Makalah Metodologi Pemb
Makalah Metodologi Pemb
DISUSUN
OLEH:
KELOMPOK 1
KELAS B -2 / SEMESTER 1
ERWINA RAHMAWATI LUBIS
HANIFAN NURSYAH FITRI SIREGAR
NISYA
Mata Kuliah:
METODOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Dosen Pengampuh:
Dr. E. ELVIS NAPITUPULU, MS.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Thorndike
B. Teori Belajar Skinner
C. Teori Belajar Ausubel
D. Teori Belajar Gagne
E. Teori Belajar Pavlov
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah proses mengajar dan belajar pola-pola kelakuan manusia
menurut apa yang diharapkan oleh masyarakat. Pendidikan bertujuan untuk
membekali setiap anak agar masing-masing dapat maju dalam hidupnya mencapai
tingkat yang setinggi-tingginya.
Tidak dapat dipungkiri dalam pendidikan terutama dalam belajar selalu hadir
masalah-masalah yang harus diselesaikan dengan baik agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Dan selanjutnya mencari bagaimana solusi yang dilakukan agar masalah
dalam belajar dapat dihindari serta memaksimalkan pembelajaran yang bermakna.
Yang harus dipikirkan tidak hanya mengenai materi belajar akan tetapi bagaimana
kondisi seseorang belajar. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan salah satu usaha yang dilakukan adalah memahami bagaimana seseorang
belajar.
Teori belajar selalu bertolak dari sudut pandang psikologi belajar tertentu.
Dengan perkembangan psikologi dalam pendidikan maka bersamaan dengan itu
bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Banyak ahli yang membahas dan
menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak dipertentangkan
kebanaran setiap teori yang dihasilkan tetapi yang lebih penting bagaimana teori
tersebut digunakan dalam praktik pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori pembelajaran menurut Thorndike?
2. Bagaimana teori pembelajaran menurut Skinner?
3. Bagaimana teori pembelajaran menurut Ausubel?
4. Bagaimana teori pembelajaran menurut Gagne?
5. Bagaimana teori pembelajaran menurut Pavlov?
C. Tujuan
1. Untuk megetahui teori belajar menurut Thorndike
2. Untuk megetahui teori belajar menurut Skinner
3. Untuk megetahui teori belajar menurut Ausubel
4. Untuk megetahui teori belajar menurut Gagne
5. Untuk megetahui teori belajar menurut Pavlov
BAB II
PEMBAHASAN
1
Prof. Dr. H. Baharuddin,M.Pd.I, Pendidikan dan Psikkologi Perkembangan, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta:2014, h.
75
menyala. Setelah metronom berbunyi atau lampu menyala selama 30 detik, makanan
(serbuk daging) diberikan dan terjadilah refleks pengeluaran air liur.Setelah diulang
32 kali, bunyi metronom atau nyala lampu selama 30 detik dapat menyebabkan
keluarnya air liur dan semakin bertambah deras jika makanan diberikan.
Dalam eksperimen kedua di atas, ada beberapa hal yang bisa diterangkan:
a. Bunyi metronom atau nyala lampu merupakan Conditioning Stimulus (CS) dan
makanan merupakan Unconditioning Stimulus (US).
b. Keluarnya air liur karena bunyi metronom atau nyala lampu merupakan
Conditioning Refleks (CR) dan keluarnya air liur karena ada makanan merupakan
Unconditioning Refleks (UR).
c. Makanan yang diberikan setelah air liur disebut Reinforcer (pengaruh) yang
memperkuat refleks bersyarat dan memberikan respons lebih kuat dibandingkan
dengan refleks bersyarat.
3. Eksperimen-eksperimen selanjutnya menyimpulkan bahwa refleks bersyarat yang
telah terbentuk dapat hilang jika perangsang atau signal yang membentuknya telah
hilang. Hal ini dapat disebabkan perangsang atau signal yang selama ini dikenal telah
dilupakan atau tidak pernah digunakan kembali. Refleks bersyarat dapat dihilangkan
dengan melakukan persyaratan kembali (reconditioning).
