Bismillah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

Tumor ganas tonsil muncul di ororfaring ( daerah di belakang mulut ) merupakan


tumor nomor dua tersering sesudah tumor laring dan merupakan 1,5% sampai 3% dari kanker
traktus digestivus bagian atas. Sekitar 12.000 kasus baru ditemukan setiap tahunya. Terdapat
dua distribusi umur kurang dari 40 tahun dan 50 sampai 60 tahun. [1]
Faktor resiko paling sering dari kanker tonsil adalah tembakau, biasa dari
mengkonsumsi rokok maupun mengkonsumsi tembakau secara langsung. Angka kejadian
kanker tonsil meningkat pada pasien yang mengkonsumsi tembakau. Penatalaksanaan kanker
tonsil bergantung pada ukuran dan stage dari kanker. [1,3]
Gejala-gejala dari Tumor ganas tonsil bervariasi seperti sakit tenggorokan nyeri
menelan atau benjolan di tenggorokan dan leher. [1,3,4]
Penatalaksanaan yang umumnya diberikan pada kanker tonsil adalah melalui
kemoterapi, radioterapi serta tindakan pembedahan. [1,3]

Zhaqqie ardany 1
BAB II
ISI
2.1. Anatomi
Faring dibagi menjadi 3 bagian utama : nasofaring, orofaring, dan hipofaring. Sepertiga
bagian atas, atau nasofaring adalah bagian pernafasan dari faring dan tidak dapat bergerak
kecuali palatum mole bagian bawah. Bagian tengah faring disebut orofaring meluas dari batas
bawah palatum mole sampai permukaan lingual epiglotis. Pada bagian ini termasuk tonsil
palatina dengan arkusnya dan tonsil lingualis yang terletak pada dasar lidah. Bagian bawah
faring, dikenal dengan hipofaring atau laringofaring, menunjukkan daerah jalan nafas bagian atas
yang terpisah dari saluran pencernaan bagian atas. [1]
Orofaring termasuk cincin jaringan limfoid yang sirkumferensial disebut cincin Waldeyer.
Bagian cincin yang lain termasuk jaringan limfoid dan tonsil palatina atau fasial, tonsil lingual,
dan folikel limfoid pada dinding posterior faring. Semuanya mempunyai struktur dasar yang
sama yaitu massa limfoid ditunjang oleh kerangka retinakulum jaringan penyambung.
Adenoid (tonsil faringeal) mempunyai struktur limfoidnya tersusun dalam lipatan :
tonsila palatina mempunyai susunan limfoidnya sekitar pembentukan seperti kripta. Sistem
kripta yang kompleks dalam tonsila palatina mungkin bertanggung jawab pada kenyataan bahwa
tonsil palatina lebih sering terkena penyakit daripada komponen cincin limfoid lain. Kripta-kripta
ini lebih berlekuk-lekuk pada kutub atas tonsil, menjadi mudah tersumbat oleh partikel makanan,
mukous sel epitel yang terlepas, leukosit dan bakteri, dan tempat utama pertumbuhan bakteri
patogen . Selama peradangan akut, kripta dapat terisi dengan koagulum yang menyebabkan
gambaran folikular yang khas pada permukaan tonsil. [1]
Orofaring disebut juga mesofaring, batas-batasnya adalah:
Batas atas : Palatum mole
Batas bawah : Tepi atas epiglottis
Batas depan : Rongga mulut
Batas belakang : Vertebra servikal
Struktur yang terdapat dirongga orofaring adalah dinding posterior faring, tonsil palatina,
fosa tonsil serta arkus faring anterior dan posterior, uvula, tonsil lingual dan foramen sekum. [1]
Tonsila lingualis mempunyai kripta-kripta kecil yang tidak terlalu berlekuk-lekuk atau
bercabang dibandingkan dengan tonsila palatina. Hal yang sama pada adenoid, dan terdapat

Zhaqqie ardany 2
kripta yang kurang jelas atau pembentukan celah dalam kumpulan limfoid lain dalam fosa
Rosenmuller dan dinding faring . [1]

Gambar 1. Anatomi Faring


Dinding Posterior Faring
Secara klinik dinding posterior faring penting karena ikut terlibat pada radang akut atau
radang kronik faring, abses retrofaring, serta gangguan otot-otot dibagian tersebut. Gangguan
otot posterior faring bersama-sama dengan otot palatum mole berhubungan dengan nervus vagus.
[1]

