Anda di halaman 1dari 31

Arsitek dan karyanya (Yu Sing)

OKE Postingan pertama saya kali ini tentang arsitek dan karyanya, yang pertama
kita mulai dengan biografi dari Yu Sing :

Yu Sing
Yu Sing adalah arsitek muda yang dikenal dengan karya-karya arsitekturnya yang unik.
Arsitek muda ini lahir di Bandung pada 5 Juli, 36 tahun silam. Walaupun masih
terhitung muda, namanya sudah tak asing lagi di dunia arsitektur dan desain.Yu Sing
menyelesaikan pendidikan arsitekturnya di jurusan arsitektur Institut Teknologi
Bandung pada tahun 1999. Usai menyelesaikan pendidikannya, Yu Sing mendirikan
studio arsitektur yang diberi nama Genesis.

Genesis adalah biro konsultan desain dengan semangat eksplorasi arsitektur


kontemporer terhadap bentuk-bentuk geometris yang kuat. Kiprah Genesis kemudian
berkembang pada penggalian arsitektur vernakular Indonesia dengan karakter rustic
yang dipadukan ke dalam ekspresi kontemporer serta arsitektur berkelanjutan yang
ramah lingkungan. Pada bulan Juni 2011, Genesis berubah nama menjadi akanoma.

Karya-karya Yu Sing cukup banyak diliput di berbagai media arsitektur di Indonesia


maupun Asia Pasifik. Bersama rekan-rekannya dalam tim desain, ia aktif mengikuti
berbagai sayembara desain arsitektur sejak masih kuliah. Beberapa di antaranya
menjadi pemenang, yaitu pemenang ke-1 Gedung Pelayanan Pusat Akademik
Universitas Negeri Makassar (menara 17 lantai).

Berikut tentang bangunan GPPA Universitas Negeri Makassar :


Namanya Gedung atau Menara Pinisi Universitas Negeri Makassar (UNM). Gedung ini
mengambil konsep Perahu Pimisi, perahu khas Bugis Makassar yang sejak dahulu kala
perahu pinisi ini tangguh dalam mengarungi samudra. Itulah sebabnya bangsa Bugis
Makassar Terkenal sebagai Pelaut ulung.

Faktor kesejarahan leluhur Bugis Makassar inilah yang mengilhami pembangunan


gedung atau Menara Pinisi yang berlantai 17 .
Gedung ini terletak di Kampus Universitas Negeri (UNM) Makassar, Jl Andi Pangerang
Pettarani. Menara Pinisi UNM juga disebut gedung Tellu Cappa (tiga Puncak). Konsep
dasar gedung ini didesain sebagai ikon baru bagi UNM, kota Makassar dan sekaligus
Sulawesi Selatan.

Gedung ini menjadi gedung tinggi pertama di Indonesia dengan sistem fasade
Hiperbolic Paraboloid. Bangunan ini sebagai perwujudan dari serangkaian makna,
fungsi, dan aplikasi teknologi yang ditransformasikan ke dalam sosok arsitektur.
Desain gedung ini bermula dari kontes arsitektur gedung UNM tahun 2008 lalu yang
dimenangkan oleh Yu Sing. Untuk mewujudkan gedung ini, dibuatlah berbagai macam
tim antara lain Arsitek gedung adalah Genesis Principal Architect. Tim desain terdiri
dari Benyamin Narkan, Eguh Murthi Pramono, Iwan Gunawan. Gedung ini mulai
dibangun tahun 2009 dan pada tahun 2012 sudah rampung.

Eksplorasi desain gedung ini mengutamakan pada pendalaman kearifan lokal sebagai
sumber inspirasi, yaitu makna Logo UNM, Rumah Tradisional Makassar, falsafah hidup
masyarakat Sulawesi Selatan (Sulapa Eppa/empat persegi), dan maha karya perahu
pinisi sebagai simbol kejayaan, kebanggaan, dan keagungan.

