Anda di halaman 1dari 54

Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

i
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


UPS ( Uninterruptible Power Supply ) adalah peralatan listrik yang
berfungsi untuk memberi daya sementara ketika daya utama dari sumber padam,
daya sementara ini bersumber dari arus DC yang disimpan pada baterai atau accu.
Dengan demikian dalam piranti UPS tersedia suatu rangkaian yang mengubah
tegangan DC dari baterai menjadi tegangan AC, sehingga suatu UPS dapat
menyuplai listrik seperti sumber listrik dari jaringan distribusi.

Dalam teknologi pengubahan tegangan DC menjadi AC pada UPS, sistem


yang banyak dipakai adalah dengan menggunakan sistem gelombang kotak
(square) pada tegangan AC keluarannnya. Banyaknya menggunakan sistem ini
adalah karena mudahnya sistem ini dibuat bila dibandingkan sistem gelombang
sinus. Pada sebagian penggunaan tegangan listrik untuk piranti elektronik,
memang tegangan listrik dengan gelombang kotak ini tidak menjadi masalah,
seperti pada komputer lampu-lampu,radio player dan sebagainya, akan tetapi
tegangan listrik yang digunakan untuk menjalankan motor AC, adalah tegangan
listrik dengan gelombang keluaran sinusoid. Karena bila motor AC diberikan
dengan sumber listrik gelombang kotak, maka motor tersebut tidak dapat berputar.
Dengan demikian tegangan listrik universal yang dapat digunakan unutk semua
piranti adalah tegangan listrik dengan bentuk keluaran sinusoid.

Disisi lain, rangkaian pengubah tegangan DC menjadi AC dalam suatu UPS,


biasanya menggunakan trafo biasa. Hal ini menjadikan harga UPS menjadi lebih
mahal dan bobot UPS menjadi berat dan beratnya akan semakin meningkat secara
signifikan seiring dengan meningktnya kemampuan suplai daya dari UPS tersebut.

1
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

1.2 Tujuan
Berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh Politeknik negeri
Sriwijaya bahwa sebagai syarat kelulusan maka mahasiswa diwajibkan untuk
melaksanakan praktek kerja di perusahaan yang sesuai dengan bidang atau
jurusannya masing-masing dalam kesempatan yang dituju adalah PT.
PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III PLAJU-SUNGAI GERONG.
Adapun tujuan melaksanakan kerja praktek adalah :
1. Mengetahui bagaimana blok diagram UPS ( Uninterruptible Power Supply )
secara umum pada PT. PERTAMINA (PERSERO) RU III Plaju.
2. Mengetahui proses kerja UPS ( Uninterruptible Power Supply ) secara umum
pada PT. PERTAMINA (PERSERO) RU III Plaju.
3. Mengetahui bagaimana cara perpindahan sumber ke tenaga UPS (
Uninterruptible Power Supply ) Jika Pembangkit Utama Mengalami
Gangguan.
4. Sebagai wawasan kerja bagi mahasiswa untuk menghadapi dunia kerja.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada laporan kerja praktek ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Blok Diagram UPS ( Uninterruptible Power Supply ) Secara
Umum Pada PT. PERTAMINA (PERSERO) RU III Plaju.
2. Bagaimana Proses Kerja UPS ( Uninterruptible Power Supply ) Pada
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU III Plaju.
3. Bagaimana Cara Perpindahan Sumber Tenaga Ke UPS ( Uninterruptible
Power Supply ) Jika Pembangkit Utama Mengalami Gangguan.

2
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

1.4 Pembatasan Masalah


Pada pelaksanaan kerja praktek ini, penulisan laporan dibatasi sesuai dengan
penerapan disiplin ilmu yang dipelajari oleh penulis, yaitu :

1. Bagaimana Blok Diagram UPS ( Uninterruptible Power Supply ) Secara


Umum Pada PT. PERTAMINA (PERSERO) RU III Plaju.
2. Bagaimana Proses Kerja UPS ( Uninterruptible Power Supply ) Pada
PT. PERTAMINA (PERSERO) RU III Plaju.
3. Bagaimana Cara Perpindahan Koneksi Tenaga Dari Power Station 1 dan 2
ke UPS ( Uninterruptible Power Supply ).

1.5 Metode Pengambilan Data


Dalam penulisan laporan ini dibutuhkan data-data sebagai landasan untuk
mempermudah dalam penulisan laporan atau kertas wajib ini. Metode yang
digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Metode Literatur, yaitu penulis mengumpulkan data-data sebagai sumber
informasi dari buku-buku referensi.
2. Melalui observasi, dengan terjun langsung di lapangan yang dijadikan subjek
laporan, yakni tempat melakukan kerja praktek lapangan serta ikut serta dalam
pekerjaan di seksi bundle.
3. Melalui wawancara, yaitu dengan menanyakan langsung kepada teknisi, para
pekerja, dan pembimbing di lapangan.

3
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah Singkat Pertamina


Usaha pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan
Raerink pada tahun 1871 di Cibodas dekat Majalengka (Jawa Barat). Namun,
usaha tersebut mengalami kegagalan. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilko Jan
Zijkler yang melakukan pengeboran di Telaga Tiga, Sumatera Utara pada tanggal
15 Juni 1885 dan berhasil menemukan sumber minyak yang pertama di Indonesia.
Sejak itu berturut-turut ditemukan sumber minyak bumi di Kruka (JawaTimur)
tahun 1887, Ledok, Cepu (Jawa Tengah) pada tahun 1901. Pamusian, Tarakan
tahun 1905 dan di Talang Akar Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921.
Penemuan-penemuan dari penghasil minyak lain mendorong keinginan
maskapai perusahaan asing seperti Royal Deutche Company, Sheel, Caltex,
Stanvac dan maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha
pengeboran minyak di Indonesia. Setelah Kemerdekaan Indonesia, terjadi
beberapa perubahan pengelolaan perusahaan minyak di Indonesia. Pada tanggal
10 Desember 1957 atas perintah Mayjend Dr. Ibnu Soetowo, PT. TMSU diubah
menjadi PT. PERMINA. Kemudian dengan PP. No.198/1961, PT. PERMINA
dilebur menjadi PN PERMINA. Padatanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan PP.
No. 27/1968 PN PERMINA diubah menjadi PN PERTAMINA. Sebagai landasan
kerja baru lahirlah UU. No. 8/1971 pada tanggal 15 SePT.ember 1971.
Sejak saat itulah PN PERTAMINA diubah menjadi PERTAMINA, yang
merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional yang berwenang mengolah
semua bentuk kegiatan di bidang Industri dan Perminyakan di Indonesia dengan
tiga tugas utama, yaitu :
1. Menyediakan dan menjamin pemenuhan BBM (BahanBakarMinyak)
2. Sebagai sumber devisa Negara
3. Meyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi dan
pengetahuan

4
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Seiring dengan perubahan yang terjadi di dalam tubuh PERTAMINA


maka pada tanggal 17 SePT.ember 2003 kembali berubah menjadi
PT..PERTAMINA (Persero). Hingga sekarang PERTAMINA telah mempunyai
tujuh buah kilang, yaitu :

Tabel 2.1. Nama Kilang PERTAMINA dan Kapasitasnya


Nama Kilang Kapasitas
UP-I PANGKALAN BRANDAN 5.000 BPSD
UP-II DUMAI DAN SUNGAI PAKNING 170.000 BPSD
UP-III PLAJU DAN SUNGAI GERONG 133.700 BPSD
UP-IV CILACAP 300.000 BPSD
UP-V BALIKPAPAN 253.000 BPSD
UP-VI BALONGAN 125.000 BPSD
UP-VII KASIM-SORONG 10.000 BPSD
Total 996.700 BPSD
Keterangan : BPSD = Barrel Per Stream Day Sumber : PERTAMINA, 2004

Sasaran utama pengadaan dan penyaluran BBM dalam menunjang


pembangunan nasional adalah tersedianya BBM dalam jumlah yang cukup
dengan kualitas yang memenuhi spesifikasi, suplai yang berkesinambungan,
terjamin, dan ekonomis. Pemenuhan kebutuhan BBM merupakan tugas yang
cukup berat karena peningkatan kapasitas pengolahan minyak yang dimiliki
PERTAMINA tidak berjalan seiring dengan lonjakan konsumsi BBM yang
dibutuhkan masyarakat.
Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kapasitas pengolahan minyak
dalam negeri adalah konsumsi minyak yang meningkat sangat pesat dalam
beberapa tahun terakhir ini sebagai dampak pesatnya kegiatan pembangunan. Di
samping itu, kilang-kilang minyak yang dioperasikan menggunakan teknologi
yang cukup tertinggal dan tidak efisien. Oleh karenaitu, dalam pembangunan
kilang-kilang baru dan memperluas kilang-kilang lama diterapkan teknologi baru
yang berwawasan lingkungan.

5
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Dalam mengoperasikan kilang-kilang dalam negeri, tiga kebijakan utama


selalu mendasari langkah PERTAMINA, yaitu kepastian dalam pengadaan,
pertimbangan ekomomi, pengadaan, dan keluwesan pengadaan.