Fossa Tonsil
Fossa tonsil dibatasi oleh arkus faring anterior dan posterior. Batas-batasnya adalah : [1,2]
Lateral : Musculus Konstriktor Faring Superior
Superior : Fossa Supra Tonsil
Fossa tonsil diliputi oleh fascia yang merupakan bagian dari fascia bukofaring dan disebut kapsul
yang sebenarnya bukan merupakan kapsul yang sebenarnya. [1,2]

Zhaqqie ardany 3
Gambar 2. Fossa Tonsil
Tonsil
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus di dalamnya. Terdapat tiga macam tonsil yang membentuk lingkaran yang disebut
cincin Waldeyer, yaitu : [1,2]
Tonsil Faringeal ( adenoid )
Tonsil Palatina ( Fausial )
Tonsil Lingual

Gambar 3. Macam-macam tonsil


Tonsil Faringeal

Zhaqqie ardany 4
Tonsil faringeal adalah tonsil tunggal yang terdapat dibagian postero-superior faring.
Tonsil faringeal merupakan massa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang
sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu
segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun
mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Tonsil
faringeal tidak mempunyai kriptus dan terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan tonsil
faringeal di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat
meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada
masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7
tahun kemudian akan mengalami regresi. [1]

Gambar 4. Tonsil Faringeal


Tonsil Palatina
Tonsil palatina sering disebut sebagai tonsil saja. Terletak didalam fossa tonsil. Pada
kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang merupakan sisa kantong faring
kedua. Kutub bawah tonsil biasanya melekat pada dasar lidah. Permukaan medial tonsil
bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Epitel yang melapisi

Zhaqqie ardany 5
tonsil ialah epitel skuamosa yang juga meliputi kriptus. Didalam kriptus biasanya ditemukan
leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan. Permukaan lateral tonsil
melekat pada fascia faring yang sering juga disebut kapsul tonsil. Kapsul ini tidak melekat erat
pada otot faring, sehingga mudah dilakukan diseksi pada tonsilektomi. Tonsil mendapat darah
dari arteri palatina minor, arteri palatina ascenden, cabang tonsil arteri maksila eksterna, arteri
faring ascenden dan arteri lingualis dorsal. [1,2,3]

Gambar. 5 Vaskularisasi Tonsil


Aliran getah bening
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal
profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus,
selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus thorasikus. Tonsil hanya mempunyai
pembuluh getah bening eferen sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada . [1,3]

Gambar. 6 Kelenjar getah bening leher


Persarafan

Zhaqqie ardany 6
Tonsil bagian bawah mendapat
sensasi dari cabang serabut saraf ke IX
(nervus glosofaringeal) dan juga dari
cabang desenden lesser palatine nerves.
[1]

Gambar. 7 Persarafan Tonsil

Zhaqqie ardany 7
Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B
membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40%
dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B berproliferasi di pusat germinal.
Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin
berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4
area yaitu epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat
germinal pada folikel limfoid. [1]
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan
proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1)
menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi
antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik. [1]

Gambar 8 Tonsil Palatina

Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak didasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Digaris tengah, disebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks,
yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata. Tempat ini kadang-kadang menunjukkan
penjalaran duktus tiroglosus dan secara khusus merupakan tempat penting bila ada massa tiroid
lingual atau kista duktus tiroglosus. [1,3,]

Zhaqqie ardany 8
Gambar 9. Tonsil Lingual
2.2. Histologi Tonsil
a. Tonsil Faringeal
Tonsil faringeal adalah tonsil tunggal yang terdapat dibagian postero-superior faring.
Tonsil ini ditutupi oleh epitel bertingkat silindris bersilia yang khas untuk epitel saluran
pernafasan dan daerah epitel berlapis. Tonsil faringeal terdiri atas lipatan mukosa dan
mengandung jaringan limfoid difus dan nodule. Tonsil ini tak memiliki kriptus dan
simpainya lebih tipis daripada simpai tonsil palatina. Hipertrofi tonsil faringeal akibat
radang menahun disebut adenoid.[1]

