Anda di halaman 1dari 8

Tugas Geologi Indonesia

Paiyan Pandiangan

1. Bagaimana caranya memetakan geologi seluruh Indonesia?


Jawab:
Untuk mempermudah dan mempercepat pemetaan, terlebih dahulu dibuat
kelompok pemetaan dengan daerah masing-masing di seluruh Indonesia
Mempersiapkan peralatan seperti peta dasar, kompas, buku lapangan, meteran,
palu geologi, dan lain-lain.
Diperlukan banyak ahli geologi karena cakupppammya seluruh indnesia
Melakukan pengerjaan lapangan
1. Observasi dan Pengamatan
Secara umum, pekerjaan pemetaan geologi lapangan mencakup observasi
dan pengamatan singkapan batuan pada lintasan yang dilalui, mengukur
kedudukan batuan, mengukur unsur struktur geologi, pengambilan sampel
batuan, membuat catatan pada buku lapangan dan mem-plot data geologi
hasil pengukuran keatas peta topografi (peta dasar).
Singkapan
Informasi-informasi geologi permukaan pada umumnya diperoleh melalui
pengamatan (deskripsi) singkapan-singkapan batuan. Singkapan dapat
didefinisikan sebagai bagian dari tubuh batuan/urat/badan bijih yang
tersingkap (muncul) di permukaan akibat adanya erosi (pengikisan) lapisan
tanah penutupnya.
Singkapan-singkapan tersebut dapat ditemukan (dicari) pada bagian-bagian
permukaan yang diperkirakan mempunyai tingkat erosi/pengikisan yang
tinggi, seperti :
1. Pada puncak-puncak bukit, dimana pengikisan berlangsung intensif.

2. Pada aliran sungai, dimana arus sungai mengikis lapisan tanah penutup.

3. Pada dinding lembah, dimana tanah dapat dikikis oleh air limpasan.

4. Pada bukaan-bukaan akibat aktivitas manusia, seperti tebing jalan, sumur


penduduk, atau pada parit-parit jalan, tambang yang sudah ada.
Pengamatan-pengamatan yang dapat dilakukan pada suatu singkapan antara
lain :

1. Pengukuran jurus dan kemiringan (strike & dip) lapisan yang tersingkap.

2. Pengukuran dan pengamatan struktur-struktur geologi (minor atau major) yang


ada.

3. Pemerian (deskripsi) singkapan, meliputi kenampakan megaskopis, sifat-sifat


fisik, tekstur, mineral-mineral utama/sedikit/aksesoris, fragmen-fragmen, serta
dimensi endapan.

Lintasan (traverse)

Dalam melakukan pemetaan geologi yang sistematis, dibutuhkan lintasan-lintasan


pengamatan yang dapat mencakup seluruh daerah pemetaan. Perencanaan lintasan
tersebut sebaiknya dilakukan setelah gambaran umum seperti kondisi geologi regional
dan geomorfologi daerah diketahui, agar lintasan yang direncanakan tersebut efektif dan
representatif.

Pada prinsipnya, lintasan-lintasan yang dibuat pada aliran-aliran sungai atau jalur-jalur
kikisan yang memotong arah umum perlapisan, dengan tujuan dapat memperoleh variasi
litologi (batuan). Kadang-kadang juga diperlukan lintasan-lintasan yang searah dengan
jurus umum perlapisan dengan tujuan dapat mengetahui kemenerusan lapisan. Secara
umum lintasan (traverse) pemetaan ada 2 (dua), yaitu lintasan terbuka dan lintasan
tertutup. Lintasan terbuka mempunyai titik awal dan titik akhir yang tidak sama,
sedangkan lintasan tertutup bersifat loop (titik awal dan titik akhir sama).

Namun yang perlu (penting) diperhatikan, informasi-informasi yang diperoleh dari


lintasan-lintasan yang dibuat dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan korelasi
(interpretasi) batas satuan-satuan litologi.

