Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup memiliki ciri di antaranya dapat berkembang biak, begitu juga
dengan manusia. Manusia hanya mengalami reproduksi secara kawin
(seksual/generatif). Laki-laki dan perempuan memiliki sistem reproduksi yang
berbeda sesuai dengan fungsinya. Proses reproduksi pada manusia membutuhkan
sperma dan ovum. Sperma merupakan sel kelamin manusia yang dihasilkan oleh laki-
laki.Adapun Ovum merupakan sel kelamin manusia yang dihasilkan oleh perempuan.
Organ reproduksi laki-laki terdiri atas testis, saluran pengeluaran, dan penis. Testis
berfungsi sebagai penghasil sperma. Proses pembentukan sperma disebut
spermatogenesis.
Testis berjumlah sepasang dan terletak pada kantong yang disebut skortum.
Saluran pengeluaran terdiri atas epididimis, vas deferens, dan uretra. Epididimis
merupakan saluran yang berkelak-kelok, tempat pematangan dan penyimpanan
sementara sperma. Dari epididimis, sperma mengalir menuju penis melalui vas
deferens dan uretra. Penis merupakan alat kelamin luar pada laki-laki. Penis berfungsi
untuk memasukkan sperma pada saluran kelamin wanita. Penis juga merupakan
muara dari saluran kencing.

1.2 Rumusan Masalah


Apa saja Kelainan yang terjadi pada system reproduksi pria
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kelainan yang terajadi di system reproduksi pria

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kelainan Anatomi pada system Reproduksi


2.1.1 Fimosis
a. Definisi Fimosis
Fimosis adalah kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi dari glans penis. ( Mott,
Sandra; 1990 ).Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. ( Ngastiyah; 2005 ). Fimosis
(phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak
bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce,
preputium, foreskin,).
Fimosis adalah penyempitan lubang prepusium sehingga tidak dapat ditarik ke atas glans
penis. ( Catzel, Pincus; 1990). Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar,
sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian
dalam preputium melekat pada glans penis.
b. Penyebab
Penyebab Fimosis adalah Tingkat higienitas alat kelamin yang buruk peradangan
kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan
kulit preputium (forceful retraction). Pada fimosis kongenital umumya terjadi akibat
terbentuknya jaringan parut di prepusium yang biasanya muncul karena sebelumnya terdapat
balanopostitis. Apapun penyebabnya, sebagian besar fimosis disertai tanda-tanda peradangan
penis distal.
Sedangkan fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir biasanya terjadi karena
ruang di antara kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan
prepusium menjadi melekat pada glans penis, sehingga sulit ditarik ke arah proximal. Apabila
stenosis atau retraksi tersebut ditarik dengan paksa melewati glans penis, sirkulasi glans dapat
terganggu hingga menyebabkan kongesti, pembengkakan, dan nyeri distal penis atau biasa
disebut parafimosis.

2
c. Tanda Gejala
1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin
2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat
mulai buang air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut
disebabkan oleh karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang
dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar melalui muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa
sakit.
4. Kulit penis tak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan
5. Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang
memancar dengan arah yang tidak dapat diduga
6. Bisa juga disertai demam
7. Iritasi pada penis.
8. Udema gland penis
9. Nyeri
10. Jeratan pada penis
11. Kulup tertarik ke belakang kepala penis
12. Sakit pada penis.

3
2.2.1 Hipospadia
a. Definisi Hipospedia
Hipospadia adalah suatu keadaan abnormal dari perkembangan uretra anterior
dimana meatus uretra eksterna terletak di bagian ventral dan letaknya lebih proksimal dari
letak yang normal dan disertai adanya firosis pada bagian distal MUE yang menyebabkan
bengkoknya penis.
Epispadia merupakan kelainan kongenital berupa tidak adanya dinding uretra
bagian atas. Kelainan ini terjadi pada laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering
dialami oleh laki-laki. Ditandai dengan adanya lubang uretra disuatu tempat pada permukaan
dorsum penis. (Kamus Saku Kedokteran DORLAN, 2011) .
b. Etiologi
1. Faktor Genetik
Terjadi karena gagalnya sintesis androgen. Hal ini biasanya terjadi karena mutasi pada gen
yang mengode sintesis androgen tersebut sehingga ekspresi dari gen tersebut tidak terjadi.
2. Faktor Hormon
Hormone yang dimaksud di sini adalah hormone androgen yang mengatur organogenesis
kelamin (pria). Atau bisa juga karena reseptor hormone androgennya sendiri di dalam tubuh
yang kurang atau tidak ada. Sehingga walaupun hormone androgen sendiri telah terbentuk
cukup akan tetapi apabila reseptornya tidak ada tetap saja tidak akan memberikan suatu efek
yang semestinya
3. Lingkungan
Biasanya faktor lingkungan yang menjadi penyebab adalah polutan dan zat yang bersifat
teratogenik yang dapat mengakibatkan mutasi.
4. Embriologi
Secara embriologis hipospadia disebabkan oleh sebuah kondisi dimana bagian ventral lekuk
uretra gagal untuk menutup dengan sempurna.Diferensiasi uretra bergantung pada hormone
androgen Dihidrotestosteron (DHT) dengan kata lain hipospadia dapat disebabkan oleh
defisiensi produk testosterone, konversi testosterone menjadi DHT yang tidak adequate, atau
defisiensi local pada hormone androgen.

