Ysak
Ysak
Oleh:
2016
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh:
Muhammad Yusak Alfaris
NPM: 12700261
Pembimbing,
i
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
Muhammad Yusak Alfaris
NPM: 12700261
Hari :
Tanggal :
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan
kelancaran dalam menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Pengaruh Pemberian
Sarang Telur Laba Laba (Spider Silk Protein) Secara Topikal Terhadap Proses
Penyembuhan Luka Insisi Pada Fase Inflamasi Tikus Putih (Rattus norvegicus strain
wistar).
Penulis terdorong untuk meneliti topik ini oleh karena banyak
masyarakat terdahulu yang meyakini bahwa penggunaan sarang telur laba laba
(spider silk protein) bisa menyembuhkan luka sehingga perlu dibuktikan
dengan penelitiaan ini.
Tugas akhir ini dapat selesai karena dukungan berbagai pihak. Oleh
sebab itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Soedarto, dr, DTM&H., PHD, SpPark. Dekan Fakultas Kedokteran
Wijaya Kusuma Surabaya yang telah memberi kesempatan kepada
penulis menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
2. Drs. Mas Mansur.MT Sebagai pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan, serta dorongan dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
3. Haryson Tondy Winoto, dr., Msi.Med, Sp.A sebagai penguji proposal
maupun Tugas Akhir.
4. Segenap Tim Pelaksana Tugas Akhir dan Sekretariat Tugas Akhir
Fakultas Kedokteran Wijaya Kusuma Surabaya yang telah memfasilitasi
proses penyelesaian Tugas Akhir ini.
5. Semua pihak yang tidak mungkin disebut satu per satu yang telah
membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini belum sempurna,
oleh karena itu penulis mengharapkan segala masukan demi sempurnanya
tulisan ini.
Akhirnya kami berharap semoga tulisan Tugas Akhir ini bermanfaat
bagi berbagai pihak yang terkait.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 6
D. Manfaat 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
A. Luka 8
1. Pengertian Luka 8
2. Jenis-jenis luka 8
3. Mekanisme terjadinya luka 12
4. Klasifikasi penyembuhan luka 13
5. Proses penyembuhan luka 14
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka 23
7. Konsep perawatan luka 25
8. Tujuan perawatan luka 26
9. Cara merawat luka 26
10. Tanda-tanda penyembuhan luka insisi 27
B. Laba laba 28
C. Sarang telur laba laba (spider silk protein) 29
1. Pengetian Sarang telur laba laba ( spider silk protein ) 29
2. Aplikasi dan manfaat spider silk protein 30
3. Kandungan Sarang telur laba laba ( spider silk protein ) 33
iv
D. Tikus wistar ( Rattus norvegicus strain ) 34
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN................38
A. Kerangka Konsep 38
B. Hipotesis Penelitian 40
BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................41
A. Rancangan Penelitian 41
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 42
C. Populasi dan Sampel 42
D. Variabel Penelitian 44
E. Definisi Operasional 45
F. Prosedur Penelitian 46
G. Instrumen penelitian 50
H. Prosedur pengumpulan data 51
I. Alur Penelitian 53
J. Analisis Data 54
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................55
v
I. DAFTAR GAMBAR
......................................................................................................................20
vi
DAFTAR TABEL
vii
II. BAB I
III. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jaringan yang semula normal. Luka dapat disebabkan oleh trauma benda
listrik, atau gigitan hewan. Ketika luka terjadi akan terjadi efek seperti
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan lainnya berupa respon
kematian sel. Proses setelah luka terjadi adalah proses penyembuhan luka
yang dapat di bagi dalam 3 fase yaitu fase inflamasi, proliferasi, dan
inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Pada fase
dengan rasa nyeri. (Kumar,2005). Luka insisi yaitu terdapat robekan lurus
1
2
Insidennya sendiri cukup sering terjadi pada aktivitas rumah tangga sehari-
prevalensi cedera luka terbuka sebesar 25,4% dengan kasus tertinggi pada
ibu rumah tangga sebesar 32,2% akibat terluka benda tajam atau tumpul
yang tepat. Perawatan luka saat ini sudah berkembang sangat pesat. Pada
lingkungan yang lembab lebih baik dari pada lingkungan yang kering
penyembuhan luka, saat ini dirasakan relatif mahal. Selain itu, dengan
adanya resistensi antibiotika pada bakteri dan efek samping yang berat
lain yang lebih murah dengan beralih ke obat tradisional yang berasal dari
alam sekitar dengan alasan harga dan bahan yang lebih mudah terjangkau.
