Anda di halaman 1dari 22

TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA

Disusun oleh

Alfiramita Hertanti (1111040151)

Syuhri Ramadhani (1111040169)

PENDIDIKAN MATEMATIKA ICP

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

1
ABSTRAK
Albert Bandura adalah seorang psikolog terkenal dengan mempelopori munculnya
teori belajar sosial (social learning theory) atau teori Observasional. Teori belajar sosial
menunjukkan bahwa pentingnya proses mengamati dan meniru prilaku, sikap dan reaksi
emosi orang lain, teori ini telah memberi penekanan tentang bagaimana prilaku manusia di
pengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Bertolak dari uraian di atas, tentunya tujuan dari karya ilmiah ini adalah ;
mengetahui lebih dalam siapa Albert Bandura, bagaimana kajian teoritis tentang teori
belajar sosial, apa kekurangan dan kelebihan dari teori belajar sosial, dan seperti apa
aplikasi dari teori belajar sosial dalam proses pembelajaran.
Dalam teori belajar sosial, Albert bandura mengemukakan beberapa konsep utama
dari teori belajar sosial adalah sebagai berikut; (1). Pemodelan (modeling) (2). Belajar
Vicarious (3). Prilaku Diatur-sendiri (Selft Regulated Behaviour). Albert Bandura percaya
bahwa aplikasi dari teori belajar sosial sangat terbuka bagi berbagai disiplin ilmu seperti
ilmu matematika dan pendidik berperan penting dalam pengaplikasian teori ini. Aplikasi
dari teori belajar sosial dalam proses pembelajaran juga memiliki kelemahan dan
kelebihan, kelemahan dari teori ini di lihat dari konsep pemodelan atau peniruan tingkah
laku sedangkan kelebihan dari teori ini di lihat dari konsep penerapannya yang di nilai
kompleks dalam proses pendekatannya.

Kata kunci : Teori Belajar Sosial, Behavior, Kognitif, Observasional

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullah Wabarokatuh.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat serta izinnyalah

sehingga makalah ini selesai tepat pada waktu pengumpulannya.

Penulisan makalah ini merupakan tugas kelompok yang diberikan dalam mata

kuliah Teaching and Learning Theory dengan judul Teori Belajar Sosial Albert

Bandura.

Kami menyadari makalah ini jauh dari sempurna,oleh karenanya kritik membangun

dan saran amat sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian, untuk kami dapat

membenahi pada makalah-makalah kami selanjutnya.

Makassar, Desember 2012

Kelompok 9

3
DAFTAR ISI

Halaman Judul ... 1

Abstrak .2

Kata Pengantar .3

Daftar Isi ..4

BAB I. PENDAHULUAN ..5

BAB II. PEMBAHASAN 7

A. Biografi Albert Bandura ..7


B. Teori Belajar Sosial......8
C. Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Sosial.14
D. Contoh Aplikasi Teori Belajar Sosial..15
E. Aplikasi Teori Belejar Sosial dalam Pembelajaran Matematika....17

BAB III. PENUTUP 20

DAFTAR PUSATAKA ..22

4
BAB I

PENDAHULUAN

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan
belajar yang dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mujiono (1996:7) mengemukakan
siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Tiap ahli psikologi
memberi batasan yang berbeda tentang belajar, atau terdapat keragaman dalam cara
menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar.Belajar merupakan sesuatu yang sangat
penting sekali dalam rentang perkembangan pada diri seseorang, dengan belajar seseorang
telah mengalami suatu proses menuju kearah yang lebih baik.

Dalam kaitannya dengan belajar ini sangat banyak teori- teori yang membahas
tentang belajar.Dimana teori belajar merupakan unsur penting dalam pendidikan. Tanpa
teori pembelajaran tidak akan ada suatu kerangka kerja konseptual yang digunakan sebagai
dasar untuk melaksanakan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak sekali
teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi salah satunya adalah teori belajar
sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura.

