Presenter:
Dr. Endrianus Jaya Putra
Moderator:
Prof. Dr. H. Syakroni Daud Rusydi, SpOG (K)
Pembimbing
Dr. dr. H. Kms Yusuf Effendi, SpOG (K)
Penilai:
Dr. Wim T. Pangemanan, SpOG (K)
Dr. H. Zaimursyaf Aziz, SpOG (K)
Dr. H. M. Hatta Ansyori, SpOG (K)
Oponen:
Dr. Akbar Dwi Novan
Dr. Kamalia
Dr. Roza Maulindra
Pembimbing Penyaji
DR. Dr. H. Kms Yusuf Effendi, SpOG (K) Dr. Endrianus Jaya Putra
V. EPIDEMIOLOGI
Ada beberapa studi epidemiologi tentang PCOS, terutama yang berbasis populasi.
Sebagian besar penelitian yang diterbitkan terdiri dalam data dari uji klinis, banyak
yang dilakukan pada populasi pasien perawatan endokrin atau klinik infertilitas,
dengan permasalahan pada teknik sampling dan klasifikasi sehingga menyebabkan
kesulitan dalam generalisasi dan komparatif.9
PCOS mempengaruhi 4% sampai 12% dari wanita usia reproduksi.12,15 Meskipun
demikian, PCOS masih menjadi diagnosis yang sulit dalam endokrinologi, ginekologi
dan kedokteran reproduksi.12 PCOS diperkirakan 4-8% di Yunani, Spanyol, dan
Amerika Serikat. Di seluruh dunia prevalensinya meningkat dan paralel dengan
DMT2.16 Di seluruh dunia ada 116 juta perempuan yang terkena PCOS.2 Di Pakistan
sekitar 5%-10% wanita dipengaruhi oleh PCOS pada tahun 2009.6 Tanda-tanda dan
gejala PCOS yang berbeda bersama dengan frekuensinya ditunjukkan pada Tabel 1.
Diperkirakan pada tahun 2006 di seluruh dunia, 105 juta perempuan antara 15 dan
49 tahun menunjukan PCOS, dan bertanggung jawab untuk 72% sampai 82% dari
penyebab hiperandrogenisme.3
Tabel 1. Frekuensi dan Ragam Gambaran Gejala PCOS
VI. PATOGENESIS
PCOS adalah kelainan heterogen yang ditandai dengan disfungsi ovulasi,
hiperandrogenisme, dan morfologi ovarium polikistik. Fitur neuroendokrin khas
meliputi peningkatan konsentrasi serum LH, peningkatan rasio LH/FSH, dan
meningkatnya amplitudo dan frekuensi sekresi pulsatil LH.2,18 PCOS diyakini adalah
gangguan multigenik kompleks, termasuk kelainan pada aksis hipotalamus-hipofisis,
steroidogenesis dan resistensi insulin.19
A. Steroidogenesis Abnormal
Mayoritas penulis menganggap bahwa steroidogenesis abnormal yang berasal dari
ovarium atau adrenal adalah gangguan utama PCOS. Konsentrasi tinggi
testosteron dan DHEA, masing-masing, terjadi pada 60-80% dan 20-25% dari
wanita dengan PCOS.9
PCOS dapat mempengaruhi tidak hanya perempuan tetapi juga laki-laki
dengan frekuensi kecil. Meskipun laki-laki tidak memiliki ovarium tetapi kelainan
yang mendasari (kadar tinggi androgen dan kadar rendah steroid binding
globulin) dan fitur klinis PCOS juga dapat dilihat pada laki-laki yang dikenal
sebagai sindrom Stein-Leventhal dengan pola kebotakan dini yang telah
dibuktikan dalam kerabat laki-laki dalam studi PCOS familial.2
B. Resistensi Insulin
Dalam dekade terakhir, telah diamati bahwa mayoritas wanita dengan PCOS
mengekspresikan beberapa derajat resistensi insulin, bahkan pada mereka yang
non obesitas. Studi menunjukkan adanya kecenderungan genetik, yang terwujud
sebagai kombinasi dari akibat gaya hidup dan obesitas.20 Resistensi insulin
hiperinsulinemia menyebabkan peningkatan produksi androgen. Mekanisme
gabungan yang diusulkan untuk menjelaskan hal ini adalah hubungan dengan
perubahan reseptor insulin dan enzim yang mengatur produksi androgen adrenal
dan ovarium.21
D. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga terkait dalam terjadinya PCOS. Konsensus Rotterdam
