Anda di halaman 1dari 12

2.

1 Pengertian Etika

Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggalnya yaitu ethikos
yang berarti timbul dari kebiasaan sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha yang
artinya adat kebiasaan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak). Secara garis besar etika dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang berkenaan
dengan akhlak serta berkaitan dengan benar atau salah suatu perbuatan yang dianut oleh
suatu golongan atau masyarakat.

Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :
A. Etika Deskriptif
Etika yang berusaha melihat secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia
dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai.
Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
prilaku atau sikap yang mau diambil.
B. Etika Normatif
Etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang
seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika
normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang akan diputuskan.
Etika dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
A. Etika Umum
Berkaitan dengan kondisi-kondisi dasar bagiamana manusia berindak dan
mengambil keputusan secara etis.
B. Etika Khusus
Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar di dalam bidang kehidupan
yang lebih khusus. Etika khusus dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Etika Individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri.
b) Etika Sosial, berkaitan mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai
anggota umat manusia. Etika juga mrnyangkut hubungan manusia dengan manusia baik
secara langsung ataupun dalam kelembagaan (keluarga, masyarakat).

2.1.1 Etika Dalam Pandangan Islam


Al-Quran sendiri menjelaskan tentang etika dengan berdasarkan tiga tema kunci,
yaitu iman, Islam, dan taqwa. Etika ialah suatu kajian kritis rasional mengenai yang
baik dan yang buruk, bagaimana halnya dengan teori etika dalam Islam.

2.2 Pengertian Profesi

Profesi berasal dari bahasa latin proffesio yang mempunyai dua arti yaiu ikrar
atau janji dan pekerjaan. Profesi adalah kegiatan yang dilakukan berdasarkan keahlian
tertentu. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang melaksanakan suatu kegiatan
berdasarkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki guna memenuhi kebutuhan
hidup manusia.
Berikut pengertian profesi dan profesional menurut De George profesi adalah
pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan
yang mengandalkan suatu keahlian. Profesional adalah orang yang mempunyai profesi
atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu
keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan
tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai
sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi waktu luang. Sedangkan kata-
kata profesi sendiri dalam Al-Quran disebutkan dengan kata-kata aml ().
2.3 Pengertian Etika Profesi
Etika profesi merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar atau norma-
norma etis umum yang telah disepakati pada lingkup kerja.
2.3.1 Prinsip-prinsip dasar di dalam etika profesi yaitu sebagai berikut.
A. Tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap pekerjaan itu sendiri maupun terhadap
hasilnya.
B. Keadilan, dituntun untuk memberikan kepada siapa saja yang menjadi haknya.
C. Otonomi, setiap profesional memiliki dan diberi kebebasan dalam menjalankan
profesinya.

2.3 Tujuan dari kode etik profesi adalah sebagai berikut.


Etika profesi juga berkaitan erat dengan kode etik profesi itu sendiri. Kode etik
profesi merupakan pedoman tingkah laku, sikap, dan perbuatan dalam melaksanakan
tugas dan dalam kehidupan sehari hari. Kode etik profesi merupakan bagian dari etika
profesi. Kode etik profesi merupakan kelanjutan norma-norma yang bersifat lebih umum
yang telah dibahas dalam etika profesi.
A. Untuk menjujung tinggi martabat profesi
B. Untuk meningkatkan mutu profesi
C. Untuk menentukan standar hak-hak profesi

2.4 Etika Profesi dalam Perspektif Islam

Bisnis atau usaha perniagaan/perdagangan atau usaha komersial merupakan salah


satu yang penting bagi kehidupan manusia, oleh karena bisnis beroperasi dalam rangka
suatu system ekonomi, maka sebagaian dari tugas etika bisnis sesungguhnya ialah
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan tentang sistem ekonomi yang umum dan khusus,
yang pada gilirannya akan berbicara tentang tepat atau tidaknya pemakaian bahasa moral
untuk menilai system tersebut. Al-quran memberikan informasi yang cukup banyak
berkaitan dengan hal tersebut. Diantaranya QS. An Nisa:29

