Anda di halaman 1dari 4

UTS PANCASILA

PANDANGAN PANCASILA DALAM PENERAPAN SYARIAT ISLAM DI ACEH

Disusun untuk Memenuhi Matakuliah Pancasila


Yang Dibimbing oleh Rani Prita Prabawangi, S.Hub.Int, M.Si

DISUSUN OLEH:

Meike Intan Hermawan (160523610831) S1 Teknik Sipil Off D


Mufidah Anisah (160523610870) S1 Teknik Sipil Off D
Riri Nada Devita (140535604844) - S1 Teknik Informatika Off B
Syahadian Yusril Isha (140535605590) - S1 Teknik Informatika Off B

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober 2016
PANDANGAN PANCASILA DALAM PENERAPAN SYARIAT ISLAM DI ACEH

I. SISTEM HUKUM DI INDONESIA

Sebagai negara berdasar atas hukum yang berfalsafah Pancasila, negara melindungi
agama, penganut agama, bahkan berusaha memasukkan hukum agama ajaran dan hukum
agama Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga dengan kemajuan dunia
saat ini, khususnya negara Indonesia, maka penerapan hukum pidana Islam yang mulai
diberlakukan seperti di Aceh harus mengikuti perubahan zaman, tidak semata mata
lahirnya produk hukum seperti qanun penerapan syariat Islam lebih pada kepentingan
politik para kelompok. Namun bagaimana qanun qanun syariat Islam atau peraturan
daerah tentang syariat Islam dapat menjawab kondisi kekinian, bukan mengakibatkan
kemunduran sektor kemajuan daerah tersebut. Secara singkat, titik berat penerapan hukum
pidana Islam dan syariat Islam harus memiliki serta menawarkan konsep hukum yang lebih
universal dan mendasarkan pada nilai-nilai esensial manusia. Selama ini hukum Indonesia
terbentuk atau dipengaruhi oleh tiga pilar sub-sistem hukum yaitu:
a. Sistem Hukum Barat merupakan warisan penjajah kolonial Belanda yang selama 350
tahun menjajah Indonesia. Penjajahan tersebut sangat berpengaruh pada sistem hukum
nasional kita.
b. Sistem Hukum Adat bersendikan atas dasar-dasar alam pikiran bangsa Indonesia, dan
untuk dapat sadar akan sistem hukum adat orang harus menyelami dasar-dasar alam
pikiran yang hidup di dalam masyarakat Indonesia.
c. Hukum Islam, yang merupakan sistem hukum yang bersumber pada kitab suci AI-quran
dan yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad dengan hadist/sunnah serta dikonkretkan
oleh para mujtahid dengan ijtihadnya.

(Hayatullah Khumaini, SH. 2013. from http://www.acehinstitute.org/pojok-publik/hukum


/item/169-syariat-islam-vs-pancasila.html, 08 Oktober 2016).

II. PEMBAHASAN

Menurut kelompok kami, penerapan syariat islam di Aceh tidak melanggar


pancasila, karena terdapat dasar hukum yang jelas dalam pelaksanaan syariat islam di Aceh
yaitu pada UU no 44 tahun 1999 dan UU no 18 tahun 2001. Dalam undang-undang nomor
44 syariat islam didefinisikan sebagai semua aspek ajaran islam. Dalam undang-undang
nomor 18 disebutkan bahwa mahkamah syariyah akan melaksanakan syariat islam yang
di tuangkan ke dalam qanun terlebih dahulu. Qanun adalah peraturan yang dibuat oleh
pemerintah daerah Aceh untuk melaksanakan syariat islam bagi pemeluknya di Aceh.
(Inoeng Voenna, 2011, from https://alainoengvoenna.wordpress.com/2011/03/14/sejarah-
penerapan-syariat-islam-di-aceh/, 08 Oktober 2016).
Namun, pada kenyataanya, penerapan syariat islam di aceh ini menimbulkan
beberapa akibat yang dianggap bertentangan denga nilai-nilai pancasila, yaitu:

1. Pembahasan sila pertama


Tentunya penerapan syariat islam di Aceh tidak melanggar sila ke-1 yang berbunyi
Ketuhanan Yang Maha Esa Karena dalam ajaran Islam sendiri diajarkan bahwa tuhan
kita adalah esa yaitu Allah.