2.2 Logo Pertamina


Pemikiran perubahan logo sudah dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisis
PERTAMINA pada saat itu. Pemikiran tersebut dilanjutkan pada tahun-tahun
berikutnya dan diperkuat melalui Tim Restrukturisasi PERTAMINA tahun 2000
(Tim Citra) termasuk kajian yang mendalam dan komprehensif sampai pada
pembuatan TOR dan perhitungan biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak
sempat terlaksana karena adanya perubahan kebijakan/pergantian Direksi.
Wacana perubahan logo berlangsung sampai dengan terbentuknya PT.
PERTAMINA (Persero) pada tahun 2003.
Adapun pertimbangan penggantian logo yaitu untuk dapat membangun
semangat/spirit baru, mendorong perubahan Corporate Culture bagi seluruh
pekerja, mendapatkan image yang lebih baik diantara perusahaan minyak dan gas
global serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahan-
perubahan yang terjadi, antara lain :
1. Perubahan peran dan status hokum perusahaan menjadi Perseroan.
2. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan
pasca PSO serta semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru di bidang Hulu
dan Hilir

Gambar 2.1. Logo PERTAMINA (Persero)

6
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Elemen logo merupakan representasi huruf P yang secara keseluruhan


merupakan representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang
bergerak maju dan progresif. Warna-warni yang berani menunjukkan langkah
besar yang diambil PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang
lebih positif dan dinamis.
Warna-warna tersebut yaitu :
a. Biru : Mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab
b. Hijau : Mencerminkan sumber daya energy yang berwawasan lingkungan
c. Merah : Keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai
macam keadaan.

2.3 Sejarah PT. PERTAMINA (Persero) RU III Plaju-Sungai Gerong


Daerah operasi Refinery Unit-III Plaju meliputi Kilang Plaju dan Kilang
Sungai Gerong. Antara Kilang Plaju dengan Kilang Sungai Gerong dipisahkan
oleh sebuah sungai yaitu sungai komering. Kilang RU III Plaju dan Sungai
Gerong mengolah bahan baku minyak mentah yang berasal dari daerah Sumatera
Bagian Selatan dan sebagian lagi dari luar Sumatera Bagian Selatan, dengan
produksi kapasitas 133.700 BPSD.
Pada mulanya Kilang Pertamina RU III Plaju dibangun oleh Pemerintah
Hindia Belanda pada tahun 1920 dengan tujuan untuk mengolah minyak mentah
yang berasal dari Prabumulih dan Jambi. Pada tahun 1957 kilang ini diusahakan
oleh BPM (Batavache Petroleum Matscappij). Pada tahun 1965 Pertamina
membeli kilang Plaju dari PT.SHELL (EX. BPM), yang terletak di sebelah
Selatan sungai Musi dan sebelah Barat sungai Komering.
Kilang Sei Gerong dibangun oleh Stanvac Esso pada tahun 1920 juga
dibeli oleh Pertamina pada tahun 1970 dengan kapasitas total pada waktu itu 70
MBCD. Kilang ini terletak di persimpangan sungai Musi dan sungai Komering.
Pada saat itu tumbuh tekad untuk melaksanakan kemandirian bangsa dibidang
energi dengan mengoperasikan kilang minyak sendiri untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Kilang Plaju dan Sungai Gerong sering juga disebut Kilang Musi
karena lokasinya berada ditepi Sungai Musi.

7
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Seiring dengan kemajuan teknologi Pertamina RU III Plaju telah


melakukan perkembangan yang pesat dengan tidak hanya mengolah minyak dan
gas bumi saja namun juga mengolah Petrokimia yang menghasilkan TA/PT.A dan
bahan baku plastic. Kilang Plaju dan Sei gerong dioperasikan secara integrasi
sehingga diperoleh tingkat efisiensi yang cukup tinggi dibandingkan apabila
kilang-kilang tersebut beroperasi secara terpisah. Untuk itu dibangun Jembatan
Integrasi Plaju Sei Gerong sehingga memudahkan transportasi bahan baku dan
produksi antara kedua kilang tersebut.
Pada tahun 1972 dibangun Asphalt Blowing Plant yang berkapasitas
45.000 ton/jam yang kemudian dikelola oleh pihak swasta dengan system Kerja
Sama Operasi (KSO), dan setahun kemudian (1973) dibangun juga pabrik
Polypropylene. Pada tahun 1982 dibangun Proyek Aromatic Center bersamaan
dengan Proyek Kilang Musi I yang merupakan bangunan tambahan
sarana utilities untuk menunjang kehandalan operasi kilang. Pembagunan proyek
ini tidak lepas dari persetujuan Pemerintah sebagai pemilik perusahaan, karena
Pertamina merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Namun sekarang
Pertamina sedang berbenah diri agar nanti dapat menjadi suatu perusahaan yang
mandiri sehingga dapat menjadi sebuah Perseroan Terbatas (PT.) murni dan
mampu bersaing di zaman globalisasi.
TA / PT.A mulai beroperasi pada bulan April 1986 dengan menghasilkan
tepung PT.A sebagai bahan baku pembuat tekstil dengan kapasitas 150.000
ton/tahun menjadi 225.000 ton/tahun maka dilakukan Debottlenecking Project.
Namun semenjak bulan maret 2007 dengan alasan merugi TA / PT.A Plant stop
operasi.
Pada tahun 1992 dibangun pabrik Polypropylene II, dan Pabrik yang lama
(Polypropylene I) dibongkar pada tahun 1998. Selanjutnya pada tahun 1993
dilaksanakan Proyek Kilang Musi II (PKM II) di area Utilities Power Station I
dan II (Ps I dan II). Proyek Kilang Musi II ini bertujuan untuk menambah
beberapa fasilitas unit penunjang operasi seperti penambahan satu Unit Gas
Turbine (GT 2015 UC) beserta satu unit WHRU 2010 UC serta sarana yang

8
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

lainnya. Perkembangan Kilang Musi dari awal secara garis besarnya dapat dilihat
pada Tabel 3.

Tabel 2.2. Perkembangan Kilang Musi


Tahun Sejarah
1903 Pembangunan kilang minyak di Plaju oleh Shell (Belanda).
1926 Kilang Sungai Gerong di bangun oleh STANVAC (AS).
1965 Kilang Plaju/Shell dengan kapasitas 110 MBSD di beli oleh Negara/Pertamina.
1970 Kilang Sungai Gerong/STANVAC dibeli oleh Negara/Pertamina.
1972 Pembangunan Asphalt Blowing Plant berkapasitas 45.000 ton/tahun.
1973 Pendirian kilang Polypropylene untuk mengolah gas propylene menjadi biji plastik (polytam
pellet), dengan kapasitas produksi 20.000 ton/tahun.
1973 Integritas operasi kilang Plaju-Sungai Gerong.
1982 Pendirian Plaju Aromatic Center (PAC) dan Proyek Kilang Musi (PKM I) yang berkapasitas
98 MBSD.
1982 Pembangunan High Vacuum Unit (HVU) Sungai Gerong berkapasitas 54 MBSD dan dan
dilaksanakan Revamping CDU (konversi energi) beberapa unit proses CD II, III, dan IV yang
bertujuan untuk meningkatkan efisiensi Kilang Musi.
1984 Proyek pembangunan kilang TA / PT.A dengan kapasitas produksi 150.000 ton/tahun yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan serat polyester di dalam negeri.
1985 Pembangunan Asphalt Drum Filling di Plaju dengan kapasitas produksi 75.000 ton/tahun.
1985 Pembangunan Vacuum Distillation Unit (VDU) di Sungai Gerong dengan kapasitas produksi
48.000 barel per hari.
1986 Kilang PT.A mulai beroperasi dengan kapasitas 150.000 ton/tahun.
1987 Proyek pengembangan konservasi energy/Energi Conservation Industri (ECI).
1988 Proyek Usaha Peningkatan Efisiensi dan Produksi Kilang (UPEK).
1990 Diadakannya proyek Debottlenecking kapasitas kilang PT.A menjadi 225.000 ton/tahun
1994 Pembangunan Proyek Kilang Musi II (PKM II) yaitu pembangunan unitpolypropylene baru
dengan kapasitas 45.200 ton/tahun, revampingRFCCU Sungai Gerong dari 15 MBSD menjadi
20,5 MBSD dan unit alkilasi, redesign silicon RFCCU Sungai Gerong, modifikasi
unitRedistilling I/II Plaju, pemasangan Gas Turbine Generator Complex(GTGC) dan
perubahan frekuensi listrik dari 60 Hz ke 50 Hz, dan pembangunan Water Treatment
Unit (WTU) dan Sulphuric Acid Recovery Unit (SAU).
2003 Pembangunan jembatan integrasi Kilang Musi.
Jembatan Integrasi Kilang Musi yang menghubungkan kilang Plaju dengan Sungai Gerong
diresmikan.

