BAB III Kajian Masalah
BAB III Kajian Masalah
CASE STUDY
KASUS
Pada Rumah sakit A dilakukan rapat dadakan oleh direktur pada kepala bidang
keperawatan dan kepala ruangan. Pada rapat tersebut direktur menetapkan aturan baru yaitu
setiap kepala ruangan wajib hadir paling lambat pukul 07.15 WIB dengan tujuan untuk
mempercepat proses ronde di ruangan sehingga asuhan keperawatan lebih cepat dilakukan
oleh perawat. Keputusan rapat tersebut tidak sesuai dengan kontrak kerja dimana jam masuk
paling lambat pukul 07.30 WIB. Kepala bidang perawatan dan kepala ruangan tidak
diperbolehkan menolak keputusan tersebut. Jika kepala ruangan terlambat maka sanksi yang
diberikan adalah SP2 dimana akibatnya insentif kepala ruangan tidak diberikan. Waktu
pulang kerja tetap seperti biasa yaitu pukul 15.00 WIB. Penambahan jam kerja tersebut tidak
dibarengi dengan penambahan jasa/ reward. Karena kepala ruangan tidak mau menerima
sendiri keputusan tersebut akhirnya memberikan instruksi kepada seluruh perawat yang dinas
pagi untuk ikut masuk paling lambat 07.15 WIB dan sanksi juga diterapkan pada perawat
yang terlambat. Keputusan tersebut tidak dirapatkan lagi pada perawat ruangan, tidak ada
surat keputusannya dan tidak disosialisasikan dengan baik, hanya instruksi lisan. Sanksi tetap
sama walau keterlambatannya berbeda. Akhirnya banyak perawat yang memperlama jam
datang kalo sudah merasa terlambat walau hanya 5 menit. Sehingga sering terjadi
keterlambatan operan.
.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. ANALISA KASUS
1. Pengkajian Masalah
Identifikasi masalah dari kepala keperawatan mengenai situasi perawat bawahannya.
dimana ditemukan permasalahan atau situasi sebagai berikut :
a. Kepala Keperawatan menerima perintah oleh direktur untuk memberlakukan jam
masuk kerja lebih awal 15 menit dari jam sebelumnya dengan ancaman jika tidak
melakukannya sesuai dengan perintahnya maka akan diberikan sanksi langsung
padahal jam kerja sudah overload berdasarkan undang-undang tenaga kerja.
b. Sanksi berlaku walaupun terlambat semenit.
c. Sosialisasi tidak ada, hanya instruksi langsung.
d. Kepala keperawatan memberlakuan aturan dibuat tanpa ada persetujuan dari
bawahan.
e. Sanksi terkait pemberlakuan aturan tidak sesuai dengan ketentuan/perjanjian kerja
dirumah sakit yaitu langsung mendapat surat peringatan kedua dan insentif tidak
keluar.
f. Kinerja perawat menurun karena pertukaran shift menjadi tidak efektif akibat aturan
baru.
g. Tidak ada reward
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan kasus diatas maka penulis membahas sesuai dengan framework perilaku
pemimpin yang efektif yaitu:
a. Pemimpin ini tidak melakukan gaya kepemimpinan yang efektif karena pola
komunikasi yang tidak efektif sehingga perawat tidak mematuhi peraturan yang dibuat.
b. Pemimpin terlalu berorientasi tugas tanpa mempertimbangkan kondisi perawat.
c. Pemimpin terlalu otoriter tanpa meminta dan mempertimbangkan pendapat bawahan.
KESIMPULAN