menyarankan skrining sindrom metabolik pada semua wanita dengan PCOS dan
obesitas., karena sekitar 50% wanita PCOS menderita obesitas.7
Obesitas dikaitkan dengan PCOS dimana obesitas memperburuk penyakit
penyerta dari PCOS seperti hipertensi, diabetes, hiperkolesterolemia, dan
penyakit jantung.2,26 tetapi peran kausalnya belum ditentukan secara
jelas;11,27 penjelasan alternatif adalah kausalitas terbalik (PCOS meningkatkan
kerentanan terhadap obesitas) dan peran sinergis tetapi independen dari obesitas
dan PCOS pada infertilitas.27 Oleh karena itu, peran modifikasi gaya hidup untuk
mencegah atau membalikkan kelainan reproduksi PCOS adalah penting, namun
belum dapat dipastikan.27,28
Selain itu, meskipun ada bukti luas yang menghubungkan resistensi insulin
dengan PCOS, secara luas dianggap bahwa mekanisme seluler dan molekuler dari
resistensi insulin pada PCOS berbeda dari kondisi insulin resisten umum lainnya
seperti obesitas dan diabetes.11,29 Akibatnya, peran terapi sensitisasi insulin di
PCOS masih terbatas untuk pencegahan penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe
2.30,31 Studi genetik bisa mengidentifikasi gen dan jalur yang mendasari, dan
dengan demikian memberikan wawasan ke dalam etiologi PCOS.
A. Studi Etnis
Meskipun peneliti tidak memiliki pengetahuan berbasis populasi untuk
menentukan prevalensi dari banyaknya kriteria PCOS, sudah ada beberapa
laporan kasus atau serial yang menyarankan bahwa PCOS ada di sebagian besar
kelompok etnis utama, meskipun fenotip bervariasi sesuai dengan etnisitas. Aono
dkk mengidentifikasi 11 wanita Jepang dengan ovarium polikistik (PCO)
teridentifikasi pada laparoskopi atau laparotomi yang memiliki peningkatan
signifikan kadar testosteron dan rasio LH/FSH dibandingkan dengan kontrol
etnis. Pasien PCO memiliki respon yang berlebihan dari sekresi LH baik pada
pemberian infus GnRH dan estrogen terkonjugasi ke tingkat yang sama seperti
yang sebelumnya telah dilaporkan pada pasien PCOS dari US dan kelompok
Eropa.4
Carmina dkk dalam studi kohort dari 75 pasien dengan anovulasi kronik
hiperandrogenik yang terdiri dari 25 sample Jepang, 25 Italia, dan 25 Hispanik
Amerika yang dibandingkan dengan kontrol etnis. Peserta diikutsertakan atas
dasar riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, gambaran USG ovarium, kadar
gonadotropin dan steroid seks, dan sensitivitas insulin. Wanita Jepang berciri
kurang gemuk dan tidak berbulu dibandingkan dengan kelompok etnis lainnya.
Walaupun demikian, semua kelompok memiliki kadar testosteron dan LH yang
sama dan insiden serupa ovarium polikistik pada USG. Androgen adrenal
meningkat dalam jumlah yang dapat dikomparasi dari kelompok pasien dan
dengan derajat yang sama, resistensi insulin secara signifikan meningkat tetapi
serupa dalam semua kelompok. Data ini menunjukkan bahwa etnis dapat
memainkan peran penting dalam fenotip sindrom.4
B. Studi Familial
Studi sebelumnya dari keluarga wanita PCOS telah menemukan tingginya insiden
kerabat yang terkena dampak. Hampir semua mengarah pada mode herediter
dominan. Penelitian ini menggunakan berbagai kriteria untuk mengidentifikasi
probands dengan sindrom yang secara tidak lengkap dan superfisial dalam meng-
karakteristikkan anggota keluarga. Juga, tidak ada penelitian yang bebas dari bias,
dimana mereka hanya cenderung meneliti keluarga dengan banyak wanita
