini terjadi dehidrasi akibat perubahan volume yang diakibatkan
muntah yang dialami > 5 kali sebelum masuk rumah sakit. Muntah tersebut masih
dialami sehari setelah masuk rumah sakit. Pada pasien ini, kita dapat menetukan
kategori dehidrasinya berdasarkan gejala klinis yang muncul dan bukan
berdasarkan kadar elektrolit karena pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan
elektrolit. Gejala klinis yang muncul pada pasien yaitu lemas, capillary refill time
3 detik, mukosa membrane kering, tekanan darah 130/80 mmHg, pernafasan, nadi
dan turgor meningkat, mata cekung, dan output urin menurun, sehingga dapat
dikategorikan sebagai dehidrasi derajat sedang.

Gambar 2. Klasifikasi Derajat Dehidrasi

15
Rehidrasi cairan (dehidrasi derajat sedang): 8% x BB = 8% x 65 = 5,2 L
(5200ml). Pemberian cairan ini dibagi dalam 8 jam pertama sebanyak 2600ml dan
16 jam berikutnya sebanyak 2600ml. Cairan rehidrasi diberikan sebanyak 500ml
sebelum dilakukan operasi.

2. Durante Operatif
Pemberian cairan durante operasi awalnya diberikan cairan rehidrasi yang
belum diberikan sebelum operasi dimulai. Diberikan secara cepat dengan memberikan
cairan sebanyak 20ml/KgBB/30 menit. Hal ini diulangi sebanyak satu kali sehingga
jumlah cairan yang diberikan pada saat resusitasi cepat sebanyak 2600ml. Setelah
pemberian ini cairan untuk rehidrasi masih tersisa sebanyak 2100ml yang akan
diberikan setelah post operatif. Berikut merupakan perhitungan pada saat operasi:

Cairan maintenance: 10 kg pertama : 10 kg x 4 cc = 40cc


10 kg kedua : 10 kg x 2 cc = 20 cc
Sisa berat badan : 45 kg x 1 cc = 45 cc +

Total 105 cc/jam (2.520 ml/24 jam)

Pengganti Puasa
lama jam puasa (17 jam) x Maintenance (105cc) = 1785 cc saat mulai puasa
sampai pasien akan diberikan cairan rehidrasi, pasien mendapatkan cairan
1000ml dan ini dianggap sebagai pengganti puasa sehingga sisa cairan
untuk pengganti puasa 785 ml.

Stress operasi
Untuk pengganti cairan sequestra diberikan sesuai derajat operasi. Pada
kasus ini termasuk operasi besar karena merupakan operasi laparotomy
eksplorasi

16
Operasi kecil : 4 ml x BB
Operasi sedang : 6 ml x BB
Operasi besar : 8 ml x BB

8% x 65 kg = 520 ml

Kebutuhan cairan pada jam I:


M + SO + 1/2 (PP) + CR
105 + 520 + 1/2 (785) + 325 = 1.342 ml

Kebutuhan cairan pada jam II:392,5


M + SO + 1/4 (PP)
105 + 520 + 1/4 (840) + 325 = 1.146 ml

Jadi total cairan yang harus diberikan durante operasi jam I dan II yaitu 2.488
ml. Pada saat durante operasi, jumlah cairan yang diberikan adalah sejumlah 2.300ml.
sehingga sisa cairan perioperatif yang akan diberikan sebanyak 188ml.

Perdarahan
Jumlah perdarahan pada pasien kali ini sebanyak 1500ml. Pada pasien
kali ini tidak diberikan darah sebagai pengganti. Sehingga diberikan cairan
kristaloid dengan perbandingan 3:1. Jadi total cairan kristaloid yang diberikan
4500ml.
EBV laki-laki dewasa: 70 cc/kgBB = 65x70 = 4550 cc
Sehingga didapatkan % jumlah perdarahan (%EBV):
% EBV = 1500/4550 x 100% = 32%

17
Walaupun volume cairan intravaskuler dapat dipertahankan dengan
larutan kristaloid, pemberian transfusi darah tetap harus menjadi bahan
pertimbangan berdasarkan :
a. Keadaan umum penderita (kadar Hb dan hematokrit) sebelum
pembedahan
b. Jumlah/penaksiran perdarahan yang terjadi
c. Sumber perdarahan yang telah teratasi atau belum.
d. Keadaan hemodinamik (tensi dan nadi)
e. Jumlah cairan kristaloid dan koloid yang telah diberikan
f. Kalau mungkin hasil serial pemeriksaan kadar hemoglobin dan
hematokrit.
g. Usia penderita

Pada kasus kali ini tidak diberikan pemberian pengantian cairan dengan
darah karena kadar Hb (14,4) dan hematokrit (46%) sebelum operasi stabil,
sumber perdarahan teratasi, hemodinamik stabil, dan usia penderita yang
masih muda sehingga tubuh bisa dengan cepat melakukan perbaikan.