Gambar. 10. Histologi Tonsil Faringeal


b. Tonsil Palatina

Zhaqqie ardany 9
Kedua tonsil palatina terletak di dinding lateral faring. Dibawah epitel berlapis gepeng,
jaringan limfoid padat pada tonsil ini membentuk pita yang mengandung nodul limfoid,
umumnya dengan pusat germinal. Setiap tonsil memiliki 10-20 invaginasi epitel yang
masuk jauh kedalam parenkim, yang membentuk kriptus, dengan lumen yang membentuk
sel-sel epitel yang lepas, limfosit hidup dan yang sudah mati, serta bakteri. Kriptus
mungkin terlihat sebagai bintik-bintik purulen pada tonsilitis. Jaringan limfoid dipisahkan
dari struktur dibawahnya oleh suatu pita jaringan ikat padat, yaitu simpai tonsil. Simpai
ini biasanya bekerja sebagai sawar terhadap penyebaran infeksi tonsil. [1,3]

Gambar 2.11. Histologi Tonsil Palatina


c. Tonsil Lingual
Tonsil lingual lebih kecil dan lebih banyak daripada tonsil palatina atau tonsil faringeal.
Tonsil ini terletak didasar lidah dan ditutupi epitel berlapis gepeng. Setiap tonsil lingual
memiliki satu kriptus. [1,3]

Zhaqqie ardany 10
Gambar. 12. Histologi Tonsil Lingual
2.3. Definisi
Tumor ganas tonsil adalah lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang
tidak semestinya pada daerah tonsil. Penyakit tonsil merupakan masalah kesehatan yang sering
terjadi dalam masyarakat. Nyeri tenggorokan, infeksi saluran nafas atas adalah keluhan yang
paling sering ditemukan. Peranan tonsil dalam mekanisme pertahanan tubuh masih diragukan
meskipun fungsinya memproduksi sel-sel limfosit. [1,2,5]
Berdasarkan penelitian, tonsil memegang peranan penting dalam fase-fase awal
kehidupan, terhadap infeksi mukosa nasofaring dari udara pernafasan sebelum masuk kedalam
saluran nafas bagian bawah. Hasil penelitian, mengenai kadar antibodi tonsil menunjukkan
bahwa parenkim tonsil memegang peranan dalam memproduksi IgA, yang menyebabkan
jaringan lokal resisten terhadap organisme patogen. [1,8]
Sewaktu baru lahir tonsil secara histologis tidak mempunyai centrum germinativum,
biasanya berbentuk kecil. Setelah antibodi ibu habis, barulah mulai terjadi pembesaran tonsil dan
adenoid, yang pada permulaan kehidupan masa kanak-kanak dianggap normal dan dipakai
sebagai indeks aktifitas sistem imun. Pada waktu pubertas atau sebelum masa pubertas, terjadi
kemunduran fungsi tonsil yang disertai proses involusi. [1]

2.4. Pemeriksaan Tonsil


Pemeriksaan faring terbatas pada inspeksi. Untuk melihat palatum dan orofaring secara
memadai, pemeriksa biasanya harus menekan lidah dengan spatula lidah.[1,9]
Inspeksi Tonsil

Zhaqqie ardany 11
o Pasien diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar, menjulurkan lidahnya dan
bernafas perlahan-lahan melalui mulutnya. Kadang-kadang membiarkan lidah
tetap berada didasar mulut akan membuatnya dapat dilihat dengan lebih baik.
o Pemeriksa memegang spatula lidah dengan tangan kanannya dan sumber cahaya
ditangan kirinya atau dapat melalui head lamp.
o Spatula lidah harus diletakkan pada sepertiga tengah lidah. Lidah ditekan dan
dibawa kedepan.
o Pemeriksa harus berhati-hati agar tidak menekan bibir bawah atau lidah pada gigi
dengan spatula lidah.
o Jika spatula lidah diletakkan terlalu anterior, bagian posterior lidah akan
membentuk gundukan, sehingga inspeksi menjadi sulit dan jika diletakkan terlalu
posterior maka akan timbul refleks muntah.
o Jika persiapan telah selesai periksalah ukuran tonsil apakah ada pembesaran
pada tonsil yang mungkin disebabkan oleh infeksi atau tumor. Pada infeksi tonsil
kronis kripta tonsil profunda mungin mengandung debris seperti keju. Apakah ada
membran diatas tonsil? Membran ini berkaitan dengan tonsilitis akut,
mononukleosis infeksiosa atau difteri. [1,9]

Gambar 2.13. Pemeriksaan Tonsil

Tabel 1 Klasifikasi Ukuran Tonsil [2]


Derajat 0 Tidak ada tonsil
Derajat 1 Tonsil berada dibelakang pilar tonsilar ( yaitu struktur lunak yang menyokong