Dari hasil eksperimen-eksperimen yang dilakukan dengan anjing itu Pavlov
berkesimpulan bahwa gerakangerakan refleks itu dapat dipelajari dapat berubah karena
mendapat latihan. Sehingga dengan demikian dapat dibedakan dua macam refleks, yaitu
refleks wajar (unconditioned refleks) dan refleks bersyarat/refleks yang dipelajari
(conditioned refleks)
c. Hukum Hukum Belajar Pavlov
Pavlov akhirnya menemukan beberapa hukum pengkondisian, antara lain:
1. Kepunahan/Penghapusan(extinction). Penghapusan berlaku apabila rangsangan
terlazim tidak diikuti dengan rangsangan tak terlazim, lama-kelamaan
individu/organisme itu tidak akan bertindak balas. Setelah respons itu terbentuk, maka
respons itu akan tetap ada selama masih diberikan rangsangan bersyaratnya dan
dipasangkan dengan rangsangan tak bersyarat. Kalau rangsangan bersyarat diberikan
untuk beberapa lama, maka respons bersyarat lalu tidak mempunyai penguatan dan
besar kemungkinan respons bersyarat itu akan menurun jumlah pemunculannya dan
akan semakin sering tak terlihat seperti penelitian sebelumnya. Peristiwa itulah yang
disebut dengan pemadaman (extinction). Beberapa respons bersyarat akan hilang
secara perlahan-lahan atau hilang sama sekali untuk selamanya.
2. Generalisasi Stimulus (stimulus generalization). Rangsangan yang sama akan
menghasilkan tindak balas yang sama. Pavlov menggunakan bunyi loceng yang
berlainan nada, tetapi anjing masih mengeluarkan air liur. Ini menunjukkan bahwa
organisme telah terlazim, dengan dikemukakan sesuatu rangsangan tak terlazim akan
menghasilkan gerak balas terlazim (air liur) walaupun rangsangan itu berlainan atau
hampir sama.
3. Pemilahan (discrimination). Diskriminasi yang dikondisikan ditimbulkan melalui
penguatan dan pemadaman yang selektif. Diskriminasi berlaku apabila individu
berkenaan dapat membedakan atau mendiskriminasi antara rangsangan yang
dikemukakan dan memilih untuk tidak bertindak atau bergerak balas.
d. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Classical Conditioning Paplov
Prinsip-prinsip belajar menurut Classical Conditioning dapat diringkaskan sebagai
berikut:
1. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan/mempertautkan
antara perangsang (stimulus) yang lebih kuat dengan perangsang yang lebih lemah.
2. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
3. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme.
4. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak US dan CS akan menimbulkan
aktivitas otak. Aktivitas yang ditimbulkan US lebih dominan daripada yang
ditimbulkan CS. Oleh karena itu US dan CS harus di pasang bersama-sama, yang
lama kelamaan akan terjadi hubungan. Dengan adanya hubungan, maka CS akan
mengaktifkan pusaat CS di otak dan selanjutnya akan mengaktifkan US. Dan akhirnya
organisme membuat respon terhadap CS yang tadinya secara wajar dihubungkan
dengan US.
5. Semua aktifitas susunan syaraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibisi. Setiap peristiwa
di lingkungan organisme akan dipengaruhi oleh dua hal tersebut, yang pola tersebut
oleh Pavlov disebut Cortical Mosaic. Dan pola ini akan mempengaruhi respons
organisme terhadap lingkungan. Namun demikian Pavlov juga menyadari bahwa
tingkah laku manusia lebih komplek dari binatang, karena manusia mempunyai
bahasa dan hal ini akan mempengaruhi tingkah laku manusia.
e. Penerapan Teori Belajar Classical Conditioning
Pengaruh keadaan klasik membantu menjelaskan banyak pelajaran di mana satu
stimulus diganti/ digantikan untuk yang lain. Satu contoh yang penting tentang proses ini
adalah pelajaran atraksi emosional dan ketakutan. Situasi ini memberikan pengaruh
ketakutan bila stimulus tidak netral:
Guru Sorak ( UCS) Perhatian dan ketakutan anak ( UCR)
Polisi mendorong dengan penuh ancaman (UCS) Perhatian dan Ketakutan
masyarakat (UCR)
Perawat memberi suntikan (UCS) Perhatian dan ketakutan pasien (UCR)
Manapun stimulus netral yang berulang-kali terjadi bersama-sama dengan stimuli ini
cenderung untuk dikondisikan (C) ke ketakutan sebagai respon. Tetapi tanggapan positif
dapat dibangun secara sederhana untuk mengkondisikan stimulus. Jika seorang guru memuji
seorang siswa maka akan menimbulkan hal positif baginya, bahkan ketika dia tidak lagi
dipuji. Pada akhirnya, proses ini dapat membangun hubungan baik di kelas. Penggantian
stimulus dapat membantu bahkan pada pelajaran tertentu yang tidak berisi unsur perasaan.
Pengaruh tersebut tidak memerlukan refleks sebagai titik awal.