Seperti pada Rumah Tradisional Makassar yang terdiri dari 3 bagian (kolong/awa bola,
badan/lotang, dan kepala/rakkeang) dan dipengaruhi struktur kosmos (alam bawah,
alam tengah, dan alam atas), GPPA UNM juga teriri dari 3 bagian:

Bagian bawah berupa kolong/panggung.


Bagian kolong ini posisinya terletak 2 meter di atas jalan agar bangunan terlihat lebih
megah dari lingkungan sekitarnya. Lantai kolong ini didesain menyatu dengan
lansekap yang didesain miring sampai ke pedestrian keliling lahan.

Bagian badan berupa podium.


Podium terdiri dari 3 lantai, simbol dari 3 bagian badan pada Rumah Tradisional
Makassar (bagian depan/lotang risaliweng, ruang tengah/Lotang ritenggah, dan ruang
belakang/Lontang rilaleng). Bagian podium ini juga bermakna ganda sebagai simbol
dari tanah dan air.

Bagian kepala berupa menara.


Menara terdiri dari 12 lantai yang merupakan metafora dari layar perahu Pinisi dan
juga bermakna ganda sebagai simbol dari angin dan api.
Gedung ini didesain dengan ramah lingkungan. Dalam aplikasi hutan kampus pada
lansekap sebagai penyaring debu dan penghasil oksigen, pemisahan jalur
kendaraan dan pejalan kaki, danau buatan, ruang terbuka yang cukup, dan taman
pada bagian atap. Serangkaian sistem ini diharapkan mampu bekerja untuk
mendinginkan suhu bangunan.
Sumber:

http://archiholic99danoes.blogspot.com/2014/01/menara-phinisi-universitas-
negeri.html
http://rumah-yusing.blogspot.com/2009/01/menara-pinisi.html
http://buildingindonesia.biz/2010/11/12/universitas-negeri-makassar-gedung-tinggi-
pertama-di-indonesia-dengan-fasade-hiperbolic-paraboloid/

GEDUNG PHINISI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR (UNM)

Makassar baru saja memiliki sebuah ikon baru. Ikon tersebut bernama Menara Phinisi
Universitas Negeri Makassar (UNM). Gedung ini memiliki 17 lantai. Lalu, apa keunikan gedung
ini? Mari simak paparannya.

Pembangunan Menara Phinisi ini mengambil konsep Perahu Phinisi, yakni perahu khas Bugis
Makassar yang terkenal sejak dulu kala. Perahu Phinisi dipakai oleh Orang Bugis-Makassar
dalam menjelahaji samudra nan luas.

Pelaut Bugis-Makassar memiliki semboyan Takunjungan Bangung Turu. Naku Gunciri


Gulingku. Kualleanna Tallanga Natoalia yang artinya sekali layar terkembang, pantang biduk
surut kepantai.

Lokasi Gedung

Menara Phinisi ini terletak di Kampus Universitas Negeri (UNM) Gunung Sari, Makassar, Jl
Andi Pangerang Pettarani. UNM sendiri adalah kampus keguruan negeri terbesar di Makassar
bahkan Indonesia Timur. Dimalam hari anda akan menyaksikan 12 kerlap kerlip warna gedung
yang bersinar bergantian. 12 warna itu mewakili 12 fakultas yang ada di UNM.
Tellu Cappa (tiga Puncak) adalah nama lain gedung ini. Kearifan lokal adalah sumber inspirasi
utama pembangunan gedung ini. Kearifan lokal itu berupa logo UNM, Perahu Phinisi, falsafah
hidup orang Sul-Sel dan Rumah Tradisional Makassar.

Lalu, siapa yang merancang desain Menara Phinisi?

Menara ini dirancang oleh Yu Sing dkk. Saat itu, pada tahun 2008 UNM mengadakan sayembara
perancangan arsitektur gedung. Pada saat pengumuman pada tanggal 13 Januari 2009, jatuhlah
nama Yu Sing sebagai juara. Ia berhak mendapat hadiah sebesar Rp. 40 juta.