Selain itu, ada juga metode pemetaan yang dikenal sebagai lintasan kompas dan
pengukuran penampang stratigrafi. Lintasan kompas (measured section atau tali kompas)
dilakukan dengan tujuan membuat penampang (topografi dan litologi) di sepanjang
lintasan. Sedangkan pengukuran penampang stratigrafi dilakukan untuk mengetahui
ketebalan, struktur perlapisan, variasi satuan litologi, atau mineralisasi dengan detail
(rinci). Umumnya pengukuran penampang stratigrafi dilakukan pada salah satu lintasan
kompas yang dianggap paling lengkap memuat informasi litologi keseluruhan wilayah.

Interpretasi dan informasi data

Informasi-informasi yang dapat dipelajari atau dihasilkan dari kegiatan pemetaan


geologi/alterasi antara lain :

1. Posisi atau letak singkapan (batuan, urat, atau batubara).


2. Penyebaran, arah, dan bentuk permukaan dari endapan, bijih, atau batubara.

3. Penyebaran dan pola alterasi yang ada.

4. Variasi, kedudukan, kontak, dan ketebalan satuan litologi (stratigrafi atau formasi).

5. Struktur geologi yang mempengaruhi kondisi geologi daerah.

6. Informasi-informasi pendukung lainnya seperti geomorfologi, kondisi geoteknik


dan hidrologi.

7. Bangunan-bangunan, dll.

Sedangkan dalam melakukan interpretasi tersebut, beberapa kaidah dasar geologi perlu
diperhatikan, antara lain :

1. Efek fisiografis ; berhubungan dengan topografi dan morfologi.

2. Zona-zona mineralogis ; berhubungan dengan batas zona endapan/bijih, zona pelapukan,


dan zona (penyebaran) alterasi.

3. Aspek stratigrafi dan litologi ; berhubungan dengan perlapisan batuan, zona-zona intrusi,
dan proses sedimentasi.

4. Aspek struktur ; berhubungan dengan ketidak selarasan, patahan, lipatan, zona kekar,
kelurusan-kelurusan, dll.

Dari hasil pemetaan geologi/alterasi yang baik, maka dapat memberikan manfaat antara
lain :

1. Daerah (zona) pembawa bijih (zona endapan) dapat diketahui (diperkirakan).


2. Dapat disusun model geologi endapan yang bersangkutan.

3. Pekerjaan eksplorasi yang berlebihan (di luar zona bijih/endapan) dapat dihindarkan
(efisiensi).

4. Daerah-daerah yang belum dieksplorasi (dipelajari) dapat diketahui dengan pasti.

Catatan hasil observasi lapangan biasanya dibuat dengan menggunakan


terminologi deskripsi batuan yang baku terutama dalam penamaan batuan. Tatanama
batuan dan pengelompokkan satuan batuan harus mengikuti aturan Sandi Stratigrafi.
Pada dasarnya, peta geologi disusun dan diolah di lapangan melalui kegiatan lapangan,
kemudian disempurnakan setelah dibantu dengan hasil analisa di laboratorium (petrologi
/ petrografi, paleontologi, radiometri dsb), analisa struktur dan studi literatur dan data
sekunder.

Semua hasil pekerjaan lapangan yang berupa hasil pengukuran kedudukan


batuan, lokasi-lokasi singkapan batuan dan unsur-unsur geologi lainnya harus diplot pada
peta dasar dan pekerjaaan analisis terhadap hubungan antar batuan atau satuan batuan
juga harus dilakukan dan dipecahkan di lapangan. Hal-hal yang tidak dapat dikerjakan dan
dilakukan di lapangan, seperti misalnya analisa paleontologi, analisa petrografi, maupun
analisa sedimentologi, maka diperlukan pengambilan contoh batuan guna keperluan
analisis di laboratorium.

Hasil akhir dari suatu pemetaan geologi lapangan adalah suatu peta geologi
beserta penampang geologinya yang mencakup uraian dan penjelasan dari bentuk bentuk
bentang alam atau satuan geomorfologinya, susunan batuan atau stratigrafinya, struktur
geologi yang berkembang beserta gaya yang bekerja dan waktu pembentukannya dan
sejarah geologinya.