9
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Sumber : Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit PERTAMINA, Palembang,


1999.
Usaha Pengembangan Kilang ini bertujuan untuk meningkatkan produksi
tanpa melupakan mutu yang baik dan semua usahanya berhasil. Selain dari pada
itu Pertamina Refinery Unit III juga mengadakan Restrukturisasi. Tujuan
Restrukturisasi yang dilakukan di Pertamina Refinery Unit III Plaju-Sungai
Gerong adalah suatu tindakan proaktif dalam rangka mempersiapkan diri untuk
menghadapi era persaingan global dalam aspek industrialisasi. Hal ini juga untuk
mengubah budaya kerja sesuai dengan konsep pola usaha Strategi Business Unit
(SBU).
Pola usaha sebelumnya bercirikan Cost Center harus berubah menjadi
Profit Center yaitu kembali kepada bisnis inti dengan mengoPT.imalkan aset-aset
yang ada untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, Pola usaha
strategi Strategi Business Unit (SBU) ini di Pertamina Refinery Unit III Plaju-
Sungai Gerong, mulai diterapkan sejak tanggal 1 Oktober 1998.
Dengan adanya program ini dan kerja keras para pekerja diharapkan akan
diperoleh Value Creation sebesar 94,16 juta dollar Amerika pada tahun pertama.
Kini program Restrukturisasi baru berjalan beberapa waktu dan tentu saja hasilnya
belum dapat dipetik secara langsung mengingat masih banyak perbaikan-
perbaikan secara menyeluruh.
Kegiatan industri di PT..PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT III
PLAJU-SUNGAI GERONG yaitu meliputi pengolahan minyak mentah
(eksplorasi), sebagai perusahaan komoditi ekspor untuk sector migas, dan
sebagainya. Unit Pengolahan III Plaju-Sungai Gerong terdiri dari beberapa unit
pengolahan. Unit-unit tersebut mampu memproduksi minyak sebanyak 10.000
ton/hari, unit-unit pengolahan tersebut antara lain :
1. Crude Distiller II (CD II)
2. Crude Distiller III (CD III)
3. Crude Distiller IV (CD IV)
4. Crude Distiller V (CD V)

10
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Dalam hal ini perusahaan dituntut untuk memiliki kinerja yang tinggi
terutama dalam sumber daya manusianya agar perusahaan tersebut dapat terus
berkembang dan maju serta dapat mencapai misi perusahaan sehingga perusahaan
dapat terus bersaing dalam pasar global.
PT. PERTAMINA RU III Plaju Sungai Gerong memberikan kesempatan
kepada mahasiswa untuk dapat melakukan kerja praktek di lingkungan
perusahaan tersebut agar mahasiswa dapat mengenal jalannya produksi dari
perusahaan maupun dapat mengenal dan mengetahui sejarah perusahaan dari
pertama di bangun hingga sekarang. Kerja praktek sangat berguna bagi
mahasiswa terutama untuk dapat mengenalkan mahasiswa terhadap dunia industri
atau dunia kerja yang nantinya akan dihadapi mahasiswa. Disamping itu
mahasiswa juga dapat menerapkan ilmu yang didapat dari perguruan tingginya
sehingga tidak teorinya saja tetapi dapat melakukan prakteknya agar dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman kerja bagi mahasiswa.

2.4 Lokasi dan Tata Letak Pabrik


Pertamina Refinery Unit III Plaju-Sungai gerong menempati lokasi seluas
921 Ha (di luar terminal Pulau Sambu dan Tanjung Uban). Daerah RU III ini
terdiri dari dua arah, yaitu Plaju dan Sungai Gerong yang dipisahkan oleh Sungai
Komering. Kilang Plaju terletak di bagian Selatan Sungai Musi dan sebelah Barat
Sungai Komering, sedangkan Kilang Sungai Gerong terletak di sebelah Timur
Sungai Komering. Pertamina RU III memiliki dermaga Plaju dan dermaga Sungai
Gerong sebagai transportasi bahan baku dan produk. Luas wilayah efektif yang
dipergunakan oleh Pertamina ndapa dilihat pada Tabel 4.

Tabel 2.3. Luas Wilayah Pertamina


No Tempat Luas (Ha)
1 Area perkantoran dan kilang Plaju 229.6
2 Area kilang Sungai Gerong 153.9
3 Pusdiklat fire and safety 34.95
4 RDP dan Lap. Golf Bagus Kuning 51.4

11
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

5 RDP Kenten 21.2


6 Lap. Golf Kenten 80.6
7 RDP Plaju, Sungai Gerong dan 3 Ilir 343.97
Total 921.02

Sumber : Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit PERTAMINA, Palembang,


1999.

Dilingkungan RU III Plaju-Sungai Gerong selain terdapat kilang-kilang


pemroses beserta sarana penunjangnya, juga terdapat sarana perkantoran,
perumahan, rumah sakit, sarana ibadah (masjid dan gereja), sarana olahraga,
sarana pendidkan, serta sarana penunjang lainnya.
Pada Kilang Plaju terdapat kilang CD & GP (Crude Distilling & Gas
Plant), Kilang Petrokimia, dan unit-unit utilitas, sedangkan pada Kilang Sungai
Gerong terdapat kilnag CD & L (Cracking Destilling & Light Ends).
Tabel 2.4. Pembagian Daerah Operasi Hilir Pertamina
Unit Operasi Unit Pemasaran
RU I Pangkalan Brandan, Sumatera Utara UPMS I Medan
RU II Dumai, Riau UPMS II Palembang
RU III Plaju-Sungai Gerong,Sum-sel UPMS III Jakarta
RU IV Cilacap, Jawa Tengah UPMS IV Semarang
RU V Balikpapan, Kalimantan Timur UPMS V Surabaya
RU VI Balongan, Jawa Barat UPMS VI Balikpapan
RU VII Kasim, Papua UPMS VII Makasar
UPMS VII Jayapura
Sumber : Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit PERTAMINA, Palembang,
1999.

2.5 Tugas dan Fungsi


Tugas dan fungsi Pertamina Refinery Unit III Plaju yang merupakan salah
satu ujit proses produksi dalam jajaran Direktorat Pengolahan Pertamina, yaitu
antara lain : memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak dan non bahan bakar
minyak dalam negeri. Pertamina Refinery Unit III Plaju mengolah minyak

12
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

mentah (Crude Oil) menjadi bahan bakar minyak dan non bahan bakar minyak.
Unit bagian proses untuk melaksanakan tugas tersebut adalah sebagai berikut :

2.5.1 Kilang Bahan Bakar Minyak (BBM)


1. Primary Processing
Tujuan utamanya adalah memisahkan minyak mentah menjadi fraksi
produk bahan bakar minyak.
2. Secondary Processing
Tujuan utamanya adalah melanjutkan proses pemisahan minyak mentah
yang merupakan produk bawah dan produk gas.ringan dari proses utama untuk
mendapatkan produk bahan bakar minyak yang lebih banyak dengan tidak
melupakan spesifikasi dari produk serta untuk memproduksi LPG yang
dibutuhkan konsumen.
Adapun produk-produk dari hasil pengolahan minyak mentah atau crude oil
di Kilang Pertamina RU III adalah sebagai berikut .
a. Produk BBM (Bahan Bakar Minyak)
Avigas (Aviation Gasoline), digunakan sebagai bahan bakar pesawat
terbang bermesin torak.
Avtur (Aviation Gasoline), digunakan sebagai bahan bakar pesawat
bermesin turbo (pesawat jet).
Premium, digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor dengan
bilangan oktan 88.
Kerosine, digunakan untuk bahan bakar keperluan rumah tangga.
Solar (ADO), digunakan untuk bahan bakar kendaraan bermotor dengan
mesin diesel.
Diesel (IDO), diguanakan untuk keperluan industri.
Fuel Oil
Pertamax, untuk bahan bakar kendaraan bermotor dengan bilangan oktan
sebesar 92
Pertamina racing fuel. Untuk bahan bakar mobil balap
b. Produk Non BBM

13
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

LPG (Liquid Petroleum Gas), digunakan untuk bahan bakar keperluan


rumah tangga.
Pelarut (Solvent), seperti SBPX, LAWS, dan BGO. Digunakan sebagai
pelarut dalam industri.
LSWR (Low Sulfur Waxy Residue)
Musi Cool
Musi Green
2.5.2 Kilang Petrokimia
1. Kilang Pure TerePT.halic Acid (PT.A)
Kilang PT.A mengolah Paraxyline menjadi Pure TerePT.halic Acid yang
berguna sebagai bahan baku untuk membuat serat polyester.
Kilang PT.A terdiri dari beberapa unit yaitu :
TA Unit : Proses awal dari pengeolahan paraxyline
PT.A Unit : Merupakan proses lanjutan
APU : Merupakan proses pengolahan limbah
Bagging Unit : Merupakan pengepakan produksi
Note (Kilang PT.A sudah beroperasi sejak Januari 2007) Polypropylene
Kilang Polypropylene mengolah propylene menjadi polytam sebagai bahan baku
plastik.

2.6 Struktur Organisasi Pertamina RU III


Struktur Organisasi merupakan urutan-urutan bagian yang menangani
operasional dan masalah yang berkaitan dengan kilang yang bertujuan agar
masing- masing bagian mengetahui tugas dan wewenang serta tanggung jawab
pada bidangnya masing-masing.
Pertamina RU III Plaju di pimpin oleh seorang General Manager (GM)
yang dibantu oleh beberapa orang Manager dan Kepala seksi sebagaimana
terlampir dalam organigram sebagai berikut :
a. Production Manager
b. Refinery Planning & OPT.imization Manager
c. Maintenance Planning & support Manager

14
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

d. Maintenance Execution Manager


e. Engineering & Development Manager
f. Reliability Manager
g. Procurement Manager
h. HSE Manager
i. Coordinator OPI
j. General Affairs Man

Gambar 2.2. Stuktur Organisasi Pertamina RU III

15
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

2.7 Struktur Organisasi Maintenance Execution

GENERAL
MANAGER
REFINERY UNIT
III

Maint. Area
III section
Head

Rot
Electrical Instrument Stationary
Equipment
Sr.superior Sr.Superior Sr.Superior
Sr.Superior

Electrical Instrument
RE maint. NRE maint.
maint. maint.
Techncion Techncion Techncion.
Techncion

Civil Maint.
Techncion

Gambar 2.3. Struktur Organisasi Maintenace Area III

Maintenance Execution mempunyai 3 (tiga) bagian yaitu:


1. Maintenance Area I
Tugas Maintenance Area I adalah melakukan pemeliharaan seluruh
peralatan diarea CD (Crude Distile), GP (Gas Plant) dan ITP (Instalasi Tanki
dan Perkapalan) Plaju.
2. Maintenance Area II
Tugas Maintenance Area II adalah melakukan pemeliharaan
seluruh peralatan diarea Kilang Polypropylene dan UTL Plaju.

