Anda di halaman 1dari 18

SYOK KARDIOGENIK

A.Konsep Dasar Penyakit1.Definisi

A definisi

Syok kardiogenik merupakan keadaan gawat darurat jantung yang disebabkan oleh

kegagalanfungsi pompa jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang

atau berhenti samasekali . Syok ini dapat timbul akibat infak miokard akut (IMA) yang luas

menimbulkan iskemik,injuri sampai infaks dengan gangguan irama jantung, atau sebagai

fase terminal dari beberapa penyakit jantung lainnya.

2 Etiologi dan faktor predisposisi

B Etilogi

Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh gangguan mendadak pada fungsi jantungatau

akibat penurunan fungsi kontraktil jantung kronik. Sepert:

Infak miokard akut dengan segaala komplikasinya

Miokarditis akut

tamponade jantung akut

endokarditis infektif

Trauma jantung

Ruptur korda tendinea spontan

Kardiomiopati pada tingkat akhir


Stenosis varvular berat

Regurgitasi varvular akut

Miksoma atrium kiri

komplikasi bedah jantung

b Pre isposisi

dari beberapa penelitian dilaporkan adanya factor - factor predisposisi timbulnya syok

kardiogenik, seperti :

o umur yang relative tua (< 60 tahun )

o riwayat payah jantung

o Infak lama dan baru

o IMA yang meluas secara progresif

o komplikasi mekanik IMA ( septum robek, insufisiensi mitral, disenergi 1entrikel)

o faktor ekstramiokardial obat-obat penyabab hipotensi atau hipovolemia

C Patofisologi

Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung padafase

termimal dari berbagai penyakit jantung. berkurangnya ke aliran darah koroner

berdampak pada supply 02 kejaringan khususnya pada otot jantung yang semakin

berkurang, hal ini akan menyababkan iscemik miokard pada fase awal, namun bila

berkelanjutan akan menimbulkan injuri sampai infark miokard. bila kondisi tersebut

tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan kondisi yang dinamakan syok

kardiogenik. pada kondisi syok, metabolisme yang pada fase awal sudah mengalami
perubahan pada kondisi anaerob akan semakin memburuk sehingga produksi asam

laktat terus meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat seperti terbakar maupun

rtekan yang menjalar sampai leher dan lengan kiri, kelemahan fisik juga terjadi

sebagaiakibat dari penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah. 02 sangatlah

menurun kejaringan, sehingga menimbulkan kondisi penurunan kesadaran dengan

akral dinging pada ektrimitas, Kompensasi dari otot jantung dengan meningkatkan

denyut nadi yang berdampak pada penurunan tekanan darah :Juga tidak

memperbaiki kondisi penurunan kesadaran. Aktifitas ginjal juga terganggu pada

penurunan cardiac output,yang berdampak pada penurunan laju filtrasi glomerulus

(GFR ). Pada kondisi ini pengaktifan system rennin, angiotensin dan aldostreron akan

,menambah retensi air dan natrium menyebabkan produksi urine berkurang (Oliguri

< 30ml/jam. 8enurunan kontraktilitas miokard pada fase syok yang

menyebabkanadanya peningkatan residu darah di 1entrikel, yang mana kondisi ini

akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun stenosis 1al1ular .9al

tersebut dapat mennyebabkan bendungan 1ena pulmonalis oleh akumulasi cairan

maupun refluk aliran darah dan akhirnya memperberat kondisi edema paru.

D Manifestasi Klinis

timbulnya kardiogenik syok dalam hubungannya dengan IMA dapat dikategorikan dalam:

a timbulnya tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setelah infark akibat gangguan

miokardmasih atau ruptur dinding bebas ventrikel kiri.

b Timbulnya secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat infark berulang
c Timbul tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark miokard disertai timbulnya bising

mitral sistolik, ruptur septum atau disosiasi elektromekanik.episode ini dapat disertai

atau tanpa nyeri dada, tetapi sering disertai dengan sesak nafas akut.

keluhan nyeri dada pada infark miokard akut biasanya di daerah substernal, rasa

seperti ditekan, diperas, seperti diikat, rasa dicekik dan disertai rasa takut.rasa nyeri

menjalar keleher, rahang, lengan dan punggung. nyeri biasanya hebat, berlangsung

lebih dari 1/2 jam,tidak menghilang dengan obat-obatan nitrat. Syok kardiogenik

yang berasal dari penyakit

Tekanan darah sistol < 90 mm9g.