Zhaqqie ardany 12
(Normal) palatum lunak )
Derajat 2 Tonsil berada diantara pilar dan uvula
Derajat 3 Tonsil menyentuh uvula
Derajat 4 Satu atau kedua tonsil melebar hingga ke garis tengah orofaring

Gambar 14. Ukuran Tonsil


2.5.Klasifikasi
Tumor tonsil dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu tumor tonsil jinak dan tumor
tonsil ganas. Penting bagi kita untuk mengetahui jenis, cara mendiagnosa dan
penatalaksanaannya sehingga kita tidak terlambat dalam menerapi pasien sehingga dapat
meningkatkan prognosis dan angka harapan hidup.[2]
2.5.1. Tumor Tonsil Jinak
2.5.1.1. Kista Tonsil
Kista epitel tonsil merupakan jenis yang cukup sering. Permukaannya berkilau, halus dan
berwarna putih atau kekuningan. Kista ini tidak memberikan gejala apapun, akan tetapi kista
yang lebih besar akan menyebabkan suatu benjolan ditenggorokan dan mungkin perlu dioperasi.
[2]

Zhaqqie ardany 13
Gambar 15. Kista Tonsil
2.5.1.2. Papiloma Tonsil
Papiloma skuamosa biasanya terlihat menggantung dari pedicle uvula, tonsil atau pilar.
Tampak massa bergranular yang timbul dari pilar anterior pada bagian posteriornya. [2]

Gambar .16. Papiloma Tonsil


2.5.1.3. Polip Tonsil
Massa tonsil tersebut menunjukkan gambaran polip pada pemeriksaan histologi. [2]

Gambar .17. Polip Tonsil

Zhaqqie ardany 14
2.5.2. Tumor Ganas Tonsil
2.5.2.1. Karsinoma Tonsil
Definisi
Karsinoma yang mengenai daerah tonsil. Karsinoma tonsil adalah keganasan
kepala dan leher kedua yang sering dijumpai setelah karsinoma laring di Amerika
Serikat.[1,2]
Etiologi
o Perokok
Aktivasi Glutation S-transferase (GST) menjadi rusak sehingga mengurangi
kapasitas detoksikasi karsinogen tembakau. Merokok, panas yang
ditimbulkan, kandungan bahan, dan pupa merupakan faktor yang mengiritasi.
Semakin tinggi kandungan tar maka resikonya menjadi meningkat. [1,2,4,5,6,8]
o Peminum alkohol
Alkohol mengandung karsinogen atau prokarsinogen, termasuk kontaminan
dari nitrosamin dan uretan selain etanol. Etanol dimetabolisme oleh alkohol-
dehidrogenase dan oleh sitokrom P450 menjadi asetaldehid yang bersifat
karsinogen. Enzim metabolisme karsinogen berperan pada individu tertentu.
Alkohol dehidrogenase mengoksidasi etanol menjadi asetaldehid yang
sitotoksik dan menghasikan radikal bebas serta basa DNA hidroksilasi. [1,2,4,5,6,8]
o Pemakan sirih
Menyebabkan iritasi dari kontak langsung bahan karsinogen dengan membran
mukosa. [2]
o Iritasi lokal
Iritasi yang berulang pada daerah tonsil dapat meningkatkan resiko terkena
karsinoma tonsil dika23renakan infeksi yang terus menerus didaerah tersebut.
[1,2]

o Suka minum panas


Menyebabkan iritasi dengan membran mukosa. [1,2,5,6,8]
o Infeksi
Kebanyakan disebabkan oleh Candida albicans dan virus. [1,2,5,6,8]
o Higienis mulut yang kurang dijaga
Dengan minimnya higiene mulut maka akan menyebabkan resiko infeksi yang
lebih tinggi karena kuman atau bakteri yang ada disana, keadaan gigi geligi
yang rusak juga dapat menyebabkan faktor resiko karena gigi geligi yang
rusak dapat menjadi sumber infeksi. [1]