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori belajar sosial ( social learning theory ),
salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif
dari fikiran, pemahaman dan evaluasi terhadap lingkungan. Eksperimen yang sangat
terkenal dalam teori ini adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak anak
meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

Teori pembelajaran sosial (social learning theory) biasa juga disebut pembelajaran
observasional (observational learning), telah memberi penekanan tentang bagaimana
perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan sekitar melalui penguatan (reinforcement)
dan pembelajaran peniruan serta cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu dan juga
sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi orang yang ada disekitar dan
menghasilkan penguatan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain
(observational opportunity).

5
Menurut Bandura, proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain
sebagai model merupakan tindakan belajar.Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia
dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan
pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola
belajar sosial jenis ini. Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana
seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura (1977)
menghipotesiskan bahwa tingkah laku, lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada
pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi merupakan hubungan yang saling
berpengaruh atau berkaitan (interlocking). Menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku
sering dievaluasi, yaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan
personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menjabarkan tentang teori belajar sosial
oleh Albert Bandura. Untuk lebih spesifiknya maka penulis mendeskripsikan siapakah
Albert Bandura, bagaimana kajian teoritis tentang teori belajar sosial, apa kelebihan dan
kekurangan teori belajar sosial, dan aplikasi teori belajar sosial. Dengan pendeskripsian
tersebut maka kita akan mengetahui lebih lanjut mengenai teori belajar sosial Albert
Bandura.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Albert Bandura

Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mundare, kota kecil di Alberta,
Canada. Dia mendapat gelar B.A. dari University of British Columbia, kemudian M.A.
pada 1951, dan Ph.D. pada 1952 dari University of Iowa. Dia ikut magang pascadoktoral di
Wichita Guidance Center pada 1953 dan kemudian bergabung di Stanford University. Pada
1969-1970 dia sempat di Center for the Advanced Study in Behavioral Sciences. Bandura
kini menjabat sebagai David Starr Jordan Professor of Social Science di Fakultas Psikologi
Universitas Stanford.

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (sosial learning
theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
kognitif dari pemikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menjabat sebagai ketua
APA (American Psychological Association) pada tahun 1974 dan pernah dianugerahi
penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1975.Pada tahun berikutnya,
Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan
tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang
agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama
7
mendapat gelar doktor sebagai pekerja di makmalnya. Bagi Bandura, walaupun prinsip
belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus
memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma
behaviorisme.

B. Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial merupakan perluasan teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik).Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969).Prinsip belajar
menurut Bandura adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami.Adapun pengertian
dari teori pembelajaran sosial (social learning theory) atau pembelajaran observasional
(observational learning) yaitu :

Pembelajaran observasional merupakan pembelajaran yang dilakukan ketika


seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain (John W.Santrock : 2008).
Pembelajaran observasional merupakan proses dimana informasi diperoleh dengan
memerhatikan kejadian-kejadian dalam lingkungan (B.R.Hergenhahn dan Matthew
HOlson : 2008.).

Studi Boneka Bobo Klasik

Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Bandura (1965) mengilustrasikan


bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang bukan
sebagai penguat atau penghukum.Dalam eksperimen ini, anak anak meniru seperti
perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.Eksperimen ini juga mengilustrasikan
perbedaan antara pembelajaran dan kinerja (performance).Sejumlah anak taman kanak-
kanak secara acak ditugaskan utuk melihat tiga film dimana ada seseorang (model) sedang
memukuli boneka plastik seukuran orang dewasa yang dinamakan boneka Bobo.

8
Dalam film pertama, penyerangnya diberi permen, minuman ringan dan dipuji
karena melakukan tindakan agresif.Dalam film kedua, si penyerang ditegur dan ditampar
karena bertindak agresif.Dalam film ketiga, tidak ada konsekuensi atas si penyerang
boneka.Kemudian masing-masing anak dibiarkan sendiri berada di ruangan penuh mainan,
termasuk boneka Bobo.Perilaku anak diamati melalui cermin satu arah.Anak yang
menonton film dimana perilaku penyerang diperkuat atau tidak dihukum apapun lebih
sering meniru tindakan model ketimbang anak yang menyaksikan si penyerang
dihukum.Seperti yang diduga, anak lelaki lebih agresif ketimbang anak perempuan.Namun,
poin penting dalam studi ini adalah bahwa pembelajaran observasional terjadi sama
ekstensifnya baik itu ketika perilaku agresif diperkuat maupun tidak diperkuat.

Poin penting kedua dalam studi ini difokuskan pada perbedaan antara pembelajaran
dan kinerja.Karena murid tidak melakukan respons bukan berarti mereka tidak
mempelajarinya. Dalam sudi Bandura, saat anak diberi insentif ( dengan stiker atau jus
buah) untuk meniru model, perbedaan dalam perilaku imitatif anak dalam tiga kondisi itu
hilang. Bandura percaya bahwa ketika anak mengamati perilaku tetapi tidak memberikan
respons yang dapat diamati, anak itu mungkin masih mendapatkan respons model dalam
bentuk kognitif.

Studi ini menarik karena ia menunjukkan bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh
pengalaman tak lansung atau pengalaman pengganti. Dengan kata lain, apa yang mereka
lihat dilakukan atau dialami orang lain akan mempengaruhi perilaku mereka. Anak-anak di
kelompok pertama mendapatkan penguatan dari pengamatan (vicarious reinforcement) dan
mereka difasilitasi untuk keagresifan mereka. Sedangkan anak-anak di kelompok kedua
mendapatkan ancaman pengamatan (vicarious punishment), dan mereka dihalangi perilaku
agresifnya. Meskipun anak-anak tidak mendapatkan pengalaman penguatan maupun
ancaman secara langsung, mereka memodifikasi perilakunya secara sama (Hergenhahn dan
Olson, 1997).

Determinisme Resiprokal (Reciprocal Determinism)

9
Bandura mengembangkan model Determinisme Resiprokalyang terdiri dari tiga
faktor utama, yaitu perilaku, person / kognitif, dan lingkungan. Seperti dalam gambar,
faktor-faktor ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran, yakni faktor
lingkungan memengaruhi perilaku, perilaku memengaruhi lingkungan, faktor person
(orang/kognitif) memengaruhi perilaku dan sebagainya.Bandura menggunakan istilah
person, tapi memodifikasi menjadi person (cognitive) karena banyak faktor orang yang
dideskripsikannya adalah faktor kognitif.

Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran


penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (1997,2001) pada masa
belakangan ini adalah self-efficiacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai
situasi dan menhasilkan hasil positif. Bandura mengatakan bahwa self-efficiacy
berpengaruh besar terhadap perilaku. Misalnya, seorang murid yang self-efficiacy-nya
rendah mungkin tidak mau berusaha belajar untuk mengerjakan ujian karena dia tidak
percaya bahwa belajar akan bisa membantunya mengerjakan soal.Adapun konsep utama
dari teori belajar Albert Bandura adalah sebagai berikut :

a. Pemodelan
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial Albert Bandura. Menurut
Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain. (Arends, 1997:67).

Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain
(model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan
pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-mengulang

10
kembali.Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk
mengekspresikan tingkah laku yang dipelajari.
Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengklasifikasi empat fase
belajar dari pemodelan, yaitu :
1. Fase Atensi
Fase pertama dalam belajar pemodelan adalah memberikan perhatian pada
suatu model.Pada umumnya seseorang memberikan perhatian pada model-
model yang menarik, popular atau yang dikagumi.Dalam pembelajaran guru
yang bertindak sebagai model bagi siswanya harus dapat menjamin agar siswa
dapat memberikan perhatian kepada bagan-bagian penting dari pelajaran. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara menyajikan materi pelajaran secara jelas dan
menarik, memberikan penekanan pada bagian-bagian penting, atau dengan
mendemonstrasikan suatu kegiatan. Di samping itu suatu model harus
memiliki daya tarikn (Woolfolk, 1993).Misalnya untuk menjelaskan bagian-
bagian bola mata guru seharusnya menggunakan gambar model mata, dengan
variasi warna yang bermacam-macam sehingga bagian-bagian mata tersebut
tampak jelas dan siswa termotivasi untuk mempelajarinya.

2. Fase Retensional
Menurut Gredler, (dalam Sudibyo, E. 2001:5), fase ini bertanggung jawab atas
pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam
ingatan (memori jangka panjang). Pengkodean adalah proses pengubahan
pengalaman yang diamati menjadi kode memori. Arti penting dari fase ini
adalah bahwa si pengamat tidak akan dapat memperoleh manfaat dari tingkah
laku yang diamati ketika model tidak hadir, kecuali apabila tingkah laku itu
dikode dan disimpan dalam ingatan untuk digunakan pada waktu kemudian.

Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang guru dapat menyediakan


waktu pelatihan, yang memungkinkan siswa mengulang keterampilan baru
secara bergiliran, baik secara fisik maupun secara mental.Misalnya mereka
dapat menvisualisasikan sendiri tahap-tahap yang telah didemonstrasikan
dalam menggunakan busur, atau penggaris sebelum benar-benar
melakukannya.
11
3. Fase Reproduksi
Dalam fase ini kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang
sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati. Derajat ketelitian yang
tertinggi dalam belajar mengamati adalah apabila tindakan terbuka mengikuti
pengulangan secara mental. Fase reproduksi dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan individu.

Fase reproduksi mengizinkan model untuk melihat apakah komponen-


komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai oleh si pengamat
(pebelajar).Pada fase ini juga si model hendaknya memberikan umpan balik
terhadap aspek-aspek yang sudah benar ataupun pada hal-hal yang masih
salah dalam penampilan.

4. Fase Motivasional
Pada fase ini si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab mereka
merasa bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh
penguatan. Memerikan penguatan untuk suatu tingkah laku tertentu akan
memotivasi pengamat (pebelajar) untuk berunjuk perbuatan. Aplikasi fase
motivasi di dalam kelas dalam pembelajaran pemodelan sering berupa pujian
atau pemberian nilai.

b. Belajar Vicarious
Sebagian besar belajar observasional termotivasi oleh harapan bahwa meniru model
dengan baik akan menuju pada pada reinforcement. Akan tetapi, akan ada orang yang
belajar dengan melihat orang diberi reinforcement atau dihukum waktu terlibat dalam
perilaku-perilaku tertentu. Inilah yang disebut belajar vicarious.
Guru-guru dalam kelas selalu menggunakan prinsip belajar vicarious.Bila seorang murid
berkelakuan tidak baik, guru memperhatikan anak-anak yang bekerja dengan baik dan
memuji mereka karena pekerjaan mereka yang baik itu. Anak yang nakal itu melihat
bahwa bekerja memperoleh reinforcement sehingga ia pun kembali.

c. Perilaku Diatur-Sendiri (Self-Regulated Behavior)

12
Bandura mengatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar merupakan perilaku yang
diatur oleh dirinya sendiri (self-regulated behavior). Manusia belajar suatu standar
performa (performance standards), yang menjadi dasar evaluasi diri. Apabila tindakan
seseorang bisa sesuai atau bahkan melebihi standar performa, maka ia akan dinilai
positif, tetapi sebaliknya, bila dia tidak mampu berperilaku sesuai standar, dengan kata
lain performanya dibawah standar, maka ia akan dinilai negatif.

Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati perilakunya sendiri,


mempertimbangkan perilaku terhadap kriteria yang disusunnya sendiri, kemudian
memberi reinforcement atau hukuman pada dirinya sendiri.Kita semua mengetahui bila
kita berbuat kurang daripada yang sebenarnya.Untuk dapat membuat pertimbangan-
pertimbangan ini, kita harus mempunyai harapan tentang penampilan kita sendiri.
Seorang siswa mungkin sudah merasa senang sekali memperoleh 90% betul dalam suatu
tes, tetapi anak yang lain mungkin masih kecewa.

Hal yang menjadi pertanyaan ialah dimana kita memperoleh kriteria yang kita gunakan
untuk mempertimbangkan penampilan kita?Kadang-kadang pertimbangan-pertimbangan
ini kelihatannya timbul sendiri, seperti seorang pelukis, seorang penulis, atau seorang
guru, bekerja berulang kali untuk memperoleh sebuah lukisan, suatu karangan, atau
suatu pelajaran yang baik.Namun, teori belajar sosial mengemukakan bahwa sebagian
besar dari kriteria yang kita miliki untuk penampilan kita, kita pelajari, seperti banyak
hal-hal yang lain, dari model-model dalam dunia sosial kita.

Kita belajar banyak dengan dihadapkan pada model-model. Bila kita memperhatikan
perilaku model, dan menciptakan kode-kode verbal atau kode-kode khayalan bagi apa
yang telah kita amati, kita akan belajar dari model itu. Baik pengulangan terbuka
maupun pengulangan tertutup menolong kita untuk dapat memiliki perilaku baru yang
kita pelajari.Pada suatu saat kita harus mencoba mereproduksi perilaku model
itu.Umpan balik untuk memperbaiki diberikan jauh sebelum fase reproduksi belajar dari
model-model, memunyai efek yang kuat terhadap perilaku. Reinforcement dan hukuman
yang ditimbulkan sendiri secara lansung dan dialami secara vicarious, menentukan
sejauh mana perilaku yang baru ituakan ditampilkan.

13
Respon-respon kognitif kita terhadap perilaku kita sendiri mengizinkan kita untuk
mengatur perilaku kita sendiri.Dengan mengamati, kita mengumpulkan data tentang
respons-respons kita.Melalui standar-standar penampilan yang sudah diinternalisasi,
kerap kali dipelajari melalui observasi, kita pertimbangkan perilaku kita.Dengan
memberi hadiah atau menghukum kita sendiri, kita dapat mengendalikan perilaku kita
secara efektif.Kita tidak perlu dikendalikan oleh kekuatan lingkungan atau keinginan
yang dating dari dalam.Kita dapat belajar menjadi manusia sosial yang
berkepribadian.Dengan menerapkan gagasan-gagasan teori belajar sosial pada diri kita
sendiri, kita dapat menjadi guru dan siswa yang lebih baik.

Selain itu, anggapan mengenai kecakapan diri (perceived self-efficacy) juga berperan
besar dalam perilaku yang diatur sendiri.Anggapan tentang kecakapan diri ini adalah
keyakinan seseorang bahwa dia mampu untuk melakukan sesuatu.Dari anggapan ini,
muncul motivasi orang untuk berprestasi (apabila anggapannya positif) atau bahkan
dimotivasi untuk melakukan suatu hal (apabila anggapannya negatif).
Terkadang, anggapan mengenai kecakapan diri seseorang tidak sesuai dengan kecakapan
diri sesungguhnya (real self-efficacy).Seseorang terlalu yakin dia dapat melakukan
sesuatu, tetapi pada kenyataannya sebenarnya dia tidak mampu. Bila hal ini terjadi,
maka orang akan merasa frustasi dan rendah diri.

C. Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Sosial Albert Bandura

a. Kelemahan Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan


dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah
mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan
pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya
dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu
yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang
negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.

14
b. Kelebihan Teori Belajar Sosial Albert Bandura

Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya ,


karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan
melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia
bukan semata mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi
yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.

Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning


( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar
social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari
perkembangan anak anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan
perkembangan anak anak, faktor social dan kognitif.

D. CONTOH APLIKASI TEORI BELAJAR SOSIAL

Bandura menyatakan bahwa seseorang dapat belajar dari pengalaman tak langsung
atau pengalaman pengganti dan belajar dengan mengamati konsekuensi dari perilakunya
sendiri.Bandura mendefenisikan model sebagai segala sesuatu yang menyampaikan
informasi. Jadi koran, majalah, televisi, dan sebagainya merupakan model. Dan tentu saja
informasi berita yang disampaikan dapat membawa pengaruh positif maupun dapat
memunculkan proses kognitif yang salah pada individu. Bandura menyatakan bahwa anak-
anak dan orang dewasa mendapatkan sikap, emosi tanggapan, dan gaya baru melalui
modeling.

Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar untuk
mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik mengamati para pengendara
sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang dia anggap kurang
menarik. Oleh karena itu, ia akan mengamati bagaimana seseorang mengayuh sepeda.
Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan si anak akan tersimpan bahwa
bersepeda itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat ia akan meminta ayahnya

15
(semisal) untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Semuanya itu kemudian dilaksanakan
pada tahap reproduksi di mana si anak kemudian benar-benar belajar mengendarai sepeda
bersama sang ayah. Ketika anak itu sudah berhasil, di sinilah tugas sang ayah untuk
memberi reward sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang anak sekaligus merupakan
tahap motivasi.Beberapa contoh lain dijelaskan dalam poin-poin berikut:

Iklan mie instan, di iklan tersebut diperlihatkan seseorang yang sedang melihat
orang lain makan mie instan dengan nikmatnya, membuatnya pada akhirnya makan
mie instan yang sama.
Melihat kecelakaan di konser sebuah band nasional yang mengakibatkan seseorang
meninggal, seorang pemudi yang tadinya hendak menonton konser band tersebut di
kotanya menggagalkan niatnya.
Iklan sebuah pasta gigi memperlihatkan seorang anak yang meniru kebiasaan
ayahnya makan, ribut sendiri karena menonton bola, dan cara ayahnya menggosok
gigi.
Seorang balita yang kecanduan rokok dan berkata kasar karena lingkungan (orang-
orang dewasa) sekitar terbiasa merokok dan berkata kasar.
Seorang anak melompat dari lantai 4 sebuah rumah susun dengan menggunakan
seprai setelah melihat film superhero.
Sosialisasi penggunaan helm dan mengendarai motor yang baik menggunakan suatu
film pendek yang mengilustrasikan seorang pemuda yang naik motor ugal-ugalan
dan tidak memakai helm, berakibat fatal; kaum muda yang melihatnya
menggunakan helm dan berkendara aman tak hanya untuk menghindari ditilang
polisi, tetapi untuk mengamankan dirinya.
Serangkaian novel yang bercerita tentang percintaan vampir dengan manusia
menjadi bestseller, memacu penulis lain untuk menulis novel-novel yang bercerita
tentang percintaan vampir-manusia.
Seorang selebritis mulai berkecimpung di dunia politik, menambah kesuksesannya,
selebritis lain juga akhirnya banyak yang terjun ke dunia politik.
Belakangan ini, ada aktor/aktris yang mencoba peruntungan di dunia tarik suara,
dan cukup sukses. Melihat hal ini banyak aktor/aktris lain yang mulai ikut-ikutan
terjun di dunia tarik suara.

16
Sinetron-sinetron yang memiliki high rating saat ini adalah bercerita tentang cinta
dan judul sinetronnya adalah nama sang tokoh utama. Banyak sinetron-sinetron
baru yang bermunculan bertema cinta dan judulnya pun adalah nama sang tokoh
utama.
Memenuhi kebutuhan transportasi anak muda, sebuah perusahaan mobil ternama
mendesain sebuah mobil yang berjiwa muda, dengan ciri mobil kecil (untuk 4
orang) dan berbentuk kapsul dengan lekukan-lekukan di bodi mobilnya. Melihat
jumlah penjualannya, kini banyak produsen mobil yang memproduksi mobil dengan
bentuk yang mirip.
Sebuah perusahaan telekomunikasi di sebuah negara yang memiliki jumlah
penduduk terbanyak di Asia memproduksi secara massal ponsel murah dengan
tombol QWERTY. Karena jumlah penjualannya, banyak produsen di negara yang
sama, bahkan Indonesia sendiri memproduksi ponsel dengan bentuk yang sama.
Seorang anak melihat temannya yang terluka karena terkena petasan, anak itu pun
menghindari main petasan.
Seorang pemuda melihat kesuksesan seorang bintang sepak bola dunia, memacunya
untuk berlatih sepak bola sebaik mungkin, berharap bisa mengikuti jejak bintang
sepak bola tersebut.
Seorang remaja melihat sekelompok remaja lain perform dance dengan gemilang,
remaja ini pun mulai belajar dan berlatih dance serupa.
Ada seorang yang kecopetan ponselnya yang dia taruh di tasnya, mengetahui hal
tersebut, seseorang mengindari menaruh ponsel di tas.
Seorang anak melihat ibunya makan bakso, dia juga ingin memakannya dan
meminta pada ibunya. Namun, sang ibu menunjukkan ekspresi kepedasan dan
akhirnya si anak tidak mau memakan bakso tersebut.

E. APLIKASI TEORI BELAJAR SOSIAL TERHADAP PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

Bandura percaya bahwa segala sesuatu yang dapat dipelajari melalui pengalaman
langsung juga bisa dipelajari secara tidak langsung melalui observasi. Bandura juga
percaya bahwa model akan sangat efektif apabila dilihat sebagai seseorang yang memiliki
kehormatan, kompetensi, status tinggi atau kekuasaan. Dan dalam hal ini sebagian besar
17
guru memiliki kriteria tersebut sehingga dapat menjadi model yang berpengaruh besar.
Guru dapat menjadi model untuk suatu keahlian, strategi pemecahan masalah, kode moral,
standar performa, aturan dan prinsip umum, dan kreativitas. Guru juga dapat menjadi
model

tindakan, yang akan diinternalisasi siswa dan karenanya menjadi standar evaluasi diri.

Fase belajar observasional diatur oleh empat variabel yang harus diperhatikan oleh
guru. Fase yang pertama yaitu atensional (perhatian), dimana siswa harus menaruh
perhatian terhadap sesuatu yang menurutnya menarik, popular, kompeten, atau dikagumi,
dan proses itu akan bervariasi seiring dengan pendewasaan dan pengalaman belajar
sebelumnya. Yang kedua yaitu retensi, agar dapat meniru perilaku suatu model siswa harus
mengingat perilaku itu. Pada fase retensi ini, latihan sangat membantu siswa untuk
mengingat elemen-elemen perilaku yang dikehendaki. Yang ketiga produksi, suatu proses
pembelajaran dengan memberikan latihan-latihan agar membantu siswa lancer dan ahli
dalam menguasai materi pelajaran. Yang terakhir yaitu motivasi. Suatu cara agar dapat
mendorong kinerja dan mempertahankan tetap dilakukannya keterampilan yang baru
diperoleh dengan memberikan penguatan (bisa berupa nilai dan penghargaan).

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran menurut teori sosial
Albert Bandura, seorang guru harus dapat menghadirkan model yang baik. Model yang
baik harus dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat
memberi perhatian kepada si pembelajar. Model disini tidak harus dari guru, namun
tergantung apa yang akan diajarkan. Teori sosial belajar ini cocok untuk mengajarkan
materi yang berupa aspek psikomotorik dan afektif, karena pembelajar langsung dapat
memperhatikan, mengingat dan meniru dari model yang dihadirkan.

Namun dalam belajar matematika yang diajarkan adalah berupa konsep sehingga
guru harus dapat menghadirkan model yang menarik perhatian dan dapat mudah diingat
oleh si pembelajar. Penulis berusaha memberi suatu contoh dalam pembelajarn
matematika. Misalnya seorang guru akan mengajarkan bagaimana menemukan volume dari
balok. Disini dihadirkan/disediakan balok dan kubus yang berukuran 1 satuan kubik
sebagai model. Dengan dipraktekkan oleh guru dan ditirukan oleh siswa guru
memperagakan bagaimana menentukan volume balok kemudian menentukan rumus
volume balok. Dengan demikian diharapkan siswa dapat memperhatikan model dan
18
menirukan bagaimana menentukan rumus volume balok, dan pembelajar harus
mengingatnya. Selanjutnya pembelajar dituntut untuk dapat mampu meniru pemodelan
tersebut. Beberapa proses ini akan lebih berhasil jika ada motivasi yang kuat dari
pembelajar untuk mempelajarinya.

19
BAB III
PENUTUP

Teori belajar sosial atau teori observasional dikembangkan oleh Albert Bandura
(1969), seorang tokoh psikologi yang menganut aliran Behaviorisme.Bandura kini
menjabat sebagai David Starr Jordan Professor of Social Science di Fakultas Psikologi
Universitas Stanford.

Teori belajar sosial adalah pembelajaran yang terjadi ketika seseorang mengamati
dan meniru perilaku orang lain. Dengan kata lain, informasi diperoleh dengan
memerhatikan kejadian-kejadian dalam lingkungan. Dalam percobaan boneka Bobo,
Bandura mengilustrasikan bagaimana pembelajaran sosial dapat terjadi bahkan dengan
menyaksikan seorang model yang tidak diperkuat atau dihukum.Dalam eksperimen
tersebut, anak anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya.Eksperimen tersebut juga menunjukkan perbedaan pembelajaran dan
kinerja.Model determinisme pembelajaran resiprokal Albert Bandura mencakup tiga faktor
utama : person/kognisi, perilaku, dan lingkungannya. Faktor person (kognitif) yang
ditekankan Bandura belakangan ini adalah self-efficiacy, keyakinan bahwa seseorang bisa
menguasai dan menghasilkan hasil positif.

Konsep utama dari teori belajar Albert Bandura adalah pemodelan, belajar
vicarious, dan perilaku diatur-sendiri.Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar
sosial.Bandura mengklasifikasi empat fase belajar dari pemodelan, yaitufase atensi yang
merupakan fasememberikan perhatian pada suatu model, faseretensional yang merupakan
fase pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam ingatan
(memori jangka panjang), fase reproduksi yang merupakan fase dimana kode-kode dalam
memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati,
dan yang terakhir adalah fase motivasional yang merupakan fase dimana si pengamat akan
termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti
model, mereka akan memperoleh penguatan.Belajar Vicarious, merupakan cara belajar
dengan melihat orang diberi reinforcement atau dihukum waktu terlibat dalam perilaku-
perilaku tertentu.Perilaku diatur-sendiri, Bandura mengatakan bahwa perilaku manusia

20
sebagian besar merupakan perilaku yang diatur oleh dirinya sendiri (self-regulated
behavior).
Teori belajarsosial Albert Bandura memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai
teori belajar. Aplikasi dari teori belajar ini telah banyak contohnya dan utamanya teori
belajar sosial dapat diaplikasikan terhadap pembelajaran Matematika. Dalam proses
pembelajaran menurut teori sosial Albert Bandura, seorang guru harus dapat menghadirkan
model yang baik. Model yang baik harus dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
pembelajar sehingga dapat memberi perhatian kepada si pembelajar.

21
DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John. W. 2008. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua .Jakarta : Kencana

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT Bumi Aksara

Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga

Hergenhahn, B.R., Olson, Matthew H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar), edisi
ke-7. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

22

Anda mungkin juga menyukai