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya
Allah adalahMaha Penyayang kepadamu.
Dan disisi lain Rasulullah mempunyai misi penting dalam penyempurnaan
Akhlaq, sehingga dalam berniaga/berbisnis pun ada aturan perilaku dalam
melaksanakannya.,salah satunya sabda Rasulullah saw:
Diriwayatkan daripada Ibnu Umar r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah s.a.w
melarang menahan barang dagangan sebelum tiba di pasaran. Ini adalah lafaz dari
Ibnu Numair. Sedangkan menurut perawi yang lain, sesungguhnya Nabi s.a.w melarang
pembelian barang dagangan sebelum dipasarkan

2.4.1 Etika dalam Bekerja


a. Bekerja Sebagai Ibadah
Bekerja dalam pandangan Islam memilki nilai ibadah, firman allah dalam surat
Adzariyat: 56: sesungguhnya tidak aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali agar
beribadah kepada-Ku, kata Li Yabudun dalam surat tersbut mengandung arti dampak
atau akibat atau kesudahan, bahakan dalam melaksanakan shalat kita selalu bersumpah
dan berpasrah bahwa hidupku, matiku lillahi rabbil alamiin.
c. Bekerja Dengan Bersungguh-sungguh
Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya
akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang
akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya, orang-orang yang
zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan.
Ayat diatas menunjukkan kepada kita bahwa dalam melakukan sesuatu haruslah dengan
kesungguhan dan kemampuan, hal ini berlaku bukan hanya bagi pribadi namun juga
akan berlaku juga dalam kelompok atau dengan kata lain sebuah organisasi atau
perusahaan.
d. Menghargai Waktu
Islam sangat istimewa dalam membicarakan tentang waktu, bahkan salah satu
surat dalam Al-quran khusus menuliskan bagaiman apabila kita tidak mengahargai
waktu, yaitu dalam surat Al-Ashr. Dalam surat ini Allah dengan jelas memperingatkan
kepada manusia (pribadi/kelompok) apabila ia tidak betul-betul memperhatikan waktu,
dengan ancaman kerugian (dalam hal ini kerugian mencakup secara materi maupun
immaterial) dan hal tersbut dapat terhindari apbila ia mampu menjaga komitmen
(amanu) dengan konsekwen menjalankan aturan dan kewajiban (amilu Ash-sholihat)
Imam Ali mengatakan Waktu adalah Pedang, apabila ia tidak tepat dimanfaatkan
maka ia dapat melukai/membunuh diri sendiri
e. Kerjasama
pada saat membangun masjid nabawi para sahabat menganjurkan Rasulullah
untuk beristirahat/tidak perlu ikut turun tangan, namun rasulullah tetap ikut dalam
pembangunan masjid tersebut. Dari sini jelaslah bahwa Islam sangat menganjurkan
Budaya Bekerjasama dalam hal kebaikan.
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS:Al-Maidah:2)
f. Bekerja dengan pengetahuan(Ilmu)
Dalam melakukan sebuah pekerjaan seharusnyalah seseorang memiliki
pengetahuan atas apa yang akan ia kerjakan, hal ini akan berdampak pada apa yang akan
dihasilkan dari pekerjaan itu.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya.(QS:Al-Isra:36)
g. Bekerja dengan memiliki keahlian
Selain Ilmu yang dimiliki kita juga harus memliki keahlian(spesialisasi) dalam
bekerja yang juga akan berdampak pada hasil yang kita dapatkan.
Rasulullah Saw bersabda:
Apabila suatu urusan diserahkan kepada bukan ahlinya maka tunggulah saat
kehancurannya(HR. Bukhori)
h. Pengendalian Mutu
Setelah pekerjaan dilakukan dengan amanah, berdsarakan ilmu dan keahlian
maka tugas terakhir dalam pekerjaan tersebut adalah melakukan pengendalian mutu dari
apa yang kita kerjakan.karena hal tersbut harus dipertanggung jawabkan apakah itu
kepada manusia lain atau sang khaliq.
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah)
Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu
apa yang telah kamu kerjakan".(QS:At-Taubah:105)

2.4.2 Sifat dan Perilaku Terpuji dalam Etika Profesi

a. Sifat Shiddiq adalah sifat dan perilaku yang terpuji yang harus menjadi bagian
utama dari pribadi dan kepribadian muslim. PerhatikanFirman-Nyadalam QS. 9 : 11



)119:(. .

Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar. (Q.S. At-Taubah :119).