penderita. Banyak studi memiliki bias informasi dalam upaya untuk menentukan
karakteristik reproduksi pada orang yang bukan dari usia reproduksi. Misalnya,
bagaimana Anda menetapkan status ibu pascamenopause (pembedahan atau
dikastrasi) dari proband dengan PCOS dimana data riwayat menstruasi dan
status hiperandrogenik diambil, dari interview on recall? Apa yang Anda lakukan
dengan wanita premenarchal? Tabel 2 merangkum mode herediter. Tabel 3
menyajikan persentase saudara dan ibu yang terkena dampak. Fenotipe laki-laki
yang diusulkan di ditunjukkan pada Tabel 4.4
Cooper dan Clayton, dalam studi yang lebih besar pertama terhadap PCOS
familial, berusaha untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi anggota
keluarga lain dari wanita kulit putih yang terkena dampak. Pasien yang terkena
semua diidentifikasi memiliki "Stein-Leventhal sindrom" yang memiliki kelainan
klinis dan biokimia, walaupun manifestasi tepat tidak diidentifikasi. Semua
probands memiliki ovarium polikistik, baik atas dasar diagnosis reseksi baji atau s
C. Studi Kembar
Sampai saat ini, ada kelangkaan relatif dari studi kembar dari PCOS. Laporan
kasus telah mengidentifikasi perempuan kembar PCOS. Sebuah studi kembar
lebih besar dari Australia oleh Jahanfar dan rekan melaporkan sampel kembar,
baik mono maupun dizigot, yang diteliti dengan USG serta parameter klinis dan
biokimia, namun tidak membahas etnisitas si kembar dan kontrol. Mulai dari
populasi 500 perempuan kembar yang dihubungi untuk berpartisipasi, akhirnya
hanya 34 pasang yang dianalisis. Terdapat kejadian yang sangat tinggi dari
ovarium polikistik pada USG, dengan 50% dari studi populasi yang terkena
dampak. Penelitian ini mencatat tingkat tinggi ketidakcocokan antara kembar
untuk PCO pada USG. Studi ini menunjukkan bahwa PCOS mungkin memiliki
pola herediter yang lebih kompleks daripada autosomal dominan, mungkin X-
linked atau poligenik. Hal ini juga menyarankan bahwa faktor lingkungan
mungkin memainkan peran penting. Komponen genetik juga tampaknya
signifikan pada level insulin puasa, yang selanjutnya menimbulkan resistensi
insulin sebagai karakteristik keluarga potensial.4,44
X. STUDI ASOSIASI
Studi asosiasi tidak memperdulikan warisan keluarga dari sifat-sifat tertentu. Mereka
juga menawarkan keuntungan dalam mempelajari mode penyakit herediter yang tidak
pasti dan dengan gambaran yang sulit didefinisikan atau adanya penetrasi
variabel. Mereka mewakili bentuk studi kasus-kontrol di mana perbandingan dibuat
antara frekuensi alel pada populasi yang terkena dampak dibandingkan dengan
populasi yang tidak terpengaruh. Alel dianggap terkait secara bermakna dengan
sifat/trait jika lebih sering ditemukan pada kelompok yang terkena dampak dibanding
kelompok kontrol. Beberapa studi kasus-kontrol telah menemukan hubungan positif
antara PCOS dan alel gen kandidat.
Ada banyak daerah potensial untuk dikritik pada setiap studi. Mungkin yang
paling signifikan adalah kenyataan bahwa frekuensi alel dapat bervariasi secara
signifikan, tergantung pada etnis dari populasi yang diteliti. Dengan demikian,
perbandingan antara populasi campuran mungkin palsu karena faktor etnis yang
berbeda dari dua kelompok. Pilihan dari kelompok kontrol dan cara yang digunakan
untuk mengeksklusi penderita/kasus adalah sumber lain dari bias dalam studi ini.