Zhaqqie ardany 15
o Defisiensi nutrisi atau besi
Kurangnya diet buah dan sayuran dapat menyebabkan karsinoma tonsil karena
pada buah dan sayuran didapatkan antioksidan yang mengikat molekul
berbahaya penyebab mutasi gen sehingga mencegah terjadinya kanker. [2]
o Paparan radiasi
Dengan adanya paparan radiasi dapat menyebabkan mutasi gen sehingga lebih
meningkatkan resiko terkena karsinoma tonsil. [1,2,5,6,8]
o Yang terbaru adalah adanya pengaruh virus Epstein-Barr (EBV) dan
HPV (Human Papilloma Virus ). [2,4]
Patogenesis
Unsur-unsur penyebab kanker (onkogen) dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok
besar yaitu energi radiasi, senyawa kimia dan virus.
o Energi Radiasi
Sinar ultraviolet, sinar X dan sinar gamma merupakan unsur mutagenik dan
karsinogenik. Radiasi dari ultraviolet dapat menyebabkan terbentuknya
dimmer pirimidin. Kerusakan pada DNA diperkirakan menjadi mekanisme
dasar timbulnya karsinogenitas akibat energi radiasi. Selain itu, sinar radiasi
menyebabkan terbentuknya radikal bebas didalam jaringan. Radikal bebas
yang terbentuk dapat berinteraksi dengan DNA dan makromolekul lainnya
sehingga terjadi kerusakan molekular. [1,2]
o Senyawa Kimia
Sejumlah besar senyawa kimia bersifat karsinogenik. Kontak dengan senyawa
kimia dapat terjadi akibat pekerjaan seseorang, makanan, atau gaya hidup.
Adanya interaksi senyawa kimia karsinogen dengan DNA dapat
mengakibatkan kerusakan pada DNA. Kerusakan ini ada yang masih dapat
diperbaiki dan ada yang tidak. Kerusakan pada DNA yang tidak dapat
diperbaiki dianggap sebagai penyebab timbulnya proses karsinogenesis.[1,2]
o Virus
Virus onkogenik mengandung DNA atau RNA sebagai genomnya. Adanya
infeksi virus pada suatu sel dapat mengakibatkan transformasi maligna, hanya
saja bagaimana protein virus dapat menyebabkan transformasi masih belum
diketahui secara pasti. [1,2,4]
Histopatologi
Asal dari struktur epithelial dan struktur limfoid. Kebanyakan berupa karsinoma sel
skuamosa. Karsinoma sel skuamosa timbul sebagai lesi ulseratif dengan ujung yang

Zhaqqie ardany 16
nekrotik, biasanya dikelilingi oleh reaksi radang. Jika tumor tetap sebagai lesi
ulseratif, seringkali dikelilingi oleh daerah leukoplakia jenis pra maligna. Pada
awalnya tumor menyebar sepanjang permukaan mukosa, akhirnya meluas ke dalam
jaringan lunak di bawahnya. Secara patologi, tumor-tumor ini digolongkan
berdasarkan gambaran histologi yang dihubungkan dengan perjalanan klinis. Secara
sederhana, semua klasifikasi berkisar dari berdiferensiasi baik (tingkat keganasan
rendah) sampai berdiferensiasi buruk (tingkat keganasan tinggi). [2]

Gambar 18.Karsinoma Sel Skuamosa Tonsil

Patofisiologi
Pada tahap awal terjadi inisiasi karena ada inisiator yang memulai pertumbuhan
sel yang abnormal. Inisiator ini dibawa oleh zat karsinogenik, bersamaan dengan atau
setelah inisiasi, terjadi proses promosi yang dipicu oleh promotor sehingga terbentuk
sel yang polimorfis dan anaplastik. Selanjutnya terjadi progesi yang ditandai dengan
invasi sel-sel ganas ke membran basalis. [2]
Faktor utama yang menyebabkan inisiasi keganasan adalah akibat
ketidakmampuan DNA untuk memperbaiki sistem yang mendeteksi adanya
transformasi sel akibat paparan onkogen . kerusakan pada DNA meliputi hilangnya
atau bertambahnya kromosom, penyusunan ulang kromosom dan penghapusan kode
kromosom. Penghapusan atau penggandaan bagian kromosom memungkinkan untuk
ditempati oleh onkogen atau gen supresor tumor sedangkan penyusunan ulang
kromosom dapat berubah menjadi aktivasi karsinogenik. [2]