Ditahun 2013 ini gedung ini sudah mulai digunakan. Jika anda berkunjung ke Makassar
sempatkanlah untuk melihat gedung yang lokasinya tak jauh dari Hotel Grand Clarion ini.

Berikut dokumentasi Gedung Phinisi UNM :

[caption id="" align="aligncenter" width="346" caption="GEDUNG PHINISI UNIVERSITAS


NEGERI MAKASSAR (UNM)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="346"
caption="GEDUNG BERWARNA ORANGE, SESUAI WARNA ALMAMATER KAMPUS"]

TAMPAK BERDIRI GEDUNG PHINISI


Yu Sing gusar. Setelah lulus dari Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Bandung pada
1999, darah mudanya mendidih melihat fenomena arsitektur di Indonesia.

Jasa arsitek menjadi monopoli orang-orang kaya. Sedangkan kalangan menengah ke bawah
hanya bisa gigit jari. Biaya pembuatan atau renovasi rumah saja sudah merogoh kocek sangat
dalam bagi masyarakat kurang mampu, apalagi bila memakai jasa arsitek.

Yu Sing berupaya mendobrak stigma tersebut. Dia ingin profesi arsitek non-elitis dan untuk
semua kalangan. Bentuk perjuangannya adalah memasyarakatkan rumah murah. Dia punya
mimpi besar: membantu mendesain sejuta rumah murah di Indonesia.

Salah satu inspirator Yu Sing adalah Yusuf Bilyarta Mangunwijaya atau akrab dipanggil Romo
Mangun. Lewat sentuhan midasnya, Romo Mangun mengubah perumahan miskin di sepanjang
bantaran Kali Code menjadi sebuah kawasan yang indah. Selain diganjar penghargaan Aga Khan
untuk Arsitektur, Romo Mangun dikenang sebagai arsitek yang peduli pada kemanusiaan.

Terinspirasi karya dan laku Romo Mangun, Yu Sing mulai mendesain dan membangun rumah
mungil, murah, dan ramah lingkungan pada 1999. Rumah pertama yang dia desain tak lain
rumahnya sendiri di Cimahi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Setelah itu, Yu Sing mulai
memberanikan diri menebar ide-idenya tentang rumah murah lewat tulisan di majalah arsitektur,
blog pribadi, dan milis arsitektur. Jebolan Program Studi Arsitektur Institut Teknologi Bandung
itu pun menulis buku bertajuk Mimpi Rumah Murah pada 2009.
Dia menganggap merancang rumah murah merupakan jawaban untuk pertanyaan mengapa dia
hidup. Hidup berarti bila dapat mempertanggungjawabkan semua yang telah Tuhan berikan
menjadi manfaat buat banyak orang, kata dia.

Setelah membangun rumah murah untuk keluarganya, Yu Sing mendapat pesanan dari
temannya. Dia diminta merenovasi sebuah rumah berusia lebih dari 30 tahun di kawasan
Caringin, Bandung. Lantaran sudah sangat tua, rumah tersebut harus dibongkar dan dibangun
ulang. Namun sekitar 90 persen bahan bongkaran rumah tersebut bisa digunakan lagi. Yu Sing
merancang rumah tersebut sebagai rumah tumbuh dengan alasan ketersediaan dana pemilik
rumah.

Konsep rumah yang disuguhkan Yu Sing adalah ramah lingkungan. Ruang terbuka hijau serta
daerah resapan merupakan keharusan. Konsep ramah lingkungan juga terlihat di atap. Atap
dirancang agar bisa menampung air hujan, yang melalui proses penyaringan sederhana, dapat
digunakan lagi.
Menurut Yu Sing, konsep rumah ramah lingkungan bisa menjadi murah dengan cara menyiasati
arah bangunan untuk mendapatkan cahaya dan udara alami. Selain itu, juga dengan
memperbanyak tanaman dan memanfaatkan material bekas. Bisa juga menggunakan konsep
unfinished agar biaya tak melambung tinggi.

