Anda di halaman 1dari 17

Pengertian Konsep Diri

Secara umum konsep diri berasal dari bahasa Inggris yaitu Self concept Merupakan
suatu konsep mengenai diri individu itu sendiri yg meliputi bagaimana seseorang :memandang,
memikirkan,dan menilai dirinya sehingga tindakan-tin dakannya sesuai dengan konsep
tentang dirinya.

Konsep diri menurut para ahli mempunyai banyak pengertian

1. Seifert dan Hoffnung (1994), konsep diri sebagai suatu pemahaman mengenai
diri atau ide tentang konsep diri

2. Stuart dan sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan
dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain.

3. Atwater (1987), konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi
persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya.

4. Cawagas (1983), konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan


dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya
atau kecakapannya, kegagalannya, dan sebaginya.

Konsep Diri Memiliki 2 ( dua ) Condong

Konsep diri negative, penilaian negatife terhadap diri sendiri dan merasa tidak mampu
mencapai sesuatu yang berharga menuntut diri ke arah kelemahan dan emosional yang
dapat menimbulkan keangkuhan serta keegoisan yang menciptakan suatu kehancuran
diri.

Konsep diri positif, merupakan penilaian positif serta mengenali diri secara baik,
mengarah kerendahan hati dan kedermawan sehingga ia mampu menyimpan informasi
tentang diri sendiri, baik informasi positif maupun negatife.

Langkah langkah perlu diambil untuk memiliki konsep diri positif.


a) Bersikap obyektif dalam mengenal diri sendiri.
b) Hargailah diri sendiri.
c) Berfikir positif dan rasional.
d) Jangan memusuhi diri sendiri.
KOMPONEN KONSEP DIRI
o Identitas diri : Adalah keadaran akan diri yg bersumber dari obsesi dan penilaian
yang merupakan sistesa dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang
utuh ( Stuart dan Sundeen,1991)
Gambaran diri adalah Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak
sadar ( Suart dan Sundeen,1991).

Harga diri adalah berupa penilaian atau evaluasi terhadap hasil yang didapat baik
internal maupun eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri ( Stuart
dan Sundeen,1991).

Ideal diri adalah suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya
yang akan dinilai oleh personel lain. Persepsi individu tentang bagaima
berperilaku sesuai dengan standart pribadi ( Stuart dan Sundeen,1991).

Peran adalah pola sikap, perilaku, posisi di masyarakat atau fungsi dirinya baik di
lingkungan masyarakat, keluarga, atau komunita.

KEHILANGAN,KEMATIAN DAN BERDUKA


KEHILANGAN adalah kenyataan/situasi yang mungkin terjadi dimana sesuatu yang dihadapi,
dinilai terjadi perubahan, tidak lagi memungkinkan ada atau pergi/hilang.

Dapat dikatakan juga sebagai suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada sesuatu yang dulunya ada (Wilkinson, 2005).

Apabila proses kehilangan tidak dibarengi koping yang positif atau penanganan yang baik
akhirnya akan berpengaruh pada perkembangan individu.

KONSEP DASAR DEATH AND DYING

Menjelang ajal (dying)

Secara etimologi dying berasal dari kata dien yg berarti mendekati kematian

Definisi kematian

Secara etimologi death berasal dari kata death atau deth yg berarti keadaan mati atau kematian.

Definisi kematain adalah terhentinya fungsi jantung dan paru-paru secara menetap, atau
terhentinya kerja otak secara permanen

PANDANGAN MASYARAKAT TENTANG KEMATIAN

Pandangan masyarakat ttg kematian mengalami perubahan.Dahulu kematian cenderung dianggap


sebagai hal yg menakutkan dan tabu. Kini kematian telah dipandang sebagai hal yg wajar dan mrpkan
proses normal kehidupan.

Pengertian berduka

BERDUKA adalah respon fisik dan psikologis yang terpola spesifik pada individu yang mengalami
kehilangan. Respon/reaksi normal, karena melalui proses berduka individu mampu memutus ikatan
dengan benda/orang yang terpisah dan berikatan dengan benda/orang baru.

