Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

UJIAN NASIONAL KOMPETENSI KEAHLIAN

(UNKK)

Nama Peserta : Fernando Wahyu Dwi P

Nomor Peserta : 033 133 - 044

SMK GULA RAJAWALI MADIUN

Jl. Yos Sudarso No.62-64 Kel. Patihan, Kec. Manguharjo, Kota Madiun

E-mail : smkrajawali@gmail.com

Tahun Pelajaran 2016/2017


ii
Judul : Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) dan Sabun
Transparan
Tujuan : 1. Dapat mempraktikkan prmbuatan VCO
dengan menggunakan metode pemansan
bertahap
2. Dapat membandingkan hasil VCO metode
pemasan bertahap dengan standar SNI.
3. Dapat menguji kualitas produk VCO yang
dihasilkan
4. Dapat mempraktikkan pembuatan sabun
transparan mengggunakan VCO
Tanggal : 27 Maret 2017 s.d 18 Maret 2017

iii
1

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Kelapa
Kelapa dengan nama lain (Cocos nucifera) merupakan anggota
tunggal dalam marga Cocos dari suku aren-arenan atau disebut juga
Arecaceae. Daging buah kelapa merupakan lapisan tebal berwarna putih.
Bagian ini mengandung berbagai macam zat gizi. Kandungan zat gizi
tersebut berbeda-beda sesuai dengan tingkat kematangan buah. Daging buah
kelapa tua merupakan bahan sumber minyak nabati. Kelapa merupakan
salah satu jenis buah-buahan yang kaya akan manfaatnya, mulai kandungan
air yang merupakan sebagian dari dalam kelapa, daging kelapa serta kulit
kelapa yang semuanya memiliki manfaat baik untuk kesehatan tubuh
maupun untuk kecantikan.
Tabel 1.1.1 Komposisi kimia daging buah kelapa segar pada beberapa
tingkatan umur :
No. Komposisi per 100 Satuan Umur buah
gram bahan Muda Setengah tua Tua

1. Kalori Kal 68,0 180,0 359,0


2. Protein G 1,0 4,0 3,4
3. Lemak G 0,9 15,0 34,7
4. Karbohidrat G 14,0 10,0 14,0
5. Kalsium Mg 7,0 8,0 21,0
6. Fosfor Mg 30,0 55,0 98,0
7. Besi Mg 1,0 1,3 2,0
8. Nilai Vitamin A SI 0,0 10,0 0,0
9. Vitamin B1 Mg 0,06 0,05 0,1
10. Vitamin C Mg 4,0 4,0 2,0
11. Air G 83,0 70,0 46,9
Tabel 1.1.1 Komposisi kimia daging buah kelapa segar
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1981)
1.2 Santan Kelapa
Santan kelapa merupakan cairan berwarna putih yang sedikit kental
seperti susu yang diperoleh dari hasil pemerasan dari buah kelapa yang telah
diparut dengan penambahan atau tanpa air. Penambahan air tersebut dapat
mempengaruhi proses pemerasan kelapa parut. Pada proses pembuatan
VCO, santan kelapa diendapkan terlebih dahulu tuntuk memisahkan kanil
dari kandungan airnya. Santan kelapa yang baik memiliki warna putih cerah
dan higienis serta kandungan air yang tidak terlalu banyak.
Tabel 1.1.2 Komposisi dalam santan kelapa yang sudah ditambahkan
dengan air.
No. Komposisi Satuan Santan Murni Santan dengan
Penambahan Air
1. Kalori Kal 324 122
2. Protein G 4,2 2
3. Lemak G 34,3 10
4. Karbohidrat G 5,6 7,6
5. Kalsium Mg 14 25
6. Phospor Mg 1,9 0,1
7. Vitamin A 0 0
8. Thiamin 0 0
9. Air G 54,9 80
10. Bagian yang G 100 100
dapat dimakan
Tabel 1.2.1 Komposisi santan kelapa
(Prihatini, 2008)
1.3 Virgin Coconut Oil (VCO)
Virgin Cococnut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni merupakan
hasil olahan kelapa yang bebas dari trans-fatty acid (TFA) atau asam lemak-
trans. Asam lemak trans ini terjadi akibat proses hidrogenasi pada pada
minyak kelapa. Agar tidak mengalami proses hidrogenasi, maka ekstraksi
minyak kelapa ini dilakukan dengan proses pada suhu yang tidak terlalu

2
tinggi. Komponen utama dari Virgin Coconut Oil (VCO) adalah asam lemak
jenuh dan memiliki ikatan ganda dalam jumlah kecil. Kandungan paling
besar dalam minyak kelapa adalah asam laurat.
A. Kandungan Asam Lemak Minyak Kelapa
Minyak kelapa mengandung beberapa asam lemak yaitu Asam Laurat
yang merupakan asam lemak jenuh. Komponen utama VCO adalah asam
lemak jenuh sekitar 90% dan asam lemak tak jenuh sekitar 10%. Asam
lemak jenuh VCO didominasi oleh asam laurat . VCO mengandung
53% asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat.
tabel 1.1.3 komposisi asam lemak dalam minyak.
Asam Lemak Rumus kimia Jumlah (%)
Asam lemak jenuh :
Asam Kaproat C5H11COOH 0 0,8
Asam Kaprilat C7H15COOH 5,5 9,5
Asam Kaprat C9H19COOH 4,5 9,5
Asam Laurat C11H23COOH 44 52
Asam Palmitat C13H27COOH 7,5 10,5
Asam Stearat C17H35COOH 13
Asam Arachidat C19H39COOH 0 0,4
Asam lemak tak jenuh :
Asam Palmitoleat C15H29COOH 0 1,3
Asam Oleat C17H33COOH 58
Asam Linoleat C17H31COOH 1,5 2,5
Tabel 1.3.1 Komposisi asam lemak dalam VCO
B. Manfaat VCO
Membantu mengurangi risiko penyakit asteroklerosis
Mendukung sistem kekebalan tubuh
Membantu emcegah osteoporosis
Sebagai sumber energi
Membantu menjaga kehalusan kulit

