Case Mola Hidatidosa
Case Mola Hidatidosa
PENDAHULUAN
1
BAB II
ANALISIS KASUS
2.1 Anamnesis
Identitas Pasien:
Nama : Ny. SY
Umur : 42 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Suku : Melayu
Alamat : Jl. Lintas Kuala Tungkal RT.01, Mendahara
Masuk RS (MRS) : Sabtu, 13 Februari 2016
Keluhan Utama:
Pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak 4 hari SMRS.
2
semakin banyak dan merasa lemas. Sehingga ia kembali ke puskesmas dan
dirujuk ke RS H. Abdul Manap Kota Jambi.
Riwayat Haid:
- Menarche umur : 13 tahun
- Siklus haid : tidak teratur
- Lama haid : 5 hari
- Jumlah darah haid : 3x ganti pembalut / hari
- Nyeri haid yang mengganggu aktivitas : tidak ada
- Hari Pertama Haid Terakhir : tidak ingat
Riwayat Pernikahan:
Pernikahan yang pertama, usia pasien saat menikah 16 tahun, lama
menikah 26 tahun.
Riwayat Obstetrik:
No. Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Jenis Kelamin Keadaan Anak
Partus Partus Kehamilan Persalinan Persalinan Anak/BB Sekarang
1 1990 Rumah aterm spontan dukun / 3600 gr Meninggal
2 1993 Rumah aterm spontan dukun / 3000 gr Hidup
3 1996 Rumah aterm spontan bidan / 4000 gr Hidup
4 1999 Rumah aterm spontan bidan / 3000 gr Hidup
5 2004 Rumah aterm spontan bidan / 3000 gr Hidup
6 2007 Rumah aterm spontan bidan / 3800 gr Hidup
7 2009 Rumah aterm spontan bidan / 3500 gr Hidup
8 2014 Rumah aterm spontan bidan / 3000 gr Hidup
3
9 2016 Ini
Riwayat Kontrasepsi:
Pasien tidak menggunakan kontrasepsi kehamilan sebelumnya.
Riwayat Pengobatan:
Pasien berobat ke puskesmas 12 hari SMRS, dokter menyebutkan bahwa
pasien hamil dan kemudian pasien diberi obat 3 macam, yaitu obat penghilang
rasa sakit, obat mual dan vitamin ( pasien lupa nama obatnya).
Riwayat Alergi:
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan
makanan.
4
Hepar: pembesaran (-), limpa: pembesaran (-)
Ekstremitas : Atas: simetris (+/+), akral hangat, edema (-/-)
Bawah: simetris (+/+), akral hangat,edema (-/-)
5. Status Obstetrik
Abdomen :
Inspeksi : abdomen tampak supel, cembung, massa (-), linea
nigra(-), striae gravidarum (-), tanda peradangan (-),
bekas operasi (-).
Palpasi : nyeri tekan (+) di perut bagian bawah.
LI : teraba fundus uteri 2 jari dibawah pusat
LII : sulit dinilai
LIII : sulit dinilai
LIV : sulit dinilai
DJJ : sulit dinilai
Inspekulo :
Porsio livid, tampak erosi (+), massa (-); OUE tertutup, fluor (-), darah (-),
stolsel (+), perdarahan aktif (-), massa (-).
VT :
Pada pasien ini tidak dilakukan.
5
2.3 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium ( 13/ 02/ 2016 )
Jenis
Hasil Lab Nilai Normal
Pemeriksaan
Hb 9,2 g/dl 11,0-16,00 g/dl
Ht 23,5 % 37,0 -54,0 %
CT 3 < 5
BT 8 5 11
Leukosit 11.700 109 /L 4000- 10.000 109 /L
Trombosit 250.000 109 /L 150.000-450.000 109 /L
GDS 106 mg/dl 60-150 mg/dl
Ureum 34 mg/ L 15 39 mg/ L
Kreatinin 1,2 mg/ L 0,6 1,1 mg/ L
Gravindek Positif ( + )
Tes
6
3. Patologi Anatomi ( 16/ 02/ 2016 )
Makroskopis : Diterima keping-keping jaringan volume 1 cc bentuk coklat
kenyal tampak struktur gelembung isi massa cair jernih.
Mikroskopis : Sampel sediaan kuretase terdiri dari bekuan darah dan
massa nekrotik, jaringan desidua, diantaranya tampak keping-keping
plasenta villi (Villi Chorcalis) yang mengalami degenerasi hidrotik
avaskuler, sebagian lapisan trofoblastik hiperplastis dengan inti dalam
batas normal, tidak tampak proliferasi berlebih sel-sel trofoblast.
Kesimpulan : Molahidatidosa Tipe Komplit
2.5 Penatalaksanaan
a. Rencana Terapi
Infus RL 20 tpm
Transfusi PRC hingga Hb 10 g/ dL
Inj. Cefotizoxime 2 x 1 gr
Bed rest total pasang kateter menetap.