Dalam praktek pendidikan mungkin bisa kita temukan seperti lonceng berbunyi
mengisyaratkan belajar dimulai dan atau pelajaran berakhir. Pertanyaan guru diikuti oleh
angkatan tangan siswa, suatu pertanda siswa dapat menjawabnya. Kondisi-kondisi tersebut
diciptakan untuk memanggil suatu respon atau tanggapan ahli pendidikan lain juga
menyarankan bahwa panduan belajar dengan mengkombinasikan gambar dan kata-kata
dalam mempelajari bahasa, akan sangat berguna dalam mengajar perbendaharaan kata-kata.
Memasangkan kata-kata dalam bahasa Inggris dengan kata-kata bahasa lainnya akan
membantu para siswa dalam membuat perbendaharaan kata dalam bahasa asing.
4
Prof. Dr. Sofyan S. Willi, Konseling Individual Teori dan Praktek, Alfabeta, Bandung: 2004, h. 69
a) Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan,
jika benar diberi penguat.
b) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
c) Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
d) Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
e) Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun lingkungan
perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
f) Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya.
Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
g) Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
2) Dimensi Kedua
Menyangkut cara bagaimana pelajar dapat mengaitkan informasi pada struktur
kognitif yang telah ada. Dalam tingkat kedua, siswa menghubungkan atau mengaitkan
informasi itu pada pengetahuan (berupa konsep atau lainnya) yang telah dimilikinya,
dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Akan tetapi, siswa itu dapat juga hanya
mencoba-coba menghafalkan informasi baru itu tanpa menghubungkannya pada
konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya; dalam hal ini terjadi belajar
hafalan.
Inti dari teori belajar Ausubel adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel, belajar
bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep yang
relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang (Dahar, 2006, 95). Belajar bermakna
akan terjadi apabila informasi yang baru diterima pelajar mempunyai kaitan erat dengan
konsep yang sudah ada / diterima sebelumnya dan tersimpan dalam struktur kognitifnya
(Andriyani, 2008, 3.20-3.21). Lebih lanjut Andriyani menyatakan bahwa informasi baru ini
juga dapat diterima atau dipelajari pelajar tanpa menghubungkannya dengan konsep atau
pengetahuan yang sudah ada. Cara belajar ini disebut belajar menghapal.
Kedua dimensi di atas dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
1) Informasi Verbal
Kapabilitas informasi verbal merupakan kemampuan untuk mengkomunikasikan
secara lisan pengetahuannya tentang fakta-fakta. Informasi verbal diperoleh secara
lisan, membaca buku dan sebagainya. Informasi ini dapat diklasifikasikan sebagai
fakta, prinsip, nama generalisasi.
2) Keterampilan Intelektual
Kapabilitas keterampilan intelektual merupakan kemampuan untuk dapat
memperbedakan, menguasai konsep, aturan, dan memecahkan masalah. Kemampuan-
kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar. Kapabilitas keterampilan intelektual
menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu:
a) Belajar Isyarat
Belajar isyarat adalah belajar yang tidak diniati atau tanpa kesengajaan, timbul
sebagai akibat suatu rangsangan (stimulus) sehingga menimbulkan suatu respon
emosional pada individu yang bersangkutan.
b) Belajar Stimulus Respon
Belajar stimulus respon adalah belajar untuk merespon suatu isyarat, berbeda
dengan pada belajar isyarat pada tipe belajar ini belajar yang dilakukan diniati atau
sengaja dan dilakukan secara fisik. Belajar stimulus respon menghendaki suatu
stimulus yang datangnya dari luar sehingga menimbulkan terangsangnya otot-otot
kemudian diiringi respon yang dikehendaki sehingga terjadi hubungan langsung yang
terpadu antara stimulus dan respon.
c) Belajar Rangkaian Gerak
Belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan
atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus respon dalam suatu rangkaian
berhubungan erat dengan stimulus respon yang lainnya yang masih dalam rangkaian
yang sama.
d) Belajar Rangkaian Verbal
Pada belajar rangkaian gerak merupakan perbuatan jasmaniah, maka pada belajar
rangkaian verbal merupakan perbuatan lisan. Jadi, belajar rangkaian verbal adalah
perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Setiap stimulus
respon dalam satu rangkaian berkaitan dengan stimulus respon lainnya yang masih
dalam rangkaian yang sama.
e) Belajar Memperbedakan
Belajar memperbedakan adalah belajar membedakan hubungan stimulus respon
sehingga bisa memahami bermacam-macam objek fisik dan konsep, dalam merespon
lingkungannya, anak membutuhkan keterampilan-keterampilan sederhana sehingga
dapat membedakan suatu objek dengan objek lainnya, dan membedakan satu simbol
dengan simbol lainnya. Terdapat dua macam belajar memperbedakan yaitu
memperbedakan tunggal dan memperbedakan jamak.