3
Mengurangi risiko kanker
Memperbaiki sistem pencernaan dan penyerapan nutrisi
Membantu mengendalikan penyakit diabetes
Membantu mencegah penuaan dan pengerutan kulit
C. Sifat Kimia dan Fisika Minyak Kelapa
Pengujian sifat kimia dan fisika bertujuan untuk mengidentifikasi
mutu minyak kelapa. Sifat kimia dan fisika minyak kelapa meliputi asam
lemak bebas, warna, kandungan air, bilangan iod, bilangan penyabunan
dan bilangan peroksida.
Sifat Kimia dan Fisika Minyak Crude Cochin RBD
Kelapa
Kandungan air dan kotoran 1 0,1 0,03
Kadar asam lemak bebas 3 0,07 0,04
Bilangan penyabunan - 250 264 250 264
Bilangan iod - 7 12 7 12
Bilangan peroksida 2,0 0,5 0,5
Titik didih (0C) - 20 2800C 20 2800C
Indeks refraksi (400C) - 1,488 1,450 1,488 1,450
Berat jenis - 0,907 0,913 0,907 0,913
Titik beku - 22 2300C 22 230C
Tabel 1.3.2 Sifat kimia dan fisika VCO

Standar Mutu Produk VCO yang tercantum pada SNI 7381 : 2008,
yaitu :
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan:
a. Bau Khas kelapa segar
b. Rasa Normal
c. Warna Jernih, tidak berwarna hingga
kuning pucat

4
2 Air dan senyawa yang
% Maks 0,2
menguap
3 Bilangan iod G iod/100g 4,1 11,0
4 Asam lemak bebas
(dihitung sebagai % Maks 0,2
asam laurat)
5 Bilangan peroksida Mg ek/Kg Maks 2,0
6 Cemaran mikroba
Maks 10
Angka lempeng total Koloni/mL
7 Cemaran logam
a. Timbal (Pb) Mg/Kg Maks 0,1
b. Tembaga (Cu) Mg/Kg Maks 0,4
c. Besi (Fe) Mg/Kg Maks 5,0
d. Cadmium (Cd) Mg/Kg Maks 0,1
8 Cemaran Arsen (As) Mg/Kg Maks 0,1
9 Asam lemak bebas
% Maks 0,5
(FFA)
Tabel 1.3.3 Standar Mutu Produk VCO

1.4 Sabun Transparan


Sabun transparan merupakan salah satu jenis sabun yang memiliki
tingkat transparansi lebih tinggi dari pada jenis sabun lainnya. Sabun
transparan padat adalah sabun yang dibuat dengan teknik khusus dengan
menghilangkan kandungan alkali didalamnya. Jenis minyak yang di pakai
dalam pembuatan sabun adalah minyak kelapa, karena dapat memberikan
sifat transparan terhadap sabun.. Sabun transparan dibuat dengan reaksi
penyabunan. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak dan
alkali. Sabun yang memiliki berat molekul rendah akan lebih mudah larut
dan memiliki tekstur yang lebih keras.

5
Klasifikasi Sabun terbagi menjadi tiga macam yaitu :
A. Sabun Cair : bentuk cair dan tidak mengental pada suhu kamar
B. Sabun Lunak/ Krim : seperti pasta dan sangat mudah larut
C. Sabun Keras/ Padat : dibuat dari lemak yang padat atau dari minyak yang
dikeraskan dengan proses hidrogenasi, Asam lemaknya jenuh dan
mempunyai BM tinggi, Sukar larut dalam air.
1.5 Reaksi Saponifikasi
Reaksi Saponifikasi merupakan suatu reaksi yang ditimbulkan akibat
proses hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi
basa. Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah
adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang
menghasilkan sabun dan gliserin.
Reaksi penyabunan :

1.6 Bahan Baku Pembuatan Sabun Transparan


A. Minyak Kelapa (VCO)
VCO (Virgin Coconut Oil) adalah minyak yang terbuat dari bahan
baku kelapa yang telah diproses sedemikian rupa sehingga didapatkan
minyak kelapa murni. Digunakan minyak kelapa karena sifatnya yang
mudah tersaponifikasi, mudah larut dalam air, dan mudah
menguap. Secara fisik, VCO harus berwarna jernih. Hal ini
menunjukkan bahwa VCO tidak tercampur dengan bahan lain dan
kotoran lain.
No. Jenis Minyak Asam Lemak yang Jumlah
Dominan
1. Minyak Kelapa Asam Laurat 44 53%
2. Minyak Sawit Asam Palmitat 40 46%
Asam Oleat 39 45%

6
3. Minyak Jarak Asam Risinoleat 86%
4. Minyak Jagung Asam Linoleat 56,3%
Asam Oleat 30,1%
5. Minyak Kedelai Asam Linoleat 15 64%
Asam Oleat 11 60 %
Tabel 1.6.1 Kandungan asam lemak dalam jenis-jenis minyak
B. Asam Stearat

Asam stearat adalah monokarboksilat berantai panjang yang


memiliki sifat jenuh karena tidak memiliki ikatan rangkap diantara
atom karbonnya. Dalam proses pembuatan sabun transparan asam
stearat berfungsi untuk mengeraskan sabun dan menstabilkan busa.
Asam Stearat memiliki rumus kimia CH3(CH2)16COOH dengan wujud
padat.
C. Sodium Hidroksida ( NaOH )
Sodium hidroksida (NaOH) dengan nama lain soda kaustik yang
merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan mampu menetralisir
asam. NaOH berbentuk kristal putih dengan sifat cepat menyerap
kelembapan. Sodium hidroksida bereaksi dengan minyak membentuk
sabun yang disebut dengan reaksi saponifikasi(Penyabunan).
D. Etanol
Etanol memiliki bentuk cair, jernih dan tidak berwarna serta
memiliki sifat mudah menguap atau volatil, Etanol merupakan senyawa
organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol pada proses pembuatan
sabun transparan digunakan sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah
larut dalam air dan lemak. Dalam proses pembuatan sabun transparan
akan menguap dengan sendirinya karena terpengaruh pada suhu proses.