3. Terapi Cairan postoperatif


Resusitasi cairan yang diberikan pasca bedah merupakan sisa jumlah cairan
yang belum diberikan baik preoperatif maupun perioperatif. Total cairan yang
harus diberikan pasca operatif :

= rehidrasi + perioperatif + maintanance (22 jam) + pengganti perdarahan


= 4050 ml + 196 ml + 2310 ml + 4500 ml
= 11.056 ml

Jumlah sisa cairan yang akan diberikan berikutnya yaitu 11,056 yang
merupakan suatu jumlah yang banyak. Karena pasien masih dipuasakan setelah

18
operasi, maka cairan sisa akan dimasukkan secara parenteral. Pemberian cairan
berikutnya yang diberikan yaitu pemberian cairan sebanyak 470ml/jam hingga
jam 18.00 wita kemudian dilanjutkan 4700ml sampai jam 10.00 wita. (sambil
memperhatikan tanda terpenuhinya resusitasi dan apakah terjadi kelebihan terapi
cairan).
Untuk mengoreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan
terapi cairan tersebut. Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama
meliputi tekanan darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter
pupil, jalan nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh dan warna kulit. Pada saat post
operatif, urin yang dihasilkan selama operasi adalah sebanyaak 150ml
(75ml/jam) dan ini menandakan resusitasi cairan sudah berhasil untuk
rehidrasi(produksi urin 0,5-1/kgbb/jam), MAP >65mmHg, mukosa tidak kering,
CRT <2 detik, turgor baik.
Pada hari pertama pasca operasi, pasien masih mengalami tachycardi
dan tachypneu tetapi jumlah urin adalah 1150ml, yang berarti pengeluaran urin
per 24 jam 1000ml berada diantara 0,5-1 ml/kgbb/jam, dan tidak ada lagi
terdapat tanda klinis pertanda dehidrasi dan hasil balance cairan excess 3263ml.
Karena jumlah excess yang banyak, maka pasien diberikan force diuretika untuk
mengurangi beban ginjal, jantung dan mencegah overload yang akan
menyebabkan efek samping edema paru dan edema pada luka operasi diusus
yang akan menyebabkan proses penyembuhan lama. Pemberian cairan
selanjutnya hanya berupa cairan maintanance 105 ml/jam. Follow up hari kedua
postoperasi urine yang dikeluarkan sebanyak 3000ml akibat pemberian force
diuretik sebelumnya, dan hasil balance cairan defisit sebanyak -221ml. Defisit
cairan pada hari kedua tidak memerlukan koreksi karena hasil balance kumulatif
selama 2 hari post operatif adalah excess 1721.
Pemberian cairan postoperatif yang tidak sesuai jumlah sebenarnya,
sudah dapat membuat pasien teresusitasi dengan baik sehingga pada pemberian
terapi cairan tidak harus sepenuhnya sesuai dengan jumlah yang sebenarnya

19
karena tubuh setiap orang memiliki perbedaan dalam melakukan kompensasi
terhadap gangguan cairan yang terjadi. Respon tubuh tergantung status fisik,
umur dll. Tetapi kita harus memonitoring tanda vital dan tanda yang lainnya agar
dapat menentukan apakah resusitasi cairan sudah dapat dihentikan atau tidak
untuk mencegah edema paru yang akan terjadi jika cairan berlebih diberikan.

Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh


dalam batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid
(plasma ekspander) secara intravena. Cairan kristaloid merupakan cairan yang
paling sering digunakan dalam resusitasi cairan karena ruangan extraseluler
(interstisial(dehidrasi) dan intravaskular (perdarahan)) merupakan yang sering
mengalami gangguan keseimbangan cairan. Cairan ini mempunyai komposisi
mirip cairan ekstraseluler. Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah,
tersedia dengan mudah di setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross
match, tidak menimbulkan alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan sederhana
dan dapat disimpan lama. Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup
(3-4 kali cairan koloid) ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid
untuk mengatasi defisit volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di
ruang intravaskuler sekitar 20-30 menitPada pasien ini diberikan larutan Ringer
Laktat.

Solution Tonicity Na+ Cl- K+ Ca2 Glucose Lactate


(mosml/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (mEq/L) (g/L) (mEq/L)
5% Dextrose Hypo (253) 50
in water
(D5W)
Normal saline Iso (308) 154 154
D5 NS Iso (330) 38,5 38,5 50

20
D5 NS Hyper (407) 77 77 50
D5NS Hyper (561) 154 154 50
Lactated Iso (273) 130 109 4 3 28
Ringers
Injection (RL)
D5LR Hyper (525) 130 109 4 3 50 28
Tabel 1. Komposisi Cairan Kristaloid
Larutan ringer laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak
digunakan untuk resusitasi cairan. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan
mengalami metabolisme dihati menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang
sering digunakan adalah nacl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat mengakibatkan
asidosis hiperkloremik (delutional hyperchloremic acidosis) dan menurunnya kadar
bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida karena perbedaan sifat antara koloid dan
kristaloid dimana kristaloid akan lebih banyak menyebar ke ruang interstitiel
dibandingkan dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit
cairan di ruang interstitial. Selain itu, pemberian cairan kristaloid berlebihan juga
dapat menyebabkan, edema paru, edema otak dan meningkatnya tekanan intra cranial.
Sehingga pada pasien ini kita harus melakukan monitoring yang baik sehingga dapat
mencegah terjadinya efek samping akibat pemberian cairan kristaloid yang berlebihan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Guyton AC, Hall J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerjemah:
Rachman L.Y. et al. Edisi 11. EGC. Jakarta.

Latief AS, dkk. 2007. Petunjuk praktis anestesiologi: Terapi cairan pada
pembedahan. Ed. Ketiga. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI.

Shepherd A (2011) Measuring and Managing Fluid Balance. Nursing Times; 107:
28, 12-16.

Sjamsuhidajat, R., De Jong, W. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:
EGC.

22

Anda mungkin juga menyukai