Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring bertambahnya usia,penuaan tidak dapat dihindarkan dan
terjadi perubahan keaadaan fisik.Selain itu lansia mulai kehilangan pekerjaan,
kehilangan tujuan hidup,kehilangan teman ,resiko terkena penyakit, terisolasi
dari lingkungan, dan kesepian. Hal tersebut dapat memicu terjadinya
gangguan mental. Depresi merupakan salah satu gangguan mental yang
banyak dijumpai pada lansia akibat proses penuaan.
Depresi menurut WHO merupakan suatu gangguan mental umum
yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan minat,perasaan bersalah atau
harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energy, dan kosentrasi
yang rendah. Masalah ini dapat akut atau kronik dan dapat menyebabkan
gangguan kemampuan individu untuk beraktivitas sehar-hari.((Irawan, 2013,
p. 815)
Oleh karena itu para lansia perlu mendapat perhatian dan dukungan
dri lingkungan dan keluarga agar dapat mengatasi perubahan yang terjadi,
selain perubahan keadaan fisik dan keadaan mental yang makin rentan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian depresi pada lansia?
2. Apa etiologi depresi pada lansia?
3. Apa saja manifestasi klinis depresi pada lansia?
4. Apa saja hal-hal yang perlu di kaji dengan depresi pada lansia?
5. Apa saja diagnosa keperawatan yang mungkin muncul?
6. Apa saja intervensi untuk diagnose keperawatan dengan depresi pada
lansia?
7. Apa saja yang harus di evaluasi untuk depresi pada lansia?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian depresi pada lansia?
2. Untuk mengetahui etiologi depresi pada lansia?
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis depresi pada lansia?
4. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu di kaji dengan depresi pada
lansia?
5. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang mungkin muncul?
6. Untuk mengetahui intervensi untuk diagnose keperawatan dengan
depresi pada lansia?
7. Untuk mengetahui yang harus di evaluasi untuk depresi pada lansia?

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

DEPRESI

A. Definisi
Menurut WHO ( world Health Organization), Depresi adalah
gangguan mental dengan penampilan mood yang tertekan, kehilangan minat
atau kesenangan, penurunan energy, perasaan bersalah atau rendah diri,
gangguan tidur atau nafsu makan, dan kurang konsentrasi.
Depresi merupakan suatu keadaan yang di sebabkan oleh perubahan
psikologi, biologi dan social yang sering terjadi pada lansia. ( (Vina Dwi W,
2010, p. 7)
Depresi adalah gangguan alam perasaan yang di tandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga
hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan dalam menilai
realitas, kepribadian tetap utuh atau tidak mengalami keretakan kepribadian,
prilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal. ( Hawari Dadang,
2001)

B. Etiologi
Etiologi diajukan oleh para ahli mengenai depresi yang terjadi pada lanjut
usia (Damping, 2003) :
1. Polifarmasi
Terdapat beberapa golongan obat yangdapat menimbulkan depresi , antara
lain obat analgetika, anti inflamasi nonsteroid, antihipertensi, antipsikotik,
antikanker, ansiolitika, dan lain-lain.
2. Kondisi medis umum
Beberapa kondisi umum yang berhubungan dengan depresi antara lain
adalah gangguan endokrin, neoplasma, gangguan neurologis, dan lain-
lain.