7
E. Gliserin
Gliserin merupakan produk samping dari reaksi hidrolisis antara
minyak nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak. Gliserin
merupakan senyawa humektan sehingga dapat berfungsi sebagai
pelembab pada kulit. Gliserin dapat melembabkan kulit dan mudah
dibilas. Gliserin mempunyai bentuk cairan jernih sedikit kental, tidak
berbau, dan memiliki rasa manis.
F. TEA
TEA merupakan jenis dietanolamida yang terbuat dari minyak
kelapa. Dalam proses pembuatan sabun transparan, TEA berfungsi
sebagai surfaktan dan penstabil busa. Surfaktan adalah senyawa aktif
penurun tegangan permukaan yang bermanfaat untuk menyatukan fasa
minyak dengan fasa air. TEA mempunyai bentuk fisik cairan kental dan
tidak berwarna.
G. Gula Pasir
Gula pasir adalah bahan yang bertujuan untuk bahan penjernih pada
proses pembuatan sabun transparan. Pada proses pembuatan sabun
transparan, gula pasir berfungsi untuk membantu terbentuknya
transparansi pada sabun. Penambahan gula pasir dapat membantu
perkembangan kristal pada sabun.
H. Pewarna
Pewarna pada proses pembuatan sabun transparan digunakan untuk
menambah warna sabun agar kelihatan lebih menarik. Bahan pewarna
yang digunakan adalah bahan pewarna yang aman dan sudah
terverifikasi.
I. Pewangi
Pewangi pada proses pembuatan sabun bertujuan untuk
memberikan efek wangi pada produk sabun. Pewangi yang sering
digunakan dalam pembuatan sabun adalah dalam bentuk parfum dengan
berbagai aroma.

8
1.7 Standar Mutu Sabun
Parameter mutu yang dianalisa adalah tingkat kemasaman (pH), kadar
asam lemak bebas (free fatty acid/FFA), tingkat kekerasan, nilai ketengikan,
kadar air, dan bilangan penyabunan. Mengenai pH, diketahui sabun
transparan komersial memiliki pH 9,34. Dalam proses pembuatan sabun
transaparan, pH terkait jumlah penggunan basa yang menentukan jumlah
penambahan etanol. Semakin banyak basa yang digunakan, akan semakin
sedikit etanol yang dapat ditambahkan sehingga pH tetap tinggi.
Tingkat kekerasan sabun transparan harus cukup baik sebagai indikasi
masa pemakaian yang aman dan juga dapat digunakan dalam jangka waktu
yang lebih lama. Nilai kekerasan sabun komersial berada dalam rangkaian
0,967 hingga 6,867 kg/cm2. Sedangkan dalam hal transparansi, sabun akan
semakin jernih bila etanol yang digunakan semakin murni.
1.8 Larutan Baku Sekunder dan Primer
Larutan baku merupakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya
sehingga dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain.
Larutan baku terbagi menjadi dua yaitu larutan baku primer dan larutan
baku sekunder.
Larutan baku primer adalah larutan baku yang konsentrasinya dapat
ditentukan dengan cara menghitung dari berat zat terlarut yang dilarutkan
dengan tepat. Syarat pembuatan larutan baku primer :
Penimbangan dengan teliti menggunakan neraca analitik
Dilarutkan dalam labu ukur
Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan membuat larutan
standar primer harus memenuhi tiga persyaratan berikut:
Benar-benar ada dalam keadaan murni dengan kadar pengotor <>
Stabil secara kimiawi, mudah dikeringkan dan tidak bersifat
higroskopis.
Memiliki berat ekivalen besar, sehingga meminimalkan kesalahan
akibat penimbangan.

9
10

BAB II
PROSEDUR KERJA
2.1 Daftar Peralatan, Komponen, dan Bahan
No. Nama Spesifikasi Jumlah Ket
Alat/Komponen/Bahan
1 2 3 4 5
Alat Tes/Alat Tangan
1. Reaktor Proses 500 -1000 ml 1 buah
2. Beaker Glass 50 ml, 100 ml, 250 ml, 500 @1 buah
ml
3. Pemanas Listrik/Hot 350 W 1 buah
Plate
4. Corong Pisah 250 500 ml 2 buah
5. Neraca Analitik digital dan Teknis 1 buah
6.. Vacuum Pump Standar 1 buah
7. Buret 50 ml 1 buah
8. Labu Erlenmeyer 250 ml 3 buah
9. Labu Buncher 500 ml 1 buah
10. Corong Buncher Standar 1 buah
11. Labu Takar 100 250 ml 1 buah
12. Corong Gelas 10 cm 1 buah
13. Statif dan Klem Standar 2 unit
14. Klem Buret Standar 1 buah
15. Gelas Ukur 10 ml, 25 ml, 50 ml, 100 ml, @1 buah
500 ml
16. Pipet Volume 10 ml, 25 ml @1 buah
17. Pipet Ukur 10 ml 1 buah
18 Termometer 2000C 1 buah
19. Pengaduk Gelas 30 cm 1 buah
20. Spatula Stainless Steel 1 buah
21. Magnetic Stirer 10 Ml 1 buah
Heater
22. Piknometer Satndar 1 buah
23. Kertas Saring Whatmann 41 (12 cm x 12 3 buah
cm)
24. Water Bath 1L 1 buah
25. Aluminium Foil Standar roll
26. Klem Corong Pisah Standar 1 buah
27. Cetakan Sabun Standar 1 buah
28. Saringan Santan Standar 1 buah
29. Bejana (baskom/panci) Standar 1 buah
30. Neraca Top-pen Standar 1 buah
Bahan
1. Buah Kelapa Tidak terlalu muda/tua 500 gram
2. Aquadest Teknis 2L
3. Etanol 95% Teknis dan pa 25 mL dan
50 Ml
4. Indikator PP Pa 2 mL
5. NaOH Pa 5 gram
6. H2C2O4.2H2O Pa 10 gram
7. NaOH 30% Teknis/pa 25 mL
8. Asam Stearat Teknis/pa 15 gram
9. Gliserin Teknis/pa 30 mL
10. TEA Teknis/pa 15 mL
11. Gula Pasir Teknis 5 gram
12. Zat Aditif (Pewarna Teknis Secukupnya
dan Pewangi)

11
2.2 Skema Kerja
Skema Kerja Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)