Karya Yu Sing ternyata mendapat sambutan hangat. Dia mulai kebanjiran order yang mayoritas
dari kalangan menengah ke bawah. Tak hanya dari Jawa, pesanan datang dari Kalimantan hingga
Papua. Harga rumah yang dibangun Yu Sing di bawah Rp300 juta. Bila anggaran membangun
kurang dari Rp 25 juta, Yu Sing menggratiskan jasa arsitekturnya.

Sejak 1999, Yu Sing mendirikan perusahaan jasa konsultan arsitektur Genesis. Sekitar Juni 2011,
Genesis berubah menjadi akanoma (akar anomali).

Mimpi mendesain rumah murah tidak lepas dari masa kecil Yu Sing. Anak kedua dari tiga
bersaudara ini berpindah-pindah kontrakan karena orang tuanya tidak punya rumah. Sebagai
keturunan Tionghoa, Yu Sing kecil pun sering mendapat perlakuan rasial. Namun, didikan orang
tuanya membuat Yu Sing menjadi orang yang anti-rasial.

Merintis jejak Romo Mangun membangun Kali Code, Yu Sing membuat komunitas Kampung
Kita pada awal 2011. Dia menggandeng arsitek dan 17 kampus untuk masuk ke beberapa
kampung di Solo, Jawa Tengah. Mereka membantu para warga sekitar mengembangkan
daerahnya menjadi kampung wisata.

Yu Sing juga merintis Jaringan Arsitek Indonesia Merakyat yang fokus untuk memberi desain
hunian atau ruang publik yang ramah bagi golongan ekonomi lemah.

Ia juga menggagas proyek filantropi Papan untuk Semua. Lewat Papan untuk Semua, pria
berusia 41 tahun ini bersama rekan-rekannya memberi jasa desain gratis untuk masyarakat yang
kurang mampu. Bahkan, mereka juga menggalang dana untuk membuat rumah layak huni bagi
masyarakat yang kurang mampu.

Pemerhati lingkungan dan perkotaan Fitrawan Umar mengatakan Yu Sing adalah pelopor
generasi baru arsitek Indonesia. Ia (Yu Sing) kini menjadi inspirasi bagi para arsitek muda dan
calon arsitek di kampus-kampus, kata Fitrawan.

SIAPAKAH YU SING ITU?