Karakteristik berduka:

1. Syok

2. Tidak yakin

3. Mengembangkan kesadaran diri

4. Restitusi

5. Mengatasi kehilangan

6. Idealisasi dan hasil


Beberapa proses berduka

Fase awal

Dimulai dengan adanya kehilangan spt kematian.

Berlangsung beberapa minggu

Reaksi : syok, tidak yakin atau tidak percaya

perasan dingin, perasaan kebal (mati

rasa) dan bingung

Berakhir setelah beberapa hari

Kembali berduka berlebihan

Menangis dan ketakutan

Fase Pertengahan

Dimulai : kira-kira 3 minggu sesudah kematian

Berakhir : kurang lebih 1 tahun

Pola tingkah laku yang ditunjukan:

a. Perilaku obsesi, meliputi : pengulangan

pikiran tentang peristiwa kematian.

b. Suatu pencarian arti dari kematian

Fase Pemulihan

Terjadi sesudah kurang lebih satu tahun.

Individu memutuskan untuk tdk mengenang masa lalu.

Meningkat partisipasi

pada kegiatan sosial

Dampak berduka

Masa kanak-kanak
Dampak berduka pd masa ini dpt mencapai kemampuan tumbuh kembang anak.

Masa remaja dan dewasa

Peristiwa kehilangan yg terjadi dpt menyebabkan disintegrasi dlm keluarga,akan tetapi


individu sdh mulai menerima peristiwa kehilangan.

Lansia

Kematian pasangan (suami/istri) mrpkan pukulan yg sgt kuat,shgga dpt mengganggu kes.

Pengertian kehilangan

Kehilangan : suatu keadaan ketika individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
atau dimiliki, baik sebagian atau keseluruhan.

Tahap Marah :

Individu mulai sadar dengan kenyataan kehilangan.

Menunjukkan perasaan marah meningkat yang diproyeksikan pada orang tertentu atau yang ada
dilingkungannya.

Reaksi fisik : wajah merah, nadi cepat, gelisah,

susah tidur, tangan mengepal.

Jenis Kehilangan

Kehilangan orang bermakna, mis: akibat kematian atau dipenjara

Kehilangan kesehatan bio-psiko-sosial, mis: menderita penyakit, amputasi, kehilangan


pendapat, kehilangan perasaan tt diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan kedudukan,
kehilangan kemampuan seksual

Kehilangan milik pribadi

(mis: uang,perhiasan)

Implikasi Keperawatan

Pengkajian
1. Mengkaji pasien dan angg kelg berduka

menentukan tingkat berduka

2. Mengkaji gejala klinis berduka: sesak di dada,

nafas pendek, berkeluh kesah, perasaan penuh

diperut, kehilangan kekuatan otot, distres

perasaan yg hebat.

3. Kaji karakteristik berduka, kaji respon fisiologis,

respon tubuh terhadap kehilangan (reaksi stress)

4. Faktor yg mempengaruhi reaksi stress : umur, culture,

keyakinan spiritual, peran seks, status sosek.

5. Faktor predisposisi

6. Faktor presipitasi dan mekanisme koping.

Diagnosa Keperawatan

a. berduka kompleks

b. berduka antisipasi

Intervensi Keperawatan

Tujuan: Pasien dapat melalui proses berduka secara normal dan sehat :

Prinsip :

a. Tahap Penyangkalan: (memberikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan)

1) Dorong pasien mengungkapkan perasaan duka

2) Tingkatkan kesadaran pasien scr bertahap, siap mental

3) Dengarkan pasien dengan penuh pengertian, jangan menghukum atau menghakimi.

4) Jelaskan bahwa sikap pasien wajar terjadi


5) Beri dukungan nonverbal : memegang tangan, menepuk bahu.

6) Jawab pertanyaan pasien dgn bahasa sederhana, jelas dan singkat.