Kelapa Parut

Ditimbang 500 gram


+ Air 500 ml
Diperas dengan kain saring
Dipisahkan
Ampas Kelapa

Santan

Dimasukan ke corong pisah


Didiamkan 1 jam
Dipisahkan
Air

Kanil

Dipanaskan pada suhu 60C - 80C


sambal diaduk
Dipanaskan hingga didapatkan
minyak semaksimal mungkin
Dipisahkan dengan kertas saring
Blondo

Hasil

Skema Kerja Uji Mutu Organoleptik


VCO

Diamati :
1. Warna
2. Bau
Dicatat hasilnya

Hasil

12
Skema Kerja Uji Mutu Massa Jenis

Piknometer

Dibersihkan
Ditimbang
Dicatat
+ VCO 25 ml
Ditimbang
Dihitung :
()
=
()

Hasil

Skema Kerja Uji Kadar ALB (Asam Lemak Bebas) atau Free Fatty
Acid (FFA)
1) Skema Kerja Pembuatan Larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N

Kristal H2C2O4.2H2O

Ditimbang 0,63 gram


Dilarutkan 50 ml dalam gelas kimia
Dipindah dalam labu ukur 100 ml
+ aquades sampai batas
Dikocok
Hasil

2) Skema Kerja Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N

Kristal NaOH

Ditimbang 0,4 gram


Dilarutkan 50 ml dalam gelas kimia
Dipindah dalam labu ukur 100 ml
+ aquades sampai batas
Dikocok

Hasil

13
3) Skema Kerja Standarisasi Larutan NaOH dengan Larutan
H2C2O4.2H2O 0,1 N

Larutan H2C2O4.2H2O

Diukur 10 ml
Dimasukan ke labu Erlenmeyer 250ml
+ Indikator phenolphthalein (PP) 3 tetes
Dititrasi dengan larutan NaOH
Dilakukan sebanyak 2 kali
Dihitung normalitas :
. . = . .

Hasil

4) Skema Kerja Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (ALB)


atau Free Fatty Acid (FFA)

VCO

Ditimbang 3 gram
Dimasukan ke labu Erlenmeyer 250ml
+ Etanol 95% 50 ml
Dipanaskan 5 menit
+ Indikator phenolphthalein (PP) 3 tetes
Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
Dilakukan sebanyak 2 kali
Dihitung kadar ALB/FFA :
200
100%
1000

Hasil

14
Skema Kerja Pembuatan Sabun Transparan (Transoarancy Soap)

VCO

Dimasukan ke dalam gelas kimia 250 ml


Dipanaskan pada suhu 80C
+ Lelehan asam stearate
Diaduk terus hingga homogen
+ Larutan NaOH perlahan - lahan
Dijaga suhu 60C
Diaduk terus hingga terjadi saponifikasi

Saponifikasi

+ Alkohol
+ Gliserin
+ Larutan gula
Diaduk hingga homogen
Dijaga suhu pemanasan
+ Pewarna dan Pewangi
Diaduk hingga homogen
Dicetak dalam cetakan
Didiamkan

Hasil

Skema Kerja Uji Mutu Organoleptik Sabun Transparan

Sabun Transparan

Diamati :
1. Visual ( Warna dan Transparasi )
2. Kekerasan
Dicatat hasilnya

Hasil

15
Skema Kerja Uji Mutu pH Sabun Transparan

Sabun Transparan

Ditimbang 0,5 gram


Dilarutkan dalam air
Diukur pH dengan indicator universal
Dicatat hasilnya

Hasil

2.3 Langkah Kerja


A. Proses Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)
1. Disiapkan kelapa parut 500 gram.
2. Dilakukan penambahan air sebanyak 500 ml pada kelapa parut
kemudian dilakukan pemerasan menggunakan kain saring.
3. Dimasukkan santan kedalam wadah dengan menggunakan corong
dan diamkan selama 1 jam.
4. Dipisahkan antara lapisan krim dengan air dengan cara membuka
kran untuk mengambil santan yang kemudian dilakukan pemisahan
krim menjadi minyak mentah.
5. Dimasukkan krim kedalam beaker glass dan panaskan dengan hot
plate pada suhu 55C-70C dan gunakan termometer untuk
mengeceknya sambil diaduk.
6. Dilanjutkan pemanasan hingga diperoleh blondo/ampas minyak dan
VCO yang jernih.
7. Dipisahkan blondo atau ampas minyak dan VCO hasil proses.
8. VCO selanjutnya disaring dengan kertas saring dan dimasukkan ke
dalam gelas kimia lalu dipanaskan dengan menggunakan water bath
pada suhu 60C-80C (waktu 30 menit).
9. Diukur volume VCO menggunakan gelas ukur 100 ml menggunakan
gelas ukur 100 ml.

16
10. Dilakukan uji mutu produk VCO, yang meliputi :
a. Penentuan Warna
VCO yang baik adalah VCO yang bewarna jernih
b. Penentuan Bau
VCO yang baik memiliki bau khas kelapa serta tidak timbul bau
tengik
c. Penentuan Massa Jenis
1) Diambil piknometer yang telah dibersihkan dan dikalibrasi,
kemudian timbang. Catat massa/beratnya.
2) Diisi dengan produk VCO, selanjutnya ditimbang dan catat
massa/beratnya.
3) Diukur dan dicatat temperatur aquades, dan ditentukan
densitasnya.(menggunakan table densitas air pada berbagai
suhu).
4) Dihitung densitas ()/ specific gravity (SG) produk VCO
dan dibandingkan dengan SNI.
massa minyak (g)
=
volume minyak (ml)


=
2
d. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (ALB) atau free fatty acid
(FFA)
1) Pembuatan Larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N
Ditimbang kristal H2C2O4.2H2O sebanyak 0,63 gram.
Dilarutkan dengan 50 di dalam gelas kimia. Dipindahkan ke
dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan aquades sampai tanda
batas.
2) Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
a) Ditimbang kristal NaOH sebanyak 0,4 gram dalam
gelas kimia 100 ml, dilarutkan dengan aquades, lalu