desa terpencil tidak dapat tergantung sepenuhnya pada obat modern karena
sejak dua ribu tahun yang lalu. Banyak penduduk pedesaan yang
campuran dari polimer yang tidak berbentuk (yang membuat serat elastic)
4
dan rantai dari dua protein sederhana (yang memberikan kekerasan). Dari
20 asam amino, hanya glisin dan alanin yang merupakan konstituen primer
dari silk. Protein dari draglines silk adalah fibrinoin (200.000 300.000
salah satunya penelitian Prasetyo dkk (2010) mengenai jaring laba laba
pengaruh pemberian sarang telur laba laba (Spider silk protein) dalam
telur laba laba merupakan salah satu substrat hewan dengan produksi yang
melimpah.
5
umum yaitu urutan protein berulang dengan dominasi alanin, glisin, dan
serin. Spider silk yang dihasilkan oleh ulat sutra dan laba-laba adalah sutra
terakhir karena sifat mekanik yang luar biasa. Sutra ulat terdiri terutama
pada manusia, maka digunakan hewan coba yaitu tikus putih (Rattus
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh pemberian sarang telur laba laba (Spider silk
protein) secara topikal terhadap proses penyembuhan luka insisi pada fase
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
protein) secara topikal terhadap proses penyembuhan luka insisi pada fase
inflamasi.
2. Tujuan khusus
fase inflamasi.
D. Manfaat
1. Manfaat keilmuan
tentang peranan topikal sarang telur laba laba (spider silkprotein) pada
2. Manfaat aplikasi
produk plaster yang terbuat dari sarang telur laba laba (spider silk protein)
pengaruh pemberian sarang telur laba laba (spider silk protein) secara
IV. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Luka
1. Pengertian Luka
dari kulit. Organ ini berperan sangat penting dalam kehidupan manusia,
8
seperti ulkus, luka bakar, trauma, atau neoplasma maka kulit tidak dapat
2. Jenis-jenis luka
terbuka dan tertutup berdasarkan penyebab dasar dari luka, serta luka akut
dimana darah keluar dari tubuh. Luka terbuka meliputi luka insisi,
luka laserasi, abrasi atau luka dangkal, luka tusukan kecil, luka
b. Luka tertutup : pada luka jenis ini darah keluar dari sistem sirkulasi
darah tetapi tersisa di dalam tubuh. Telihat dalam bentuk luka memar.
kronis.
penyembuhan luka.
pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka
superfisial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang
yang dangkal.
c. Stadium III : Luka Full Thickness : yaitu hilangnya kulit keseluruhan
Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak
mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang
yaitu:
peluru atau pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter yang
kecil.
tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi
halus dan kecil (hair line scar). Luka bedah akan mengalami
penyembuhan terjadi lebih kompleks dan lebih lama. Luka jenis ini
jaringan yang hilang, seperti luka bakar, luka tekan atau luka laserasi
saling berdekatan dan luka akan tetap terbuka hingga terisi oleh
jaringan parut (Perry dan Potter, 2006). Bila luka dibiarkan sembuh
sendiri tanpa dilakukan penutupan secara bedah, gap luka yang ada
epidermis tepi luka atau sisa epitelial dari asesori kulit pada dasar luka
dengan kecepatan perambatan dari tepi luka sekitar 0,5 mm/hari. Bila
lebih dari 2 hari, setelah itu baru dilakukan penjahitan luka atau skin
sembuh per sekundam. Jenis ini menghasilkan parut yang lebih baik
a. Fase Inflamasi
Fase ini terjadi segera setelah cedera dan dapat berlangsung sampai 4-6
dan panas. Respon inflamasi akut ini biasanya antara 24-48 jam dan dapat
menetap diatas 2 minggu untuk beberapa kasus (Li, 2007). Fase ini
merupakan tahap awal yang alami untuk mengangkat jaringan debris dan
Fase ini dibagi menjadi dua yaitu respon vaskular dan respon
seluler (Li, 2007). Pada respon vaskular, perdarahan terjadi segera sesudah
Hemostasis terdiri dari dua proses utama: pembentukan fibrin clot dan
lekosit ke daerah luka Segera setelah terjadinya luka sel netrofil dalam
fase selanjutnya, kurang lebih dalam 48 sampai 72-96 jam setelah luka
16
(Broughton, 2006 dan Gurtner, 2007). Monosit ini ditarik ke jaringan luka
(Keller, 2006). Selain efek positif untuk membunuh bakteri, ROS ini juga
tertentu, atau faktor lain yang dihubungkan dengan respon imun pasien
oleh organisme patogen atau mengandung material asing yang tidak dapat
b. Fase Proliferasi
jaringan yang luka (fibroplasia) (Li, 2007). Ciri-ciri fase proliferasi adalah
dan kontraksi luka (Nayak, 2007). Fase ini akan dimulai pada hari ke 3
bersamaan dengan memudarnya fase inflamasi dan terus sampai pada hari
6 hari.
Epitelisasi
18
Struktur kulit pada BMZ terdiri dari banyak protein matriks ekstraseluler
kira hari ke 3-4 setelah perlukaan, dengan ciri klinik pembentukan jaringan
clot ke daerah luka, dan produksi dari kolagen baru dan matriks protein
saat terjadinya luka, fibroblas di pinggir luka memulai proliferasi dan kira-
kira hari ke 4 dimulai migrasi menuju matriks dari bekuan luka yang kaya
FGF, kondisi asam rendah oksigen yang ditemukan pada pusat luka. Sekali
berubah yaitu untuk sintesa protein. Selain itu fibroblas juga berubah
2007).
Gambar II.1 Fase Inflamasi (1), Fase Proliferasi (2), Fase Remodelling
bulat telur, besar, kromatin halus, dan memiliki nukleus yang jelas
atau stelata sebagai akibat serabut- serabut jaringan ikat yang tidak teratur.
Angiogenesis (Neovaskularisasi)
percabangan baru pada jaringan luka (Singer dan Clark, 1999). Selama
20
Kontraksi Luka
bagian penting dari penyembuhan dan lebih dari 40% menurun dalam
pada kulit yang normal) (Li, 2007) yang mampu meregenerasi matriks dan
c. Fase Remodeling
sesudah cedera (Li et al., 2007). Kolagen tipe III yang diproduksi oleh
fibroblas selama fase proliferasi akan diganti oleh kolagen tipe I selama
beberapa bulan berikutnya melalui proses yang lambat dari kolagen tipe III
(Gurtner, 2007). Selama periode 1 tahun atau lebih, dermis secara bertahap
kembali kepada fenotip yang stabil seperti sebelum cedera, dan komposisi
waktu 1 bulan dan terus meningkat sampai 1 tahun, mencapai lebih dari
70% kekuatannya dari normal pada akhir fase remodeling (Li, 2007).
22
ketat antara sintesa kolagen baru dan lisis dari kolagen lama yang
terdeteksi atau kadarnya sangat rendah pada jaringan sehat, dan timbul
selama perbaikan luka. Aktifitas katalitik dari MMP juga dikontrol oleh
dan inhibitornya juga merupakan hal penting dalam perbaikan luka dan
keloid. Keadaan ini dapat terjadi pada penderita diabetes, infeksi, usia
sistem kekebalan tubuh dalam proses ini tidak hanya untuk mengenali
dan memerangi antigen baru dari luka, tetapi juga untuk proses
regenerasi sel.
b. Kadar gula darah: Peningkatan gula darah akibat hambatan sekresi
g/dl.
f. Suplai oksigen dan vaskulerisasi: Oksigen merupakan prasyarat untuk
melambat .
a. Penilaian luka
Penilaian luka meliputi penilaian tentang ukuran dan dalam luka,
management.
c. Penutupan luka
25
Penutupan luka dapat dilakukan bila keadaan luka sudah bersih dan
luka kering.
adalah:
sampai 6 bulan atau lebih. Pengecilan ukuran bekas luka lebih satu
pembentukan keloid.
