Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ina Munawaroh

NIM : 4001150069

Tugas SKN : Ulasan Ilmiah

DILEMA PEMANFAATAN CSR PERUSAHAAN ROKOK DALAM


UPAYA PEBIAYAAN FASILITAS KESEHATAN

Istilah Corporate Social Responsibility (CSR) erat kaitannya dengan masyarakat dan
perusahaan-perusahaan besar. Pada dasarnya CSR merupakan bentuk kontribusiperusahaan
untuk keberlangsungan kehidupan masyarakat di sekitarnya, baik secarasosial, ekonomi dan
lingkungan masyarakat.

Secara harfiah CSR diartikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan
menurut World Bank, CSR adalah komitmen dari bisnis untuk berkontribusi bagi pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehingga berdampak baik
bagi bisnis sekaligus baik bagi kehidupan sosial. Para pengamat bisnis juga ada yang
mengartikan CSR sebagai bentuk komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara
legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas
hidup dari karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat secara lebih luas.

Di dalam Undang Undang Pasal 74, perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan yang
kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam. Selanjutnya Pasal 74
juga mengatur bahwa tanggung jawab sosial ini merupakan kewajiban perseroan yang
dianggarkan khusus dan diakui sebagai biaya perseroan. Bagi yang melanggar akan dikenai
sanksi sesuai dengan ketentuan ketentuan perundang undangan.
Manfaat CSR Bagi Masyarakat

CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat, ini akan sangat tergantung dari
orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah. Studi Bank Dunia
(Howard Fox, 2002) menunjukkan, peran pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi
pengembangan kebijakan yang menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik
bagi pelaku CSR, menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi. Untuk
Indonesia, bisa dibayangkan, pelaksanaan CSR membutuhkan dukungan pemerintah daerah,
kepastian hukum, dan jaminan ketertiban sosial. Pemerintah dapat mengambil peran penting
tanpa harus melakukan regulasi di tengah situasi hukum dan politik saat ini. Di tengah persoalan
kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami Indonesia, pemerintah harus berperan sebagai
koordinator penanganan krisis melalui CSR (Corporate Social Responsibilty). Pemerintah bisa
menetapkan bidang-bidang penanganan yang menjadi fokus, dengan masukan pihak yang
kompeten. Setelah itu, pemerintah memfasilitasi, mendukung, dan memberi penghargaan pada
kalangan bisnis yang mau terlibat dalam upaya besar ini. Pemerintah juga dapat mengawasi
proses interaksi antara pelaku bisnis dan kelompok-kelompok lain agar terjadi proses interaksi
yang lebih adil dan menghindarkan proses manipulasi atau pengancaman satu pihak terhadap
yang lain. Intinya manfaat CSR bagi masyarakat yaitu dapat mengembangkan diri dan usahanya
sehingga sasaran untuk mencapai kesejahteraan tercapai.

Manfaat CSR Bagi Perusahaan

Meningkatkan Citra Perusahaan dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih
mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi
masyarakat, memperkuat brand perusahaan melalui kegiatan memberikan product knowledge
kepada konsumen dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran
konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi brand
perusahaan. mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan
dalam melaksanakan kegiatan CSR. Perusahaan tentunya tidak mampu mengerjakan sendiri, jadi
harus dibantu dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan
universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku
kepentingan tersebut membedakan Perusahaan dengan pesaingnya
Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai kesempatan menonjolkan
keunggulan komparatifnya sehingga dapat membedakannya dengan pesaing yang menawarkan
produk atau jasa yang sama.

Saat ini kebutuhan akan CSR pada suatu perusahaan sudah tidak terelakan lagi.
Keberlangsungan suatu perusahaan sangat ditentukan dengan berjalan dengan baiknya CSR yang
dimiliki. Namun bagaimana dengan CSR perusahaan rokok? Di sinilah letak dilema yang terjadi.
Ketika perusahaan rokok memiliki reputasi yang baik dan terus-menerus dipertahankan. Jika di
lihat dari sisi kesehatan merokok dapat membahayakan kesehatan, apakah masyarakat bisa
semakin sadar akan bahaya merokok?\