17
dipindahkan ke dalam labu ukur dan ditepatkan
volumenya dengan aquades hingga 100 ml.
Prosedur standarisasi Larutan NaOH dengan
Larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N
Dipipet 10 ml H2C2O4.2H2O 0,1 N yang
disediakan, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
250 ml, kemudian ditambahkan 3 tetes fenolftalein
(PP) .
Dititrasi dengan larutan NaOH.
Dilakukan standarisasi larutan NaOH sebanyak 2x.
Dihitung normalitas larutan NaOH.
3) Dianalisis Kadar ALB (Aasam Lemak Bebas) atau free fatty
acid (FFA)
a) Ditimbang dengan teliti 3 gram sampel dalam labu
erlenmenyer 250 ml, ditambahkan 50 ml etanol 95%
netral dipanaskan 5 menit
b) Ditambahkan 3 tetes indikator phenolphthalein (PP)
dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
c) Titik akhir ditandai dengan terbentuknya warna merah
muda yang tetap.
d) Lakukan pengulangan analisis ALB sebanyak 2x.
e) Dihitung kadar ALB/FFA dan dibandingkan dengan
SNI.
f) Rumus
200
= x 100%
1000

Keterangan :
N : Konsentrasi NaOH
V : Volume NaOH yang terpakai (mL)
200 : Massa Molekul Relatif (Mr) asam laurat

18
W : Massa VCO (gram)
g) Ditangani Limbah yang ada sesuai SOP.
h) Dibersihkan dan simpan peralatan yang sudah dipakai
pada tempat yang aman.
i) Dibuat laporan praktik uji mutu minyak VCO yang
dilakukan.
B. Proses Pembuatann Sabun Transparan
1. Diambil 25 mL produk VCO, dimasukkan ke dalam gelas beaker
250 mL, lalu dipanaskan hingga suhu 60o 80oC.
2. Ditimbang 12,5 gram asam stearat, lalu dipanaskan hingga menjadi
lelehan.
3. Disiapkan larutan NaOH 30%:
a. Ditimbang 40 gram kristal NaOH dalam gelas beaker.
b. Ditambahkan aquades untuk melarutkan lalu dipindahkan ke
labu ukur 100 mL dan ditambahkan aqudes hingga tanda batas.
c. Larutan NaOH 30% diabil 20 mL.
4. Disiapkan larutan gula:
a. Ditimbang gula kristal sebanyak 5 gram dan dilarutkan dengan
sedikit aquades.
5. Disiapkan alkohol 25 mL, gliserin 30 mL, dan TEA 15 mL masing-
masing dalam gelas kimia.
6. Lelehan asam stearat dimasukkan ke dalam VCO yang telah
dipanaskan, disertai dengan pengadukan secara kontinyu selama
proses.
7. Ditambahkan larutan NaOH 30% perlahan-lahan dan temperatur
dijaga 60oC disertai pengadukan kontinyu hingga terjadi proses
saponifikasi.
8. Ditambahkan alkohol dan gliserol secara bersamaan, lalu TEA dan
larutan gula.
9. Diaduk hingga seluruh campuran homogen dan temperatur terjaga.
10. Ditambahkan pewangi dan pewarna secukupnya

19
11. Dituang pada cetakan sabun yang telah disiapkan
12. Didiamkan hingga sabun mengeras
13. Uji mutu sabun:
1
a. Sabun prodak diambil 2
gram, kemudian dilarutkan dalam air
dan diukur pHnya dengan indikator universal.
b. Sabun diamati secara visual, tekstur dan kekerasannya

20
21

BAB III
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
3.2 Analisa Data
A. Data Perlakuan
No Perlakuan Hasil
Pembuatan VCO
1 Pemerasan santan dari 500 gram kelapa parut
Santan mL
dengan air hangat 500 mL.
2 Pemisahan air dan kanil 1 jam Kanil mL
3 Pemanasan kanil 2 jam pada suhu 55o 70o C Campuran minyak
VCO dengan blondo
4 Penyaringan dengan corong Buchner dan
VCO mL
pemanasan lanjutan VCO (pemurnian)
Pembuatan Sabun Transaparan
1 Pemanasan 25 mL VCO Suhu VCO 60o 80o C
2 Pemanasan 12, 5 gram asam stearat lelehan asam stearat
3 Penambahan lelehan asam stearat Volume bertambah
4 Penambahan 20 mL NaOH 30% Terjadi reaksi
saponifikasi, campuran
memadat
5 Penambahan 25 mL alkohol dan 30 mL gliserin Campuran berubah fase
secara bersamaan menjadi cair dengan
sedikit gumpalan
6 Penambahan 15 mL TEA dan 5 gram gula pasir Campuran semakin
lama semakin jernih
7 Penambahan pewangi dan pewarna Campuran beraroma
lemon dan berwarna
hijau terang
8 Pencetakan dan pendiaman sabun transparan Sabun transparan padat
B. Data Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)
NO. Indikator Uji Keterangan
1. Uji Organoleptik
Rasa
Bau
Warna
2. pH
3. Volume VCO
4. Volume Kanil
5. Rendemen

C. Data Pengamatan Sabun Transparan


NO Uji Indikator Keterangan
1. Berat Awal
2. Berat Na2CO3
3. Berat VCO
4. Berat Glyserin
5. Berat Gula Pasir
6. Berat Asam Stearat
7. Berat Etanol
8. Berat Pewarna
9. Berat TEA
10. Berat Pewangi
11. Berat Total Bahan Sabun
12. Berat Sabun

NO. Uji Indikator Keterangan


1. Uji Organoleptik
2. Warna
3. Transparasi

22
4. Perabaan
5. Kekerasan
6. pH produk

3.3 Perhitungan

Densitas

massa minyak (g)


=
volume minyak (ml)

=
Rendemen

Volume minyak (ml)


%= x 100%
volume kanil (ml)

%= x 100%

%=

Standarisasi NaOH
Mencari Normalitas NaOH
mol
=
volume
0,4
mol
Molaritas NaOH = 40 = 0,1 M
0,1 liter
Normalitas NaOH = eq x M
= 1 x 0,1 M = 0,1 N

23
Mencari Normalitas H2C2O4.2H2O
mol
H2C2O4.2H2O =
volume
0,63
mol
Molaritas H2C2O4.2H2O = 126 = 0,05 M
0,1 liter
Normalitas H2C2O4.2H2O = eq x M
= 2 x 0,05 M = 0,1 N

Asam Lemak Bebas (FFA)


Titrasi Volume
1
2
rata-rata :

200
= x 100%
1000
0,1 200
= x 100%
3 1000

= x 100%

Specific Gravity
massa minyak (gram)
=
volume minyak (ml)
minyak
=
H2O
=

24
3.4 Pembahasan
Ujian Nasional Kompetensi Keahlian kali ini dilakukan proses
pembuatan minyak VCO dan sabun transparan. Bahan utama pembuatan
minyak VCO adalah kelapa. Kelapa yang digunakan dalam pembuatan VCO
(Virgin Coconut Oil) yaitu kelapa setengah tua. Karena pada kelapa yang
berusia sekitar 6-8 bulan (setengah tua) terdapat kandungan minyak yang
lebih banyak dan lebih murni. Pertama kelapa dihaluskan menggunakan
mesin parut, kemudian ditimbang sebanyak 500 gram.