Zhaqqie ardany 17
Karsinoma biasanya mengenai daerah tonsil. Daerah ini meluas dari trigonum
retromolar termasuk arkus tonsila posterior dan anterior demikian juga dengan fosa
tonsilarnya sendiri. Tumor yang meluas ke inferior ke dasar lidah dan ke superior
pada palatum mole. [2]
Diagnosa
Anamnesa
o Awal
Gangguan menelan yaitu rasa tidak enak/sakit/perasaan menusuk
Kadang ada darah pada saliva
Nyeri menjalar pada telinga ( otalgia ) karena nyeri alih (referred pain)
Unilateral tetapi bisa juga bilateral
Merasa seperti ada benda asing
Rasa nyeri dilidah dan gangguan gerakan lidah [1,2,5,7]
o Lanjut
Trismus
Hipersalivasi
Foetor ex ore [1,2]

Gambar 19 Karsinoma Tonsil


Pemeriksaan Fisik Status Lokalis
a. Inspeksi ( Tonsil )
Pasien diminta untuk membuka mulutnya lebar-lebar, menjulurkan
lidahnya dan bernafas perlahan-lahan melalui mulutnya. Kadang-kadang
membiarkan lidah tetap berada didasar mulut akan membuatnya dapat
dilihat dengan lebih baik.
Pemeriksa memegang spatula lidah dengan tangan kanannya dan sumber
cahaya ditangan kirinya atau dapat melalui head lamp.
Spatula lidah harus diletakkan pada sepertiga tengah lidah. Lidah ditekan
dan dibawa kedepan.

Zhaqqie ardany 18
Kemudian kita mulai menilai adanya pembesaran unilateral, bagaimana
keadaan permukaannya umumnya tidak rata dan adanya ulserasi atau
tidak. [2]
b. Palpasi ( leher )
o Posisi pasien duduk dan kepala pasien sedikit fleksi, kemudian lakukan
palpasi dengan jari tangan kiri dan kanan kita dari anterior maupun posterior .
o Nilailah apa teraba massa tumor ( letak, besar, konsistensi, fiksasi pada kulit
dan jaringan sekitarnya ) dan pembesaran kelenjar regional ( lokasi, ukuran
dan jumlah ). [2]
c. Laringoskopi Indirek
o Kita siapkan head lamp , cermin laring dan kasa.
o Pakailah head lamp. Pasien posisi duduk dan disuruh membuka mulut.
Cermin laring dipanaskan dengan menggunakan korek api ( sumber panas )
kemudian kita tekankan pada kulit tangan kita agar memastikan tidak terlalu
panas saat akan dimasukan kedalam mulut, suhu yang diharapkan adalah
hangat. Tujuan dipanaskan adalah agar tidak berembun sewaktu pasien
bernafas.
o Evaluasi dan umumnya ditemukan perluasan ke pangkal lidah, arkus anterior-
posterior. [1,2]
d. Pemeriksaan Rhinoskopi posterior
o Menempatkan kaca kecil dalam orofaring dan permukaan kaca langsung
menghadap ke nasofaring.
o Sumber cahaya koaksial kembali diperlukan disini untuk mendapat iluminasi
dan visualisasi yang baik.
o Biasanya ditemukan adanya ekstensi ke nasofaring, permukaan atas palatum
mole. [4]
Pemeriksaan Penunjang
Biopsi ( diagnosis pasti )
Keganasan tonsil perlu diagnostik pasti dari patologi anatomi untuk memastikan
hal tersebut. Biopsi dilakukan pada massa tumor ( insisional ). [2]
Laboratorium
Disini kita lebih melihat pada fungsi hepar agar kita dapat mengetahui
kemungkinan riwayat minum alkohol. [2]
Radiologi
o CT scan leher dengan atau tanpa kontras untuk menilai metastasis luas tumor.
o CT scan thorax untuk menilai metastasis khususnya kedaerah paru-paru.
o MRI untuk menilai ukuran tumor dan invasi jaringan lunak. [2]

Zhaqqie ardany 19
Panendoskopi
Panendoskopi merupakan tindakan operatif endoskopi untuk memastikan
diagnosa dan staging dan mengetahui adanya synchronous primary tumor,
meliputi laringoskopi direk, esofagoskopi dan trakeo-bronkoskopi. [2]

Test Human Papilloma Virus ( HPV )


NCCN guidline merekomendasikan test HPV untuk menilai prognosis.
Pemeriksaan dilakukan menggunakan metode quantitative reverse transcriptase
PCR ( QRT-PCR ). [2]
Test Epstein-Barr Virus (EBV)
Pemeriksaan serologi IgA anti EA (early antigen) dan igA anti VCA (capsid
antigen) untuk infeksi virus E-B. [2]