YU SING
Arsitek muda ini lahir di Bandung pada 5 Juli. Yu Sing menyelesaikan
pendidikan arsitekturnya di jurusan arsitektur Institut Teknologi Bandung
pada tahun 1999. Usai menyelesaikan pendidikannya, Yu Sing mendirikan
studio arsitektur yang diberi nama Genesis. Genesis adalah biro konsultan
desain dengan semangat eksplorasi arsitektur kontemporer terhadap
bentuk-bentuk geometris yang kuat.
Pada bulan Juni 2011, Genesis berubah nama menjadi akanoma, yang
merupakan singkatan dari akar anomali yakni memperkuat komitmen untuk
senantiasa berakar pada konteks potensi Indonesia dan persoalan
masyarakat yang terpinggirkan. Dalam proyek ini, ia bersama dengan
rekan-rekannya membantu memberikan desain gratis dan juga ikut
menggalang dana untuk membuat rumah layak huni yang aman bagi
beberapa masyarakat yang kurang mampu.
Tekad yang selalu ia ialah bahwa arsitektur adalah untuk semua, tidak
terbatas pada kalangan menengah ke atas saja. Terbukti pada buku karya
pertamanya yaitu buku "mimpi RUMAH MURAH" memiliki misi
memasyarakatkan arsitektur dengan banyak membantu desain rumah
murah di berbagai daerah di Indonesia dengan jasa desain murah--yang
diterbitkan Transmedia Pustaka. Karakter desainnya, terutama untuk karya
rumah tinggal, memperlihatkan elemen dari budaya lokal tempat bangunan
berada.
Karya-karya Yu Sing cukup banyak diliput di berbagai media arsitektur
di Indonesia maupun Asia Pasifik. Bersama rekan-rekannya dalam tim
desain, ia aktif mengikuti berbagai sayembara desain arsitektur sejak masih
kuliah. Beberapa di antaranya menjadi pemenang, yaitu pemenang ke-1
Gereja Kristen Indonesia Anugerah Bandung, pemenang ke-2 Sekolah
internasional BPK Penabur Singgasana Pradana Bandung, pemenang ke-1 TK
Internasional BPK penabur Bahureksa Bandung, pemenang ke-3 Taman
Rakyat Cimahi, Top 10 Fasade Rumah Ide, pemenang ke-1 Desain Muka
Jakarta Design Centre, pemenang ke-6 Taman Borobudur Jakarta, finalis
Sekolah internasional BPK Penabur Banda Bandung, pemenang ke-3 Desain
Muka dan interior Galeri Indogress Tangerang, pemenang ke-5 Rumah Sakit
Akademik UGM Yogyakarta, dan pemenang ke-1 Gedung Pelayanan Pusat
Akademik Universitas Negeri Makassar (menara 17 lantai).

SALAH SATU KARYA YU SING : MENARA PHINISI UNM

Karya ini merupakan pemenang pertama sayembara Gedung Pusat


Pelayanan Akademik Universitas Negeri Makassar. Ini merupakan karya
pertama untuk gedung tinggi (17 lantai). Tim desain: Yu Sing, Benyamin K
Narkan, Eguh Murthi Pramono, Iwan Gunawan.

Konsep Desain
Gedung Pusat Pelayanan Akademik UNM didesain sebagai ikon baru
bagi UNM, kota Makassar, dan sekaligus Sulawesi Selatan. Eksplorasi desain
GPPA UNM mengutamakan pada pendalaman kearifan lokal sebagai sumber
inspirasi, yaitu makna Logo UNM, Rumah Tradisional Makassar, falsafah
hidup masyarakat Sulawesi Selatan (Sulapa Eppa / empat persegi), dan
maha karya Perahu Pinisi sebagai simbol kejayaan, kebanggaan, dan
keagungan.
GPPA UNM sebagai IKON BARU yang merupakan gedung tinggi pertama
di Indonesia dengan sistem fasade Hiperbolic Paraboloid, merupakan
ekspresi futuristik dari aplikasi kecanggihan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Bangunan Pusat Pelayanan Akademik UNM merupakan
perwujudan dari serangkaian makna, fungsi, dan aplikasi teknologi yang
ditransformasikan ke dalam sosok arsitektur. Kekayaan makna tersebut
akan meningkatkan nilai arsitektur GPPA UNM menjadi lebih dari sekedar
sosok estetis, tetapi juga memiliki keagungan nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya.

Gedung Pusat Pelayanan Akademik UNM


Seperti pada Rumah Tradisional Makassar yang terdiri dari 3 bagian
(kolong/awa bola, badan/lotang, dan kepala/rakkeang) dan dipengaruhi
struktur kosmos (alam bawah, alam tengah, dan alam atas), GPPA UNM juga
teriri dari 3 bagian:

1. Bagian bawah berupa kolong/panggung.


Bagian kolong ini posisinya terletak 2 meter di atas jalan agar
bangunan terlihat lebih megah dari lingkungan sekitarnya. Lantai kolong ini
didesain menyatu dengan lansekap yang didesain miring sampai ke
pedestrian keliling lahan.