Untuk proses pemerasan parutan kelapa dilakukan penambahan air


hangat dengan tujuan agar mempermudah proses pemerasan dan dapat
melakukan proses pemerasan secara optimal. Perbandingan air dan kelapa
parut yang digunakan yaitu 1:1 (500 ml : 500 gram). Setelah kelapa diparut,
kemudian dicampur dengan air yang hangat kemudian diperas menggunakan
kain saring dengan tujuan agar santan yang diperoleh lebih banyak
dibandingkan dengan memeras menggunakan tangan kosong serta waktu
yang dibutuhkan lebih singkat.
Setelah dilakukan pemerasan didapatkan santan kelapa yang kemudian
diukur volumenya dan didapatkan volume sebanyak ................ Kemudian
dilakukan Proses pengendapan santan menggunakan corong pisah 1 jam
dengan tujuan untuk memisahan antara air dengan krim atau kanil. Setelah
dilakukan pengendapan, dihasilkan dua lapisan, Lapisan bawah berupa air
sedangkan lapisan atas berupa krim atau kanil, lapisan bawah dibuang
sedangkan lapisan atas diambil untuk digunakan dalam pembuatan VCO.

25
Kanil yang didapatkan sebanyak........ dan air yang didapatkan sebanyak
.........Kanil hasil pemisahan kemudian diproses lebih lanjut yaitu dengan cara
dipanaskan agar kandungan minyaknya keluar. Proses pembuatan VCO
dilakukan dengan cara pemanasan bertahap dengan suhu yang dijaga yaitu 60
80C. Suhu yang digunakan tidak boleh kurang dari 600C, karena apabila
suhu terlalu rendah maka proses pemanasan menjadi lebih lama. Sedangkan
suhu tidak boleh lebih dari 800C karena dapat menyebabkan hasil minyak
kelapa yang didapatkan tidak akan jernih melainkan akan berwarna kuning
jernih atau bahkan keruh karena dipengaruhi oleh suhu proses.
Pemanasan kanil dilakukan pada teflon dengan pengecekan suhu
dipantau dengan termometer. Penggunaan teflon juga dapat mempengaruhi
waktu pada proses pemanasan, semakin luas permukaan teflon maka semakin
cepat minyak yang dihasilkan. Karena apabila luas permukaan teflon lebih
lebar maka secara otomatis daya hantar panas dapat tersebar dengan merata
keseluruh bagian permukaan teflon. Sedangkan teflon yang yang mempunyai
luas permukaan kecil dapat mengakibatkan lamanya proses pemanasan
karena daya hantar panas yang kurang menyeluruh. Selama proses pemanasan
dilakukan pengadukan secara terus menerus (continue), hal ini bertujuan agar
kanil tidak sampai gosong dan suhu pemanasan stabil.
Pada proses pembuatan VCO metode pemanasan terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses pembuatan. Minyalnya
Faktor pemanasan dan pengadukan, pemanasan dengan suhu yang terlalu
tinggi akan membuat hasil VCO berwarna lebih coklat tua seperti minyak
jelantah. Dan juga sama dengan faktor pemanasan, pengadukan yang terlalu
lambat atau terlalu cepat dengan arah yang tidak teratur akan menghasilkan
minyak yang sedikit keruh dan mengandung endapan karena pada proses
pemanasan harus dilakukan pengadukan secara continue dan tidak boleh
mengalami fluktuasi(naik turun). Faktor penyaringan juga dapat
mempengaruhi bersih tidaknya VCO yang dihasilkan, penyaringan yang
kurang sempurna akan menyebabkan minyak masih mengandung endapan

26
blondo dengan ukuran partikel yang sangat kecil sehingga terlihat VCO lebih
keruh.
Minyak kelapa murni yang mulai muncul dipermukaan saat proses
pemansan berlangsung harus segera diambil menggunakan sendok, karena
apabila tidak segera diambil maka dapat menyebabkan minyak kelapa murni
berubah menjadi warna kuning jernih(pucat). Proses pemanasan dihentikan
apabila blondo mulai terbentuk dan minyak sudah mulai tidak muncul.
Minyak kelapa murni yang diperoleh disaring terlebih dahulu dengan kertas
saring biasa kemudian dilakukan penyaringan tahap dua dengan
menggunakan corong buncher agar blondo yang terikut dapat tersaring.
Pada ujian kali ini dilakukan proses pemanasan selama ........jam ........
menit dan didapatkan VCO sebanyak ....... dengan warna jernih, dan bau khas
kelapa segar.
VCO yang diperoleh dilakukan uji densitas atau berat jenis dengan
mengukur VCO sebanyak 25 ml dalam piknometer 25 ml.