16
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

3. Maintenance Area III


Tugas Maintenace Area III adalah melakukan pemeliharaan
seluruh peralatan diarea ITP Sungai Gerong, HVU, FCCU, CD VI, dan UTL
Sungai Gerong.

2.8 Maintenance Excecution ( Maintenance Area III )


Penulis melaksanakan Praktek kerja di Maintenance area III, dimana tugas
pokok dari bagian ini adalah melakukan eksekusi bila terjadi trouble pada seluruh
peralatan dan mesin mesin di Area ITP Sungai Gerong,RPA,RPM, CD VI,
DWP. Dalam melaksanakan tugas, Maintenance Area III berhubungan langsung
dengan bagian yang lain seperti Maintenace Area I, II,III dan Workshop,
Maintenance Planning & Schedulling, serta Procurement.
Prosedur perbaikan suatu alat/equipment yang rusak misalnya suatu
peralatan kilang (pompa) rusak maka pihak MA akan memperbaikinya di
lapangan dan apabila peralatan atau komponen yang rusak tersebut tidak dapat
diperbaiki di lapangan atau akan lebih efektif jika dikerjakan di Workshop maka
pihak MA akan membawanya ke Workshop dengan catatan tidak dapat
ditanggulangi langsung di lapangan oleh bagian MA. Selanjutnya di Workshop,
peralatan tersebut didaftarkan terlebih dahulu ke Front Desk untuk
mendapatkan registration card lalu dibawa ke area kerja pompa. Di area kerja
pompa, pompa tersebut dibongkar dan kemudian diperiksa kerusakannya bersama
dengan bagian rotating equipment engineering/MPS.
Kemudian setelah diperiksa kerusakannya pompa tersebut di inspeksi dan
jika hasilnya bagus maka peralatan tersebut dilaporkan ke Front Desk untuk
dibuat rekaman mutunya yang kemudian akan diserahkan kembali kepada bagian
MA yang mengirimkan peralatan tersebut untuk kemudian dipasang kembali pada
tempatnya semula.
Sistem pemeliharaan di Kilang Pertamina RU III dilaksanakan oleh
Maintenace Excecution yang mempunyai tugas menunjang operasi Kilang
Pertamina RU III, bertanggung jawab terhadap pemeliharaan, penyediaan suku
cadang, rancang bangun, engineering dan pemeliharaan alat-alat yang ada dalam

17
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

suatu Kilang. Fungsi Maintenance Excecution adalah bertugas memelihara kilang


baik itu kilang BBM maupun non BBM yang mempunyai luas area pemeliharaan
350 ha. Fungsi Maintenance Excecution mempunyai 5 (lima) bagian yang terdiri
dari :
a. Bengkel (Workshop) yang memiliki tugas mempabrikasi, merekondisi,
mengganti, atau menginstal suatu peralatan kilang yang tidak dapat dilakukan
dilapangan atau lebih efektif dan efisien bila dilakukan di Workshop.
b. Pemeliharaan I (Maintenance Area I) adalah mempunyai tugas untuk
memelihara, merawat, dan memperbaiki fungsi peralatan diarea kilang CD &
GP Plaju.
c. Pemeliharaan II (Maintenance Area II) adalah mempunyai tugas untuk
memelihara, merawat dan memperbaiki fungsi peralatan diarea kilang Non
BBM Petrokimia Polypropylene, dan UTL.
d. Pemeliharaan III (Maintenance Area III) adalah mempunyai tugas untuk
memelihara, merawat, dan memperbaiki fungsi peralatan kilang Sungai
Gerong.(CD VI, dan FCCU dan HVU serta RPA)
e. Fasum (General Maintenance) adalah mempunyai tugas untuk memelihara
dan memperbaiki fasilitas-fasilitas umum yang ada diarea kilang dan
sekitarnya.

2.8.1 Sarana dan Fasilitas Maintenance Excecution ( Maintenance Area III)


Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan di Maintenance Area III
didukung dengan sarana dan fasilitas yang memadai. Sarana dan fasiliatas yang
ada di Maintenance Area III yaitu :
1. Listrik&Instrumentasi
a. Listrik => Rewinding & O/H, Motor, Trafo, Mesin-mesin Listrik dan
lain-lain.
b. Instrumentasi => Elektronika Pneumatic dan lain-lain.
2. Tool &Kalibrasi
a. Calibration Sertification
b. Master tools & Front Desk

18
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

3. Maintenance SS.
a. Shift Tech => Spesial Tool dan alat yang bersifat umum.
4. Rigging
a. Rigging => Scaffolding, Alat keselamatan kerja.

19
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Uninterruptible Power Supply (UPS)


UPS merupakan singkatan dari Uninterruptible Power Supply atau sering
juga disebut dengan Uninterruptible Power Supply, jika diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia akan berarti Sistem Daya Kebal Gangguan. Sesuai dengan
namanya UPS dapat mengurangi gangguan - gangguan kelistrikkan serta dapat
memberikan daya listrik semetara pada saat supplai listrik utama padam.
Uninterruptible Power Supply (UPS) yang artinya suatu device atau peralatan
yang mampu bekerja independen meskipun kehilangan suplai atau sebagai backup
suplai untuk peralatan yang lainnya. UPS juga berfungsi sebagai buffer antara
power suplai dengan peralatan elektronik yang kita gunakan seperti computer,
printer, monitor. Penggunaan UPS pada awalnya hanya digunakan untuk industri-
industri maupun pabrik-pabrik yang menggunakan alat-alat yang tidak boleh
terputus dari sumber tagangan listrik, namun kini UPS telah digunakan di rumah
dan biasanya digunakan pada computer / PC.
UPS sendiri terdiri dari power suplai atau sering juga disebut baterai
charger, batrerai , dan inverter. Baterai backup pada UPS berguna sebagai satuan
daya alternatif, untuk dapat memberikan suplai daya yang tidak terganggu untuk
perangkat elektronik yang terpasang. Tegangan pada baterai diubah menjadi
tegangan AC 220 V 50 Hz yang dapat digunakan oleh perangkat elektronik.
Fungsi utama dari UPS adalah:
1. Dapat memberikan energi listrik sementara ketika terjadi kegagalan daya pada
listrik utama.
2. Memberikan kesempatan waktu yang cukup untuk segera menghidupkan
Genset sebagai pengganti listrik utama.
3. Mengamankan suatu sistem dari gangguan-gangguan listrik yang dapat
mengganggu sistem tersebut baik berupa kerusakan software maupun
kerusakan hardware.

20
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

4. Dapat melakukan stabilisasi tegangan ketika terjadi perubahan tegangan pada


input sehingga tegangan output yang digunakan oleh suatu sistem berupa
tegangan yang stabil.

3.2 Jenis - Jenis UPS Berdasarkan Cara Kerjanya


3.2.1 Line-interactive UPS
Pada UPS jenis ini diberi tambahan alat AVR (Automatic Voltage
Regulator) yang berfungsi mengatur tegangan dari suplai daya ke peralatan. UPS
Line-interaktif identik dengan garis-aktif, dengan pengecualian menambahkan
tap-switching regulator (AVR), dan melewati listrik secara langsung melalui
unitini saat aliran ada. Selama operasi normal utilitas, desain ini biasanya
menyediakan cadangan baterai dan menawarkan perlindungan lebih tinggi pada
tegangan transient dari trip.
Hal ini memerlukan penambahan tap-switching regulator dengan tegangan
otomatis. Ketika terjadi kondisi tegangan brown oututilitas rendah, AVR UPS
Line-interaktif secara otomatis memerintahkan switch transformator PDAM untuk
menambah atau meningkatkan tegangan output. AVR juga mengurangi tegangan
keluaran saat kondisi tegangan listrik tinggi. Tegangan output regulasi untuk
sebagian besar produk UPS Line-interaktif di pasaran saatini biasanya 25% .
Model biaya yang lebih tinggi mungkin memiliki output sinewave dan
mendukung koneksi bank baterai diperpanjang.

Gambar 3.1. Line-interactive UPS

21
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

UPS Line-interaktif memberikan perlindungan terhadap:


1. Utility pemadaman
2. Tegangan berlebih
3. Arus kejut
4. Tegangan output yang terputus saat transfer ke baterai
Catatan: kesulitan beroperasi dari sumber listrik generator. Selain itu, frekuensi
generator yang melewati ambang.

3.2.2 On-line UPS


Pada UPS jenis ini terdapat 1 rectifier dan 1 inverter yang terpisah. Hal
inilebih mahal apabila dibandingkan dengan dua jenis UPS lainnya. Dalam
keadaan gangguan, suplai daya ke rectifier akan diblok sehingga akan ada arus
DC daribaterai ke inverter yang kemudian diubah menjadi AC.

Gambar 3.2. On-line UPS Online

UPS melindungi dan memecahkan sejumlah besar masalah tenaga listrik.


Teknologi unggul Falcon Electric On-line UPS tidak hanya menyediakan
cadangan baterai, tetapi juga melindungi peralatan anda dengan menyediakan
perlindungan daya tingkat tertinggi. Tidak seperti off-line dan Line-interaktif UPS
produk di pasaran yang membuat anda sensitif peralatan terhubung langsung
dengan listrik yang tidak stabil dan kadang-kadang destruktif. Dipatenkan Falcons
On-line bertindak teknologi UPS seperti firewall elektronik dipasang diantara
peralatan anda dan utilitas atau cadangan generator kekuasaan.