3
3. Teori neurobiologi
Paraahli sepakat bahwa faktor genetik berperan pada depresi lansia. Pada
beberapa penelitian juga ditemukan adanya perubahan neutransmiliter
pada depresi lansia, seperti menutrunkan konsentrasi serotinin,
norepinefrin, dopamin serta meningkatnya konsentrasi monoamin
oksidase otak akibat proses penuaan.atrofi otak juga diperkiraan berperan
pada depresi lansia.
4. Teori psikodinamik
Elaborasi Freud pada teori Karl Abraham tentang proses berkabung
menghasilkan pendapat bahwa hilangnya objek cinta diintrojeksikan
kedalam individu tersebut sehingga menyatu atau merupakan bagian dari
individu itu. Kemarahan terhadap objeknya yang hilang ditunjukan
kepada diri sendiri. Akibatnya terjadi perasaan bersalah atau menyalahkan
diri sendiri, merasa diri tidak berguna, dan sebagainya.
5. Teori kognitif dan perilaku
Salah satu teori psikologis tentang terjadinya gangguan depresi adalah
terjadinya distorsi kognitif. Dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana
interpretasi seseorang terhadap peristiwa-peristiwa kehidupan yang
dialaminya.
6. Teori psikoedukatif
Hal-hal yang dipelajari atau diamati individu pada orang tua usia lanjut
misalnya ketidakberdayaan mereka, pengisolasian oleh keluarga, tidak
adanya sanak saudara, ataupun perubahan-perubahan fisik yang
diakibatkan oleh proses penuaan dapat memicu terjadinya depresi pada
usia lanjut.
7. Dukungan sosial yang buruk dan kegiatan religius yang kurang
dihubungkan terjadinya depresi pada lansia,misalnya perasaan tidak
berguna, penarikan diri dari interaksi sosial, kehilangan harapan,dan
gejala-gejal kognitif lain yang terjadi oada depresi. ( Blazer, 2003)

4
C. Manifestasi Klinis
dalam Gallo & Gonzales (2001) disebutkan gejala-gejala depresi pada lansia,
yaitu :
1. Kecemasan dan kekhawatiran
2. Keputusasaan dan keadaan tidak berdaya
3. Masalah-masalah somatik yang sulit untuk dijelaskan
4. Iritabilitas
5. Kepatuhan yang rendah terhadap terapi medis atau diet
6. Psikosis
7. Sulit tidur
8. Sering murung

D. Hal-hal Yang Perlu Dikaji


1. Identitas diri klien
2. Struktur keluarga/genogram
3. Riwayat penyakit keluarga
4. Riwayat penyakit klien
5. Kaji ulang riwayat kliendan pemeriksaan fisik untuk melihan adanya
tanda dan gejala karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu
yang didiagnosis.
a. Kaji adanya depresi
b. Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat
seperti geriatrikdepresion scale.
c. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan.
d. Wawancarai klien, pemberi asuhan , atau keluarga.
6. Lakukan observasi langsung terhadap :
a. Perilaku
1) Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan
melakukan kegiatan sehari-hari.
2) Apakah klien menunjukan perilaku yang tidak dapat diterima
secara sosial ?

5
3) Apakah klien sering mondar mandir ?
4) Apakah ia menunjukan sundown syndrom atau perseveration
phenomena ?
b. Afek
1) Apakah klien menunjukkan ansietas ?
2) Labilitas emosi ?
3) Depresi atau apatis ?
4) Iritabilitas ?
5) Curiga ?
6) Tidak berdaya ?
7) Frustasi ?
c. Respon kognitif
1) Bagaimana tingkat orientasi klien ?
2) Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal-hal yang
baru saja atau sudah lama terjadi ?
3) Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan , atau
mengabstrakan?
4) Kurang mampu membuat penilaian ?
5) Terbukti mengalami afaisa, agnosia, atau apraksia?
7. Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia
sudah menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut .
b. Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan
anggota keluarga yang lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber
daya komunitas (catat hal-halyang perlu diajarkan).
d. Identifikasi pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identifikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan pemberi asuhan
tentang dirinya sendiri.

6
E. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Gangguan alam perasaan : depresi
2. Resiko bunuh diri
3. Gangguan pola tidur

F. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan alam perasaan : depresi berhubungan dengan koping
maladaktif.
Tujuan : klien tidak merasa stres dan depresi.
Kriteria hasil :
a. Klien dapat meningkatkan harga diri.
b. Klien dapat menggunakan dukungan sosial.
c. Klien dapat menggunakan obat dengan tepat dan benar.

Intervensi

1) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusannya.


Ras : Membangun motivasipada lansia.
2) Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
Ras : individu lebih percaya diri.
3) Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan( misal : hubungan
antar sesama, keyakinan, hal-hal yang ingin diselesaikan ).
Ras : menumbuhkan semangat hidup lansia.
4) Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu ( misal : orang
terdekat, tim pelayan kesehatan, kelompok pendukung,agama yang
dianut).
Ras : lansia tidak merasa sendiri.
5) Kaji sistem pendukung keyakinan.
Ras : meningkatkan nilai spiritual lansia.
6) Diskusikan tentang obat.
Ras : untuk memberi pemahaman kepada lansia tentang obat.
7) Lakukan rujukan sesuai indikasi ( misal konseling pemuka agama ).