Asosiasi positif dilaporkan di sini, satu dengan reseptor neurotransmitter, dua
dengan enzim steroidogenik, dan satu dengan gen insulin, membentuk berbagai
kelompok gen kandidat (Tabel 5). Namun, studi ini semua relatif kecil dan dengan
demikian berisiko memiliki potensi bias tipe I. Bias ini telah dibuktikan dalam
asosiasi yang dilaporkan dengan CYP17 dan temuan ini tidak digunakan oleh studi
lain. Ketika para peneliti memperluas ukuran sampel kasus-kontrol mereka, asosiasi
signifikan menghilang. Etnisitas kasus dan kontrol dalam tiga dari asosiasi positif
tidak secara khusus disebutkan. Dalam penelitian yang sama, keluarga probands
digunakan dalam penelitian linkage yang dibahas berikut ini adalah berasal berbagai
latar belakang etnis, termasuk kulit putih, Iran, Asia, dan Afro-Karibia. Studi asosiasi
oleh Legro dkk, meskipun terbatas pada satu kelompok etnis saja, fetnotip kasus dan
kontrol hanya berdasarkan atas riwayat menstruasi dan kadar testosteron serum.4
Tabel 5. Asosiasi positif dengan alel kandidat pada PCOS
Penulis Kriteria Dx kasus / Etnis Alel Signifikansi
PCOS kontrol kandidat
Carey dkk, Anovulasi 71/24 Tidak alel A2dari OR = 3.57 menjadi
1994 * dan / atau disebutkan CYP17 (17- terpengaruh
hirsutisme alpha dengan satu alel
dan PCO dari hidroksilase) (CI tidak
USG disebutkan)
Legro dkk, Peningkatan 47/42 Hanya 2 alel dari OR 3,72 (95% Cl
1995 testosteron Hispanik DRD3 1,2-12,8) dari yang
dan anovulasi (dopamin D3 terpengaruh jika
kronik reseptor) homozigot untuk
alel 22
Gharani Gangguan 97/110 Tidak 216 alel dari p value <0,03
dkk, 1997 menstruasi disebutkan CYP11a untuk PCOS
dan / atau (aromatase) dengan 216 alel
hirsutisme dibandingkan
dan PCO dari dengan kelompok
USG gabungan kontrol
perempuan tanpa
PCO pada USG
dan wanita PCO
tanpa gejala
Waterworth Gangguan 25/54 Tidak alel III dari OR = 8,20 (1,83-
dkk, 1997 menstruasi disebutkan INS VNTR 50) untuk PCOS
dan / atau (insuline) anovulasi
hirsutisme dibandingkan
dan PCO dari dengan perempuan
USG normal
PCOS, sindrom ovarium polikistik.
* Asosiasi ini tidak lagi ditemukan signifikan oleh penulis pada penelitian dengan ukuran sampel yang lebih besar.
Sumber: Legro RS, 2008.4
Dalam arti yang sama, asosiasi negatif antara PCOS dan gen seperti reseptor
dopamin D2, reseptor androgen, reseptor insulin, dan glikogen sintetase mungkin
mengalami bias tipe II, dan ukuran sampel yang lebih besar mungkin dapat
menunjukkan hubungan yang signifikan. Mengingat bias terhadap hasil negatif, maka
dapat disimpulkan bahwa banyak asosiasi negatif tidak pernah ditemukan dan tidak
dilaporkan. Ini juga merupakan poin penting dalam hal pertanyaan kesalahan tipe I
sebelumnya. Sebagian besar asosiasi yang ditemukan telah tentatif, seperti yang
ditunjukan oleh interval kepercayaan yang luas dari rasio odds yang dilaporkan.
Setiap uji asosiasi dapat dianggap independen dari yang lain, dan koreksi statistik
diperlukan untuk mengendalikan ini. Lander dan Schork merekomendasikan bahwa
dalam setiap n lokus dengan K alel yang diuji, nilai probabilitas harus disesuaikan
oleh faktor n (k -1). Ini membutuhkan nilai p 0,00001 jika dilakukan pengujian 100
marker dengan 6 alel pada tiap marker. Pengujian multipel semacam ini juga
memerlukan divisi post hoc dari fenotip agar lebih sesuai dengan asosiasi genetik
tentatif.4
Studi asosiasi seperti yang dibahas di atas berguna sebagai tes awal untuk
hubungan antara gen kandidat dan fenotip penyakit. Semua kriteria ini berlaku untuk
studi PCOS. Hanya pasien penderita (dan, jika relevan, kontrol tidak terpengaruh)
perlu dipelajari. Hal ini akan menghilangkan beberapa kesulitan dalam mengkla-
sifikasikan wanita premenarchal dan menopause serta laki-laki. Namun, penelitian
asosiasi dapat dilemahkan oleh heterogenitas, baik genetik dan nongenetik, dari
sindrom tersebut.4
Spielman dan Ewens menyarankan pengujian asosiasi positif dengan tes transmisi