2. Bagian badan berupa podium.


Podium terdiri dari 3 lantai, simbol dari 3 bagian badan pada Rumah
Tradisional Makassar (bagian depan/lotang risaliweng, ruang tengah/Lotang
ritenggah, dan ruang belakang/Lontang rilaleng). Bagian podium ini juga
bermakna ganda sebagai simbol dari tanah dan air.

3. Bagian kepala berupa menara.


Menara terdiri dari 12 lantai yang merupakan metafora dari layar
perahu Pinisi dan juga bermakna ganda sebagai simbol dari angin dan api.

Sumber :
http://archiholic99danoes.blogspot.co.id/2014/01/menara-phinisi-universitas-negeri.html
http://atimotim-94.blogspot.co.id/2014/03/oke-postinganpertama-saya-kali-ini.html
http://indesignindonesia.com/read-news-1-0-37-yu-sing.indesign.indonesia.magz
http://majalahasri.com/yu-sing-arsitek-muda-yang-progresif/
http://rumah-yusing.blogspot.co.id/2009/01/menara-pinisi.html
http://transmediapustaka.com/13-writer/profile/194-yu-sing

reinterpretasi rumah betang

ini karya pertama saya & tim di tanah kalimantan,


yang langsung berkencan dengan ketakjuban pada rumah panjang suku dayak.
untungnya pemilik rumah bersedia dan akhirnya bangga akan rumahnya yang terinspirasi oleh
rumah panjang, walaupun mereka bukan suku dayak.
struktur rumah dari kayu ulin bekas, sebagian besar material kayunya pun kayu bekas yang
digunakan kembali. proses membangunnya menjadi panjang, sambil menunggu kayu2 bekas di
pasaran pengepul kayu, walaupun akhirnya sebagian kecil [rangka pergola halaman parkir] pakai
kayu baru.
sisi kiri merupakan bangunan kantor yang fasadnya mentransformasi motif dayak akar betaut,
yang maknanya persatuan dan kesatuan umat manusia. Belajar dari arsitektur tradisional
memang seringkali menitipkan makna2 kehidupan yang lebih luas melalui berbagai hal, salah
satunya pada elemen arsitektur.

tim desain: yu sing, benyamin narkan, christian lesmana, eguh murthi pramono, iwan gunawan.
tata lampu: ian
foto-foto: pak heru (pemilik) di pontianak
ini karya pertama Yu Sing & tim di tanah kalimantan,
yang langsung berkencan dengan ketakjuban pada rumah panjang suku dayak.
Pemilik rumah bersedia dan akhirnya bangga akan rumahnya yang terinspirasi oleh rumah
panjang, walaupun mereka bukan suku dayak.
Struktur rumah dari kayu ulin bekas, sebagian besar material kayunya pun kayu bekas yang
digunakan kembali. proses membangunnya menjadi panjang, sambil menunggu kayu2 bekas di
pasaran pengepul kayu, walaupun akhirnya sebagian kecil [rangka pergola halaman parkir] pakai
kayu baru.

Sisi kiri merupakan bangunan kantor yang fasadnya mentransformasi motif dayak akar betaut,
yang maknanya persatuan dan kesatuan umat manusia. Belajar dari arsitektur tradisional
memang seringkali menitipkan makna2 kehidupan yang lebih luas melalui berbagai hal, salah
satunya pada elemen arsitektur.

KONSEP TATA RUANG (Penjelasan Gambar Denah Lantai 1)

Penataan ruang merupakan adaptasi dari rumah panjang suku dayak di Kalimantan yang
berbentuk panggung. Sisa lahan seluas mungkin dimanfaatkan sebagai taman hutan kecil untuk
menciptakan suhu rumah yang lebih dingin. Ruang-ruang lantai didesain transparan yang
berbatasan langsung dengan taman hitan kecil. Perletakan ruang dari depan berturut-turut dari
ruang servis. Ruang semi privat, dan ruang privat di bagian paling belakang.