Baik perokok atau pun bukan perokok, semua sudah tahu bahwa rokok adalah barang
yang merusak kesehatan. Menurut statistik yang dikutip dari artikel Business Week tersebut,
dikatakan bahwa di Indonesia, ada 200.000 orang yang meninggal akibat merokok setiap
tahunnya. Biaya kesehatan untuk mengobati penyakit yang terkait merokok mencapai Rp2,9
triliun hingga Rp6 triliun per tahun atau setara 0,12%-0,29% dari produk domestik bruto. Maka
dari itu, gerakan membangun kesadaran tentang bahaya merokok pun semakin besar dalam lima
tahun terakhir ini. Majelis Ulama Indonesia (MUI), pada awal tahun 2009 telah mengeluarkan
fatwa yang me-labeli rokok sebagai barang haram bagi wanita hamil, anak-anak, ulama MUI,
dan perokok di tempat-tempat umum. Begitu juga kampanye untuk menghapuskan iklan dan
sponsor rokok semakin gencar. Ditambah lagi fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid PP
Muhammadiyah tentang Hukum Merokok tanggal 9 Maret 2010 yang lalu, yang menyatakan
bahwa rokok adalah haram untuk dikonsumsi. Koalisi LSM Anti-Rokok dikabarkan pernah
mendemo konser penyanyi seorang artis terkenal karena disponsori perusahaan rokok. Koalisi ini
juga terus menempuh jalur peradilan untuk melakukan judicial review terhadap Undang-Undang
Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 agar iklan rokok dilarang di seluruh media penyiaran. Salah
satu tujuannya agar menghapuskan citra merokok sebagai bagian dari budaya atau sesuatu yang
wajar untuk dilakukan.

Dari penjabaran di atas perusahaan yang mengundang banyak kontroversi dan harmful
industries seperti rokok tersebut seharusnya diatur khusus oleh undang undang untuk
melakukan program CSR. Kesadaran publik untuk meningkatkan kesehatan melalui kampanye
anti rokok serta peringatan pemerintah tentang bahaya rokok yang telah menghabiskan anggaran
yang besar akan menjadi sia sia jika program CSR perusahaan jenis ini tidak diatur secara
khusus. Seperti yang dijelaskan di atas tentang akan terciptanya dampak Promote long-term
profits for business and Improves business value and reputation (Lawrence et.al, 2008) di dalam
perusahaan yang menjalankan program CSR akan menjadi senjata iklan paling ampuh. Larangan
iklan rokok yang telah diberlakukan di berbagai tempat, media dan daerah hanya akan jadi
pajangan jika program CSR perusahaan rokok tetap diperbolehkan. Karena iklan CSR
perusahaan rokok itu yang menurut Jalal, 2008 akan menjadi greenwash (pengelabuan citra) dan
mendominasi serta memberikan multiflier effect keuntungan bisnis untuk perusahaan itu sendiri.
Arief Rahman Hakim seorang pakar pendidikan mengatakan bahwa program beasiswa
perusahaan rokok seharusnya tidak diambil. Dilematis memang, pada saat yang bersamaan
banyak masyarakat yang memerlukan. Begitu juga program CSR perusahaan rokok yang
membantu membangun desa, membangun gedung sekolah dan perkuliahan.

Menurut hemat penulis, jika memang sementara ini belum dapat menutup perusahaan rokok,
paling tidak aturan CSR perusahaan rokok dapat dalam format-format sebagai berikut:

1. Kegiatan CSR perusahaan ini tidak boleh dipublikasikan


2. Kegiatan CSR perusahaan ini tidak mengarah kepada promosi kepentingan bisnis perusahaan
3. Kegiatan CSR perusahaan dihapus dan digantikan dengan porsi pembayaran pajak yang lebih
tinggi

Perusahaan rokok harus mampu menjaga lingkungan sekitar kebun tembakau yang
dimiliki dan keberlangsungan sosial disekitarnya. Rokok merupakan salah satu produk yang
paling besar dikonsumsi oleh masyarakat. Bahkan ada yang bilang rokok merupakan salah satu
penyumbang besar devisa bagi negara ini. Oleh karenanya untuk menjaga itu semua CSR sangat
berguna bagi perusahaan

Dalam perspektif Dina Kania, Staf Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak),
bagaimanapun CSR perusahaan rokok tak dapat dilepaskan dari upaya mereka membangun citra
korporasi yang positif sebagai perusahaan yang peduli. "Ini strategi membeli simpati masyarakat
sehingga jika ada upaya pengendalian tembakau, masyarakat dululah yang membela industri
rokok,11 ujar Dina." Sulit terbantahkan perusahaan rokok termasuk yang paling aktif dalam
melaksanakan CSR di berbagai bidang dan termasuk yang memiliki hubungan yang baik dengan
masyarakat. "CSR bukan aktivitas public relations. Jika aktivitas tersebut membuat perusahaan
memiliki reputasi yang baik di mata masyarakat, itu semata merupakan konsekuensi logis," kata
Elan Merely, Chief Operating Officer Sampoerna Foundation. Organisasi ini adalah satu dari
sedikit yang menyelenggarakan aktivitas filantropi secara profesional di Indonesia.