disequilibrium. Ini melibatkan orang tua dari proband terpengaruh dan pada warisan
dari alel penyakit yang diduga. Orang tua yang heterozigot untuk alel ini akan lebih
sering mentransmisi alel penyakit ke anak yang terpengaruh daripada alel lain. Tes
seperti ini memungkinkan kontrol internal yang sesuai, mengurangi masalah dari
keberagaman etnis atau kontrol yang tidak sesuai. Sebuah variasi ini dilakukan
dengan insulin VNTR pada salah satu alel-alel ini. Awalnya tidak signifikan, ketika
tes transmisi disequilibrium dilakukan untuk semua orang tua heterozigot. Namun,
ketika data ini dibagi atas dasar transmisi parental, tes menunjukan positif untuk
transmisi paternal (20 transmisi, 6 nontransmissions; tingkat transmisi 77%,
p <0,0006).4
XIII. PENUTUP
Kriteria fenotipik yang tidak pasti membuat penentuan status penderita sulit, dan
peneliti yang berbeda telah menggunakan kriteria yang berbeda. Banyak penelitian
mengandalkan, terutama pada, kriteria historis untuk mendiagnosis simdrom. PCOS
tetap menjadi diagnosis eksklusi, dan banyak penelitian telah gagal mengeksklusi
secara sistematis potensi phenocopies. Sedikit penelitian berhasil sepenuhnya meng-
karakteristikan sekuele endokrinologik dan metabolisme dari beberapa silsilah
keturunan. Fenotip laki-laki masih belum jelas dan tidak secara lengkap dipelajari,
meskipun benang merah menunjukan ada beberapa gangguan metabolisme
androgen. Walaupun dengan segala keterbatasan ini, studi agregat familial telah
secara konsisten menunjukkan bahwa modus hereditas tampaknya menjadi dominan.
Fakta ini akan cenderung untuk mengeksklusi banyak etiologi langka lainnya dari
hiperandrogenisme, seperti defisiensi enzim steroidogenik, yang autosomal resesif.
Studi yang tersedia menunjukkan adanya komponen keluarga yang kuat terhadap
PCOS. Tentu salah satu kritik terbesar dari studi keluarga ini telah menjadi kegagalan
peneliti untuk menyelidiki secara penuh seluruh anggota keluarga dengan skrining
sistematis yang sama untuk metabolisme dan kelainan reproduksi yang terkait. Tidak
ada pengganti untuk bukti langsung biometrik atau biokimia fenotip. clusterings
keluarga besar PCOS menawarkan kesempatan terbaik untuk mengidentifikasi strain
unik dari PCOS. Clusterings keluarga dari PCOS dapat mewakilkan etiologi yang
homogen dari sindrom, meskipun terdapat heterogenitas fenotipe yang signifikan
dalam silsilah keluarga terapapr. Analisis linkage dapat dilakukan diantara marker
polimorfik yang dijarakan pada interval genetik regular, dan sifat-sifat kekeluargaan
dapat mengidentifikasi daerah kritis untuk penyelidikan lebih lanjut. Memilih
kandidat gen untuk memulai analisis linkage terbukti tidak produktif dalam
menentukan dan membedakan etiologi sebenarnya dari sindrom PCOS
Studi genetik terbaru mengungkapkan wawasan biologis dan evolusi baru ke
dalam patogenesis PCOS, termasuk peran D19S884 dan rs12473543, yang mungkin
terlibat dalam PCOS familial. Walaupun demikian masih banyak pertanyaan yang
tersisa tentang genetic kandidat etiologi dan mekanisme sifat herediter dari PCOS,
menjadi suatu tantangan bagi ilmu pengetahuan di masa depan untuk menguak
misteri ini.
REFERENSI
1. Prapas N, Karkanaki A, Prapas I, Kalogiannidis I, Katsikis I, Panidis D. Genetics of
Polycystic Ovary Syndrome.Review Article. HIPOKRATIA 2009, 13, 4: 216-223
2. Mobeen H, Nadeem A, Muhammad K. Polycystic Ovary Syndrome May Be an Autoimmune
Disorder. Review Article. Scientifica 2016, 10, 1155: 4071735
3. Azziz, R., Carmina, E., Dewailly, D., Diamanti-Kandarakis, E., Escobar-Morreale, H.F.,
Futterweit, W., Janssen, O.E., Legro, R.S., Norman, R.J., Taylor, A.E. and Witchel, S.F.;
Androgen Excess Society (2006) Positions Statement: Criteria for Defining Polycystic Ovary
Syndrome as a Predominantly Hyperandrogenic Syndrome: An Androgen Excess Society
Guideline. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 91, 4237-4245.