B. Laba laba
dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap, dan tak memiliki
serat protein yang tipis namun kuat dari kelenjar (disebut spinneret) yang
terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk
Sarang telur laba laba atau biasanya disebut gamet atau cocoon
dari polimer yang tidak berbentuk (yang membuat serat elastic) dan rantai
amino, hanya glisin dan alanin yang merupakan konstituen primer dari
dipelajari secara in vivo maupun in vitro. Sarang telur laba laba terbuat
28
dari jaring laba-laba yang dipintal untuk menyimpan telur (Kumar, 2005).
Jaring laba laba merupakan bahan alami dengan sifat yang unik,
lambat, dan materi muncul untuk memberikan matriks yang cocok untuk
perancah yang baik karena sifat mekanik, elastisitas dan struktur hidrofilik
dan hidrofobik. Namun, dalam beberapa kasus derajat yang berbeda dari
lanjut tentang manfaat dalam aplikasi medis di masa depan (Widhe, 2012).
yang berbeda untuk menghasilkan berbagai jenis jaring laba laba , seperti
a. Dragline : fiber ini digunakan sebagai tepi luar dari jaring laba laba ,
c. Capture spiral : Serat ini sangat lengket, dan melar oleh keadaan
ditangkap, tipe ini tiga kali lebih keras dari sutra dragline.
Menurut Rohit S.Gole and Prateek Kumar (2005) secara garis besar
tekanan dan memiliki elastisitas yang baik, sehingga sangat baik untuk
buatan.
seperti membuat sarang telur laba laba , konstruksi kepompong dan untuk
menyetorkan sperma. Jaring laba laba merupakan bahan yang sangat kuat,
sangat ringan yang juga memiliki kekuatan elastis yang luar biasa.
Beberapa jenis dapat meregang hingga 140% dari panjang mereka sendiri
tanpa terjadi kerusakan (Vollrath dan Ksatria 2001). Ini sama dengan
patokan dalam bahan sintetis (Vollrath dan Ksatria 2001). Jaring laba laba
awalnya dalam bentuk cair di dalam laba-laba, dan menjadi jaring laba
laba saat terkena udara. Berat jaring laba-laba bentuk cair adalah sepuluh
kali lebih sedikit dari yang bentuk padat, dan sementara itu awalnya larut
dalam bentuk cair, setelah dipadatkan menjadi tidak larut (Foelix 1996).
Meskipun tidak larut bila terkena udara, jaring laba laba yang tidak
terkena air tidak akan berubah sifat nya . spider silk protein yang kering
31
pada sel manusia. Poin ini penting karena jika materialnya tidak beracun
sebagai alternatif pemberian obat (Lammel dan Schwab, 2010). Studi ini
disimpulkan bahwa partikel jaring laba laba memiliki potensi tinggi untuk
tendon buatan karat panel bebas telah diusulkan (Jadhav, 2009). Sutra
banyak produk yang sudah ada seperti pakaian, tali, sabuk pengaman,
menunjukkan baik manfaat biaya dan lingkungan jika terbuat dari jaring
laba-laba dari pada bahan buatan manusia saat ini (Jadhav, 2009). Pada
College, 2011).
Spider silk protein sebagian besar terdiri dari asam amino non-
esensial tetapi komposisi yang tepat bervariasi (Vollrath dan Ksatria 2001).
campuran dari polimer yang dapat membuat seratnya elastik dan memiliki
fibroin (200-300 kDa). Fibroin mengandung 40% glisin dan 25% alanin,
sisanya berupa glutamin, serin, leusin, valin, prolin, tirosin, dan arginin
diselubungi oleh fibronektin atau kolagen (Unger, 2004 dan Fuchs, 2006).