22
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Hal ini dilakukan dengan mengkonversi listrik AC yang masuk


kepenyearah menjadi tegangan DC dan menghilangkan noise, transien, frekuensi
dan masalah distorsi harmonik. Tegangan DC kemudian diumpankan ke tahap
inverter. Tugas dari inverter ini mengubah tegangan DC ke AC yang diatur secara
ketat dan sinergi. Beberapa tahapan elektronik aktif memberikan sejumlah besar
terhadap masalah perlindungan ditambahkan kekuatan yang dinyatakan akan
menyebabkan kerusakan peralatan anda. Karena On-line UPS memiliki tahap
tugas inverter berkelanjutan, mendukung sambungan dari bank baterai di
perpanjang, menyediakan waktu cadangan hingga beberapa jam.
On-line UPS memberikan perlindungan terhadap:
Daya yang tidak stabil
Noise
Distorsi
Arus kejut
Pemadaman jangka panjang

3.2.3 Off-line UPS


UPS jenis ini merupakan UPS paling murah diantara jenis UPS yang
lain.Karena rectifier dan inverter berada dalam satu unit. Dalam keadaan
gangguan,switch akan berpindah sehingga suplai daya dari suplai utama terblok.
Akibatnya akan mengalir arus DC dari baterai menuju inverter

Gambar 3.3. Off-line UPS

23
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Pada Off-line UPS, arus listrik akan melalui UPS selama perangkat masih
terhubung ke sumber listrik. Selama operasi normal utilitas, desain ini biasanya
menyediakan cadangan baterai jangka pendek dan menawarkan perlindungan
lebih tinggi tegangan transient dari strip. Off-line UPS untuk inverter DC-AC
internal memberikan daya baterai cadangan ketika terjadi pemadaman listrik.
Kebanyakan Of-line desain tidak memiliki output sinewaver dan tidak mendukung
sambungan bank baterai untuk diperpanjang. Pengaturan tegangan output yang
sangat sederhana ( 15% sampai 25%).
Off-line UPS memberikan perlindungan terhadap:
Utility pemadaman
Penstabil tegangan
Output tegangan drop-out selama transfer ke baterai
Catatan: kesulitan beroperasi dari sumber listrik generator. Selain itu, melewati
frekuensi generator dan perubahan tegangan ke peralatan terhubung.

3.3 Rectifier (penyearah) Charger


Bagian ini merupakan rangkaian yang dipakai untuk penyerahan dan
pengisian baterai. Rangkaian blok rectifier-charger ini akan mensuplai daya yang
dibutuhkan oleh inverter dalam kondisi beban penuh dan pada saat itu juga dapat
mempertahankan muatan di dalam baterai. Selain itu blok ini harus mempunyai
kemampuan mengalirkan daya output sebesar 125-130%. Karakteristik baterai
juga perlu diperhitungkan dalam disain rangkaian chargernya karena jika sebuah
baterai diisi ulang dengan arus yang melebihi batasan kemampuannya akan dapat
memperpendek umur baterai tersebut. Biasanya untuk arus pengisian sebuah
baterai pada UPS ini sebesar 80% dari kondisi arus yang dikeluarkan oleh baterai
pada saat beban penuh.
Batasan sebuah sistem UPS yang baik menurut standar (NEMA) National
Electical Manufacturer Association adalah dapat memberikan daya 100% terus-
menerus (continous load) dan 2 jam pada beban 125% tanpa terjadi penurunan
kinerja (kerusakan). Baterai masih dapat dikategorikan sebagai kondisi layak

24
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

pakai apabila masih mampu memberikan daya 100% selama 1 jam jika lama
pengisiannya selama 8 jam (ditentukan oleh manufaktur baterai).

3.4 Inverter
Kualitas inverter merupakan penentu dari kualitas daya yang dihasilkan
oleh suatu sistem UPS. Inverter berfungsi merubah tegangan DC dari rangkaian
rectifier-charger menjadi tegangan AC yang berupa sinyal sinus setelah melalui
pembentukan gelombang dan rangkaian filter. Tegangan output yang dihasilkan
harus stabil baik amplitudo tegangan maupun frekuensinya, distorsi yang
rendah,tidak terdapat tegangan transien. Selain itu, sistem inverter perlu adanya
rangkaian umpan-balik (feed back) dan rangkaian regulator untuk menjaga agar
didapatkan tegangan konstan.

Gambar 3.4. Rectifier 3 Fasa

3.4.1 Inverter Tegangan Tinggi ( 3 Fasa )


Pada dasarnya prinsip kerja pada inverter 3 Phasa sama dengan inverter
1phasa. Yaitu dengan mengubah arus searah menjadi bolak-balik dengan
frekuensi yang beragam. Dimana tegangan arus DC ini dihasilkan oleh sirkuit
converter untuk kemudian diubah lagi menjadi arus AC oleh sirkuit inverter.
Inverter juga memiliki saklar-saklar seperti pada inverter 1 phasa yakni untuk
membentuk tegangan bolak-balik juga mengatur frekuensi keluaran inverter yaitu
S1-S6.
Namun pada aplikasinya saklar-saklar ini diganti dengan menggunakan
enam buah transistor. Hal imi disebabkan karena saklar konversional memiliki
banyak kerugian diantaranya adalah pada kecepatan perpindahan saklar. Apabila
saklar berubah-ubah dengan kecepatan tidak konstan untuk setiap perubahan

25
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

tegangan (dari positif ke negative), tentunya frekuensi yang dihasilkan akan tidak
konstan pula. Setelah itu transistor dihidup-matikan untuk menjalankan motor.

Gambar 3.5. Power Inverter 3 Fasa

Hubungan antara tegangan inverter (VRO, VSO, VTO) dan tegangan


output (VRS, VST, VTR) dapat diturunkan sebagai berikut:
VRS = VRO-VSO...................V (3.1)
VST = VSO-VTO...................V (3.2)
VTR = VTO-VRO...................V (3.3)
Tegangan phasa (VRN, VSN, VTN) diberikan oleh tegangan netral pada
kumparan stator motor akan timbul tegangan relative terhadap titik nol inverter
yaitu sebesar:
VRO+VSO+VTO 0
VNO = ..........V (3.4)
3

Gambar dibawah ini menunjukan hubungan antara tegangan inverter serta urutan
penyalaan. Pulsa-pulsa penyalaan yang identik dengan tegangan inverter adalah
memiliki pulsa rate = 1 dengan pengeseran phasa 120 derajat, duty cycle 50 %.

26
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

3.4.2 Inverter Tegangan Rendah ( 1 Fasa )


Pada dasarnya inverter merupakan sebuah alat yang membuat tegangan
bolak-balik dari tegangan searah dengan cara pembentukan gelombang
tegangan.Namun gelombang tegangan yang terbentuk dari inverter tidak
berbentuk sinusoida melainkan berbentuk gelombang dengan persegi.
Pembentukan tegangan AC tersebut dilakukan dengan menggunakan dua pasang
saklar. Berikutini merupakan gambar yang akan menerangkan prinsip kerja
inverter dalam pembentukan gelombang tegangan persegi.

Gambar 3.6. Power Inverter 1 Fasa

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa untuk menghasilkan arus bolak-
balik, maka kerja masing-masing transistor yang disuplay oleh tegangan dc harus
bergantian. Inverter mengatur frekuensi keluarannya dengan cara mengatur waktu
ON-OFF saklar-saklarnya. Sebagai contoh apabila S1 dan S4 ON selama 0,5 detik
begitu juga dengan S2 dan S3 secara berganti-gantian maka akan dihasilkan
gelombang bolak-balik dengan frekuensi 1 Hz. Pada dasarnya saklar S1-S4 dan
S2-S3 dihidupkan dengan jangka waktu yang sama. Jadi apabila dalam satu
periode To = 1 detik, maka S1-S4 ON selama 0,5 detik dan S2-S3 ON selama 0,5
detik dan didapatkan frekuensi sebesar 1 Hz. Jika dalam satu periode tersebut
dinyatakan pada T maka nilai frekuensi yang dihasilkan adalah (F):

F = 1/T...................Hz (3.5)

Dimana: F = Frekuensi (Hertz)


T = Periode (detik)

27
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

3.5 Sakelar Pemindah (Statich switch)


Sakelar pemindah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu elektromekanikal
dan statik. Sakelar elektromekanikal menggunakan relay-relay yang salah satu
terminal mendapatkan suplai tegangan dan yang lain dari sistem UPS. Sistem
sakelar statis menggunakan komponen semikonduktor, seperti SCR. Penggunaan
SCR akan lebih baik karena operasi pemindahan yang dilakukan dengan SCR
yang hanya membutuhkan waktu 3 sampai 4 ms, sedangkan pada sakelar
elektromekanikal sekitar 50 sampai 100 m/s. Berikut adalah Bermacam macam
transfer Switch. Saklar pemindah dengan SCR yang terdiri dari 2 buah Static
Switch Input A Output Input B

Gambar 3.7. Saklar pemindah dengan SCR


Saklar pemindah dengan 1 buah Static Switch & 1 buah Contactor SPDT
Terdiri dari : 1 buah Static Switch dan 1 buah Contactor SPDT (Single Pole
Double Trow). Input A Output Input B

Gambar 3.8. Contactor SPDT


Saklar pemindah dengan 1 buah Static Switch & 2 buah Contactor SPST
Terdiri dari 1 buah Static Switch dan 2 buah Contactor SPST (Single Pole
Single Trow). Input A Output Input B

28
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Gambar 3.9. Saklar pemindah dengan 1 buah Static Switch & 2 buah
Contactor SPST
3.6 Baterai
Baterai atau akumulator adalah sebuah sel listrik dimana di dalamnya
berlangsung proses elektrokimia yang reversible (dapat berbalikan) dengan
efisiensinya yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia
reversible,adalah di dalam baterai dapat berlangsung proses pengubahan kimia
menjadi tenaga listrik (proses pengosongan), dan sebaliknya dari tenaga listrik
menjadi tenaga kimia, pengisian kembali dengan cara regenerasi dari elektroda-
elektroda yang dipakai, yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam arah
(polaritas) yang berlawanan di dalam sel.
Baterai berfungsi untuk penyimpan daya listrik sementara. Baterai
mengalirkan arus searah (DC) dan memiliki banyak tipe.Baterai dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu baterai basah dan baterai kering atau dapat diisi ulang dan
tak dapat diisi ulang.Baterai yang digunakan pada UPS adalah baterai yang dapat
diisi ulang yaitu jenis baterai nikel kadmium. Karena sering terjadi pemadaman
listrik yang paling penting back-up baterai harus kembali berfungsi oPT.imal.
Oleh karena itu pemantauan terhadap baterai adalah solusi yang efektif untuk
menjamin efisiensi dan kapasitas baterai penuh. Selain itu, pemantauan menjamin
berfungsinya seluruh instalasi.