Didapatkan densitas sebesar ........ Sedangkan densitas yang sesuai


dengan SNI yaitu sebesar 0,907 0,913 gr/ml, sehingga dapat dikatakan
densitas minyak VCO yang dihasilkan sudah mendekati SNI dan range nya
pun tidak terlalu jauh. Kemudian dilakukan uji kadar FFA (Free Fatty Acid)
atau ALB (Asam Lemak Bebas) dengan menggunakan larutan NaOH
(Natrium Hidroksida) sebagai penitran. Sebelum itu dilakukan standarisasi
NaOH menggunakan H2C2O4.2H2O (Asam Oksalat). Standarisasi
menggunakan H2C2O4.2H2O karena antara NaOH dan asam oksalat terjadi
reaksi sempurna. NaOH (basa kuat) akan bereaksi dengan asam oksalat (asam
lemah) membentuk garam yang bersifat basa. Setelah dilakukan Standarisasi,
didapatkan Normalitas NaOH......, dari data tersebut dapat dikatakan

27
normalitas hasil standarisasi sudah mendekati standart (yang sudah
ditentukan) yaitu 0,1 N
Reaksi yang terbentuk, yaitu :
2 NaOH (aq)+ H2C2O4 (aq) NaC2O4 (aq) + 2 H2O (l)
Natrium Asam Natrium Air
Hidroksida Oksalat Oksalat

Dari reaksi antara basa kuat dan asam lemah itu akan diamati titik akhir
titrasinya. Pada proses standarisasi kali ini, asam oksalat merupakan larutan
standar primer dan NaOH merupakan larutan standar sekunder.

Hal ini disebabkan larena :


a. Asam oksalat adalah suatu asam lemah, sifanya yang tidak mudah
menguap, asam oksalat cenderung stabil, selain itu juga asam oksalat
ditemukan dalam keadaan murni. Asam oksalat mempunyai Mr tinggi
yaitu 126.
b. NaOH memiliki sifat higroskopis yaitu mudah menyerap NaOH memiliki
sifat higroskopis, yaitu mudah menyerap H2O atau CO2 sehingga mudah
dilarutkan didalam air dan memiliki kestabilan rendah. NaOH memiliki
Mr 40.
Uji kadar FFA pada VCO bertujuan untuk menentukan kadar asam lemak
yang terdapat pada VCO. Kadar asam asam lemak bebas yang relatif tinggi
akan menyebabkan turunnya mutu minyak, misalnya menyebabkan
ketengikan pada minyak, membuat rasanya tidak enak, terjadinya perubahan
warna dan juga rendemen minyak menjadi turun dan juga membuat minyak
VCO kurang aman untuk dikonsumsi. Pada ujian kali ini dilakukan metode
yang digunakan untuk menentukan kadar asam lemak bebas dalam VCO
adalah metode titrasi asam basa dengan larutan standar NaOH 0,1 N. Minyak
kelapa murni mula mula ditimbang terlebih dahulu sebanyak 3 gram.

28
Kemudian ditambah etanol, tujuan penambahan etanol ini agar minyak
dapat larut sehingga mudah dititrasi karena minyak tidak larut dalam air.

Pelarut yang digunakam adalah etanol yang memiliki konsentrasi 95-


96% karena merupakan pelarut yang baik. Tetapi minyak ditambahkan etanol
95% tidak larut begitu saja maka dari itu diperlukan pemanasan terlebih
dahulu menggunakan kompor listrik 5 menit dengan menutup permukaan
atas erlenmeyer dengan alumunium foil. Tujuan pemanasan ini yaitu agar
reaksi antara alkohol dan minyak dapat bereaksi dengan cepat dan dapat
homogen, karena suatu reaksi akan lebih cepat apabila dilakukan pada suhu
yang lebih tinggi.
Tujuan dari titrasi adalah untuk mencari titik ekivalen. Titik ekivalen
yaitu dimana jumlah mol ekivalen penitran sama dengan jumlah ekivalen
titran. Untuk menentukan kapan titran berhenti dibutuhkan indikator.
Indikator yang digunakan yaitu indikator PP(PhenolPtialin), yang mempunyai
range pH 8,3-10,. Indikator PP berfungsi untuk menentukan titik akhir yaitu
ditandai dengan perubahan warna indikator PP menjadi merah muda atau
merah jambu. Digunakan indikator PP pada saat titrasi dengan basa karena
larutan akan berubah warna, namun indikator PP tidak berubah warna dengan
larutan asam. Setelah dilakukan uji FFA didapatkan hasil .....%, hasil tersebut
sudah mendekati standart karena SNI dari % FFA adalah max 0,5 % .
Sabun transparan dibuat dengan menggunakan bahan baku itama berupa
VCO. Selain VCO, dalam pembuatan sabun transparan juga dibutuhkan
bahan-bahan lain seperti, NaOH (20 mL), asam stearat (12,5 gram), etanol
95% (25 mL), , TEA (15 mL), gliserin (30 mL), gula pasir (5 gram), pewarna

29
dan pewangi. Selama proses pembuatan sabun transparan digunakan suhu
650C 800C.
Pertama VCO diukur sebanyak 25 mL dan diletakkan di gelas beaker,
kemudian dipanaskan dengan menggunakan kompor listrik.

Lalu asam stearat yang telah ditimbang(12,5 gram) dilelehkan dengan


cara water bath, water bath adalah oven atau yang biasa disebut dengan
penangas air yang fungsi utamanya untuk menciptakan suhu yang konstan,
namun pada prakteknya dilakukan pemanasan kompor biasa dengan tujuan
untuk mempercepat proses.

Apabila VCO sudah mencapai suhu 650C, langsung ditambahkan asam


stearat yang telah dilelehkan dan diaduk hingga homogen. Asam stearat ini
berfungsi untuk mengeraskan sabun dan menstabilkan busa. Pada saat
penambahan asam stearat diusahakan jangan sampai terkena pada dinding
gelas beaker atau termometer karena asam stearat akan cepat mengeras
kembali karena suhu yang rendah, oleh karena itu diperlukan kehati-hatian
selama proses pembuatan sabun transparan.
Proses selanjutnya adalah penambahan NaOH, NaOH yang berbentuk
serbuk terlebih dahulu dilarutkan dengan cara pengenceran. NaOH yang
digunakan yaitu NaOH 30% atau NaOH yang mempunyai konsentrasi 10 M.
Mula mula NaOH ditimbang sebeanyak 40 gram dalam gelas beaker dan
dilarutkan dalam labu ukur 100 mL.