7) Amati respon pasien selama bicara

8) Tingkatkan kesadaran pasien scr bertahap

Macam macam tahapan:

Tahap marah

1) Beri dorongan dan kesempatan pasien

mengungkapkan rasa marahnya

secara verbal

2) Dengarkan dgn empaty, jangan

memberi respon yang mencela

3) Bantu klien memanfaatkan sumber-

sumber pendukung

. Tahap Tawar menawar

Bantu pasien mengidentifikasi rasa

bersalah dan rasa takutnya

1) Amati perilaku klien

2) Diskusikan bersama pasien ttg

perasaan

3) Tingkatkan HD pasien

4) Cegah tindakan merusak diri

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH KEBUTUHAN KEHILANGAN DAN KEMATIAN

PENGKAJIAN
A. FISIK

PENGAJIAN FISIK MENJELANG KEMATIAN

o Perubahan TTV: nadi melemah dan lambat,penurunan TD

o Sirkulasi melemah, kulit teraba dingin,ujung hidung dan telinga sianosis

o Gangguan menelan dan perlahan-lahan muntah

o Kegagalan sensorik: pandangan kabur,kegagalan fungsi indra perasa dan penciuman.

o Tingkat kesadaran: Tingkat kesadaran berfariasi, dari sadar,ngantuk,stuport hingga koma.

Pengkajian fisik mendekati kematian:

o Pupil berdilatasi

o Reflek menghilang

o Frekwensi nadi meningkat dan menurun

o Pernafasan Cheyne stokes

o Tidak bisa bergerak

o Klien mengorok atau benyi nafas terdengar kasar

o TD menurun

Pengkajian fisik saat kematian

o Pernapasan, nadi dan TD terhenti

o Hilangnya respon terhadap stimulus eksternal

o Pergerakan otot sudah tidak ada

B. PSIKOLOGIS

Respon psikologis pd klien menjelang ajal adalah ansietas (kematian)

o Kekhawatiran dampak kemaian pd diri org dekat

o Ketidak berdayaan terhadap isu yg berhubungan dg kematian


o Kepedihan yg diantisipasi yg berhubungan dg kematian

o Kesedihan yg mendalam

o Perasaan takut dlm menjalani proses dlm menjelang ajal

o Kekhawatiran ttg pertemuan dg sang pencipta.

C. PENETAPAN DIAGNOSIS

Diagnosis untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan psikososial dpt diterapkan pd klien yg
mendekati kematian , bergantung pada hasil pengkajiannya.

GLOBALISASI DALAM PELAYANAN KES.

Globalisasi saat ini dimungkinkan terjadi perpindahan penduduk (imigrasi) antar negara atau daerah
,baik populasi maupun variasinya, oleh karena itu:

Tuntutan dan kebutuhan masy thp pel.kes termasuk pemberian asuhan keperawatan yg
berkualitas juga semakin dibutuhkan

Perawat hrs meningkatkan kemampuannya agar asuhan keperawatan dpt memuaskan klien.

Dengan adanya era saat ini, perawat tdk hanya memberikan asuahan keperawatan pd suku
bangsa sendiri, tetapi jg kepada bangsa lain.Setiap suku bangsa memiliki sosio-budaya yg
berbeda shgga perawat dituntut untuk mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai dg
sosio-budaya dari masing-masing suku bangsa tsb.

Dengan adanya globalisasi, dimungkinkan ada perpindahan penduduk antar negara (imigrasi)
hal ini menyebabkan terjadinya pergeseran terhadap tuntutan asuhan keperawatan

Keperawatan transkultural adalah suatu cabang dalam keperawatan yang berfokus pada studi
komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yg berbeda di dunia yg menghargai
perilaku caring, layanan keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang sehat-sakit, serta pola-
pola tingkah laku yg bertujuan mengembangkan body of knowlwdge yg ilmiah dan humanistik
guna memberi tempat praktek keperawatan pada budaya tertentu dan budaya universal
(Leininger,1979)

Transkultural Nursing adalah suatu daerah/wilayah keilmuan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yg fokusnya memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya
dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada dinai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia ( Leininger,2002).
Kultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini muncul rasa
ketidaknyamanan dan ketidakberdayaan, dan akan mengalami disorientasi.