29
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

3.6.1 Bagian-Bagian Baterai

Gambar 3.10. Bagian-bagian baterai

Plat positif (PbO2) berwarna coklat, sedangkan plat negatif berwarna abu-
abu. Luas bidang reaksi plat positif
L = 2.p.l.n. ...................cm2 (3.6)
dimana :
L = luas bidang plat positif (cm2)
p = panjang plat positif (cm)l = lebar plat positif (cm)
n = jumlah plat positif tiap-tiap sel
Kapasitas tiap cm2 plat positif = 0,03 sampai dengan 0,05 AH (amperejam). Tiap
sel akumulator timah hitam menghasilkan tegangan 2 volt.

3.6.2 Prinsip Kerja Baterai


Pada akumulator timah hitam terjadi proses elektrokimia yang bersifat
reversible (dapat berbalikan), yaitu proses pengisian dan proses
pengosongan.Setiap molekul cairan elektrolit asam sulfat (H2SO2) akan terurai
menjadi ion positif hydrogen (2H+) dan ion negatif sulfat (SO4 -). Tiap ion
negatif sulfat akan bereaksi dengan katoda (Pb) menjadi timah sulfat (PbSO4)
sambil melepaskan dua elektron. Dua ion hydrogen (2H+) akan bereaksi dengan
anoda (PbO2)menjadi timah sulfat (PbSO4) sambil mengambil dua elektron dan
bersenyawa dengan atom oksigen membentuk H2O (mokekul air).

30
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Pengambilan dan pelepasan elektron dalam proses kimia ini akan


menyebabkan timbulnya beda potensial antara katoda (kutub negatif) dan anoda
(kutub positif).Proses kimia di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
PbO2 + Pb + 2H2SO4 > PbSO4 + PbSO4 + 2H2O
(sebelum pengosongan) (setelah pengosongan)
Proses kimia ini terjadi dalam proses pengosongan akumulator timah
hitam atau pada saat akumulator melayani beban. Setelah proses pengosongan,
kedua plat negatif dan plat positif menjadi timah sulfat (PbSO4) dan cairan
elektrolitnya menjadi cair (H2O), sehingga berat jenisnya akan berkurang. Setelah
mengalami pengosongan, agar dapat dipakai melayani beban maka akumulator
harus diisi lagi dengan dialiri arus listrik DC. Pada proses pengisian akumulator
dapat diuraikan sebagai berikut :
PbSO2 + PbSO4 + 2H2O > PbO2 + Pb + 2H2SO4
Setelah proses pengisian, berat jenis cairan elektrolit akumulator akan
bertambah besar. Berat jenis larutan asam sulfat (asam belerang) H2SO4 sebelum
pengisian adalah 1,190 gr/cm3 pada temperatur 15 oC (59 oF). Setelah diisi penuh
berat jenis elektrolitnya (asam sulfat) antara 1,205 1,215 gr/cm3.

3.6.3 Pengisian Akumulator/ Baterai


Setelah akumulator dipakai melayani beban akan mengalami proses
pengosongan, sehingga akumulator tersebut harus diisi lagi dengan dialiri arus
listrik DC yang besarnya tertentu. Proses ini disebut pengisian akumulator.
Jika akumulator baru, proses pengisian akumulator dilakukan setelah
akumulator diisi dengan larutan asam belerang (H2SO4) yang mempunyai berat
jenis 1,19 gr/cm3 sampai batas maksimum. Cara pengisian dengan arus listrik DC
terdiri dari dua tahap, yaitu : Tahap pertama dengan arus pengisian antara (0,07
s/d 0,14) x C selama 36 sampai dengan 74 jam. C adalah besarnya kapasitas
akumulator. Dalam tahap pertama ini jika tegangan tiap sel mencapai 2,3 volt,
maka arus pengisian diturunkan ke tahap kedua.

31
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Tahap kedua dengan arus pengisian sebesar 0,07 x C ampere. Jika


tegangan tiap sel mencapai 2,65 volt sampai dengan 2,70 volt, maka proses
pengisian dihentikan. Temperatur elektrolit tidak melebihi 38oC. Pengisian
akumulator timah hitam yang sudah pernah dipakai (lama) dilakukan dengan arus
pengisian 0,2 x C ampere selama minimal 4 jam atau jika tegangan tiap sel telah
mencapai 2,35 volt sampai dengan 2,40 volt.
Pengisian akumulator yang terus menerus disambung ke beban dengan
arus pengisian 0,5 mA sampai dengan 1 mAx C. Besarnya tegangan larutan 2,15
volt/sel sampai dengan 2,20 volt/sel.Akumulator dalam keadaan penuh (setelah
diisi penuh), cairan elektrolitnya mempunyai berat jenis 1,205 sampai dengan
1,215 gr/cm3. Arus pengisian selama proses pengisian diusahakan tetap. Jika arus
pengisian melebihi 0,5 x C ampere,maka dapat merusakkan pekat akumulator,
sebaliknya bila arus pengisian kurang dari 0,1 x C ampere, maka proses pengisian
membutuhkan waktu yang terlalu lama.

3.6.4 Rangkaian Baterai


Dikarenakan tegangan baterai per sel terbatas, maka perlu untuk
mendapatkan solusi agar tegangan baterai dapat memenuhi atau sesuai dengan
tegangan kerja peralatan yang maupun untuk menaikkan kapasitas kehandalan
pemakaian dengan merangkai (meng-koneksi) beberapa baterai dengan cara :
1. Hubungan seri
Koneksi baterai dengan hubungan seri ini dimaksudkan untuk dapat
menaikkan tegangan baterai sesuai dengan tegangan kerja yang dibutuhkan atau
sesuai tegangan peralatan yang ada.Sebagai contoh jika kebutuhan tegangan
baterai pada suatu unit pembangkit adalah 220 Volt. maka akan dibutuhkan
baterai dengan kapasitas 2,2 Volt sebanyak 104 buah dengan dihubungkan secara
seri. Kekurangan dari hubungan seri ini adalah jika terjadi gangguan atau
kerusakan pada salah satu sel baterai maka suplai sumber DC kebeban akan
terputus.

32
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Gambar 3.11. Hubungan Seri

2. Hubungan Paralel
Koneksi baterai dengan hubungan paralel ini dimaksudkan untuk dapat
menaikkan kapasitas baterai atau Ampere hour (Ah) baterai, selain itu juga dapat
memberikan keandalan beban DC pada sistem. Hal ini disebabkan jika salah satu
sel baterai yang dihubungkan paralel mengalami gangguan atau kerusakan maka
sel baterai yang lain tetap akan dapat mensuplai tegangan DC ke beban, jadi tidak
akan mempengaruhi suplai secara keseluruhan sistem, hanya kapasitas daya
sedikit berkurang sedangkan tegangan tidak terpengaruh.

Gambar 3.12. Hubungan Paralel

3. Hubungan Kombinasi
Pada hubungan kombinasi initerbagi menjadi 2 macam yaitu seri paralel
dan paralel seri. Hubungan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan ganda baik
dari sisi kebutuhan akan tegangan dan arus yang sesuai maupun keandalan sistem
yang lebih baik. Hal ini disebabkan karena hubungan seriakan meningkatkan

33
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

tegangan sedangkan hubungan paralel akan meningkatkan arus dan keandaan


sistemnya.
a. Seri Paralel
Pada hubungan Seri Paralel seperti gambar 1.53, jika tiap baterai
tegangannya 2,2 Volt danA rusnya 20 Ampere maka akan didapat :Tegangan
dibaterai adalah= 2,2 + 2,2 + 2,2 = 6,6 Volt, sedangkan arusnya adalah = 20 +20 =
40 Ampere, sehingga kapasitas baterai secara keseluruhan adalah 6,6 Volt dan 40
Ampere. Dari perhitungan tersebut maka yang mengalami kenaikan signifikan
adalah tegangannya.

Gambar 3.13. Hubungan seri parallel

b. Paralel Seri
Pada hubungan Paralel Seri seperti gambar dibawah ini, jika tiap baterai
tegangannya 2,2 Volt danArusnya 20 Ampere maka akan didapat : Tegangan
dibaterai adalah = 2,2 +2,2 = 4,4 Volt, sedangkan arusnya adalah = 20 + 20 + 20 =
60 Ampere, sehingga kapasitas baterai secara keseluruhan adalah 4,4 Volt dan 60
Ampere. Dari perhitungan tersebut makayang mengalami kenaikan signifikan
adalah tegangannya.