Laju jantung < 100 = menit

Denyut nadi lemah

Bunyi jantung berkurang

Perubahan sensorium

Kulit dingin, pucat, lembab

Urine output <30 ml/jam

Nyeri dada

Disritmia

Takipneu

Krakles

penurunan curah jantung

Index cardiac <2.2 L /min/m2

Peningkatan tekanan arteri pulmonari

Peningkatan tekanan atrial kanan

Peningkatan resisten vaskuler sistemik


E Pemeriksaan fisik

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik yang sering timbul :

1 Gejala hipoperfusi jaringan kulit ; dioforesis (Kulit Lembab), pucat, akral

dingin, sianosis, vena-vena pada punggung tangan dan kaki kolaps.

2 Gangguan fungsi mental, gelisah, berontak,apatis, bingung.penurunan

kesadaran hingga koma

3 Oliguria(<30/jam )

4 Pernapasan cepat ( Takipnea) dan dalam, Ronki akibat bendungan paru.

5 Denyut nadi cepat ( Kecuali dijumpai blok A-V)

6 Bunyi jantung lemah dengan bunyi jantung S 3

7 Prikardium diskinetik

8 Bising jantung berasal dari disfungsi valvular ( Aorta atau Mitral )

9 Pulsus paradoksus pada infark atau tamponade jantung.

10 Tekanan arterial sistolik < 90 mmHG (hipotensi absolute) atau paling tidak

60 mmHg dibawah tekan basal ( hipotensi relative ).

. F Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis syok kardiogenik :

1 Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.

2 Berikan oksigen 8-15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk

mempertahankan PO2 70-120 mmHg

3 Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus diatasi

dengan pemberian morfin.


4 Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.

5 Bila mungkin pasang CVP.

6 Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.

G Medikamentosa :

o Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri

o Ansietas, bila cemas

o Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi

o Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit

o Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak

adekuat Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.

o Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.

o . Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m

o Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan. Digitalis

bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel.

H Pemeriksaan diagnostic

Evaluasi umum
a. Pemeriksaan laboratorium
a Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan
fungsi ginjal, terapi diuretic.
b AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik atau hipoksemia
dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
c Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan
jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan
Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
b. Radiologi.

1 Menunjukkan pembesaran jantung atau normal Bayangan


mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam
pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
2 Edema paru interstisial / alveolar
3 Mungkin ditemukan efusi pleura

c. Elektrokardiogram

Memberikan evaluasi umum seperti :


1 Umumnya menunjukkan infark miokard akut dengan atau
gelobang Q
2 Elektrikal alternans menunjukkan adanya efusi pericardial
dengan tamponade jantung
Evaluasi Khusus

Evaluasi khusus sangat penting untuk menilai :

Hipokonesis berat ventrikel difus atau segmental ( bila berasal dari infark miokard )
Efusi pericardial
Katup mitral dan aorta yang mengalami regurgitasi maupun stenosis
Ruptur septum

H Diagnosis

Diagnosis kemungkinan berikut ini harus dipertimbangkan dan dieleminir secara cepat dan
tepat. Akan tetapi tidak boleh ada penundaan pemantauan hemodinamika dan pemberian
terapi , seperti :

- Syok hipovolemik atau sepsis


- Diseksi aorta
- Emboli paru
- Tamponade jantung akut
- Pengaruh obat obatan yang berlebihan
- Ketoasidosis diabetic
- Penyakit pembuluh darah otak
- Perdarahan internal akut
- Pneumotoraks tension
- Insufisiensi pernapasan akut

Theraphy / tindakan penanganan

o Etiologi syok harus ditentukan secapat mungkin


o Pemantauan hemodinamik ( kalau mungkin memakai kateter Swan Ganz )
o Pemberian oksigen( kalau mungkin oksigen 28-48 % dengan venture face mask )
o Menghilangkan nyeri dengan morfin bisa diberikan 4-8 mg intravena
o Berikan dopamin 2-15g /kg/m, norepineprin2-20 g /kg/m atau dobotamin2,5-10
g /kg/m untuk meningkatkan tekanan perfusi arterial dan kontraktilitas. Boleh juga
diberikan amrinor intravena ( kalau ada )
o Cairan intavena mutlak diberikan , kalau mungkin berikan dextran 40.
o Furosemid 40 80 mg atau asam etakrinik 50 mg( bila ada bendungan paru )
.Diuretik diberikan untuk membantu vasodilatasi vena dan diuresis, hingga
bendungan paru dan kelebihan volume cairan tubuh dapat berkurang sehinga
oksigenasi darah meningkat.
o Digitalis hanya diberikan pada takikardia supraventrikel dan fibrilasi atrial
Vasodilatasi hanya diberikan bila dijumpai vasokontriksi perifer hebat dan penderita
dipantau ketat secara hemodinamik.
o Tindakan pintas koroner dan angioplasty darurat kalu perlu
o Bila mungkin pasang CVP.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien dengan syok kardiogenik , dengan data fokus pada :