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari, Rasulullah saw bersabda :

b. Istiqamah, mempunyai arti konsisten dalam iman dan nilai-nilai yang baik,
meskipun menghadapi berbagai godaan dan tantangan. Istiqamah dalam kebaikan
ditampilkan dalam keteguhan dan kesabaran serta keuletan, sehingga menghasilkan
sesuatu yang optimal.
c. Fathanah, mempunyai arti mengerti, memahami dan menghayati secara
mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya.. Perhatikan QS Yusuf. 12 : 55

.)55: (

Qaalaaj'alnii 'ala khazaa-inil ardhi innii hafiizhun 'aliimun(Q.S. Yusuf :55).


Berkata Yusuf : Jadikanlah aku bendaharawan Negara (Mesir) ; sesungguhnya aku
adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan. (Q.S. Yusuf :55).

d. Amanah, mempunyai arti bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas


dan kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang
optimal, danihsan (berbuat yang terbaik) dalam segala hal.
e. Tabligh, berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk
melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan kitasehari-hari.

2.1.3 Keutamaan berprofesi mencari nafkah yang halal


Dikeluarkan Imam Al Bukhari dalam Shahih-nya,Dari al-Miqdam Radhiallahu anhu,
bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tidaklah seorang (hamba)
memakan makanan yang lebih baik dari hasil usaha tangannya (sendiri), dan sungguh Nabi
Dawud alaihissalam makan dari hasil usaha tangannya (sendiri)1.
Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan bekerja mencari nafkah yang halal
dan berusaha memenuhi kebutuhan diri dan keluarga dengan usaha sendiri. Bahkan ini
termasuk sifat-sifat yang dimiliki oleh para Nabi alaihimussalam dan orang-orang yang
shaleh.
Beberapa faidah penting dari hadits di atas:
Termasuk sifat mulia yang dimili kioleh para Nabi alaihimussalam dan orang-orang
yang shaleh adalah mencari nafkah yang halal dengan usaha mereka sendiri,
Usaha yang halal dalam mencari rezki tidak bertentangan dengan sifat zuhud, selama
usaha tersebut tidak melalaikan manusia dari mengingat Allah Taala.
Bekerja dengan usaha yang halal, meskipun dipandang hina oleh manusia, lebih baik dan
mulia daripada meminta-minta dan menjadi beban bagi orang lain5.
Mulianya sifat iffah (selalu menjaga kehormatan diri dengan tidak meminta-minta) serta
tercelanya sifat meminta-minta dan menjadi beban bagi orang lain.
Keutamaan berdagang (berniaga) yang halal.
PETUNJUK Al-QURAN TENTANG PENGOBATAN
Banyak ayat Al-Quran yang mengisyaratkan tentang pengobatan karena Al-Quran itu
sendiri diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang mukmin. Dan kami
menurunkan Al-Quran sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang yang mukmin.(QS
Al-Isra: 82).

Metoda Pengobatan Para Rasul Sebelumnya:


Nabi Isa AS
Dan akan dijadikan-Nya sebagai Rasul kepada Bani Israil (dia berkata) Aku telah datang
kepadamu dengan sebuah tanda (mukjizat) dari Tuhan mu, yaitu aku membuatkanmu
(sesuatu) dari tanah berbentuk seperti burung, lalu aku meniup nya, maka ia menjadi seekor
burung atas izin Allah. Dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak lahir dan orang yang
berpenyakit kusta. Dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah, dan aku
beritahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat suatu tanda(kebenaran kerasulanku)
bagimu,jika kamu orang yang beriman.(QS Ali-Imran:49).
Menurut para mufassir, Nabi Isa mengobati penyakit buta dan kusta dengan cara di usap
dengan tangan nya, mata yang buta dan anggota tubuh yang terkena kusta dengan izin Allah
melalui mukjizatnya maka seketika itu sembuh.

Nabi Musa AS
Nabi Musa tidak lepas dari sifat kemanusiaannya yang merupakan sunnatulloh yaitu sakit.
Beliau pernah sakit lalu memetik sehelai daun yang diniatkan sebagai obat yang hakikatnya
Allah menyembuhkan kemudian di tempelkannya daun tersebut pada anggota tubuh yang
sakit, karena mukjizatnya seketika itu sembuh. Dan kedua kali nya beliau sakit kemudian
memetik sehelai daun secara spontanitas tanpa diniatkan sebagai obat yang hakikatnya Allah
Sang Penyembuh maka ketika itu sakitnya tidak sembuh.

Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad sebagai Rasul yang diperintahkan Allah untuk menyampaikan wahyu
kepada umat-nya tidak lepas tingkah lakunya dari Al-Quran karena beliau dijadikan suri
tauladan yang baik untuk semua manusia. Firman Allah : Sesungguhnya pada diri Rasul itu
terdapat suri tauladan yang baik untuk kamu, bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat
(Allah) dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.(QS Al-Ahzab:
21). Imam Ali berkata : Sesungguhnya semua tingkah laku Nabi Muhammad SAW adalah
Al-Quran.
Beberapa metoda pengobatan yang dilakukan Rasulullah :
1. Doa Mukjizat
Banyak doa-doa kesembuhan yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umat nya,
salah satunya : Allahumma isyfi abdaka yan-ulaka aduwwan aw yamsyi laka ila sholaah.

2. Mengobati penyakit dengan Al-Quran

Menurut Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah dalam kitabnya at Thibun Nabawy bahwa
penyakit itu digolongkan 2 jenis, yakni penyakit batin dan penyakit lahir (fisik). Penyakit
batin adalah penyakit yang berkaitan dengan jauhnya batin ( hati) seseorang dari Allah
SWT. Penyakit ini menyerang unsur ruh manusia; seperti kesurupan. Pengobatan penyakit
ini adalah al-Quran (ibadah, doa, ruqyah, syariyah). Sedangkan yang kedua, adalah
penyakit lahir (fisik). Penyakit ini obat-nya adalah dengan obat-obatan yang sesuai dengan
Al-Quran.

3. Dengan Memakai Madu


Sebagaimana menurut QS An-Nahl:69 bahwa madu Allah jadikan sebagai obat maka
Rasulullah menggunakan madu untuk mengobati salah satu keluarga sahabat yang sedang
sakit. Dalam satu riwayat, ada sahabat yang datang kepaa Rasulullah memberitahukan
anaknya sedang sakit, kemudian Nabi menyuruh meminumkan anaknya madu sambil
membaca doa.
4. Bekam (hijammah)
Berbekam termasuk pengobatan yang diajarkan Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah SAW
pernah melakukan bekam dan memberikan upah kepada tukang bekam. Rasulullah bersabda :
Sesungguhnya sebaik-baik apa yang kalian lakukan untuk mengobati penyakit adalah
dengan melakukan bekam.
Ibnu Sina mengemukakan bahwa pengobatan dibagi menjadi dua jenis, yaitu teori dan
praktik. Pengobatan secara teoritis adalah bagian pengobatan yang hanya memberikan
penjelasan dari segi ilmu-ilmu tentang pendapat berbagai ilmuwan tanpa langsung
memberikan pengaruh dalam bidang praktis. Misalnya, ilmu yang menjelaskan tentang hal-
hal yang berhubungan dengan mizaj, humor, tenaga, pembagian jenis penyakit, gejala
penyakit, dan penyebab sakit.

Sedangkan pengobatan secara praktik adalah pengobatan yang berhubungan dengan


ilmu cara melakukan suatu tindakan pengobatan dan perawatan. Misalnya, ilmu yang
menjelaskan cara menjaga kesehatan tubuh atau cara merawat tubuh yang sakit.
Jenis pengobatan secara praktik dibagi menjadi dua:

a. Ilmu kesehatan, yakni cara mempertahankan kesehatan atau menjaga tubuh selalu tetap
sehat.

b. Ilmu keperawatan, yakni mengenai bagaimana mengembalikan kondisi tubuh dari keadaan
sakit ke kondisi sehat.

B. Prinsip-prinsip Pengobatan

Di dalam penyembuhan penyakit ala Rasulullah SAW., diterapkan tertentu sebagai pedoman
yang perlu diketahui dan dilaksanakan.