(1) Hutan mini sesuai dengan perintai lima, menyumbangkan oksigen dengan keteduhan ke
dalam rumah, sekaligus sebagai sikap peduli lingkungan untuk menanam pohon sebanyak
mungkin sebagai respon terhadap pemanasan global. Selain itu juga menciptakan ruang bermain
anak dan berkumpul keluarga dengan suasana outdoor menciptakan ekosistem baru,
mengundang burung-burung bermain dan menambah suara alam ke dalam rumah.

(2) Teras di depan ruang kerja untuk menikmati taman hutan kecil menjadi ruang inspiratif
buat seluruh anggota keluarga

(3) Ruang antara tengah lahan mengalirkan udara sampai ke batas lahan paling belakang.

(4) Ruang kerja dipisahkan dari rumah, sehingga aktifitasnya tidak saling mengganggu.

(5) Ruang tamu keluarga merangkap sebagai ruang tamu rekan kerja.

(6) Kamar tidur utama di paling belakang dengan pemandangan kea rah taman mungil. Dengan
adanya taman di kiri-kanan maka akan mengalirkan udara sejuk ke dalam kamar.

(7) Lemari baju dan meja rias sebagai sekat ruang sehingga menghemat biaya konstruksi
rumah.
(8) Taman sebagai batas dengan tetangga, cahaya, udara, dan hujan menjadi pembentuk
suasana ruang dalam.

(9) Ruang keluarga menyatu dengan ruang makan supaya luas. Batas dengan ruang luar
didesain ambigu, tanpa sekat dinding maupun jendela sama sekali, seolah-olah merupakan ruang
luar sekaligus ruang dalam. Udara mengalir lancar memberikan kesejukan. Bila memungkinkan
sekat dengan ruang luar hanya berupa krey rotan Kalimantan yang bisa digulung ke atas, bila
tidak, maka batas berupa deretan pintu kaca yang bisa dibuka tutup.

(10) Untuk menghemat ruang, area jemur memanfaatkan daerah depan dengan diberi sekat semi
dinding berlubang setinggi mata orang dewasa.

(11) Taman depan sebagai tempat untuk menanam aneka tumbuhan sayur atau obat untuk
kebutuhan sehari-hari.
wikasatrian, pelatihan kepemimpinan

karya ini adalah kelanjutan dari sayembara tertutup wika (wijaya karya) leadership center di
pasir angin, gadog, bogor. Studio akanoma dipilih dari 5 tim konsultan arsitek lain untuk
mengembangkan perbaikan desainnya. Setelah ditentukan bahwa proposal akanoma yang dipilih,
memang banyak masukan dari pemberi tugas untuk memperbaiki proposal desainnya. Perbaikan
utama ada mengenai ruang lingkup dan lokasi bangunan. Semula bangunan2 diusulkan di sekitar
lembah dipindahkan ke bukit terdekat dari area parkir. Beberapa fungsi bangunan digabungkan
dalam satu gedung agar menghemat anggaran dan ruang-ruangnya dapat segera digunakan.
Proposal perbaikan ini mencakup fungsi auditorium, ruang inovasi & cross culture,
perpustakaan, & ruang sejarah wika yang multifungsi. Keistimewaan lahan yang dapat melihat
cukup jelas 3 gunung di sekitarnya: gede, pangrango, salak diekspresikan ke dalam bangunan
seperti gunung dengan 3 puncak di atasnya. Denah bangunan sendiri menyerupai sosok semar
salah 1 tokoh punokawan.

berikut ini lampiran tulisan di majalah homediary edisi 1 tentang karya ini.