Rencana Kuretase saat KU stabil, cek -HCG
KIE pasien dan keluarga
7
2.6 Follow Up
Tanggal S O A P
14/02/16 Perdarahan dari jalan Kesadaran : CM Mola Infus RL 20 tpm
lahir (+) berkurang, TD : 130/80 mmHg Hidatidosa Transfusi PRC hingga
8
Laboratorium Laporan Kuretase
Diagnosa Pre-Kuret :
Hb 9,8 g/ dL
Mola Hidatidosa +
Ht 25,8 %
Anemia
Tr 247.000
Diagnosa Post-Kuret :
Leu 12.900
Mola Hidatidosa +
Anemia
Tindakan : Dilatase dan
Kuretase + Transfusi
Penemuan : Didapatkan
jaringan mola dan
bekuan darah, tidak
ditemukan janin.
16/02/16 Perdarahan dari jalan Kesadaran : CM Mola Aff. Infus dan kateter
lahir (-), lemah (-), TD : 110/60 mmHg Hidatidosa Cefixime 2x100 mg
As. Mefenamat 3x500
nyeri perut bag. bawah RR : 20 x/menit Post
mg
(-). HR : 80 x/menit Dilatase Metergin 3x1 tab
Temp: 36 C dan Ranitidin 2x1 tab
Acc. Rawat jalan dan
: 36 C Kuretase +
kontrol ulang 25/02/16
9
CA (-/-) Anemia Rencanakan jadwal
PPV (-) Ringan Post kuretase ke-II dan
Transfusi ambil hasil PA
250 cc
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar
dimana terjadi keabnormalan dalam konsepsi plasenta yang disertai dengan
perkembangan parsial atau tidak ditemukan adanya pertumbuhan janin, hampir
seluruh vili korialis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropobik. Janin
biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu
hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah
anggur. Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan mengeluarkan hormon
human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada
kehamilan biasa.1,2,3
3.2 Epidemiologi
Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120
kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di
Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan
insiden yang tinggi (data RS di Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko
banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih berupa hospital based.
Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas
35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik.2
3.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Mola hidatidosa disebabkan oleh adanya over-production jaringan yang
membentuk plasenta. Dalam keadaan kehamilan normal, plasenta berfungsi
memberikan nutrisi untuk janin. Namun pada kasus mola hidatidosa, jaringan
berkembang menjadi suatu masa yang abnormal sehingga tidak dapat berfungsi
secar normal.4
Penyakit trofoblastik gestasional disebabkan oleh gangguan genetik
dimana sebuah spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya
atau dua sperma memasuki ovum tersebut. Pada lebih dari 90 persen mola komplit
hanya ditemukan gen dari ayah dan 10 persen mola bersifat heterozigot.
11
Sebaliknya, mola parsial biasanya terdiri dari kromosom triploid yang memberi
kesan gangguan sperma sebagai penyebab.5
Pembuluh darah primitif di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik
sehingga embrio 'kelaparan', mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus
tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi ke jaringan ibu.
Peningkatan aktivitas sinsitiotrofoblas menyebabkan peningkatan produksi hCG,
tirotrofin korionik dan progestron. Sekresi estrodiol menurun, karena sintesis
hormone ini memerlukan enzim dari janin, yang tidak ada. Peningkatan kadar
hCG dapat menginduksi perkembangan kista teka-lutein di dalam ovarium.1
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor risiko
yang dapat menyebabkan, yang kini telah diakui adalah :
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. usia ibu yang terlalu muda atau tua (36-40 tahun) beresiko 50% terkena
penyakit ini.
3. imunoselektif dari sel trofoblast
4. keadaan sosioekonomi yang rendah
5. paritas tinggi
6. defisiensi vitamin A
7. kekurangan protein
8. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
3.4 Patogenesis
Menurut Sarwono, 2010, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa
yaitu karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur
patologik yaitu : hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3
5 minggu dan karena pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi
penimbunan cairan di dalam jaringan mesenkim villi.2
Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan mola
memberikan beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini. Kebanyakan
mola hidatidosa adalah mola lengkap dan mempunyai 46 kariotipe XX.
Penelitian khusus menunjukkan bahwa kedua kromosom X itu diturunkan dari
ayah. Secara genetik, sebagian besar mola hidatidosa komplit berasal dari
12
pembuahan pada suatu telur kosong (yakni, telur tanpa kromosom) oleh satu
sperma haploid (23 X), yang kemudian berduplikasi untuk memulihkan
komplemen kromosom diploid (46 XX). Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46
XY.1,4,5
Pada mola yang tidak lengkap atau sebagian, kariotipe biasanya suatu
triploid, sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau
69 XYY. Kadang-kadang terjadi pola mozaik. Lesi ini, berbeda dengan mola
lengkap, sering disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin itu
biasanya triploid dan cacat.4,5
Gambar 1.1. Susunan sitogenetik dari mola hidatidosa. A. Sumber kromosom dari mola
lengkap. B. Sumber kromosom dari mola sebagian yang triploid. 6
13
2. Teori neoplasma
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas,
yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal.