1. Meyakini bahwa Allah SWT. yang Maha Menyembuhkan segala penyakit

Rasulullah SAW. menyajarkan bahwa Allah SWT. adalah dzat yang Maha Penyembuh. Allah
SWT. berfirman Dan apabila aku sakit, maka Dia-lah yang menyembuhkan aku. (QS. asy-
Syuara (26): 80). Jika kita merasa yakin, insya Allah akan diberi kesembuhan dengan cepat.
Rasulullah SAW. mengajarkan agar orang yang sakit senantiasa berdoa kepada Allah SWT.
Salah satunya doa nabi Yunus: Laa illaha illa anta subhanaka inni kuntu minal dhalimiin.

2. Menggunakan obat yang halal dan baik

Rasulullah mangajarkan supaya obat yang dikonsumsi penderita harus halal dan baik. Allah
SWT. yang menurunkan penyakit kepada seseorang, maka Dia-lah yang menyembuhkannya.
Jika kita menginginkan kesembuhan dari Allah, maka obat yang digunakan juga harus baik
dan diridhai Allah SWT. karena Allah melarang memasukan barang yang haram dan merusak
ke dalam tubuh kita.Allah berfirman:

Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah direzekikan
kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya. (QS. al-Maidah
(5): 88)

3. Tidak menimbulkan madharat

Dalam menyembuhkan penyakit, harus diperhatikan mengenai dengan kemudharatan obat.


Seorang dokter muslim akan selalu mempertimbangkan penggunaan obat sesuai dengan
penyakitnya.

4. Pengobatan tidak bersifat TBC (tahayul, bidah, churafat)

Pengobatan yang disyariatkan dalam Islam adalah pengobatan yang bisa diteliti secara ilmiah.
Pengobatan dalam Islam tidak boleh berbau syirik (pergi ke dukun, kuburan, dsb.).

5. Selalu ikhtiar dan tawakal

Islam mengajarkan bahwa dalam berobat hendaklan mencari obat atau dokter yang lebih
baik. Dalam kedokteran Islam diajarkan bila ada dua obat yang kualitasnya sama maka
pertimbangan kedua yang harus diambil adalah yang lebih efektif dan tidak memiliki efek
rusak bagi pasien. Itulah sebabnya Rasulullah menganjurkan kita untuk berobat pada ahlinya.
Sabda beliau,

Abu Dawud, An Nasai, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari hadis Amr Ibnu Syuaib, dari
ayahnya, dari kakeknya; katanya, Telah berkata Rasulullah SAW., Barangsiapa yang
melakukan pengobatan, sedang pengobatannya tidak diikenal sebelum itu, maka dia
bertanggung jawab (atas perbuatannya).

C. Kaidah Pengobatan

Menurut Ibnu Qayyim, kaidah pengobatan ada tiga jenis, yaitu;

1. Menjaga Kesehatan

Maka barang siapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang
lain. (Qs. Al-Baqarah (2) : 184)

Allah membolehkan seorang musafir untuk tidak berpuasa, demi menjaga kesehatan dan
kekuatan fisiknya serta hal-hal yang dapat melemahkannya.

2. Pengurangan

Allah berfirman,

Jika ada di antara kamu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur),
maka wajiblah baginya berfidyah, yaitu berpuasa atau besedekah atau berkorban. (Qs. Al-
Baqarah (2) : 196)

Ayat di atas mempunyai maksud bahwa Allah SWT. membolehkan orang sakit atau orang
yang di kepalanya ada luka, baik disebabkan kutu atau gatal-gatal untuk mencukur rambutnya
saat ihram.

3. Preventif

Allah SWT. berfirman,

Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu
dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf lagi Maha Pengampun. (Qs. an-Nisa (4) : 43)

Ayat di atas mengisyaratkan bahwa Allah SWT. membolehkan orang sakit menggunakan
debu sebagai pengganti air, sebagai tindakan preventif baginya, agar badannya tidak kena
sesuatu yang menyebabkan sakit.
D. Sumber-sumber Pengobatan

Dalam Shahih al-Bukhari diriwayatkan dari Syahid bin Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Nabi
SAW., Ksembuhan itu ada 3, dengan meminumkan madu (bisyurbata asala), sayatan pisau
bekam (syurthota mihjam), dan dengan besi panas (kayta naar) dan aku melarang umatku
melakukan pengobatan dengan besi panas.

Gunakan dua penyembuhan; al-Quran dan madu. (HR ath-Thabrani dari Abu Hurairah)

Berdasarkan hadist di atas dapat kita ketahui bahwa sumber pengobatan Rasulullah SAW.
adalah;

a. al-Quran,

b. madu (obat alamiah), dan

c. gabungan al-Quran dan obat alamiah.