Staging
Staging karsinoma tonsil menurut America Joint Comimitee on Cancer (AJCC) edisi
ke-6. Klasifikasi meliputi ukuran tumor primer (T), kejadian, ukuran, jumlah, dan
lokasi metastase regional (N), kejadian metastase jauh atau tidak (M). [1,2,4]
Staging ukuran tumor karsinoma tonsil
Tx : tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : tidak ada kejadian tumor primer
Tis : Karsinoma insitu
T1 : Diameter tumor 2 cm
T2 : Diameter tumor 2-4 cm
T3 : Diameter tumor > 4cm
T4a : Tumor meluas ke laring, otot-otot lidah yang lebih dalam atau ekstrinsik,
otot pterygoid medial, palatum durum atau mandibula.
T4b : Tumor meluas ke otot pterygoid lateral, lempeng pterygoid, nasofaring
lateral, basis crania atau arteri karotis.
Kejadian, ukuran, jumlah dan lokasi metastase regional
Nx : Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai
N0 : Tidak ada metastase ke kelenjar limfe regional
N1 : Metastase ke kelenjar limfe regional ipsilateral tunggal, diameter 3 cm

Zhaqqie ardany 20
N2 : Metastase ke kelenjar limfe regional ipsilateral tunggal, diameter 3-6 cm;
ke kelenjar limfe regional multiple diameter < 6 cm, kelenjar limfe bilateral atau
kontralateral, diameter < 6cm
N2a : Metastase ke kelenjar limfe regional ipsilateral tunggal, diameter 3-6 cm
N2b : Metastase ke kelenjar limfe regional multiple, diameter < 6 cm
N2c : Metastase ke kelenjar limfe bilateral atau kontralateral, diameter < 6 cm
N3 : Metastase ke kelenjar limfe, diameter > 6 cm
Metastase jauh
Mx : Metastase jauh tidak dapat dinilai
M0 : Tidak ada metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh

Tabel 2 TNM dan klasifikasi staging karsinoma tonsil


Stage 0 Tis N0 M0
Stage I T1 N0 M0
Stage II T2 N0 M0
Stage III T1,T2 N1 M0
T3 N0,N1 M0
Stage IVa T1,T2,T3 N2 M0
T4a N0,N1,N2 M0
Stage IVb T4b Any N M0
Any T N3 M0
Stage IVc Any T Any N M1

Penatalaksanaan
Prinsip terapi adalah pembedahan , radioterapi ataupun kombinasi keduanya
maupun kemoterapi. Pada dasarnya terapi didasarkan pada stadium tumor yaitu
berdasarkan ukuran tumor, ada atau tidaknya metastase ke kelenjar limfe,
ketersediaan fasilitas radioterapi atau bedah, keadaan umum pasien dan persetujuan
pasien. [4]
- Radioterapi
Pada tumor primer daerah leher, umumnya merupakan pilihan pertama.
Tergantung pada stadium tumor, radiooterapi kadang-kadag dikombinasikan dengan
kemoterapi. Hasilnya cukup baik, terutama pada karsinoma dengan stroma yang kaya
limfosit (dibandingkan dengan karsinoma-nasofaring). Gejala sampingan pada

Zhaqqie ardany 21
radioterapi tidak ringan. Mukositis akut akibat penyinaran yang pada umumnya
hampir selalu secara spontan menghilang, bisa menjadi begitu gawat, sehingga
diperlukan pemberian makanan buatan sementara. Dengan dimatikannya kelenjar-
kelenjar lendir dan liur yang berada di daerah penyinaran, keluhan mulut kering
(xerostomi) tetap ada. Radioterapi eksternal diikuti dengan radioterapi internal pada
tumor palatum molle, tumor tonsil dan dasar tonsil dapat merupakan alternatif yang
baik. [4]

- Pembedahan
Berupa reseksi tumor, sedapat mungkin dengan mengambil batas jaringan sehat
yang luas (1,5cm). Hampir selalu dilakukan reseksi tumor primer sekaligus
bersamaan dengan mengeluarkan kelenjar limfa leher. Di tempat reseksi timbul suatu
luka cacat yang luas, yang umumnya tidak dapat ditutup secara primer. Oleh karena
itu, digunakanlah jaringan dari tempat lain untuk menutup luka cacatnya. Untuk itu
umumnya dipakai kulit yang diberi tangkai pembuluh darah atau dari potongan kulit
berotot (misalnya, potongan myokutan dari muskulus pectoralis mayor).
Demikianlah tindakan bedah dengan akibat fungsional dan kosmetik yang besar.
Namun, sekarang dalam banyak kasus, dapa diperoleh hasil kosmetik dan fungsional
yang cukup memuaskan. [4]