7
Ras: untuk menangani klien secara cepat dan tepat.
8) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
Ras : prinsip 5 benar dapat memaksimalkan fungsi obat secara efektif.
9) Anjurkan membicarakan efek samping yang dirasakan.
Ras : menambah pengetahuan lansia tentang efek samping obat.
10) Beri reinforsement positif jika obat digunakan dengan benar.
Ras : lansia merasa dirnya lebih bahagia.

2. Resiko Bunuh Diri berhubungan dengan depresi


Tujuan :
a. Klien tidak membahayakan diri sendiri.
b. Klien mempunyai alternatif penyelesaian masalah yang konstruktif.
Kriteria hasil
a. Mampu mengungkapkan ide bunuh diri.
b. Mengenali cara-cara untuk bunuh diri.
c. Mendemonstrasikan cara menyelesaikan masalah yang konstruktif.
Intervensi
1) Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien.
Ras : mencegah klien melakukan bunuh diri.
2) Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan klien.
Ras : benda benda berbahaya disekitar klien dapat digunakan
sebagai alat bunuh diri.
3) Melakukan contact treatment .
Ras : kontrak waktu dengan klien, tindakan kooperatif.
4) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
Ras : agar ancaman bunuh diri tidak terjadi.
5) Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
Ras : memberi pengetahuan klien tentang pengendalian bunuh diri.

3. Gangguan pola tidur


Batasan karakteristik :

8
a. Perubahan pola tidur normal
b. Ketidakpuasan tidur.
c. Menyatakan sering terjaga.
d. Menyatakan mengalami kesulitan tidur.
e. Menyatakan tidak merasa cukup istirahat.
Faktor yang berhubungan :
a. Kelembapan lingkungan sekitar.
b. Suhu lingkungan sekitar.
c. Tanggung jawab memberi asuhan.
d. Perubahan pejanan terhadap cahaya-gelap.
e. Gangguan.
f. Kurang kontrol tidur.
g. Memiliki beban pikiran, stress.
(NOC) :
Anxiety reduction
Comffort level
Pain level
Rest : extent and pattern
Sleep : extent and pattern
Kriteria hasil :
a. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari.
b. Pola tidur, kualitas dalam batas normal.
c. Perasaan segar setelah tidur atau istirahat.
d. Mampu mengidentifikasikan hal-hal yang meningkatkan tidur.
Intervensi (NIC) :
Sleep Enhancement :
1) Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur.
2) Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat.
3) Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur.
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman.
5) Kolaborasi pemberian obat tidur.

9
6) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang teknik tidur klien.
7) Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur.
8) Instruksikan untuk memonitor tidur klien.
9) Catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam.

G. Evaluasi
Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan :
1. Resiko bunuh diri tidak terjadi.
2. gangguan alam perasaan : depresi dapat teratasi.
3. Gangguan pola tidur teratasi.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Depresi menurut WHO merupakan suatu gangguan mental umum
yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan minat,perasaan bersalah atau
harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energy, dan kosentrasi
yang rendah. Masalah ini dapat akut atau kronik dan dapat menyebabkan
gangguan kemampuan individu untuk beraktivitas sehar-hari.
Depresi pada lansia dapat ditunjukan dengan gejala antara lain
kecemasan dan kekhawatiran, Keputusasaan dan keadaan tidak berdaya,
masalah-masalah somatik yang sulit untuk dijelaskan, iritabilitas, kepatuhan
yang rendah terhadap terapi medis atau diet, psikosis, sulit tidur, dan sering
murung.

B. Saran
Kami sebagai penulis ingin menyarankan kepada para pembaca,
terlebih kepada para lansia agar menjalani masa tua dengan baik dan sehat,
artinya jangan sampai memiliki beban pikiran atau memikirkan hal-hal yang
berat. Jangan memendam masalah sendiri, berbagilah kepada rekan terdekat
yang dapat diajak berkonsultasi atau bercerita, agar masa tua kita todak
mengalami depresi.

11

Anda mungkin juga menyukai