MENGEJAWANTAH
FILOSOFI PUNOKAWAN
Simbol, bentuk, dan komposisi bangunan ini selalu ingin menyiratkan makna agar nantinya bisa mewadahi
pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Teks: Writer House | Fotografi : Bambang Purwanto | Arsitek : Studio Akanoma | Lokasi : Bogor

Wikasatrian adalah nama yang dipilih untuk memaknai keseluruhan aktivitas yang diwadahi oleh
bangunan yang desainnya melalui sayembara desain. Bukan sekedar bangunan dengan ruang-
ruang besar seperti kelas untuk mewadahi kegiatan pelatihan atau seminar disini, tetapi setiap
fase ruang dalam bangunan dan ruang luarnya menyuguhkan satu sensasi ruang yang berbeda
dan menggugah rasa.

Filosofi itu berangkat dari proses desain yang ingin menghadirkan karakter Indonesia yang
sejujurnya tanpa harus menjadi artifisial yang secara acak mengambil elemen atau motif
tradisional. Sayembara desain
bangunan ini dimenangkan oleh Studio Akanoma dengan arsitek Yu sing yang ingin sebuah
bangunan yang artistik dan juga fungsional tanpa harus terjebak dalam tatanan dekoratif semata.

Sejak awal konsep kearifan Indonesia dipahami dalam tiga unsur utama, religiusitas,
pengharkatan, dan pelestarian. Wijaya Karya sebagai klien yang menggagas bangunan ini
tertarik dengan elaborasi konsep
Indonesia dan kreativitas yang dibuat oleh Yu Sing dan tim Studio Akanoma. Kearifan karakter
Indonesia justru kemudian ditemukan pada wayang Punakawan yang juga memiliki kedalaman
filosofi dalam
tingkah lakunya.

Seni bertutur wayang yang tidak ternilai muncul sebagai mahakarya kaliber dunia yang memiliki
kedalaman nilai-nilai tentang kehidupan dan kepemimpinan. Makna itulah yang kemudian
diwujudkan dalam bentuk bangunan berkarakter milik Wijaya Karya yang nantinya akan
mewadahi kegiatan pelatihan-pelatihan karyawan dan juga publik. Fungsi pendidikan yang
menemani proses berkembang dan memberikan
pengalaman itulah yang diemban bangunan yang dari jauh terlihat seperti sebuah bukit.

Wikasatrian ini secara lokasi dikelilingi oleh beberapa gunung seperti Gede, Pangrango, Gunung
Salak, dan Gunung Geulies, sehingga konsep ring of fire memposisikan bangunan ini menjadi
salah satu elemen alam yang terwujud dari lapisan-lapisan yang tidak memiliki kesamaan bentuk
dan tidak sejajar sebagai representasi dari kreativitas yang tidak terbatas. Dari sinilah nama
beberapa bangunanmenggunakan kata giri. Lokasinya di Desa Pasir Angin, Gadog, Ciawi,
Jawa barat ini memberikan keleluasaan pemandangan dan luas lahan yang cukup lapang untuk
mewujudkan ruang-ruang yang bisa dimanfaatkan secara aktif untuk
menempa pribadi. Secara fasilitas, terdapat enam wujud rupa bangun yaitu Giri Sasana, Giri
Budaya, Giri Cipta, Giri Pustaka, Wana Arena, dan Giri Boga.

Selain bentuk gunung, filosofi semar juga secara mendalam diulik dalam proses desain.
Ruang-ruang yang terwujud berupaya untuk tetap sederhana, matang, tidak menonjolkan diri,
tetapi membangkitkan sensasi ruang yang megah dan anggun di dalamnya. Dekorasi bergaya
Jawa menghiasi beberapa detail dan sudut ruang untuk menghadirkan sebuah apresiasi terhadap
filosofi yang dimiliki oleh Semar.

Secara sekuens, arsitek berupaya menghadirkan sensasi unik yang bisa dirasakan oleh
pengunjung dan pengguna bangunan di setiap bagian ruang serta memiliki
pemandangan tersendiri yang menyegarkan. Hamparan halaman dengan rumput di sekitarnya
tidak menghilangkan pohon-pohon peneduh yang juga dimanfaatkan untuk kegiatan pelatihan
ruang luar atau outbond.

Anda mungkin juga menyukai