PENGOBATAN TRADISIONAL DALAM PANDANGAN ISLAM


Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengobatan tradisional ini dimanapun
(termasuk di Indonesia), adalah yang primitif, jadi tidak ilmiah dan spekulatif, mistik, magic
dan statis serta tidak di ajarkan. Karena semua itu membawa manusia kepada perbuatan
syirik.
Ada pengobatan tradisional lain yang tidak menghubungkan diri dengan ruh halus
sebagai penyebabnya. Yaitu hanya berdasarkan gejala / keluhan penat-penat, lemah
badan,dsb. Obatnya ialah berupa daun-daunan sebagai jamu.
Pengobatan tradisional lainnya adalah pijat (massage) bagi yang patah tulang atau
acupressure dengan menekan bagian tubuh tertentu atau dengan nama lain akupuntur yang
berasal dari cina, dan juga bekam.
Pada dasarnya obat tradisional seperti ini diperbolehkan dalam islam selama tidak
merusak diri sendiri dan orang lain serta tidak membawa kepada perbuatan syirik. Garis-garis
besar pengobatan tradisional yang diajarkan Rasul diantaranya melarang Kai, yakni
meletakkan besi panas di atas bagian tubuh yang sakit, melarang jampi-jampi atau mantera-
mantera yang membawa kepada syirik.

PENGOBATAN MODERN DALAM PANDANGAN ISLAM


Pengobatan modern berasal dari pengobatan tradisional. Dan merupakan
perkembangan hasil dari kerja akal manusia yang diberi kesempatan untuk aktif memikirkan
dan merenungkan kehidupan ini. Pengobatan modern menurut pandangan islam adalah segala
tekhnik pengobatan yang berdasarkan hasil dari berfikir dan mengembangkan ilmu dan
pengetahuan dalam bidang kesehatan dengan mengandalkan akal yang telah diberikan oleh
Allah SWT untuk di kembang kan dan di amalkan guna manusia dan alam sekitarnya.
Nabi menjelaskan bahwa ada dua macam penyakit sesuai dengan keadaan manusia yang
terdiri dari tubuh jasad dan tubuh rohani. Untuk obat rohaniah adalah membaca Al-Quran
dan untuk fisik adalah materi contohnya madu.
Perlu diketahui Allah menurunkan segala penyakit tanpa menjelaskan secara
terperinci mengenai jenis penyakitnya dan Allah menurunkan obatnya tanpa menyebutkan
apa obatnya dan bagaimana cara memakainya. Masalah ini haruslah dikerjakan oleh manusia
dengan akal, ilmu dan penyelidikan yang sekarang dinamai science bersama teknologinya.
Agama itu akal dan tidak ada agama bagi yang tidak berakal
Inilah dorongan untuk membangun ilmu pengetahuan (science), termasuk pengetahuan
pengobatan (medical science). Pada waktu islam berkembang keluar jazirah arab, umat islam
bertemu dengan pengobatan Persia, Yunani dan hindia. Mereka menyerap segala macam
pengobatan itu serta menyesuaikannya dengan ajaran islam. Perkembangan yang pesat terjadi
pada daulah abbasiyah, setelah dimulai pada masa khalifah umayyah. Cordova dan Granada
di spanyol merupakan pusat ilmu yang di datnangi oleh ahli-ahli barat. Pada saat itu
muncullah dokter-dokter muslim dengan kualitas internasional seperti Ibnu Uthal dan Wahid
Abdul Malik, yang mendirikan perumahan untuk merawat penderita kusta, Ibnu Al Baytan
yang dirinya dengan mengumpulkan tanaman-tanaman berkhasiat bagi pengobatan dan
sebagainya, pada periode abbasiyah mereka mendirikan rumah sakit modern di
Baghdad.
Perhatikanlah kedahsyatan islam yang dapat mengubah manusia jahiliyah penyembah berhala
menjadi ilmiah yang selalu mengingat kepada keMahabesaran Allah. Mereka mengubah
pengobatan istik dan spekulatif-magic menjadi pengobatan ilmiah yang tepat, objektif dan
islam

Anda mungkin juga menyukai