a. Aktivitas

- Gejala : kelemahan, kelelahan

- Tanda : takikardia, dispnea pada istirahat atau aktivitas, perubahan warna kulit
kelembaban, kelemahan umum

b. Sirkulasi
- Gejala : riwayat AMI sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah
TD, diabetes mellitus

Tanda : tekanan darah turun <90 mmhg atau dibawah, perubahan postural dicatat dari
tidur sampai duduk berdiri, nadi cepat tidak kuat atau lemah, tidak teratur, BJ ekstra S3 atau
S4 mungkin menunjukan gagal jantung atau penurun an kontraktilitas ventrikel, Gejala
hipoperfusi jaringan kulit ; dioforesis ( Kulit Lembab ), pucat, akral dingin, sianosis, vena
vena pada punggung tangan dan kaki kolaps

c. Eliminasi

- Gejala : Produksi urine < 30 ml/ jam

- Tanda : oliguri

d. Nyeri atau ketidaknyamanan

- Gejala : nyeri dada yang timbulnya mendadak dan sangat hebat, tidak hilang dengan
istirahat atau nitrogliserin, lokasi tipikal pada dada anterio substernal, prekordial, dapat
menyebar ketangan, rahang, wajah, Tidak tentu lokasinya seperti epigastrium, siku,
rahang,abdomen,punggung, leher, dengan kualitas chorusing, menyempit, berat,tertekan ,
dengan skala biasanya 10 pada skala 1- 10, mungkin dirasakan pengalaman nyeri paling
buruk yang pernah dialami.

- Tanda : wajah meringis, perubahan postur tubuh, meregang, mengeliat, menarik diri,
kehilangan kontak mata, perubahan frekuensi atau irama jantung, TD,pernafasan, warna
kulit/ kelembaban ,bahkan penurunan kesadaran.
e. Pernafasan
- Gejala : dyspnea dengan atau tanpa kerja, dispnea nocturnal, batuk dengan atau
tanpa produksi sputum,penggunaan bantuan pernafasan oksigen atau
medikasi,riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
- Tanda : takipnea, nafas dangkal, pernafasan laboret ; penggunaan otot aksesori
pernafasan, nasal flaring, batuk ; kering/ nyaring/nonprodoktik/ batuk terus
menerus,dengan / tanpa pembentukan sputum: mungkin bersemu darah, merah
muda/ berbuih ( edema pulmonal ). Bunyi nafas; mungkin tidak terdengar dengan
crakles dari basilar dan mengi peningkatan frekuensi nafas, nafas sesak atau kuat,
warna kulit; pucat atau sianosis, akral dingin.

2. Diagnosa Keperawatan Prioritas

1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktiliti


2 Ketidakseimbangan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan peningkatan
metabolisme kurangnya nutrisi exogenous

Penurunan curah Keefektifan pompa Perawatan


jantung berhubungan jantung Cardiac
dengan perubahan Indikator: Aktivitas :
kontraktiliti 1 Tekanan darah, hasil Evaluasi nyeri
Definisi: Keadaan pompa yang diharapkan. dada (ex :
darah oleh jantung yang 2 Kecepatan jantung intensitas, lokasi,
tidak adekuat untuk yang diharapkan. penjalaran,
mencapai kebutuhan 3 Index jantung yang durasi, dan faktor
metabolisme tubuh diharapkan. penyebab dan
4 Fraksi ejeksi yang faktor yang
Batasan Karakteristik diharapkan. mengurangi nyeri
Perubahan 5 Aktivitas toleransi Melakukan
kecepatan yang diharapkan penilaian yang
jantung/ irama. Nadi perifer kuat komprehensive
Bradikardi 6 . Ukuran jantung terhadap sirkulasi
Perubahan EKG normal periferal (ex:
. Palpitasi 7 Warna kulit periksa tekanan