2. Pembahasan sila kedua


Sebelum adanya penetapan otonom, aceh telah melaksanakan syariat islam pada
zaman kerajaan islam pada masa lampau. Sehingga syariat islam ini bisa dikatakan
sebagai kebudayaan adat yg sudah mengakar. Jadi apabila dikaitkan dengan pancasila
sila kedua, maka kita sebagai orang yg bukan warga aceh kita harus menghargai syariat
islam ini tanpa memandang syariat islam itu bertentangan. Bila dikaitkan dengan
konteks keadilan, bisa kita katakan bahwa kita harus berperilaku adil dalam menyikapi
perbedaan yang ada dalam negara kita ini.
Menurut diskusi kelompok kami, jika melihat dari konteks keadilan dalam hak dan
tanggung jawab hukuman pidana, hal ini tidaklah melanggar sila ke-2 karena sama-
sama diganjar dengan hukuman yang telah ditetapkan dalam UU.

3. Pembahasan sila ketiga


Dari diskusi kelompok kami, perbedaan hak dan tanggungjawab yang dimiliki
Muslim dan non-Muslim dalam hal hukuman dapat mengakibatkan memecah belahnya
persatuan dan kebangsaan masyarakat Aceh yang sebelumnya pluralis dan multikultur.
Hal ini tentu dapat menimbulkan pertentangan dengan nilai Pancasila yang terdapat
pada sila ke-3 yang berbunyi Persatuan Indonesia.

4. Pembahasan sila keempat


Sering didengar tentang Aceh yang menggunakan aturan syariat islam yang itu tidak
diterapkan di negara negara lain. Dan ada Undang undang yang membahas tentang
sistem aceh dan diperbolehkan. Undang undang Aceh terdapat di dalam UU NO.44
TAHUN 1999 DAN UU NO.18 TAHUN 2001. Di undang undang itu dibahas secara
detail tentang aturan aturan di negara aceh. Undang undang tentang syariat islam di
Aceh ada pada PERDA SYARIAT QANUN. Aceh menggunakan syariat islam pun
juga sebelum Indonesia merdeka.
Menurut kami syariat islam tidak melanggar sila ke-4, Karena aturan yang
diterapkan sudah didasarkan pada UU yang sudah diatur dan dimusyawarahkan dengan
berbagai pihak dan sudah resmi dijalankan sesuai dengan UU yang ditetapkan.

5. Pembahasan sila kelima


Penerapan syariat islam di aceh hanya ditujukan untuk orang muslim. Sedangkan
orang non-muslim diberi kebebasan dalam memilih untuk mengikuti atau tidak
mengikuti aturan-aturan tersebut. Klausula tunduk sukarela dan keberlakuan qanun
jinayah itu juga dinyatakan secara tegas dalam Pasal 129 UU No. 11 Tahun 2006
tentang Pemerintahan Aceh.
a. Ayat (1) pasal ini menyatakan: Dalam hal perbuatan jinayah yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih secara bersama-sama yang diantaranya beragama bukan Islam,
pelaku yang beragama bukan Islam dapat memilih atau menundukkan diri secara
sukarela pada hukum jinayah.
b. Selanjutnya, ayat (2) menyatakan: Setiap orang yang beragama bukan Islam
melakukan perbuatan jinayah yang tidak diatur dalam KUHP atau ketentuan pidana
di luar KUHP berlaku hukum jinayah.
Hal-hal seperti ini tentunya berpotensi melanggar nilai Pancasila yang tertuang pada
sila ke-5 yang berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

KESIMPULAN

Dari pembahasan pada tiap sila diatas dapat kami simpulkan bahwa penerapan syariat
Islam di Aceh tidaklah bertentangan dengan Pancasila, namun perlu digarisbawahi bahwa juga
terdapat potensi terjadinya pertentangan penerapan tersebut dengan Pancasila khususnya
seperti yang dibahas pada sila ke-3 dan ke-5 yaitu terjadinya perpecahan dan ketidak setaraan
antar umat beragama. Oleh Karena menurut kami sebaiknya hal tersebut perlu dikaji ulang
untuk lebih baik kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai