Penurunan Suhu Tubuh Pada bayi dengan berat badan lahir rendah di
Nicu dengan no. rekam medis 5211xx. Pasien bayi Ny I berusia 1 hari dengan
diagnosa medis Berat bayi lahir rendah.Dengan Keluhan utama hipotermi , usia
berada pada suhu 35,2 C, Respiratory Rate 45 x/menit, tekanan nadi pada 150
x/menit, dan apgar skor 5 8, berat badan = 1350 gr. Pada observasi tanggal 23
november 2015 sebelum diberikan selimut plastik, suhu pasien 35,2 C,kaki teraba
dingin, bayi tampak lesu dan lemag, tangisan lemah,bayi tidak mau minum, bayi
tampak menggigil.
ruang Nicu, dengan no. rekam medis 5204xx. Pasien Bayi NY J berusia 1 hari
dengan lahir spontan di RS siti khodijah sepanjang dengan diagnosa medis Berat
minggu,ketuban pecah dini (-),ketuban jernih, tanda tanda vital berada pada
suhu 35,9 C,Respiratory Rate 54x/menit, Tekanan nadi 155 x/menit, dan apgar
skor 7 8,berat badan = 1050 gr, pada tanggal 28 November 2015 jam pasien
31
32
Bayi NY J keluhan utama bayi dengan berat lahir rendah. Pasien Bayi NY J
disarankan untuk di rawat di ruang Nicu dengan suhu 35,9 , oleh karena itu pasien
bayi Ny J tergolong Hipotermi . Tanda-tanda Vital anak berada pada suhu 35,9 C,
Respiratory Rate pada 54 x/menit, tekanan nadi pada 155 x/menit, dan kesadaran
dengan jumlah skor 7 -8, bayi tampak menggigil, kaki terasa dingin, kekuatan
breathing, circulation, disability. Pasien dengan suhu 35,2 di sertandi tanda tanda
hipotermi seperti = pasien tampak pucat dan lemah, badan terba dingin,
peningkatan suhu terjadi peningkatan menjadi 36,5 dan dalam waktu 2 jam di
memperhatikan ABCD.
selimut plastik dan di tempat ruangan yang sama dengan suhu ruangan yang sama
.pasien dengan suhu 35,9 ,tubuh pasien tampak dingin, tanpa di berikan selimut
plastik perkrmbangan peningkatan suhu dalam waktu satu jam sebesar 36,1 C
dan dalam waktu 2 jam terjadi peningkatan suhu sebesar 36,2 C dengan tetap di
Penurunan Suhu Tubuh Pada bayi dengan berat badan lahir rendah di ruang
berikan terjadi peningkatan dengan suhu dari 35,2 c menjadi 36,5 c, dengan
tanda tanda bayi tampak menangis, tubuh teraba hangat, tidak terdapat tanda
tanda dehidrasi, kempuan menghisap baik,warna kulit tampak baik . Pada 2 jam
setelah di berikan selimut plastik terjadi peningktan yang signifikan suhu sebesar
adanya tanda tanda dehidrasi, bayi tampak menangis, warna kulit tampak
membaik observasi tanda tanda vital suhu : 37 c, respiratory rate 45x/ menit, nadi
148 x/ menit.
berikan selimut plastik pada waktu 1 jam terjadi peningktan suhu yang cukup
lambat dari 35,9 meningkat menjadi 36,1 dengan tanda tanda bayi tampak lesu,
lemah,warna kulit tampak tidak merata selanjutnya pada 2 jam setelahnya terjadi
peningkatan sebesar 36,3 dengan tanda tanda bayi tampak menangis ,tubuh teraba
dingin, kemampuan menghisap lemah, warna kulit tidak merata, tidak adanya
tanda tanda dehidrasi , observasi tanda tanda vital suhu = 36,3, respiratory rate
Pasien A Pasien B
Indikator Sesudah Sesudah
Sebelum Sebelum
(Selama 5 hari) ( Selama 7 Hari)
Sangat Sedikit Sedikit
Frekuensi BAB Ekstrem (1)
menggangu (2) Mengganggu (4) Mengganggu (4)
Tidak Sangat Tidak
Warna Feses Mengganggu (3)
Mengganggu (5) menggangu (2) Mengganggu (5)
Sedikit
Bising Usus Mengganggu (3) Mengganggu (3) Mengganggu (3)
Mengganggu (4)
Tidak Tidak Tidak Tidak
Darah pada Feses
Mengganggu (5) Mengganggu (5) Mengganggu (5) Mengganggu (5)
Lendir pada Tidak Sangat Sedikit
Mengganggu (3)
Feses Mengganggu (5) Mengganggu (2) Mengganggu (4)
Sangat Sedikit Sedikit
Diare Ekstrem (1)
Mengganggu (2) Mengganggu (4) Mengganggu (4)
TOTAL SKOR 18 26 14 26
4.2 Pembahasan
4.2.1 Karakteristik diare akut pada anak usia toodler di Rumah Sakit
madu
Dari pemaparan hasil pengkajian dari Rekam Medis, wawancara, dan hasil
berhubungan dengan reaksi infeksi, dan diare berhubungan dengan BAB cair yang
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi
dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
35
dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Diare merupakan
suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya.
dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus
pasien mengkonsumsi kue yang diberikan oleh tetangganya, diduga kue tersebut
sudah basi yang mengandung bakteri sehingga menjadi toksik pada dinding usus.
Rangsangan dalam dinding usus (toksik) akan terjadi peningkatan air dan
elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat
peningkatan isi rongga usus (Latief, 2007). Menurut hasil pengkajian juga
didapatkan data yang mendukung bahwa Pasien A mengalami Diare Akut, dimana
Dari pemaparan hasil pengkajian dari Rekam Medis, wawancara, dan hasil
berhubungan dengan reaksi infeksi, dan diare berhubungan dengan BAB cair yang
berkelanjutan.
peningkatan suhu tubuh dan terdapatnya lendir pada feses. Berdasarkan hasil
ketan, diamana ketan belum dapat dicerna dengan baik oleh dinding usus sehingga
pergeseran air dan elektrolit. Menurut latief (2007) Mekanisme dasar yang
36
menyebabkan diare ialah gangguan osmotic, akibat terdapatnya makanan atau zat
yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus
meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkanya
sehingga timbul diare. Menurut hasil pengkajian juga didapatkan data yang
mendukung bahwa Pasien B mengalami Diare Akut, dimana diare kurang dari 7
orang tua Pasien telah di berikan madu sejak umur 24 bulan. Cara pemberian
madu akan lebih baik dikonsumsi dalam air karena akan memudahkan penyerapan
didalam tubuh. Madu tersebut sebaiknya dikonsumsi dua jam sebelum makan atau
tiga jam sesudah makan, penulis tidak menjelaskan alasan waktunya. Usia Pasien
A juga sudah bisa mengkonsumsi madu menurut The National Honey Board
pada bayi usia kurang dari satu tahun. Menurut dinkes tahun 2011 pemberian obat
Benar waktu, Benar Rute, Benar Dokumentasi, Benar Expired, benar Informasi,
A mengalami diare akut, benar obat diberikan madu sebagai terapi, dosis
37
pemberian 20 ml, pemberian dilakukan sesudah makan yaitu pada jam 8 pagi, 5
sore dan 7 malam, diberikan per oral dengan cara pemberian madunya dilarutkan
pemberian madu yang dilarutkan dengan air biasa sehingga peneliti berinisiatif
madu merupakan unsur yang paling baik untuk mencampuri susu formula,
tidak dalam masa expired, sebelum itu harus diberikan informasi kepada keluarga
pasien A tentang pemberian madu, dan yang terakhir harus dilakukan observasi
orang tua Pasien belum pernah mengkonsumsi madu sebelumnya, sehingga timbul
sedikit kekhawatiran akan pemberian suplemen madu untuk diare akut anak.
B sudah berusia 1 tahun dimana menurut rekomendasi The National Honey Board
bahwa pasien B mengalami diare akut, benar obat diberikan madu sebagai terapi,
dosis pemberian 20 ml, pemberian dilakukan sesudah makan yaitu pada jam 8
pagi, 5 sore dan 7 malam, Dalam pemberian madu untuk pasien B ini diberikan
dengan cara dicampur dengan air hangat dan diberikan secara berkala melalui
38
sendok teh.. Menurut Muhilal, 2-3 sendok makan madu 2x sehari sudah cukup
madu akan lebih baik dikonsumsi dalam air karena akan memudahkan penyerapan
didalam tubuh. Madu tersebut sebaiknya dikonsumsi dua jam sebelum makan atau
tiga jam sesudah makan, penulis tidak menjelaskan alasan waktunya (Harli, 2001),
tidak dalam masa expired, sebelum itu harus diberikan informasi kepada keluarga
pasien B tentang pemberian madu, dan yang terakhir harus dilakukan observasi
4.2.3 Karakteristik diare akut pada anak usia toodler di Rumah Sakit
madu
pemberian suplemen madu diare anak pada skor 18 dan setelah pemberian terapi
selama 5 hari diare pada anak pada skor 26. Menurut hasil observasi pasien B
dengan 26 November 2015, yakni untuk sebelum pemberian suplemen madu diare
anak pada skor 16 dan setelah pemberian terapi selama 7 hari diare pada anak
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Cholid, sofyan (2011), dimana
39
didapatkan hasil Perbedaan frekuensi diare antara 2 kelompok terjadi pada hari
ke-2, hari ke-4 dan hari ke-5. Rerata lama rawat diare cair akut pada kelompok
suplementasi madu 59,46 jam, kelompok kontrol 71,20 jam. Perawatan hari ke 3
suplemen madu terhadap penurunan diare akut pada anak usia toodler.
penyembuhan diare, ini dibuktikan dengan lama rawat di rumah sakit yang lebih
cepat 2 hari dari ALOS yaitu rata-rata 7. Begitu juga dengan Pasien B, keadaan
kondisi pasien B ditinjau dari hasil skoring awal pasien B lebih kecil
dibandingkan dengan pasien A. Pasien B dalam hari ketiga juga terjadi penurunan
Madu dapat menurunkan frekuensi diare, paling tidak ada empat faktor
tersebut tidak dapat hidup dan berkembang. Kedua, tingkat keasaman madu yang
tinggi (pH 3,65) akan mengurangi pertumbuhan dan daya hidupnya sehingga
bakteri tersebut mati. Ketiga, adanya senyawa radikal hydrogen peroksida yang
peningkatan frekuensi diare pada pengamatan perawatan hari ke-3 pada pasien B.
terbukti memperpendek lama rawat, Dari hasil data awal berupa ALOS didapatkan
sakit yang lebih lama yaitu 7 hari peneliti berasumsi pasien B belum dapat
madu belum bekerja secara optimal pada anak 1 tahun kebawah seperti yang
dilakukan oleh Haffejee I.E dan Moosa A yang meneliti efek madu untuk terapi
pada pasien dapat membantu efek terapi suplemen madu, dalam penelitian
dengan menggunakan zinc saja dan kelompok dua menggunakan suplemen zinc
dan madu.