Kultural imposision adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-
diam maupun terang terangan memaksakan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan /perilaku
yg dimilikinya pd individu, keluarga atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini
bahwa budayanya lebih tinggi dari budaya kelompok lain.

TUJUAN PENGGUNAAN KEPERAWATAN TRANSKULTURAL.

Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan kesehatan.

Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,keluarga,
kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya culture shock maupun culture
imposision.

Untuk mengurangi konflik perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat sebagai
profesional dan pasien

untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktek
keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal (Leininger,2002)

Kultur yang spesifik adalah kultur dg nilai-nilai dan norma spesifik yg dimilii oleh kelompok
lain.

Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yg diyakini dan dilakukan hampir
semua kultur seperti budaya minum teh dapat membuat tubuh sehat (Leininger,2002)

Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap budaya tertentu yg lebih menguntungkan kesehatannya.

Perawat membantu klien agar dapat memeilih dan menentukan budaya lain yg lebih
mendukung peningkatan status kesehatan.

Berdasarkan definisi Leininger tsb, dalam melaksanakan praktek keperawatan yg bersifat


humanis, perawat perlu memahami teori dan praktek keperawatan yg berdasarkan budaya.
Budaya yg telah menjadi kebiasaan diterapkan dalam asuhan keperawatan transkultural
berdasarkan kerangka kerja keperawatan transkultural yg dikenal dg Leininger Sunrise Model
(Leininger,2002) dan tiga strategi utama intervensi leininger, yaitu pemeliharaan budaya,
negosiasi budaya dan merestrukturisasi budaya.

GLOBALISASI DAN PRESPEKTIF TRANSKUTURAL

Globalisasi Dalam Pelayanan Kesehatan


Globalisasi saat ini dimungkinkan terjadi perpindahan penduduk (imigrasi) antar negara
atau daerah ,baik populasi maupun variasinya, oleh karena itu:
Tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelengkap kesehatan termasuk
pemberian asuhan keperawatan yang berkualitas juga semakin dibutuhkan.
Perawat harus meningkatkan kemampuannya agar asuhan keperawatan dapat
memuaskan klien.
Dengan adanya era saat ini, perawat tidak hanya memberikan asuhan keperawatan pada
suku bangsa sendiri, tetapi juga kepada bangsa lain.Setiap suku bangsa memiliki sosio-
budaya yang berbeda sehigga perawat dituntut untuk mampu memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan sosio-budaya dari masing-masing suku bangsa tersebut.
Dengan adanya globalisasi, dimungkinkan ada perpindahan penduduk antar negara
(imigrasi) hal ini menyebabkan terjadinya pergeseran terhadap tuntutan asuhan
keperawatan.
Perkembangan teori keperawatan menurut Smith dan Lieehr (2008)
Terbagi menjadi 4 tahap, yaitu:
1. Metha theory
2. Grand theory
3. Midle rang theory
4. Practice theory
Salah satu teori dalam tahap midle rang theory disebut teori transkultural keperawatan.
Apabila ditinjau lebih mendalam, teori transkultural keperawatan termasuk dalam disiplin ilmu
antropologi, namun kemudian dikembangkan dalam konteks keperawatan.