Hal ini menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan kedalam villi
sehingga menimbulkan gelembung. Sehingga menyebabkan gangguan peredaran
darah dan kematian mudigah.
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga
menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur
atau mata ikan. Ukuran gelembung-gelembung ini bervariasi dari beberapa
milimeter sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat trias: (1) Proliferasi dari
trofoblas; (2) Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban; (3)
Hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak seperti sel
polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsitial giantik (syncytial giant cells).
Pada kasus mola banyak dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter
10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan
kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh.1,6
2.5 Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak disertai
janin maka disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai
janin atau bagian dari janin disebut mola parsialis atau Parsials mole.3,4
14
kehamilan kehamilan
Kista teka-lutein 25-30% Jarang
Penyulit medis Sering jarang
Penyakit pascamola 20% <5-10%
Kadar hCG Tinggi Rendah tinggi
15
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya
dan teraba lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak
teraba bagian janin.
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis,
secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test
dengan alat yang sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta
yang kembar pada kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada salah satu
plasentanya sementara plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat
normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan perubahan mola
inkomplit yang luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang
hidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma
villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah
tersebut dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta
tanda emboli pulmoner akut bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang
terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma villus yang
menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk
menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut
trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase
yang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari
trofoblas saja (koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma
villus (mola hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut
bisa diramalkan dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapat
terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulan
kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan
menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan pengobatan
yang efektif.
5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar
sebelum mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus
16
lewat tindakan. Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada
kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu.5
3.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang
berlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat
dan kadang bergelembung seperti busa.
(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola
komplet adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari
desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar (distensi)
oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa
mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.
(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang
berat. Hal ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam
hormon -HCG.
(3) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti
takikardi, tremor dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya
gejala preeklamsia yang terjadi pada 27% kasus dengan
karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria (>300
mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia.
17
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi :
Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba
lembek
Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan
janin.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
Pemeriksaan dalam :
Memastikan besarnya uterus
Uterus terasa lembek
Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan kadar B-hCG
BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml
18
Gambar : Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang
menggambarkan kurva regresi normal gonadotropin korionik subunit
pasca mola.4
4. Pemeriksaan Imaging
a. Ultrasonografi
Gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin
Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badai
salju.
3.8 Penatalaksanaan
1. Evakuasi
a. Perbaiki keadaan umum.
Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan
12 jam kemudian dilakukan kuret.
b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan
umum penderita.
c. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan.
19
d. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30
tahun, Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi
pusat atau lebih
2. Pengawasan Lanjutan
Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai
kontrasepsi oral pil.
Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :
o Setiap minggu pada Triwulan pertama
o Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
o Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
o Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3
bulan.
Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam :
o Keadaan Serviks
o Uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium
Reaksi biologis dan imunologis :
o 1x seminggu sampai hasil negatif
o 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
o 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
o 1x3 bulan selama tahun berikutnya
o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai
adanya keganasan
3. Sitostatika Profilaksis
Metoreksat 3x 5 mg selama 5 hari
20
Gambar 1. Skema tatalaksana mola hidatidosa
3.9 Prognosis
Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas
akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini
dan terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat mola
masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola
hodatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah
jantung dan tirotoksikosis.4,6
Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi keganasan
trofoblastik gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap dilakukan
21
pengawasan lanjut yang ketat, karena hampir 20% dari pasien mola hidatidosa
berkembang menjadi tumor trofoblastik gestasiona.4,6
Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola invasive,
dimana akan masuk kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan menimbulkan
perdarahan dan komplikasi yang lain yang mana pada akhirnya akan
memperburuk prognosisnya. Pada 2-3% kasus mola dapat berkembang menjadi
korio karsinoma, suatu bentuk keganasan yang cepat menyebar dan membesar.4
__________________________________________________________________
Prognosis baik Prognosis buruk
Kehamilan terakhir < 4 bulan > 4 bulan
B-hCG < 40.000 > 40.000
Kehamilan sebelumnya mola term
Terapi sebelumnya tidak ada gagal
Metastase tidak ada, kadang paru otak, hati(4)
3.10 Komplikasi
Perdarahan yang hebat sampai syok
Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
Infeksi sekunder
Perforasi karena tindakan atau keganasan
22
BAB IV
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
24