4. Legro, R. Genetics of Polycystic Ovary Syndrome. Glob. libr. women's med. 2008, 10,:1756-
2228
5. Balen AH, Dunger D. Pubertal maturation of the internal genitalia. Ultrasound Obstet
Gynecol 1995; 6: 164-165.
6. Elting MW, Korsen TJM, Rekers-Mombarg LTM, Schoemaker J. Women with polycystic
ovary syndrome gain regular menstrual cycles when ageing. Hum Reprod 2000;15: 24-28.
7. Rotterdam ESHRE/ASRM-Sponsored PCOS Consensus Workshop Group (2004) Revised
2003 Consensus on Diagnostic Criteria and Long Term Health Risks Related to Polycystic
Ovary Syndrome PCOS (Review). Human Reproduction, 19, 41-47.
8. Baracat, E.C. and Soares-Junior, J.M. (2007) Ovrios policsticos, resistncia insulnica e
sndrome metablica. Revista Brasileira de Ginecologia e Obstetrcia, 29, 117-119.
9. Guilherme B, Larissa BP, Denise Rosso T, Alberto K. Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
and Fertility. Open Journal of Endocrine and Metabolic Diseases, 2016, 6, 58-65
10. The Thessaloniki ESHRE/ASRM-Sponsored PCOS Consensus Workshop Group. Consensus
on infertility treatment related to polycystic ovary syndrome. Human Reproduction Vol.23,
No.3 pp. 462477, 2008
11. The Amsterdam ESHRE/ASRM-Sponsored 3rd PCOS Consensus Workshop Group.
Consensus on WomenS Health Aspects of Polycystic Ovary Syndrome PCOS. Fertil Steril
2012;97:2838
12. Sheikhha MH. Kalantar SM. Ghasemi N. Genetics of polycystic ovary syndrome. Review
Article. Iranian Journal of Reproductive Medicine Vol.5. No.1. pp:1-5, Winter 2007
13. Legro RS, Kunselman AR, Dodson WC, Dunaif A. Prevalence and predictors of risk for type
2 diabetes mellitus and impaired glucose tolerance in polycystic ovary syndrome: a
prospective, controlled study in 254 affected women. J Clin Endocrinol Metab 1999; 84: 165-
169.
14. Pigny P, Jonard S, Robert Y, Dewailly D. Serum Anti-Mullerian Hormone as a Surrogate for
Antral Follicle Count for Definition of the Polycystic Ovary Syndrome. J Clin Endocrinol
Metab 2005; 10: 2005-2076.
15. Knochenhauer ES, Key TJ, Kahsar-Miller M, Waggoner W, Boots LR, Azziz R. Prevalence
of the polycystic ovary syndrome in unselected black and white women of the southeastern
United States: a prospective study. J Clin Endocrinol Metab 1998; 83: 3078-3082.
16. M. A. Ganie and S. Kalra, Polycystic ovary syndromea metabolic malady, the mother of
all lifestyle disorders in womencan Indian health budget tackle it in future? Indian Journal
of Endocrinology andMetabolism, vol. 15, no. 4, pp. 239241, 2011.
17. R. Azziz, E. Carmina, and D. Dewailly, The Androgen Excess and PCOS Society criteria for
the polycystic ovary syndrome: the complete task force, Fertility and Sterility, vol. 91, pp.
456488, 2009.
18. R. Rebar,H. L. Judd, S. S. C. Yen, J. Rakoff,G. Vandenberg, and F.Naftolin,
Characterization of the inappropriate gonadotropin secretion in polycystic ovary
syndrome,The Journal of Clinical Investigation, vol. 57, no. 5, pp. 13201329, 1976.
19. Yarak, S., Bagatin, E., Hassun, K.M., Talarico, S. and Parada, M.O.A. (2005)
Hyperandrogenism and Skin: Polycystic Ovary Syndrome and Peripheral Insulin Resistance.
Anais Brasileiros De Dermatologia, 80, 395-410.
20. Moura, H.H.G., Costa, D.L.M., Bagatin, E., Sodr, C.T. and Manela-Azulay, M. (2011)
Sndrome do ovrio policstico:Abordagem dermatolgica. Anais Brasileiros de
Dermatologia, 86, 111-119.
21. Harwood, K., Vuguin, P. and DiMartino-Nardi, J. (2007) Current Approaches to the
Diagnosis and Treatment of Polycystic Ovarian Syndrome in Youth. Hormone Research in
Paediatrics, 68, 209-217.