Langkah-langkah Pelaksanaan Pemetaan

1. Persiapan : pengetahuan dasar, ATK, peta, formulir kerja, buku lapangan, palu,
kompas, loupe, HCL, kantong sample, dan peralatan pribadi.
2. Kerja lapangan : lakukan metode pemetaan seperti orientadi lapangan, lintasan
kompas dan pita ukur. Deskripsi singkapan batuan yang ada, hitung kekar dan
sesar (apabila ada).
3. Kerja studio : dilakukan di laboratorium untuk analisis petrografi, analisis fosil,
dll setelah itu susun laporan pemetaan.

2. Bagaimana caranya
Jawab:
Plate motion from magnetic stripes
Plate reconstructions in the recent geological past mainly use the pattern
of magnetic stripes in oceanic crust to remove the effects of seafloor spreading.
The individual stripes are dated from magnetostratigraphy so that their time of
formation is known. Each stripe (and its mirror image) represents a plate boundary
at a particular time in the past, allowing the two plates to be repositioned relative
to one another. The oldest oceanic crust is Jurassic, providing a lower age limit of
about 175 Ma for the use of such data. Reconstructions derived in this way are
only relative.
Paleomagnetik pole data
Paleomagnetik adalah studi tentang rekaman medan magnetik bumi dalam
batuan. Mineral-mineral tertentu dalam batuan menunjukkan rekaman arah dan
intensitas medan magnet pada waktu terbebtuknya batuan. Rekaman ini
menyediakan informasi keadaan medan magnetik bumi pada masa lampau dan
keberadaan lempeng tektonik pada waktu itu. Rekaman pembalikan arah
geomagnetik terawetkan dalam batuan vulkanik dan sedimen. Batuan dapat
menjaga kestabilan rekaman arah medan geomagnetik. Berdasarkan arah
magnetisasi ini dapat dihitung posisi kutub magnetik pada waktu itu, yang disebut
dengan Virtual Geomagnetic Pole(VGP). Dalam suatu benua, batuan-batuan
dengan umur berbeda memberikan posisi VGP rata-rata yang berbeda pula.
Kenampakan pergeseran kutub terhadap waktu disebut dengan Apparent Polar
Wander (APW). Dengan menghubungkan posisi-posisi VGP rata-rata dari periode
waktu yang berbeda pada berbagai tempat dalam benua yang sama dapat ditarik
garis yang disebut jalur APW (William, 2007:18).
3. Bagaimana konsep mementukan potensi sumber daya geologi?
Untuk menentukan potensibsumber daya geologi suatu daerah harus dengan melakukan
pemetaan terlebih dahulu kemudian melakukan eksplorasi.
Tahapan Eksplorasi
Eksplorasi pada cebakan cebakan mineral selalu dilakukan secara bertahap.
Sistem bertahap ini dilakukan untuk mengurangi suatu resiko eksplorasi. Selain itu sistem
ini dihubungkan dengan metode eksplorasi yang digunakan. Menurut Peters, 1978 dalam
Koesomadinata, 2000 tahapan eksplorasi modern adalah suatu strategi eksplorasi
modern meliputi 2 tahapan eksplorasi dengan sub-tahapannya, dimana pada setiap
tahapan memberikan kesempatan untuk pengambilan keputusan serta penyempurnaan
model eksplorasi serta petunjuk geologi yang lebih relevan. Tahapan ini dapat dibagi
menjadi beberapa bagian antara lain:
1 Tahapan Rancangan Eksplorasi (Exploration Design Stage)
Rancangan eksplorasi ini antara lain menyangkut tentang review literatur , geologi
regional, citra landsat, interpretasi foto udara. Selain itu juga mencakup tentang model
eksplorasi sebagai hipotesa kerja penentuan strategi dan pemilihan metoda eksplorasi.
2 Tahapan Eksplorasi Tinjau Tingkat Strategis (Reconnaissance Exploration
Stage Strategic Phase)
Pada tahap ini dibagi menjadi 3 tahajp antara lain :
2.1 Penilaian Regional (Regional Apprasisal)
Penilaian regional ini berdasarkan data dan studi pustaka yang ada.
2.2 Peninjauan Daerah (Area Reconnaissance)
Peninjauan daerah ini dilakukan dengan melakukan survei daerah. Survei ini dapat
menggunakan survei udara seperti surveidan analisa foto udara, survei dan analisa
aeromagnetic. Sedangkan survei darat berupa lintasan lintasan dengan metoda geologi
atau non geologi, pengambilan batuan perconto di sungai (stream sampling), dan
sebagainya. Tahapan ini menghasilkan daerah daerah prospek dengan peta skala 1 :
100.000 200.000.
2.3 Pemilihan Sasaran (Target Selection)
Tahap ini merupakan akhir dari semua tahapan eksplorasi tinjau tingkat
strategis. Tahap ini menindaklanjuti tahap peninjauan daerah dengan sitem metoda
geologi berupa : prospeksi batuan di sungai seperti float mapping and sampling, stream
sediment sampling, dan rock sampling. Kadangkala bersamaan dengan pembuatan
paritan, pemboran dangkal dan metoda geofisika seperti survei magnetic, gravitasi,
seismik dan reflaksi seseuai dengan petunjuk geologi.
3 Tahapan Eksplorasi Rinci Tingkat Taktis (Detail Exploration Stage Tactical
Phase)
Tahapan ini dibagi menjadi 3 tahapan yaitu :
3.1 Penyelidikan Permukaan Rinci (Detail Surface Investigation)
Tahap ini berupa penciutan daerah prospek dengan peta skala 1:5000 1:1000. Kegiatan
pada
tahap ini antara lain berupa pemetaan geologi rinci , surve geokimia rinci, pembuatan
paritan dan sumur uji dan survei geofisika rinci dan pengambilan beberapa contoh batuan
hasil pemboran.
3.2 Penyelidikan Bawah permukaan Rinci (Detail Subsurface Investigation)
Pada tahap ini berupa pembuatan terowongan eksplorasi, pengeboran core
logging yang lebih rapat, pengukuran geophysical logging, penentuan cadangan
pendahuluan dan pengambilan contoh secara sistimatis
3.3 Penemuan / Bukan Penemuan (Discovery / Nondiscovery)