Takikardi 8 Distensi vena leher periferal, edema,

Perubahan tidak ada kapiler refill,

preload 9 . Disaritmia tidak ada warna, dan

Edema 10 . Bunyi jantung temperatur

Penurunan abnormal tidak ada ekstremitas)

tekanan vena 11 Angina tidak ada Dokumentasikan

central 12 Edema peripheral adanya kardiak

. Penurunan tidak ada distrimia

tekanan arteri 13 . Edema pulmonal Catat tanda dan

paru tidak ada gejala penurunan

Kelemahan 14 Diaporesis sedalam- curah jantung


dalamnya tidak ada . Monitor
. Peningkatan
15 . Kelemahan yang frekuensi tanda
tekanan vena
ekstrim tidak ada vital
central
Monitor status
Peningkatan
kardiovaskuler
tekanan arteri
Status Sirkulasi Monitor
paru
Indikator : distrimia kardiak,
Distensi vena
1 Tekanan darah termasuk
jugularis
sistolik yang gangguan kedua
Murmur
diharapkan irama dan
Peningkatan BB
2 Tekanan darah konduksi
Perubahan
diastolik yang . Monitor status
afterload
diharapkan respirasi untuk
Kulit berkeringat
3 Tekanan nadi gejala gagal
Dispnea
yang diharapkan jantung
Penurunan nadi
4 Rata-rata Monitor
perifer
tekanan darah abdomen untuk
Penurunan
resistensi yang diharapkan adanya indikasi
pembuluh darah 5 Tekanan vena penurunan
pulmonal central yang perfusi
Penurunan diharapkan Monitor
tahanan tekanan 6 Tekanan keseimbangan
darah sistemik pulmonal paru cairan (ex:
Peningkatan yang diharapkan intake/output
resistensi 7 . Hipotensi dan berat badan
pembuluh darah ortostatik tidak setiap hari)
pulmonal ada Monitor
Peningkatan 8 Kecepatan pacemaker yang
tahanan tekanan jantung yang berfungsi, jika
darah sistemik diharapkan diperlukan

Oliguria 9 Bunyi jantung Mengenali

Pengisian abnormal tidak adanya

kembali dari ada perubahan

perifer 10 Angina tidak ada tekanan darah

Perubahan warna 11 . Gas darah yang Mengenali efek

kulit diharapkan psikologis yang

Hasil pembacaan 12 Arteri-vena menekankan

tekanan darah oksigen berbeda kondisi

berbeda-beda dengan yag Evaluasi respon

. Perubahan 13 diharapkan pasien pada

kontraktilitas Bunyi nafas ektopi atau

29. Ronki basah adventitious distrimitmia


tidak ada Menyediakan
30. Batuk
ventrikel kiri terapi antiaritmia
Fraksi ejeksi <
Penurunan berdasarkan unit
40%
index kebijaksanaan
Penurunan index
volumegerak (obat antiaritmia,
beban kerja
. Penurunan kardioversion/def
ventrikel kiri
Penurunan index index jantung ibrilasi), jika
volume gerak Ortopnea diperlukan
Penurunan index Dispnea Monitor respon
jantung nocturnal pasien terhadap
. Ortopnea paroksismal pengobatan