22. R. P. Millar, A. J. Pawson, C. A. Flanagan, K. Morgan, and S. R. Maudsley, Gonadotropin-
releasing hormone receptor, Endocrine Reviews, vol. 25, no. 2, pp. 235275, 2004.
23. H. Charlton, Hypothalamic control of anterior pituitary function: a history, Journal of
Neuroendocrinology, vol. 20, no. 6, pp. 641646, 2008.
24. S. V. Meethal, T. Liu, H. W. Chan et al., Identification of a regulatory loop for the synthesis
of neurosteroids: a steroidogenic acute regulatory protein-dependentmechanism involving
hypothalamic-pituitary-gonadal axis receptors, Journal of Neurochemistry, vol. 110, no. 3,
pp. 10141027, 2009.
25. Doi, S.A. (2008) Neuroendocrine Dysfunction in PCOS: A Critique of Recent Reviews.
Clinical Medicine & Research, 6, 47-53
26. A. M. Venkatesan, A. Dunaif, and A. Corbould, Insulin resistance in polycystic ovarian
syndrome: progress and paradoxes recent progress in hormone research, Journal of
Biomedicine and Biotechnology, vol. 56, pp. 295308, 2001
27. Felix RD, David A, Joyce Y, Lisette S, Unnur S, Richa S, Andrew B. Causal mechanisms and
balancing selection inferred from genetic associations with polycystic ovary syndrome.
NATURE COMMUNICATIONS 2015. 6:8464
28. Domecq, J. P. et al. Lifestyle modification programs in polycystic ovary syndrome:
systematic review and meta-analysis. J. Clin. Endocrinol. Metab. 98,46554663 (2013).
29. Dunaif, A. Insulin resistance and the polycystic ovary syndrome: mechanism and implications
for pathogenesis. Endocr. Rev. 18, 774800 (1997).
30. Wild, R. A. et al. Assessment of cardiovascular risk and prevention of cardiovascular disease
in women with the polycystic ovary syndrome: a consensus statement by the Androgen
Excess and Polycystic Ovary Syndrome (AE-PCOS) Society. J. Clin. Endocrinol. Metab. 95,
20382049 (2010).
31. Legro, R. S. et al. Diagnosis and treatment of polycystic ovary syndrome: an Endocrine
Society clinical practice guideline. J. Clin. Endocrinol. Metab. 98, 45654592 (2013).
32. Legro RS, Driscoll D. Strauss 3rd JF, Fox J, Dunaif A. Evidence for a genetic basis for
hyperandrogenemia in polycystic ovary syndrome. Proc Natl Acad Sci USA 1998; 95:
1495614960.
33. Govind A, Obhrai MS, Clayton RN. Polycystic ovaries are inherited as an autosomal
dominant trait: analysis of 29 polycystic ovary syndrome and 10 control families. J Clin
Endocrinol Metab 1999; 84: 3843.
34. Crosignani PG, Nicolosi AE. Polycystic ovarian disease: heritability and heterogeneity. Hum
Reprod Update 2001; 7:37.
35. Diamanti-Kandarakis E, Piperi C. Genetics of polycystic ovary syndrome: searching for the
way out of the labyrinth. Hum Reprod Update 2005; 11: 631-643.
36. Escobar-Morreale, H.F., Luque-Ramrez, M. and San Milln, J.L. (2005) The Molecular-
Genetic Basis of Functional Hyperandrogenism and the Polycystic Ovary Syndrome.
Endocrine Reviews, 26, 251-282.
37. Xita, N. and Tsatsoulis, A. (2006) Review: Fetal Programming of Polycystic Ovary
Syndrome by Androgen Excess: Evidence from Experimental, Clinical, and Genetic
Association Studies. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 91, 1660-1666.
38. Legro, R.S., Barnhar, T.H.X., Schlaff, W.D., Carr, B.R., Diamond, M.P., Carson, S.A.,
Steinkampf, M.P., Coutifaris, C., Mcgovern, P.G., Cataldo, N.A., Gosman, G.G., Nestler,
J.E., Giudice, L.C., Leppert, P.C. and Myers, E.R., Cooperative Multicenter Reproductive
Medicine Network (2007) Clomiphene, Metformin, or Both for Infertility in the Polycystic
Ovary Syndrome. The New England Journal of Medicine, 356, 551-566.
39. Franks S, Gharani N, Waterworth D, et al. The genetic basis of polycystic ovary syndrome.
Hum Reprod. 1997; 12:2641-2648.
40. Jahanfar S, Eden JA. Genetic and non-genetic theories on the etiology of polycystic ovary
syndrome. Gynecol Endocrinol. 1996; 10: 357-364.
41. San Milln, J.L., Botella-Carretero, J.I., lvarez-Blasco, F., Luque-Ramrez, M., Sancho, J.,
Moghetti, P., et al. (2005) A Study of the Hexose-6-Phosphate Dehydrogenase Gene R453Q
and 11-Hydroxysteroid Dehydrogenase Type 1 Gene 83557insA Polymorphism in the
Polycystic Ovary Syndrome. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 90, 4157-
4162
42. Givens JR: Familial polycystic ovarian disease [Review]. Endocrinol Metabol Clin North Am
17: 771, 1988
43. Cohen PN, Givens JR, Wiser WL et al: Polycystic ovarian disease, maturation arrest of
spermiogenesis, and Klinefelter's syndrome in siblings of a family with familial hirsutism.
Fertil Steril 26: 1228, 1975
44. Hutton C, Clark F: Polycystic ovarian syndrome in identical twins. Postgrad Med J 60: 64,
1984
45. Bishun NP, Morton WRM: Chromosome mosaicism in Stein-Leventhal syndrome. Br Med J
Nov 7: 1200, 1964
46. Taylor SI: Lilly Lecture: Molecular mechanisms of insulin resistance. Lessons from patients
with mutations in the insulin-receptor gene [Review]. Diabetes 41: 1473, 1992
47. Gharani N, Waterworth DM, Batty S, et al. Association of the steroid synthesis gene CYP11a
with polycystic ovary syndrome and hyperandrogenism. Hum Mol Gen. 1997; 6: 397-402.
48. Wang Y, Wu XK, Cao YX, et al. Microsatellite polymorphism of (tttta)n in the promoter of
CYP11a gene in Chinese women with polycystic ovary syndrome, Zhonghua Yi Xue Za Zhi.
2005; 85: 3396-3400.
49. Gaasenbeek M, Powell BL, Sovio U, et al. Large-scale analysis of the relationship between
CYP11A promoter variation, polycystic ovarian syndrome, and serum testosterone. J Clinl
Endocrino Metab. 2004; 89: 2408-2413.
50. Escobar-Morreale H, Pazos F, Potau N, Garcia-Robles R, Sancho JM, Varela C. Ovarian
suppression with triptorelin and adrenal stimulation with adrenocorticotropin in functional
hyperadrogenism: role of adrenal and ovarian cytochrome P450c17. Fertil Steri. 1994; 62:
521-530.
51. Escobar-Morreale HF, San Millan JL, Smith RR, Sancho J, Witchel SF. The presence of the
21-hydroxylase deficiency carrier status in hirsute women: phenotypegenotype correlations.
Fertil Steril. 1999; 72: 629-638.
52. Picado-Leonard J, Miller WL. Cloning and sequence of the human gene for P450c17 (steroid
17-hydroxylase/ 17,20lyase): similarity with the gene for P450c21. DNA.1987; 6: 439-448.
53. Wickenheisser JK, Quinn PG, Nelson VL, Legro RS, Strauss JF III, McAllister LM.
Differential activity of the cytochrome P450 17-hydroxylase and steroidogenic acute
regulatory protein gene promoters in normal and polycystic ovary syndrome theca cells. J
Clin Endocrinol Metab. 2000; 85: 2304-2311.
54. Wickenheisser JK, Nelson-Degrave VL, Quinn PJ, McAllister JM. Increased cytochrorne
P450 17-hydroxylase promoter function in theca cells isolated from patients with polycystic
ovary syndrome involves nuclear factor-1. Mol Endocrinol. 2004; 18: 588-605.
55. Wickenheisser JK, Nelson-DeGrave VL, McAllister JM. Dysregulation of cytochrome P450
17-hydroxylase messenger ribonucleic acid stability in theca cells isolated from women with
polycystic ovary syndrome. J Clin Endocrinol Metabol.2005; 90: 1720-1727.
56. Unluturk U, Harmanci A, Kocaefe C, Yildiz BO. The genetic basis of the polycystic ovary
syndrome: a literature review including discussion of PPAR-. PPAR Res. 2007;1-23.
57. Segars JH, DeCherney AH. Is There a Genetic Basis for Polycystic Ovary Syndrome? J Clin
Endocrinol Metab, May 2010, 95(5):20582060