Besarnya animo masyarakat di Pasuruan terhadap program HM Sampoernamemang


terlihat jelas. Meski jaraknya cukup jauh dari pusat kota, di tengah hari yang terik pula, ratusan
warga memadati acara yang digelar pada Maret lalu itu yang sekaligus merupakan peresmian
UKM Center. Pada Expo tersebut lebih dari 50 UMKM unggulan dari wilayah Pasuruan
memamerkan produknya yang 18 di antaranya adalah UMKM binaan perusahaan rokok yang
saat ini dimiliki Philip Morris Inc. itu.

"Penyelenggaraan kegiatan itu bertujuan mendorong pertumbuhan dan pengembangan


potensi industri UMKM, sekaligus juga digunakan sebagai media sosialisasi produk-produk
unggulan UMKM dari Pasuruan," kata Yos Adiguna Ginting, Corporate Affairs Director PT HM
Sampoerna Tbk.Program pemberdayaan UMKM itu hanyalah satu bagian dari payung program
Sampoerna untuk Indonesia yang mencakup berbagai bidang mulai dari pendidikan, kesehatan,
pemberdayaan masyarakat, pelestarian seni budaya, sampai penghargaan kaiya jurnalistik.

Perusahaan rokok lain, PT Djarum, juga aktif melakukan kegiatan CSR sejak awal
berdirinya pada 1950-an. Kegiatan CSR yang dilakukan oleh Djarum fokus pada tiga hal bakti
olahraga, bakti pendidikan,dan bakti lingkungan. Salah satu yang menonjol adalah sumbangan
Djarum untuk menyokong dunia bulu tangkis Indonesia sejak 1969 melalui Persatuan
Bulutangkis (PB) Djarum dan melahirkan beberapa bintang besar seperti Liem Swie King, Alan
Budi Kusumah, dan Hastomo Arbi. Dari segi pengelolaan, CSR yang dilakukan perusahaan
rokok secara umum memenuhi kriteria pelaksanaan CSR yang tepat. Prinsip pertama adalah
kesinambungan. Program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan, berbeda
dengan donasi bencana alam yang bersifat ad hoc.

Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti menyadari
bahwa sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial daii lingkungan di sekitarnya.
Karena itu, CSR yang dilakukan adalah wujud pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat.
Prinsip ketiga, CSR mesti berdampak positif kepada masyarakat, baik secara ekonomi,
lingkungan, maupun sosial. Irisan yang kerap terjadi antara kegiatan CSR dan public relations
adalah ketika perusahaan memublikasikan program-program sosial yang mereka lakukan.
Masalahnya, tindakan ini membuat banyak pihak memandang miring program CSR

Kegiatan CSR yang selama ini dilakukan oleh kebanyakan perusahaan rokok merupakan sebuah
strategi pemasaran dan strategi pengelabuan citra. Kegiatan CSR yang dilakukan bukan untuk
meminimalisir dampak nigatif rokok yang berbahaya bagi kesehatan, namun kegiatan tersebut bertujuan
untuk menarik simpati sosial. Kegiatan ini efektif dilakukan untuk mendongkrak keuntungan perusahaan
rokok. Seharusnya CSR perusahaan rokok dilakukan untuk meminimalisir bahaya rokok, dengan
setidaknya menggunakan langkah-langkah strategis yang dikemukakan di atas. Dengan demikian akan
ditemukan titik temu antara makna tindakan CSR yang memberikan dampak positif bagi kehidupan sosial
dan sekaligus mendatangkan manfaat ekonomi baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Sepanjang
keseimbangan ini dijaga dengan saksama, CSR bisa dipastikan diselenggarakan dengan penuh tanggung
jawab.

Anda mungkin juga menyukai