Keperawatan Transkultural Menurut Teori Leininger


Teori ini dicetuskan pertama kali oleh
Madeleine M. Leininger.
Madelaine M. Leininger Faundress Transcultural Nursing Society Agustus10,2012.
Pada Tahun 1960, Leininger pertama kali menggunakan kata transcultural
nursing,ethnonursing, dan cross-cultural nursing.
Pada Tahun 1985, Leininger mempublikasikan teorinya untuk pertama kali, dan teori tsb
dipresentasikan pada tahun 1988.
Teori Leininger kemudian disebut sebagai cultural care diversity and universality, tetapi
para ahli lebih sering menyebutnya transcultural nursing theory atau teori keperawatan
transkultural.
Teori keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran keperawatan dalam
memahami budaya klien.
Transkultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan maupun kesamaan nilai budaya (nilai budaya yang berbeda, ras,yang mempengaruhi
pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien atau pasien) ,
(Leininger,1991).
Keperawatan transkultural adalah suatu cabang dalam keperawatan yang berfokus pada
studi komparatif dan analisis tentang budaya dan sehubungan budaya yang berbeda di dunia
yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang sehat-
sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowlwdge yang
ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktek keperawatan pada budaya tertentu dan
budaya universal (Leininger,1979).
Transkultural Nursing adalah suatu daerah atau wilayah keilmuan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokusnya memandang perbedaan dan kesamaan diantara
budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada dinilai budaya manusia,
kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).
Kultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu
beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal ini muncul rasa
ketidaknyamanan dan ketidakberdayaan, dan akan mengalami disorientasi.
Kultural imposision adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam-
diam maupun terang terangan memaksakan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan /perilaku yg
dimilikinya pd individu, keluarga atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini
bahwa budayanya lebih tinggi dari budaya kelompok lain.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural
1) Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan dengan
kesehatan.
2) Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik
individu,keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinya
culture shock maupun culture imposision.
3) Untuk mengurangi konflik perbedaan budaya atau lintas budaya antara perawat
sebagai profesional dan pasien.
4) Untuk mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta
praktek keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal (Leininger,2002).
5) Kultur yang spesifik adalah kultur dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimilii
oleh kelompok lain.
6) Kultur yang universal adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini dan
dilakukan hampir semua kultur seperti budaya minum teh dapat membuat tubuh
sehat (Leininger,2002).
7) Negosiasi budaya adalah intervensi dan implementasi keperawatan untuk membantu
klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya.
8) Perawat membantu klien agar dapat memeilih dan menentukan budaya lain yang
lebih mendukung peningkatan status kesehatan.

Model matahari terbit


Teori keperawatan transkultural matahari terbit menggambarkan esensi keperawatan
dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan
kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga) perawat terlebih dahulu
harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (worldview) tentang dimensi
dan budaya serta struktur sosial yang bersyarat dalam lingkungan yang sempit.
Peran perawatan transkultural
a. Peran perawatan transkultural nursing teory adalah menyembatani antara sistem
perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan profesional
melalui asuhan keperawatan.
b. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh Leininger.
c. Oleh karena itu, perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan
keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat.
d. Jika disesuaikan dengan proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap
perencanaan tindakan keperawatan.
Prinsip asuhan keperawatan transkultural
1. Culture care preservation atau maintenance, yaitu prinsip membantu, memfasilitasi
atau memeprhatikan fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat
kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
identifikasi perbedaan konsep
Bersikap tenang
Mendiskusikan kesenjangan budaya

2. Culture care accommodation atau Negotiation, yaitu prinsip membantu,


memfasilitasi, atau memperhatikan fenomena budaya yang merefleksikan cara-cara
untuk beradaptasi atau bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan
gaya hidup individu atau klien.
Gunakan bahasa yg mudah
Libatkan keluarga
Lakukan negosiasi
3. Culture care repatteming atau restructuring, yaitu prinsip merekstrukturisasi atau
mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup
lkien ke arah lebih baik.
Beri kesempatan
Tentukan tingkat perbedaan
Gunakan pihak ke tiga
Terjemahkan terminologi
Berikan info

PERAN PERAWATAN TRANSKULTURAL

Peran perawatan transkultural nursing teory adalah menyembatani antara sistem perawatan
yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan profesional melalui asuhan
keperawatan.

Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh Leininger.

Oleh karena itu, perawat harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan
keperawatan yg akan diberikan kepada masyarakat.