f) Belajar Pembentukan Konsep
Belajar pembentukan konsep adalah belajar mengenal sifat bersama dari benda-
benda konkret, atau peristiwa untuk mengelompokkan menjadi satu.
g) Belajar Pembentukan Aturan
Aturan terbentuk berdasarkan konsep-konsep yang sudah dipelajari. Aturan
merupakan pernyataan verbal, dalam matematika misalnya adalah: teorema, dalil, atau
sifat-sifat.
h) Belajar Memecahkan Masalah (Problem Solving)
Belajar memecahkan masalah adalah tipe belajar yang lebih tinggi derajatnya dan
lebih kompleks daripada tipe belajar aturan (rule learning). Pada tiap tipe belajar
memecahkan masalah, aturan yang telah dipelajari terdahulu untuk membuat
formulasi penyelesaian masalah.
3) Strategi Kognitif
Kapalilitas strategi kognitif adalah kemampuan untuk mengkoordinasikan
serta mengembangkan proses berpikir dengan cara merekam, membuat analisis dan
sintesis. Kapabilitas ini terorganisasikan secara internal sehingga memungkinkan
perhatian, belajar, mengingat, dan berfikir anak terarah. Contoh tingkah laku akibat
kapabilitas strategi kognitif, adalah menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah
matematika.
4) Sikap
Kapabilitas sikap adalah kecenderungan untuk merespon secara tepat terhadap
stimulus atas dasar penilaian terhadap stimulus tersebut. Respon yang diberikan oleh
seseorang terhadap suatu objek mungkin positif mungkin pula negatif, hal ini
tergantung kepada penilaian terhadap objek yang dimaksud, apakah sebagai objek
yang penting atau tidak. Contoh, seseorang memasuki toko buku yang didalamnya
tersedia berbagai macam jenis buku, bila orang tersebut memiliki sikap positif
terhadap matematika, tentunya sikap terhadap matematika yang dimiliki
mempengaruhi orang tersebut dalam memilih buku matematika atau buku yang lain
selain buku matematika.
5) Keterampilan Motorik
Untuk mengetahui seseorang memiliki kapabilitas keterampilan motorik, kita
dapat melihatnya dari segi kecepatan, ketepatan, dan kelancaran gerakan otot-otot,
serta anggota badan yang diperlihatkan orang tersebut. Kemampuan dalam
mendemonstrasikan alat-alat peraga matematika merupakan salah satu contoh tingkah
laku kapabilitas ini. Contoh lain yang lebih sederhana misalnya kemampuan
menggunakan penggaris, jangka, sampai kemampuan menggunakan alat-alat tadi
untuk membagi sama panjang suatu garis lurus.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Di dalam teori belajar Thorndike bahwa stimulus adalah suatu perubahan dari
lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk
beraksi atau berbuat sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang
dimunculkan karena adanya perangsang.
2. Percobaan Thorndike inilah yang menghasilkan teori trial and error yaitu bahwa
belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah. Dalam
melaksanakan coba-coba ini, bahwa seseorang akan cenderung untuk
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil.
3. Pavlov menyatakan bahwa perkembangan itu pada hakikatnya merupakan
kumpulan dari sejumlah refleks yang karena sudah terlatih sedemikian rupa
hingga akhirnya membentuk tingkah laku seseorang yang bersifat konstan atau
bisa diartikan sebagai gerak konstan yang bersifat otomatis.
4. menurut Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan
(reinforcement ) dan hukuman (punishment). Penguatan adalah konsekuensi yang
meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya,
hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu
perilaku.
5. Inti dari teori belajar Ausubel adalah belajar bermakna. Bagi Ausubel, belajar
bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-
konsep yang relevan yang terdapat pada struktur kognitif seseorang
6. Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan yang terjadi dalam
kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus-menerus, bukan
hanya disebabkan oleh pertumbuhan saja. Belajar terjadi apabila suatu situasi
stimulus bersama dengan isi ingatannya mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga perbuatannya berubah dari sebelum ia mengalami situasi dengan setelah
mengalami situasi tadi.
DAFTAR PUSTAKA
Daniel Cervone, Lawrence A. Pervin, Kepribadian Teori dan Penelitian, Salemba Humanika, jakarta, 2012, h.
130
Prof. Dr. Sofyan S. Willi, Konseling Individual Teori dan Praktek, Alfabeta, Bandung: 2004