Gambar 3.14. Hubungan Paralel Seri

34
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Lama ketahanan baterai. Sebelumnya kita harus mengetahui : 1. Berapa


besar daya beban yang terpasang pada UPS. 2. Berapa banyak dna kapasitas
Battery yang terpasang pada UPS. 3. Effesiensi Inverter UPS kita (Offline 50 s/d
75%, Online 85 s/d 95%). 4. Perlu diingat, perhitungan ini tidak tepat 100%
karena setiap UPS mempunyai effisiensi yang berbeda-beda.. 5. Mengetahui
Discharge Battery yang di gunakan.Untuk menghitung ketahanan batrei pada UPS
dapat ditentukan dengancara:
.
T= ...................h (3.7)
.
.
T= . ...................h (3.8)

3.6.5 Baterai UPS Pada Sub Staion 2 dan 3

Gambar 3.15. Baterai Nikel Kadmium

35
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Data Baterai :

Jumlah : 184 buah baterai Nikel Kadmium


Hubungran Rangkaian : Seri
Kapasitas Baterai : 1,2 V / 2000 mAh per baterai
Lokasi : Sub Station 2 dan 3 kilang PT. PERTAMINA RU III
PLAJU SUNGAI GERONG.

3.7 Bypass
By Pass ialah Sebagai fasilitas untuk Power Reserve atau Power Cadangan
dari Power Output Inverter. Disarankan, agar Sumber Bus Power By Pass ini
tidaksama dengan Sumber Bus Power Main, dengan tujuan untuk pekerjaan
Maintenance atau dapat terhindar dari gangguan Sumber Bus Power
tersebut.Untuk Output UPS 110 Volt Frequency 50 Hz, maka tegangan Power By
Pass pada titik cynchron nya harus 110 Volt 5 % Frquency 50Hz 0,5Hz.
Diluar toleransi tersebut, kemungkinan besar UPS nya tidak dapat mengikuti lagi,
dengan indikasi Fail Unsynchron.

POWER BY PASS INPUT 110Volt

Gambar 3.16. Power Input 110 Volt, sudah sesuai dengan Output UPS

36
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

POWER BY PASS INPUT 460Volt

Gambar 3.17. Power Input 460 Volt

harus memalui Isolated Trafo (T3) Step Down dari 460 Volt ke 110 Volt Jika
sistem berada dalam mode bypass, tegangan dari jaringan bypass disediakan
langsung. Beralih antara mode normal dan pasokan bypass dapat dilakukan secara
manual. Jika pasokan dari inverter tidak cukup, peralihan berlangsung secara
otomatis dan tanpa mengganggu tegangan.

Gambar 3.18. UPS 1B

37
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Diagram UPS Secara Umum

Gambar 4.1. Blok Diagram


Keterangan Gambar :
PS 1 dan 2 : Pembangkit Listrik Utama
PS 3 : Pembangkit Listrik Alternatif
Garis Biru : Unit UPS
R : Rectifier
I : Inverter
S : Static Switch
L : Beban
B : Baterai
Blok diagram diatas merupakan gambaran singkat mengenai keseluruhan
dari rangkaian UPS. Sistem kerja diagram diatas yaitu dengan memberikan suplai
cadangan pada beban ketika sumber utama pada beban mengalami gangguan.
Komponen-komponen diatas berperan penting dalam menjaga beban agar dapat
bekerja terus menerus tanpa mengalami gangguan yang disebabkan oelh sumber

38
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

listrik utama mati. Bagian-bagian utama dari sistem UPS adalah penyearah
(rectifier), baterai, inverter, static switch dan jalur cadangan (by- pass).

4.1.1 Spesifikasi teknis

Tabel 4.1 Spesifikasi Teknis UPS

Tegangan Input 415 V, 3 fasa


Ferekuensi Input 50 Hz
Input Input Faktor Daya saat Beban > 0.9 Lag pada
Penuh beban penuh input
tegangan nominal
Input Tegangan Alternatif 415 V 3 phase
Bypass
Input Frekuensi Alternatif 50 Hz
Tegangan Output Rectifier 580 VDC nominal
Tegangan Output Charger 405 V
Kemampuan Charger Mengisi Baterai akan penuh
dalam waktu 6 8
jam. Waktu back
up maksimum ups
Rectifier
diperkirakan 2 jam
Batas Arus Pengisian Baterai 10-25% AH baterai.
Batas maksimum
adalah 25% dari
kapasitas daya
dinilai dari UPS
Tegangan Output Inverter 415 V 3 fasa
Frekuensi Output Inverter 50 Hz
Inverter Pengaturan Tegangan -+ 1 % tanpa beban
hingga beban penuh
Tegangan RespHidup - + 5%, waktu

39
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

pemulihan 98%
dalam waktu
kurang dari 20
milidetik
Penyesuaian Tegangan Output 5 % dari tengangan
Inverter nominal
Stabilitas Frekuensi -+ 0.1 %
Kapasitas Beban Lebih 1. 125% dari
output daya
(kW) selama
10 menit.
2. 150% dari
output daya
(kW) selama
1 menit.
Output faktor puncak beban maksimum 3:1

rentang frekuensi untuk -+ 6 % dari 50 Hz


Static
sinkronisasi ke jalur cadangan
Switch
kapasitas overload 1000 % dari FLA
Nilai daya 0.8 Lagging Faktor
Output Daya
Laju perubahan tegangan frekuensi 1 Hz / s
Efisiensi AC ke AC dari UPS pada 85% minimum dari
input nominal AC 25% sampai 100%
beban penuh
Kebisingan Kurang dari 75 dB
Umum
Operating ambient temperature 0 45oC
ketinggian operasi Maksimum 1000
meter dari
permukaan laut

40
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

kelembaban operasi Maximum 95 %


suasana operasi NHidup korosif,
bebas debu,
memiliki ventilasi
konstruksi penutup baja CRCA
perlindungan penutup IP 20
ventilasi body Memiliki kipas
pendingin
pemasukkan kabel Bawah

4.1.2 Status Lampu Tanda

Gambar 4.2 Panel Lampu Tanda UPS

41
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Tabel 4.2 Indikator Lampu Tanda UPS


Indikator Status Warna
Tidak ada Merah
Bypass input Dalam Batas Hijau
Lewat batas Merah
Absent Mati
Mains input Dalam batas Hijau
Lewat batas Hijau Berkedip
Hidup Hijau
Charger Mati Merah
Trip Merah berkedip
Baterai tidak Merah
mengecas
Mengecas Merah
Penuh Hijau
Baterai
Tidak Mati
mengecas
Hidup Hijau
Baterai mccb
Mati / trip Merah Berkedip
Hidup Hijau
Inverter Mati Merah
Trip Merah Berkedip
Inverter Hidup Hijau
Beban Inverter
Inverter Mati Mati
Bypass Hidup Merah
Beban Bypass
Bypass Mati Mati
Sinkron Kuning
Sinkronisasi Tidak Sinkron Kuning
Berkedip
Indikasi Alarm Normal alarm Merah Berkedip

42
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

4.2 Sistem Kerja UPS


Sistem kerja UPS ini terdiri dari beberapa kondisi, yakni sebagai berikut:

4.2.1 Sistem kerja UPS Pada Kondisi Normal

Gambar 4.3. Sistem kerja Ups pada kondisi normal.


Keterangan Gambar :
PS 1 dan 2 : Pembangkit Listrik Utama
PS 3 : Pembangkit Listrik Alternatif
Garis Biru : Unit UPS
Garis dan Panah Merah : Aliran Arus Listrik
R : Rectifier
I : Inverter
S : Static Switch
L : Beban
B : Baterai

Pada saat kondisi normal, maka beban akan disuplai langsung melalui
Power Station 1 dan Power Station 2, saat menuju beban, suplai utama melewati
rangkaian penyearah (rectifier). Penyearah berfungsi untuk mengubah arus AC
menjadi arus DC dari suplai listrik utama. Rectifier ini merupakan rangkaian yang
dibentuk dari beberapa dioda, kapasitor dan induktor. Rangkaian ini sebagai alat

43
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

proses melalui input trafo ke rangkaian rectifier yang berfungsi sebagai rangkaian
pengecas baterai (Charger Baterai).
Setelah melalui proses penyearahan, arus disimpan kedalam baterai.
Baterai yang dipasang pada UPS berfungsi sebagai sumber listrik cadangan
apabila sumber listrik utama mengalami ganguan atau trip. Arus pada baterai
kemudian masuk ke rangkaian inverter. Rangkaian inverter ini berfungsi sebagai
pengubah arus DC menjadi arus AC yang dapat digunakan perangkat elktronik
yang bekerja dengan arus AC. Rangkaian ini merupakan rangkaian yang dibentuk
dari beberapa transistor/thyristor, induktor, transformator Step Up dan rangkaian
controller sebagai pengatur denyut pulsa input dari gate masing-masing thyristor.
Output tegangan pada inverter ini sebesar 110 Volt AC dengan frekuensi 50 Hz.

4.2.2 Sistem kerja UPS Pada Kondisi Darurat

Gambar 4.4. Sistem kerja Ups pada kondisi emergensi/darurat.