Pada tahap ini faktor faktor teknik penambangan, teknik ekstraksi metalurgi, kebutuhan
energi dalam penambangan serta penilaian ekonomis (feasibility studies) dilakukan agar
dapat diketahui suatu prospek dapat ditambang atau tidak.

4. Tahapan Evaluasi dan Pra Produksi ( Evaluation and Preproduction Stage)

Tahap ini merupakan tahap akhir sebelum dilakukan penambangan suatu daerah. Tahap
ini berupa evaluasi keseluruhan dari kegiatan produksi. Selain itu tahap ini juga
merancang kegiatan penunjang selama pertambangan seperti pembuatan jala,
pembuatan kantor dan mess pekerja, pembuatan pelabuhan dan pabrik metalurgi.
Contoh: eksplorasi migas offshore
4. Bagaimana konsep menentukan potensi kebencanaan geologi?
Konsep Peta Risiko

Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat


ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat dilakukan
dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan berbasis Sistem
Informasi Geografis (SIG). Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana
menjadi dasar yang kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat
diaplikasikan kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara
spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas dan peta risiko
bencana.

Peta Ancaman adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang
menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya tertentu.
Misalnya : Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi Merapi, Peta bahaya longsor,
Peta kawasan Rawan Banjir
Peta Kerentanan adalah : gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi
yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-
aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat mengakibatkan risiko bencana.
Contoh : Peta kerentanan penduduk, peta kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan,
peta kerentanan lokasi

Peta Kapasitas adalah : gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi
yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang dapat
mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat peringatan dini,
peta evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis, peta tingkat ekonomi
masyarakat.

Peta Risiko Bencana adalah :gambaran atau representasi suatu wilayah atau
lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan
adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu
wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana longsor, peta risiko
bencana gempa.

Dalam metode anlisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan peta
risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator masing-masing
anlisis risiko.

Misalnya Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi


patahan, struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai