Anda di halaman 1dari 11

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR


NOMOR 9 TAHUN 2012

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN PASAR


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR,

Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan perkembangan, kemajuan dan


ketersediaan sarana serta prasarana yang ada cukup
potensial untuk dikelola secara optimal dan profesional
sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap
peningkatan pendapatan asli daerah;

b. bahwa terhadap peraturan dan pelayanan pasar di


Kabupaten Kotawaringin Timur perlu dipungut retribusi
pasar;

c. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28


Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
perlu dilakukan penyesuaian atas Retribusi Pelayanan
Pasar;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


pada huruf a, b dan c tersebut diatas, perlu diatur dan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan


Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran
Negara Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 1820) ;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang kitab


Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara
Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3209) ;

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang


Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4255);

1
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerinntahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844) ;

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438) ;

8. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha


Mikro, Kecil dan Menengah (Lembaran Negara Tahun 2008
Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4866);

9. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun
2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5049);

10.Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan ( Lembaran
Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5234 );

11.Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4578);

12.Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang


Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupatan/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

13.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang


Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4738);

14.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011


tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

15.Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 2


Tahun 2008 tentang Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun
2008 Nomor 3,) ;

2
16.Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 6
Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Yang
menjadi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Kotawaringin
Timur ( Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur
Tahun 2008 Nomor 9,Tambahan Lembaran Daerah Nomor
42);

17.Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor


19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur ( Lembaran Daerah
Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2008 Nomor 22);
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2012 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Nomor 19 Tahun 2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur (Lembaran Daerah Kabupaten
Kotawaringin Timur Tahun 2012 Nomor 3);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR
dan
BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN


PASAR.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal I

Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Kotawaringin Timur ;

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan


oleh Pemerintah Daerah Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut
asas otonomi dan tugas Pembantuan dengan Prinsip Otonomi seluas-
luasnya dalam system dan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945 ;

3. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur


penyelenggara Pemerintahan Daerah ;

4. Pemerintah adalah Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur ;

5. Bupati adalah Bupati Kotawaringin Timur sebagai unsur Penyelenggara


Pemerintahan Daerah ;

6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah


Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur
sebagai unsur penyelanggara Pemerintahan Daerah ;

3
7. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang
retribusi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku ;

8. Tempat berjualan adalah tempat di dalam bangunan pasar dan atau


halaman pasar yang khusus disediakan untuk melakukan kegiatan usaha
berbentuk Toko, Kios, Los dan salasar.

9. Pedagang adalah orang yang memakai tempat untuk berjualan Barang


maupun Jasa secara tetap maupun tidak tetap.

10.Kas Daerah adalah Kas Daerah yang ada pada Bank Pembangunan
Kalimantan Tengah Cabang Sampit ;

11.Pasar adalah tempat bertemunya antara pihak penjual dan pembeli untuk
melaksanakan transaksi, dimana proses jual beli terbentuk, yang menurut
kelas mutu pelayanan dapat di golongkan menjadi pasar tradisional dan
pasar modern, serta menurut sifat pendistribusiannya dapat digolongkan
Pasar Eceran dan Pasar Perkulakan / Grosir ;

12.Fasilitas Umum adalah fasilitas pasar yang disediakan oleh Pemerintah


Daerah maupun swasta untuk kepentingan hajat hidup masyarakat
pengguna;

13.Kios adalah bangunan di pasar yang beratap dan dipisahkan satu dengan
yang lainnya dengan dinding pemisah mulai dari lantai sampai dengan
langit-langit yang dipergunakan untuk usaha berjualan ;

14.Los adalah bangunan tetap di dalam lingkungan pasar berbentuk


bangunan memanjang tanpa dilengkapi dinding ;

15.Warung adalah tempat perorangan melakukan penjualan berbagai


keperluan sehari-hari pada suatu tempat ;

16. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan ;

17.Retribusi Pelayanan Pasar adalah Penyediaan fasilitas pasar


tradisional / sederhana, Berupa salasar, Los, Kios yang dikelola
Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.

18.Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah Penyediaan fasilitas


pasar Grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan yang
dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

19.Wajib Retribusi adalah orang pribadi dan / atau badan yang menurut
peraturan perundang -undangan diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi daerah ;

20.Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat


disingkat SPORD, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk
melaporkan data objek retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar
penghitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi daerah ;

21.Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD


adalah surat penetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi
terutang ;

4
22.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang
selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT adalah surat penetapan yang
menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang harus dibayar ;

23.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya dapat


disingkat SKRDLB adalah surat penetapan yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar
daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang ;

25.Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat STRD


adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/ atau sanksi
administrasi berupa bunga dan atau denda ;

26.Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan keberatan terhadap


SKRD, SKRDKBT, SKRDLB atau terhadap pemotongan atau pungutan oleh
pihak ketiga yang diajukan oleh wajib retribusi ;

BAB II

NAMA, OBYEK DAN WAJIB RETRIBUSI

Pasal 2

Nama Retribusi Pelayanan Pasar dipungut retribusi atas pelayanan


penyediaan fasilitas pasar tradisional / sederhana yang berupa los, kios/toko
dan sarana lainnya yang disediakan dan dikelola oleh Pemerintah Daerah,
dan khusus disediakan untuk pedagang.

Pasal 3

Obyek Retribusi Pelayanan Pasar adalah penyediaan fasilitas pasar


tradisional/sederhana, berupa pelataran, ruko, los, kios, dan tenda bakulan
yang dikelola Pemerintah Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang.

Pasal 4

(1) Subjek Retribusi adalah Orang Pribadi dan atau Badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan penyediaan fasilitas pasar.
(2) Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi, termasuk pemungut atau pemotong Retribusi Pelayanan Pasar.

BAB III

GOLONGAN RETRIBUSI

Pasal 5

Retribusi Pelayanan Pasar digolongkan sebagai retribusi jasa umum.

BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA

Pasal 6

Tingkat penggunaan jasa Retribusi Pelayanan Pasar diukur berdasarkan jenis


pasar, jenis fasilitas pasar, frekwensi penggunaan, jangka waktu pemakaian
fasilitas pasar, serta sarana dan prasarana yang digunakan dalam penyediaan
layanan.

5
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi
dimaksud ditetapkan dengan mempertimbangkan biaya penyelenggaraan
penyediaan pelayanan fasilitas pasar dengan mempertimbangkan
kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya penyusutan,
biaya bunga pinjaman, biaya operasional dan pemeliharaan.
.

BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI

Pasal 8

Besarnya tarif retribusi pelayanan pasar ditetapkan sebagai berikut :

1. Pasar Bangunan khusus Permanen


a. Pemakaian tempat
- Toko/kios lantai 1 = Rp. 650,- / M2 / Hari
- Toko/kios lantai 2 = Rp. 550,- / M2 / Hari
- Salasar lantai 1 = Rp. 400,- / M2 / Hari
- Salasar lantai 2 = Rp. 300,- / M2 / Hari
b Pemakaian Tempat Ruang Promosi = Rp.5.000,- / M2 / Hari
c Pemakaian MCK
- Mandi = Rp. 2.000,-/orang
- Buang Air Kecil/Besar = Rp .1.000,-/orang

2. Bangunan diluar pasar khusus


a Pemakaian Tempat di lingkungan pasar induk
- Kios = Rp. 250,-/M2 / Hari
- Los = Rp. 200,-/M2 / Hari
b Diluar pasar induk dalam kota sampit
- Kios = Rp. 225,-./M2 / Hari
- Los = Rp. 150,- /M2 / Hari

3. Pasar Bangunan semi permanen


a Pemakaian tempat (pasar dikecamatan)
Pasar di ibukota kecamatan
- Kios = Rp. 150,-/M2 / Hari
- Los = Rp. 100,-/M2 / Hari
b Pasar diluar ibukota kecamatan
- Kios = Rp 100,- / M2 /Hari
- Los = Rp. 75,-/M2 / Hari
4. Pasar yang menggunakan fasilitas umum lainnya.
Lokasi/areal tertentu
- Pedagang Dadakan = Rp.2.500,-/ Hari.
- Pedagang Lapak = Rp.1.000,- /Hari.

6
BAB VII
PENINJAUAN TARIF RETRIBUSI

Pasal 9

(1) Tarif Retribusi ditinjau kembali paling lama 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Peninjauan tarif Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan memperhatikan indeks harga dan perkembangan perekonomian.
(3) Perubahan struktur dan besarnya tarif sebagai akibat peninjauan kembali
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB VIII
WILAYAH PUNGUTAN

Pasal 10

Retribusi yang terhutang dipungut diwilayah penyediaan fasilitas pasar secara


khusus dan dimana fasilitas umum itu diberikan.

BAB IX
SAAT RETRIBUSI TERUTANG

Pasal 11

Retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya Surat Ketetapan Retribusi


Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB X
SURAT PENDAFTARAN

Pasal 12

(1).Wajib Retribusi wajib mengisi Surat Pemberitahuan Daftar Obyek


Retribusi Daerah ( SPDORD ).
(2).Surat Pemberitahuan Daftar Obyek Retribusi Daerah (SPDORD)
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan
lengkap serta ditandatangani oleh wajib Retribusi atau kuasanya.
(3). Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian Surat
Pemberitahuan Daftar Obyek Retribusi Daerah (SPDORD)/ sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk.

BAB XI
PENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 13

(1). Berdasarkan Surat Pemberitahuan Daftar Obyek Retribusi Daerah


(SPDORD) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) ditetapkan
retribusi terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah
( SKRD ) atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2). Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk karcis, kupon, atau kartu langganan.
(3). Bentuk, isi, dan tata cara penertiban SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.

7
BAB XII
TATA CARA PEMUNGUTAN

Pasal 14

(1). Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan


(2). Retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi
Daerah (SKRD) atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3). Pemungutan Retribusi dilaksanakan petugas yang ditunjuk oleh
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk berdasarkan peraturan.

BAB XIII
SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 15

Wajib Retribusi yang tidak membayar tepat pada waktunya dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi
yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan
Surat Tagihan Retribusi Daerah ( STRD).

BAB XIV
TATA CARA PEMBAYARAN

Pasal 16

(1). Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.


(2). Pembayaran retribusi dilakukan di kas daerah atau ditempat lain yang
ditunjuk sesuai waktu yang ditentukan dengan menggunakan SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
(3). Dalam hal pembayaran dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, maka
hasil penerimaan retribusi daerah harus disetor ke kas daerah paling
lambat 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan oleh Bupati.
(4). Retribusi yang terutang dilunasi paling lambat 15 (lima belas) hari sejak
diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan STRD.
(5). Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur
dengan Peraturan Bupati.

BAB XV
TATA CARA PENAGIHAN

Pasal 17

(1). Apabila wajib retribusi tidak membayar atau kurang membayar retribusi
yang terutang sebagaimana dimaksud dalam pasal 16, Bupati atau
pejabat yang ditunjuk dapat melaksanakan penagihan atas retribusi yang
terutang dengan menggunakan STRD atau surat lain yang sejenis.
(2). Penagihan Retribusi Terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
didahului dengan Surat Teguran.
(3). STRD atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan
penagihan retribusi dikeluarkan segera setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh
tempo.
(4). Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah STRD atau surat lain yang sejenis
dikeluarkan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.
(5). Tata cara pelaksanaan penagihan Retribusi diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati.

8
BAB XVI
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 18

(1). Bupati dapat memberikan pengurangan keringanan dan pembebasan


retribusi.
(2). Pengurangan, keringanan dan pembebasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan Wajib
Retribusi.
(3). Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan
Peraturan Bupati.

BAB XVII
PENGHAPUSAN PIUTANG RETRIBUSI YANG KEDALUWARSA

Pasal 19

(1). Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kedaluwarsa setelah


melampaui waktu 3 ( tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya
retribusi, kecuali jika Wajib Retribusi melakukan tindak pidana
dibidang retribusi.
(2). Kedaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1)
tertangguh jika :
a. Diterbitkan surat teguran atau ;
b. Ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi, baik langsung
maupun tidak langsung.
(3). Dalam hal diterbitkan surat teguran sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a, Kedaluwarsa penagihan dihitung sejak tanggal
diterimanya surat teguran tersebut.
(4). Pengakuan utang retribusi secara langsung sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b , adalah Wajib Retribusi dengan kesadarannya
menyatakan masih mempunyai utang Retribusi dan belum
melunasinya kepada Pemerintah Daerah.
(5). Pengakuan utang Retribusi secara tidak langsung sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dapat diketahui dari pengajuan permohonan
angsuran atau penundaan pembayaran dan permohonan keberatan oleh
Wajib Retribusi.

Pasal 20

(1). Piutang Retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2). Bupati menetapkan Keputusan Penghapusan Piutang Retribusi yang
sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3). Tata cara penghapusan piutang Retribusi yang sudah kedaluwarsa diatur
dengan Peraturan Bupati.

BAB XVIII
INSENTIF PEMUNGUTAN

Pasal 21.

(1). Instansi yang melaksanakan pemungutan Retribusi dapat diberi insentif


atas dasar pencapaian kinerja.
(2). Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
(3). Tata cara pemberian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati.

9
BAB XIX
KETENTUAN PIDANA

Pasal 22

(1). Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibanya sehingga


merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3 (tiga) kali
jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2). Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pelanggaran.
(3). Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Penerimaan
Negara.

BAB XX

PENYIDIKAN

Pasal 23

(1). Pejabat pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah


diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan
tindak pidana dibidang perpajakan daerah atau retribusi daerah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah ;


a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau
laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah
agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ;
b. Meneliti, mancari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah ;
c. Menerima keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan
sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah ;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah ;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah ;
g. Menyuruh berhenti dan /atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan
memeriksa identitas orang dan / atau dokumen yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada huruf e ;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi
daerah ;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai
tersangka atau saksi ;
j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana retribusi daerah sesuai dengan ketentuan Peraturan
perundang undangan yang berlaku.

(3). Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan


dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum melalui Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1981.

10
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 24.

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah


Kabupaten Kotawaringin Timur Nomor 2 Tahun 2004 tentang Retribusi
Pasar serta Peraturan-peraturan yang ada dibawahnya dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 25.

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.


Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kabupaten Kotawaringin Timur.

Ditetapkan di Sampit
pada tanggal, 11 Juni 2012

BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR,

CAP/TTD

SUPIAN HADI

Diundangkan di Sampit
pada tanggal, 11 Juni 2012.

SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR,

CAP/TTD

PUTU SUDARSANA

Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Timur Tahun 2012 Nomor 9

11

Anda mungkin juga menyukai