Keterangan Gambar :
PS 1 dan 2 : Pembangkit Listrik Utama
PS 3 : Pembangkit Listrik Alternatif
Garis Biru : Unit UPS
Garis dan Panah Merah : Aliran Arus Listrik
R : Rectifier

44
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

I : Inverter
S : Static Switch
L : Beban
B : Baterai

Ketika kondisi Power Station 1 dan Power Station 2 mengalami gangguan,


maka hubungan suplai utama terputus dan suplai dari baterai akan bekerja secara
otomatis untuk menggantikan fungsi dari suplai utama. Tegangan dari baterai ini
akan diubah oleh rangkaian inverter dari DC ke AC untuk menghidupkan
pembangkit cadangan dan kemudian menuju beban. Tegangan dari baterai ini
merupakan suplai sementara dan tidak dapat bertahan lama, maka dari itu
tegangan dari baterai ini dimanfaatkan untuk menjaga pembangkit alternatif terus
bekerja sampai dengan pembangkit utama dapat digunakan. Untuk mengetahui
ketahanan dari suatu baterai agar dapat memberi daya sementara tergantung dari
daya baterai dan daya beban. Hal ini dapat dibuktikan :
Berdasarkan persamaan 3.7 dan persamaan 3.8 digunakan rumus :

.
=
.

t = Lama ketahanan ( Jam )


P = Daya (Watt)
I = Kuat arus (Ah)
V = Tegangan ( Volt )

Data Perhitungan :
Baterai :
184 buah baterai dirangkai secara seri
1,2 V / 2000 mAh per baterai
Kapasitas Baterai :
171 x 1,2 V = 205.2 V / 2000 mAh

45
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Data Beban ( Hanya Contoh ):


Tegangan : 220 V
Arus :4A
.
=
.

V. I baterai
t=
V . I beban

220.8 V . 2000 mAh


t=
220 V . 4 A

205.2 V . 2Ah
t=
220 V . 4 A

441.6 V A h
t=
880 V A

t = 0,5jam

T = 30 menit

Jadi, perkiraan lamanya baterai mem - back up jika menggunakan data beban di
atas adalah selama 30 menit.

46
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

4.2.3 Sistem kerja UPS Pada Kondisi Bypass

Gambar 4.5. Sistem kerja Ups pada kondisi Bypass.

Keterangan Gambar :
PS 1 dan 2 : Pembangkit Listrik Utama
PS 3 : Pembangkit Listrik Alternatif
Garis Biru : Unit UPS
Garis dan Panah Merah : Aliran Arus Listrik
R : Rectifier
I : Inverter
S : Static Switch
L : Beban
B : Baterai

Beban mendapat suplai dari pembangkit alternatif pada PT.


PERTAMINA (PERSERO) RU III yaitu Power Station 3. UPS pindah keadaan
bypass tanpa adanya delay time. UPS secara otomatis pindah ke keadaan bypass
apabila ada kerusakan pada sumber listrik utama, rectifier, inverter, dll serta
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk perbaikannnya. Selain itu, keadaan
bypass ini terjadi akibat over load output atau secara manual dipindahkan ke
bypass ouput service.

47
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Tegangan yang dihasilkan oleh suplai alternatif ini memerlukan waktu


untuk mencapai tegangan sesuai yang dibutuhkan oleh beban dan menjaga
tegangan yang dihasilkan dalam keadaan konstan. Pada saat tegangan pada suplai
alternatif telah sesuai dan konstan maka suplai alternatif akan mengaktifkan static
switch sehingga suplai alternatif terhubung ke beban dan memutuskan hubungan
dari baterai. Suplai alternatif akan terus beroperasi hingga sumber utama listrik
kembali bekerja secara normal.

4.3 Pemindahan Koneksi Antara Pembangkit Listrik Utama dengan UPS.


Saat power station 1 dan 2 mengalami gangguan sehingga terjadi black
out, UPS dapat langsung beroperasi secara otomatis tanpa harus menunggu
perintah karena Automatic Transfer switch, alat ini berfungsi untuk memindahkan
koneksi antara sumber tegangan listrik satu dengan sumber tegangan listrik
lainnya secara automatis. Karena fungsi tersebut ATS sering juga disebut dengan
Automatic COS (Change Over Switch). Di dalam panel ATS terdapat beberapa
rangkaian relai yang terdiri dari beberapa blok yang memiliki fungsi dan tugas
masing masing.

Antara lain;
A. Relai Detector Sumber Daya Utama ( Power Station 1 dan 2 )
Relai ini berfungsi untuk memberikan informasi kondisi sumber listrik utama
(hidup atau mati) kepada rangkaian relai relai start/off engine dan ATS untuk di
proses pada tahap selanjutnya.

B. Relai Detector Daya Sumber Listrik Cadangan ( UPS )


Relai detector ini berfungsi untuk memberikan informasi kondisi tegangan/daya
UPS kepada rangkaian relai relai start/off engine dan ATS untuk di proses pada
tahap selanjutnya.

48
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

C. Blok Start / Stop Engine


Berfungsi untuk mengoperasikan UPS, blok ini bekerja berdasarkan masukan dari
relay detector tenaga listrik utama dan detector daya UPS. Jika tegangan listrik
utama maka blok ini akan mengoperasikan UPS dan jika tegangan listrik utama
telah menyala kembali, maka UPS akan dimatikan secara automatis. UPS hanya
akan dimatikan jika ATS sudah menghubungkan beban dengan sumber utama (
Power Station 1 dan 2 ).
Rangkain kontrol pemindahan koneksi dari pembangkit utama ke pembangkit
cadangan :

Dari Pembangkit Dari Pembangkit Starter Pembangkit


Menuju Beban
Utama Cadangan Cadangan
L L

CHARGER

11 21 13 13
K1 K1 K3 K1
S0
12 22 OFF 14 14

13 11
T1
K2 S1
14 8
ON

INVERTER Mode Bypass

A1 A1 A1

T1 K3 BATERAI L
K1 K2
A2 A2 A2

N N

Gambar 4.6. Rangkaian Kontrol Keadaan Pembangkit Utama Mati ( OFF )

Cara kerja dari rangkaian kontrol di atas adalah :

Kontaktor K1 berguna untuk pertukaran dari sumber tegangan Pembangkit Utama


ke sumber tegangan Pembangkit Cadangan dan menuju Beban.

Kontaktor K2 berguna untuk mengalirkan arus dari sumber tegangan Pembangkit


Utama ke Charger Baterai.

Kontaktor K3 berguna untuk mengalirkan arus dari sumber tegangan Pembangkit


Cadangan ke Beban.

49
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

Ketika pembangkit listrik utama mengalami gangguan maka tidak ada aliran
listrik menuju Kontaktor K1 dan K2 maka membuat anak kontak NO K2 terbuka
sehingga pengecasan baterai berhenti dan anak kontak NC K1 akan menutup
sehingga mengalirkan arus dari baterai menuju Timer T1 On Delay dan Kontaktor
K3 sehingga akan membuat anak kontak NC T1 akan membuka setelah beberapa
waktu sesuai durasi waktu yang diatur.

Dan setelah Kontaktor K3 bekerja, maka Kontaktor K3 akan menyuplai daya dari
Pembangkit Cadangan menuju anak kontak NO K3 yang akan mengalirkan arus
listrik ke beban. Sehingga sumber beban berasal dari Pembangkit Cadangan.
Apabila rectifier, inverter ataupun baterai mengalami gangguan maka untuk
menghidupkan pembangkit cadangan harus dengan manual menggunakan S0 dan
S1 atau disebut dengan mode bypass.

50
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab
sebelumnya, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Bagian-bagian utama dari sistem UPS adalah penyearah (rectifier), baterai,


inverter, static switch dan jalur cadangan (by-pass).
2. Sistem kerja UPS pada kondisi normal yaitu, beban akan di supplai langsung
melalui sumber utama, saat menuju beban supplai utama melewati rangkaian
penyearah dan supplai akan disimpan ke dalam baterai, kemudian supplai
tersebut masuk ke inverter sebelum di gunakan perangkat elektronik.
3. Sistem kerja UPS pada kondisi darurat yaitu, ketika supplai utama mengalami
gangguan maka supplai utama terputus dan supplai dari baterai akan bekerja
secara otomatis menggatikan fungsi dari supplai utama untuk menghidupkan
pembangkit cadangan.
4. Sistem kerja UPS pada kondisi bypass yaitu ketika supplai utama mengalami
gangguan serta rectifier, inverter pada UPS juga mengalami gangguan maka
supplai alternatif akan bekerja secara manual menggantikan fungsi dari
supplai utama dan UPS.
5. Pemindahan koneksi dari sumber listrik utama ( Power Station 1 dan 2 ) ke
UPS menggunakan Automatic Transfer Switch, merupakan alat yang
berfungsi untuk memindahkan koneksi antara sumber tegangan listrik satu
dengan sumber tegangan listrik lainnya secara otomatis.

51
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

5.2 Saran
1. Dalam penulisan laporan ini sebaiknya kita sebagai mahasiswa berdoa kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar kita diberi akal budi demi kelancaran kita dalam
membuat laporan kerja praktek ini.
2. UPS sangat penting untuk menjaga kinerja peralatan di industri, maka perlu
dilakukan perawatan secara rutin unutk menjaga stabilitas kerja dari UPS
tersebut dalam menjaga pasokan listrik utama.
3. Selain digunakan di industri, UPS dapat digunakan di rumah untuk menjaga
suplai peralatan elektronik rumah tangga agar mengurangi resiko kerusakan
pada peralatan elektronik rumah tangga.
4. Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, sebaiknya data - data yang kita
dapatkan selama melaksanakan kerja praktek diteliti dengan cermat agar data
tersebut memang digunakan untuk materi laporan kerja praktek.

52
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

DAFTAR PUSTAKA

Maintenance Execution Book Emergency Device, Penerbit PT. Pertamina

( Persero ), Palembang, 2004

Manual Book UPS CYBEREX. Penerbit CYBEREX Corp., Jerman, 2002

Pedoman BPST Angkatan XIV. Penerbit PT. Pertamina ( Persero ),

Palembang, 1999

Perawatan Safety Device Untuk UPS. Penerbit PT. Pertamina ( Persero ),

Palembang, 2004

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suplai.daya.bebas.gangguan.

www.pertamina.com/perawatan.peralatan.listrik/performance/publik.

53

Anda mungkin juga menyukai