Dispnea nocturnal 14 S3 atau S4 (bunyi antiaritmia

paroksismal jantung)15 Instruksikan

S3 atau S4 (bunyi 15 Tingkah laku/ pasien dan

jantung) emosional keluarga pada

Tingkah laku/ 16 . Kegelisahan pembatasan

emosional 17 Keresahan Edema aktivitas dan

. Kegelisahan perifer tidak ada progresi

Keresahan 18 Asites tidak ada Atur periode


19 Status kognitif latihan dan
yang diharapkan istirahat untuk
20 . Kelemahan menghindari
ekstrim tidak ada kelelahan
Monitor
toleransi aktivitas
klien
Ketidakseimbangan Status nutrisi : Manajemen
nutrisi Kurang dari Indikator: nutrisi
kebutuhan tubuh 1. Intake nutrisi Aktivitas :
berhubungan dengan 2. Intake makan Menanyakan jika
peningkatan dan minum pasien memiliki
metabolisme 3. Energi alergi makanan
Definisi : Keadaan 4. Massa tubuh apapun.
individu yang mengalami 5. Berat badan Memastikan
kekurangan asupan 6. Tindakan preferensi
nutrisi untuk memenuhi biokimia makanan pasien.
kebutuhan metabolic 7. Asupan Menentukan,
Batasan karakteristik : makanan melalui bekerjasama
1 Kram abdomen oral dengan diet
2 Nyeri abdomen Status nutrisi: intake sebagai jumlah
3 Keengganan untuk makanan dan cairan kalori yang tepat,
makan Indikator : dan jenis gizi yang
4 BB kurang dari 20% atau Indikator : diperlukan untuk
lebih di bawah ideal a Asupan memenuhi
5 Kapiler rapuh makanan persyaratan gizi
6 Diarrhea melalui Mendorong
7 Rambut rontok selang asupan kalori yang
8 Bising usus hiperaktif b Asupan tepat bagi tubuh
9 Kurangnya makanan cairan melalui jenis dan gaya
10 . Kurang informasi oral hidup
11 Kurang minat pada c Asupan Mendorong
makanan cairan peningkatan
12 Kehilangan berat badan d Asupan total asupan protein,
dengan intake yang parenteral besi, dan vitamin
adekuat nutrisi C, yang sesuai.
13 Miskonsepsi Menawarkan
14 . Misinformasi makanan ringan
15 . Luka membrane mukosa (mis.; sering
16 . Merasakan tidak minuman, jus
mampu menelan buah-
makanan buahan/buah
17 Kehilangan tonus otot segar) yang sesuai
18 . Melaporkan perubahan Memberikan
sensasi rasa makanan ringan,
19 . Melaporkan intake bubur, dan
makanan kurang dari hambar, yang
RDA sesuai
20 Merasa segera kenyang Menyediakan
setelah memasukan pengganti gula,
makanan yang sesuai
21 . Luka rongga mulut Memastikan
22 Steatorhea bahwa diet
23 Kelemahan otot menelan termasuk
atau mengunyah makanan tinggi
serat untuk
mencegah
sembelit
Menawarkan
bumbu dan
rempah-rempah
sebagai alternatif
garam
Menyediakan
pasien dengan
protein tinggi,
kalori tinggi,
bergizi jari
makanan dan
minuman yang
dapat mudah
dikonsumsi, yang
sesuai
Menyediakan
makanan pilihan
Menyesuaikan
diet untuk gaya
hidup pasien yang
sesuai
Pasien
mengajarkan cara
untuk menjaga
buku harian
makanan, yang
diperlukan
Memantau
rekaman asupan
gizi konten dan
kalori
Menimbang
pasien interval
waktu yang tepat
Mendorong
pasien untuk
memakai gigi
palsu benar
dipasang
dan/atau
mendapatkan
perawatan gigi
Memberikan
informasi yang
tepat tentang
kebutuhan gizi
dan bagaimana
untuk bertemu
dengan mereka
Mendorong safe
makanan
persiapan dan
pelestarian teknik
Menentukan
presentase pasien
kemampuan
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
Membantu
pasien menerima
bantuan dari
program gizi
masyarakat yang
sesuai, yang
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Alexander R H, Proctor H J. Shock. Dalam buku: Advanced Trauma Life Support


Course for Physicians. USA, 1993 ; 75 - 94
Atkinson R S, Hamblin J J, Wright J E C. Shock. Dalam buku: Hand book of Intensive
Care. London: Chapman and Hall, 1981; 18-29.
Bartholomeusz L, Shock, dalam buku: Safe Anaesthesia, 1996; 408-413
Franklin C M, Darovic G O, Dan B B. Monitoring the Patient in Shock. Dalam buku:
Darovic G O, ed, Hemodynamic Monitoring: Invasive and Noninvasive Clinical
Application. USA : EB. Saunders Co. 1995 ; 441 - 499.
Haupt M T, Carlson R W. Anaphylactic and Anaphylactoid Reactions. Dalam buku:
Shoemaker W C, Ayres S, Grenvik A eds, Texbook of Critical Care. Philadelphia, 1989 ;
993 - 1002.
Leksana E. Terapi Cairan dan Elektrolit. SMF/Bagian Anestesi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (FK UNDIP). Semarang. 2004:18.
Thijs L G. The Heart in Shock (With Emphasis on Septic Shock). Dalam kumpulan
makalah: Indonesian Symposium On Shock & Critical Care. Jakarta-Indonesia, August
30 - September 1, 1996 ; 1 - 4.
Wilson R F, ed. Shock. Dalam buku: Critical Care Manual. 1981; c:1-42.
Zimmerman J L, Taylor R W, Dellinger R P, Farmer J C, Diagnosis and Management of
Shock, dalam buku: Fundamental Critical Support. Society of Critical Care Medicine,
1997.

Anda mungkin juga menyukai