Jika disesuaikan dg proses keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan tindakan
keperawatan.
II

PERSEPSI TENTANG SEHAT-SAKIT & PERILAKU SAKIT

Persepsi masyarakat Tentang sehat-sakit


1. Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, tidak selalu bersifat obyektif.
2. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu
dan unsur sosial-budaya.
3. Petugas kesehatan berusaha menerapkan kriteria medis yang obyektif berdasarkan
simptom untuk mendiagnosis kondisi fisik individu.
Definisi Penyakit, Sakit, dan Sehat
a) Penyakit (disease) gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat
dari infeksi atau tekanan dari lingkungan.
b) Sakit (illnes) penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit.
c) Sehat WHO A state of complete physical, mental and social wellbeing bahwa
sehat itu tidak hanya menyangkut kondisi fisik, melainkan juga kondisi mental
dan sosial seseorang.
Perilaku Sakit
1. Perilaku sakit adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan.

2. Perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya.

Misal: Pencegahan penyakit, personal hygien Penialaian medis bukan merupakan


satu satunya kriteria yang menentukan tingkat kesehatan seseorang.

3. Penilaian individu terhadap status kesehatan merupakan salah satu faktor yang
menentukan perilakunya, yaitu perilaku sakit jika mereka merasa sakit, perilaku
sehat jika mereka mengganggap sehat , penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi
makanan bergizi.
Teori Respons Bertahan (coping Response Theory)
Mechanic teori tentang perilaku sakit.
Perilaku sakit adalah reaksi optimal dari individu jika dia terkena suatu
penyakit. Reaksi sangat ditentukan oleh sistem sosialnya.

Perilaku sakit erat hubungannya dengan konsep diri, penghayatan situasi yg


dihadapi, pengaruh petugas kesehatan, dan pengaruh birokrasi.

Ada dua faktor utama yg menentukan perilaku sakit:


Persepsi atau definisi individu tentang suatu situasi/penyakit.
Kemampuan individu untuk melawan serangan penyakit tersebut.
Batasan analisis kondisi tubuh ada 2 yaitu :
1) Batasan sakit menurut orang lain

Orang-orang disekitar individu yang sakit mengenali gejala sakit pada diri
individu dan mengatakan bahwa dia sakit dan perlu mendapat pengobatan. Biasanya
terjadi pd anak-anak dan dewasa yang menolak bahwa dirinya sakit.

2) Batasan sakit menurut diri sendiri

Individu itu sendiri mengenali gejala penyakitnya dan menentukan apakah dia
akan mencari pengobatan atau tidak. Analisa orang lain bisa bertentangan dengan analisa
individu.

5 Macam reaksi dalam proses pengobatan (Schuman)


1. Shopping adalah proses mencari alternatif sumber pengobatan untuk
menemukan seseorang yg dapat memberikan diagnose dan pengobatan sesuai
dg harapan si sakit.
2. Fragmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan
pada lokasi yang sama.
3. Proscrastination adalah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun
gejala penyakitnya sudah dirasakan.
4. Self medication adalah pengobatan sendiri dengan menggunakan berbagai
ramuan atau obat-obat yg dinilai tepat.
5. Penghentian proses pengobatan.
Reaksi individu terhadap gejala sakit (Schuman) ialah :

Tahap pengenalan gejala;

Tahap asumsi peranan sakit;

Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan;

Tahap ketergantungan sakit;

Tahap penyembuhan atau rehabilitasi;

Hak dan Kewajiban Pasien


a) Dibebaskannya dari tanggung jawab sosial dan pekerjaan sehari-hari. Pemenuhan
hak ini tergantung dari tingkat/persepsi keparahan penyakitnya
b) Hak untuk menuntut bantuan atau perawatan dari orang lain
Kewajiban

Kewajiban untuk mencapai kesembuhan, kewajiban ini dapat dipenuhi atau dengan pertolongan
orang lain (petugas kesehatan)

Anda mungkin juga menyukai