4
2.3.1 Hipogonadisme
a. Definisi Hipogonadisme
Hipogonadisme merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh
gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan estrogen. Gangguan ini
menyebabkan infertilitas, impotensi, dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganannya
dapat dilakukan dengan terapi hormon.
b. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, hipogonadisme terbagi menjadi dua jenis, yaitu
hipogonadisme primer dan sekunder. Hipogonadisme primer terjadi akibat gonad atau
kelenjar seksual mengalami kerusakan. Meski otak mengirimkan sinyal pada gonad untuk
memproduksi hormon seksual, produksi tetap tidak bisa dilakukan akibat kerusakan ini.
Berikut ini sejumlah penyebab kerusakan pada gonad, di antaranya:
1. Penyakit autoimun (misalnya hipoparatiroidisme dan penyakit Addison)
2. Gangguan ginjal
3. Gangguan hati
4. Infeksi berat
5. Hemokromatosis atau tingginya kadar zat besi darah
6. Kriptorkismus atau posisi testis yang tidak turun
7. Penyakit genetis (misalnya sindrom Klinefelter dan sindrom Turner)
8. Peradangan pada testis sebagai komplikasi dari gondongan
9. Kerusakan organ seksual (misalnya akibat kecelakaan atau efek samping operasi)
10. Efek samping radiasi atau kemoterapi pada pengobatan kanker
Jenis hipogonadisme yang kedua adalah hipogonadisme sekunder yang merupakan
kebalikan dari primer. Pada hipogonadisme sekunder, kerusakan terletak pada kelenjar
hipofisis di dalam otak. Akibat kerusakan ini, otak tidak mampu mengirim sinyal pada gonad
untuk memproduksi hormon seksual. Berikut ini sejumlah faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan pada kelenjar hipofisis, di antaranya: Gangguan genetik, seperti gangguan
perkembangan kelenjar hipotalamus (Sindrom Kallmann)
1. Gangguan hipofisis
2. Tumor yang muncul di dekat kelenjar hipofisis
3. Penyakit HIV dan AIDS
4. Penyakit histiositosis
5. Penyakit TBC atau tuberkulosis

5
c. Tanda Gejala
1. Pertumbuhan payudara yang tidak normal
2. Lelah
3. Sulit berkonsentrasi
4. Berkurangnya massa otot
5. Lengan dan kaki tumbuh memanjang atau ramping seperti wanita
6. Tubuh jarang ditumbuhi rambut
7. Suara terdengar kurang dalam selayaknya pria normal
8. Testis dan penis mengecil
9. Hilangnya gairah seksual
10. Disfungsi ereksi

2.4.1 Hernia Inguinalis


a. Definisi
Hernia Inguinal adalah gangguan atau kelainan yang ditandai dengan sebagian
usus terdorong menembus dinding abdominal dan masuk ke selangkangan atau
skrotum. Hernia terlihat sebagai suatu pembengkakan di daerah selangkangan.
Kelainan ini dapat diperbaiki dengan cara pembedahan.

b. Penyebab
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi,
tetapi diyakini ada tiga penyebab, yaitu:2 1. Peninggian tekanan intra abdomen yang
berulang. Overweight Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan
ukuran badan Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan
saluran kencing Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus Batuk yang kronis
dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergi Kehamilan Ascites
Adanya kelemahan jaringan /otot. Tersedianya kantong.