- Penatalaksanaan paliatif
Ditujukan untuk menghilangkan gejala dan perbaikan atau mempertahankan
fungsi. Kemoterapi dalam hal ini dapat digunakan. Kemoterapi melalui pemberian
obat (bisa oral ataupun injeksi) berguna untuk membunuh sel kanker, dapat
menyusutkan tumor yang merupakan prioritas dari tindakan pembedahan.
Kemoterapi kanker tonsil biasanya menggunakan dua jenis pengobatan : 5-
flurouracil dan cisplatin. Dengan mengkonsumsi obat kombinasi, hasil
pengobatannya mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan denga pengobatan
dengan salah satu obat saja. Kemoterapi tidak sering digunakan sendiri pada
penanganan kanker tonsil. Penelitian membuktikan, walaupun begitu kombinasi
pengobatan kemoterapi dan radioterapi membantu dalam penyembuhan kanker tonsil
tingkat lanjut dengan menurunkan gejala klinis dari kanker tonsil. [4]

Zhaqqie ardany 22
1. Stadium I dan II
Dilakukan operasi ekstirpasi tumor dan diteruskan dengan radiasi.
2. Stadium III dan IV
Jika masih operable dilakukan operasi yang diikuti dengan kemoterapi dan
radiasi.[1,4]

Prognosis
Prognosis tergantung pada stadium tumor saat didiagnosis. Semakin lanjut
stadiumnya maka semakin jelek prognosisnya. Jika tumor sudah masuk ke dalam
jaringan, prognosis menjadi lebih jelek dan pada terapi sering harus diikuti dengan
diseksi leher. Survival rate selama 5 tahun pada pengobatan karsinoma tonsil
berdasarkan stadium tumor : [4,6]
o Stadium I : 80 %
o Stadium II : 70 %
o Stadium III : 40 %
o Stadium IV : 30%

BAB III
KESIMPULAN
Daerah orofaringeal dewasa ini banyak sekali ditemukan keadaan patologis oleh tumor.
Penyakit tonsil merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi dalam masyarakat. Nyeri
tenggorokan, infeksi saluran nafas atas dan penyakit telinga yang terkait adalah keluhan yang
paling sering ditemukan. Peranan tonsil dalam mekanisme pertahanan tubuh masih diragukan
meskipun fungsinya memproduksi sel-sel limfosit.
Tumor ganas tonsil dewasa ini banyak ditemukan dengan berbagai macam penyebab dan
dapat mengenai usia berapapun. Semakin awal ditemukan maka prognosanya akan lebih baik.

Zhaqqie ardany 23
Pada prinsipnya dalam menegakan diagnosa kita membutuhkan anamnesa yang baik,
pemeriksaan fisik yang tepat dan pemeriksaan penunjang yang sesuai. Penanganan dari masing-
masing tumor tonsil bervariasi tergantung jenis dan stadiumnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, George, dkk. 1997. BOEIS BUKU AJAR PENYAKIT THT edisi 6. Jakarta:EGC.
2. Ballenger JJ. Otorhinolaryngology. 1996. Penyakit Telinga, hidung, tenggorok, Kepala dan
lehr.Edisi 13. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Efiaty, nurbaiti dkk. 2010. Buku ajar ilmu kesehatan THT Kepala & Leher Edisi Keenam.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
4. Zakboek keel, neus, oorheelkunde. 2007.ilmu kesehatan tenggorok , hidung dan telinga edisi 12.. Jakarta
EGC.
5. Herawati sri, Rukimin sri. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Edisi
I. Jakarta ; EGC
6. Nagel Petrick, Gurkov Robert. 2012 . Dasar-Dasar Ilmu THT. Edisi 2. Jakarta :EGC
7. Stafford,Nicholas D, Young Robin. Atlas Bantu THT. Jakarta : Hipokrates ,1993
8. Lucente, Frank E.2011 Ilmu THT Esensial. Edisi 5.jakarta : EGC.
9. Abla Ghanie Irwan,2007. Atlas Berwarna:Tekhnik Pemeriksaan Kelainan Telinga Hidung
Tenggorok.Jakarta : EGC.

Zhaqqie ardany 24

Anda mungkin juga menyukai