30
NaOH yang sudah dilarutkan, kemudian diukur 20 mL untuk digunakan
pada proses pembuatan sabun transparan, yang berfungsi untuk reaksi
saponifikasi atau reaksi penyabunan.
Reaksi yang terjadi, yaitu :

Proses saponifikasi yang terjadi pada pembuatan sabun ini ditandai


dengan mengerasnya bahan yang telah tercampur oleh karena itu diperlukan
pengadukan yang terus menerus agar campuran lebih homogen, setelah
diperkirakan merata atau homogen selanjutnya dilakukan penambahkan
etanol 95% sebanyak 25 mL dan gliserin sebanyak 30 mL secara bersamaan.
Etanol 95% berfungsi sebagai pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam
air dan lemak. Sedangkan gliserin berfungsi untuk humektan sehingga dapat
berfungsi sebagai pelembab pada kulit. Setalah ditambahkan etanol 95% dan
gilserin sabun transaparan mulai larut karena adanya etanol 95% yang
berfungsi sebagai pelarut. Teknik penambahan secara bersamaan bertujuan
untuk membantu gliserin agar cepat larut.
Proses selanjutnya dilakukan penambahan TEA, TEA ditambahkan
setelah etanol 95% dan giliserin sudah tercampur dan homogen. TEA
ditambahkan sebanyak 15 mL, TEA ini berfungsi sebagai surfaktan dan

31
penstabil busa. Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan
yang bertujuan untuk menyatukan fasa minyak dengan fasa air. Kemudian
ditambahkan gula pasir sebanyak 5 gram yang telah dilarutkan dengan
aquades secukupnya hingga larut.

Proses pelarutan ini bertujuan agar gula pasir lebih mudah homogen
dengan larutan. Gula pasir berfungsi untuk membantu terbentuknya
transparansi pada sabun. Penambahan gula pasir dapat membantu
perkembangan kristal pada sabun. Semakin gula pasir yang digunakan
berwarna putih maka dapat membantu hasil sabun transparan lebih jernih.
Namun apabila penggunaan gula pasir berlebihan, maka dapat menyebabkan
sabun yang dihasilkan menjadi lengket.
Proses pembuatan sabun transparan yang terakhir adalah penambahan
pewarna dan pewangi. Pewarna ditambahkan secukupnya begitu juga dengan
pewangi. Semakin banyak pewarna yang digunakan dapat juga menyebabkan
hasil sabun transparan tidak menjadi transparan karena warna sabun menjadi
keruh dan kurang menarik. Apabila pewangi yang ditambahkan terlalu
banyak juga menyebabkan bau khas VCO menjadi hilang sehingga
mengurangi cita rasa dari sabun tersebut. Langkah terakhir yaitu dituang pada
cetakan, saat dituang pada cetakan suhu yang digunakan yaitu ......... hal ini
bertujuan agar sabun tidak memadat terlebih dahulu akibat suhu yang terlalu
rendah karena apabila suhu terlalu rendah maka sabun akan memadat
sebelum berada dicetakan. Kemudian dilakukan proses pendiaman hingga
sabun transparan mengeras dan saat sabun yang sudah mengeras diberi
kemasan dan diberi label. Sabun transparan harus segera dikemas dalam

32
plastik, karena apabila sabun tidak segera dikemas dapat menyebabkan sabun
lama-kelamaan menjadi tidak transparan (opaque) dan muncul butiran butiran
etanol yang menguap dipermukaan.
Pada hasil sabun transparan dilakukan uji organoleptik diantaranya,
kekerasan, transparansi dan pH. Dari hasil analisa didapatkan yaitu kekerasan
adalah .............., transparansi atau warna sabun yaitu ........, dan untuk analisa
pH terlebih dahulu sabun ditimbang sebanyak 3 gram dan kemudian
dilarutkan menggunakan aquades secukupnya dan kemudian dihitung pH
yang didapatkan menggunakan indikator universal, dan didapatkan pH yaitu
........, dari data tersebut dapat dikatakan bahwa pH yang diukur sudah
memenuhi standart yaitu 8,3-10.

33
34

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari serangkaian proses diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa VCO
adalah minyak murni yang terbuat dari bahan kelapa segar dengan proses
pemanasan terkendali atau tanpa pemanasan sama sekali. Proses pembuatan
yang optimal akan menghasilkan minyak VCO yang berkualitas, sedangkan
standar mutu VCO yang baik adalah transparan bening, densitas 0,915
0,920 gr/ml. Sabun transparan adalah sabun yang memiliki tingkat
transparansi lebih tinggi daripada jenis sabun lainnya dan berbentuk batangan
dengan tampilan transparan, pada saat pemakaian akan menghasilkan busa
lebih lembut di kulit dan penampakannya lebih berkilau dibandingkan jenis
sabun lainnya. Dengan adanya penambahan pewarna dan pewangi membuat
Tampilan sabun transparan menjadi menarik, mewah dan berkelas. Standar
sabun transparan yang baik adalah warna transparan tembus pandang, pH 8-9,
perabaan kesat. Oleh karena itu pada proses pembuatan minyak VCO dan
sabun transparan diperlukan kesabaran, kehati-hatian, dan ketelitian agar
didapatkan hasil yang optimal.
4.2 Saran
Untuk serangkaian ujian nasional kompetensi kejuruan berjalan lancar,
namun alangkah baiknya lebih ditingkatkan kelengkapan alat dan bahan dan
juga melatih siswa-siswi menggunakan metode lain agar dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan.
35

DAFTAR PUSTAKA
Ayu Usmania, Irma Diah. 2013. Pembuatan Sabun Transparan Dari-Minyak
Kelapa Murni Virgin Coconut Oil.
Buku Praktikum Produk Kefarmasian (PKK 6) 2011 Sabun Transparan
http://www.academia.edu/9557387/Laporan_Praktikum_Kimia_Bab_IV_Asidi_A
lkalimetri
http://www.academia.edu/9726248/analisis_asam_lemak_bebas
Makalalag, E. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Wortel Yang Ditambahkan dalam
Proses Pembuatan Minyak Kelapa Murni. 2010. Skripsi, FMIPA
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Standar Nasional Indonesia (SNI), 2008, SNI 7381:2008 Minyak Kelapa Virgin
(VCO), http://pustan. bpkimi. kemenperin.go.id/files/SNI%207381-
2008.pdf
Suherman. 2004. Manfaat Virgin Coconut Oil Bagi Kesehatan Masyarakat.
KOMPAS. 13 April 2004.

Anda mungkin juga menyukai