6
2.5.1 Ambiguous Genitalia ( Alat Kelamin Ganda )
a. Definisi
Ambiguous Genitalia merupakan kelainan yang sangat jarang terjadi. Kelainan ini
ditandai dengan seorang bayi lahir dengan alat kelamin yang tidak jelas apakah laki-laki atau
perempuan. Sebagian besar anak laki-laki yang lahir dengan kelainan seperti ini memiliki
penis yang sangat kecil atau tidak ada, tetapi memiliki jaringan testis. Pada sejumlah kecil
kasus, seorang anak memiliki jaringan testis dan ovarium.
b. Penyebab
Penyebab dari ambiguous genitalia adalah karena terjadinya gangguan
pertumbuhan alat kelamin ketika masih didalam rahim ibu. Pada bayi yang secara
genetika berkelamin perempuan, ketika dalam pertumbuhannya mendapat banyak
hormon laki laki sehingga pertumbuhan alat kelamin menjadi melenceng. Begitu pula
dengan bayi yang secara genetika adalah laki laki, bila ketika sedang dalam masa
pertumbuhan alat kelamin mendapat banyak hormon perempuan maka pertumbuhan
alat kelamin laki lakinya menjadi tidak sempurna atau melenceng ke alat kelamin laki
laki.
Ambiguous genitalia perlu ditangani oleh dokter spesialis dalam suatu tim,
yang antara lain terdiri dari ahli penyakit anak, ahli urologi, ahli genetika, ahli bedah
dan psikolog. Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, seperti: pemeriksaan
darah untuk memeriksa tingkat hormon dan genetika (XX atau XY), pemeriksaan
USG di pinggang untuk melihat organ dalam seperti adanya rahim atau vagina dan
testis yang tidak turun. Berdasar pemeriksaan tersebut dokter akan bisa menentukan
jenis kelamin sang anak dengan melihat potensi kedepannya.
c. Tanda Gejala
Gejala dari kelamin ganda (ambigous genitalia), pada bayi yang secara
genetika seorang perempuan (kedua chromosome XX), maka terlihat clitoris yang
membesar yang sering dikira sebagai penis, bibir bawah yang tertutup atau seperti
lipatan hingga dikira sebagai scrotum, benjolan dibawah kelamin yang dikira sebagai
testis. Pada bayi yang secara genetis adalah laki laki, maka gejalanya adalah: saluran
kencing tidak sampai ke depan penis (berhenti dan keluar ditengah atau dipangkal
penis), penis sangat kecil dengan lubang saluran kencing dekat dari scrotum, testis
tidak ada atau hanya ada satu buah.

7
2.6.1 Mikropenis

a. Definisi Mikropenis
Mikropenis merupakan kelainan lainnya yang juga sangat jarang. Pada
kelainan seperti ini, penis terbentuk secara normail, tetapi dengan ukuran di bawah
ukuran rata-rata, yang ditunjukkan dengan pengukuran standar.
b. Penyebab Mikropenis
Terdapat berbagai kondisi yang dapat menyebabkan mikropenis, namun
sebagian besar mikropenis sederhana (tanpa kelainan bentuk kelamin lain) tidak
diketahui penyebabnya atau disebut juga mikropenis idiopatik. Penyebab lainnya yang
lebih jarang, seperti penurunan produksi hormon androgen (testosteron) pranatal,
testis (buah pelir) yang tidak berkembang dengan baik, gangguan produksi hormon
testosteron atau gangguan pada reseptor testosteron. Hormon testosteron merupakan
hormon yang dikeluarkan oleh buah pelir, yang berfungsi untuk penyempurnaan atau
maskulinisasi bentuk kelamin termasuk penis. Sedangkan kelenjar pituitari
mengeluarkan hormon yang berfungsi untuk mengatur pengeluaran hormon androgen
di testis. Penis yang tenggelam dapat menyerupai mikropenis. Kondisi ini disebabkan
lemak suprapubik (daerah depan penis) yang cukup tebal, sehingga sebagian atau
seluruh batang penis tenggelam dan tidak terlihat.
Mikropenis dapat merupakan bagian dari suatu sindrom atau kondisi yang
lebih kompleks, seperti Sindrom Kallman, Sindrom Klinefelter, atau disorders of sex
development (gangguan perkembangan jenis kelamin). Pada kondisi ini biasanya akan
ditemukan manifestasi klinis lain yang menyertai, seperti kelamin ganda, testis tidak
turun, hipospadia, pembesaran payudara, atau gangguan penciuman.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem reproduksi pada manusia merupakan suatu system yang berfungsi
untuk melestarikan keturunan atau spesiesnya masing-masing. Adapun syarat yang
harus dipenuhi yaitu adanya pertemuan sel sperma dan sel telur dari wanita untuk
menghasilkan keturunan atau spesies.
3.2 Saran
Penulis mengharapkan agar teman-teman mampu memahami hasil pemaparan
dari makalah kami tentang system reproduksi pada pria. Kami menyadari bahwa
makalah yang kami buat belum begitu sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan
masukan yang dapat membangun agar pembuatan makalah berikutnya dapat lebih
sempurna.

9
DAFTAR PUSTAKA
(https://sebelasipasatoe.wordpress.com/2010/05/02/kelainan-atau-gangguan-pada-sistem-
reproduksi-laki/ Di akses pada tanggal 17 september 2017 pada jam09.09 WIB)
(http://web.unair.ac.id/admin/file/f_35969_wan-123.pdf Di akses pada tanggal 17 september
2017 pada jam 10.09 WIB)
(http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195904011983032-
SOESI_ASIAH_SOESILAWATY/Media_Pembelajaran_Anfisman/SISTEM_REPRODUKS
I/SISTEM_REPRODUKSI.pdf Di akses pada tanggal 17 september 2017 pada jam 09.08
WIB)
(http://dinus.ac.id/repository/docs/ajar/sistem_reproduksi_pria1.pdf Di akses pada tanggal 17
September 2017 pada jam 08.00 WIB)
(http://pengetahuankesmas.blogspot.co.id/2015/10/makalah-sistem-reproduksi-pria.html Di
akses pada tanggal 17 September 2017 pada jam 10.09 WIB)

10

Anda mungkin juga menyukai