Spider silk protein juga kaya akan vitamin K yang sangat berguna
untuk pembekuan darah. Spider silk protein sudah teruji sebagai material
biomaterials), tersusun atas protein jaring laba laba dan komponen mineral
mekanis yang baik. Biomaterial ini dapat diterima tubuh manusia dan akan
1988).
tikus atau rat (Rattus Norvegicus) antara lain mudah dipelihara dan relatif
sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Genus : Rattus
d. Tipe bentuk badan tikus kecil, mudah dipelihara dan obat yang
Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lain,
yaitu bahwa tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak
dalam kandang asal dapat mendengarsuara tikus lain dan berukuran cukup
1988).
badannya (Malole dan Pramono, 1989). Siklus hidup tikus putih (Rattus
norvegicus) jarang lebih dari tiga tahun, berat badan pada umur empat
tetapi bervariasi tergantung pada galur. Tikus jantan tua dapat mencapai
bobot badan 500 g, tetapi tikus betina jarang lebih dari 350 g (Smith dan
Mangkoewidjojo, 1988).
sebanyak 10% dari bobot tubuhnya jika pakan tersebut berupa pakan
kering dan dapat ditingkatkan sampai 15% dari bobot tubuhnya jika pakan
setiap hari kira-kira 15-30 ml air. Jumlah ini dapat berkurang jika pakan
Council, 1978).
kondisi dimana pakan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas maka
diberikan pada tikus umumnya tersusun dari komposisi alami dan mudah
yang tepat. Pakan ideal untuk tikus yang sedang tumbuh harus memenuhi
kebutuhan zat makanan antara lain protein 12%, lemak 5%, dan serat kasar
A. Kerangka Konsep
Tikus putih
Luka insisi
Fase inflamasi
f 0-5 hariMikroskopi
Fibroblas meningkat
Makroskopi Kolagen meningkat
PMN (Neutrofil meningkat)
Sel MN (Limfosit, Monosit
Meningkat
Kemerahan pada kulit f
berkurang
Edema berkurang
Luka kering
Penyembuhan luka
VII.
37
38
telur laba-laba sebagai pengobatan sudah dilakukan sejak dua ribu tahun
2007 ). Pada hewan, Alanin yang terkombinasi dengan arginine dan glycin,
bahan penting dari kolagen dan betain, juga dari keratin dan protein inti
hati dengan jalan mengikat radikal bebas dan toksin, serta mempercepat
kira hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan
dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama jala fibrin yang
A. Hipotesis Penelitian
wistar).
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
normal salin dan perlakuan (P1) dengan pemberiaan sarang telur laba laba
K1 N-
S
A
P1 N+
Keterangan :
S : Unit eksperimen
normal salin
40
41
1. Populasi
2. Sampel
a. Besar Sampel
P (n-1) 15
Keterangan:
42
P : jumlah perlakuan
P (n-1) 15
2 (n-1) 15
2n-2 15
2n 17
n9
gulungan nomor dikocok, dan diambil acak dengan mata tertutup. Dalam
penelitian ini ada 2 kelompok perlakuan, yaitu pemberian sarang telur laba
laba laba dan sembilan tikus lainnya adalah kelompok kontrol dengan
normal salin.
43
3. Kriteria sampel
a. Kriteria Inklusi
b.Kriteria Eksklusi
- Tikus mati.
- Tikus tampak sakit (gerakan tidak aktif, tidak mau makan, rambut
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
a. Variabel Terikat
c. Variable kendali
pembuatan luka insisi pada tikus, lokasi luka, diameter dan kedalaman
E. Definisi Operasional
F. Prosedur Penelitian
2. Prosedur Kerja
a. Menentukan terlebih dahulu daerah yang akan dibuat luka insisi yaitu
c. Mencukur bulu daerah punggung 3-5 cm, di sekitar daerah area kulit
steril
diinsisi.
b. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril.
c. Melakukan disinfeksi daerah kulit yang telah dicukur dengan alkohol
70%
d. Memasang duk berlubang steril pada daerah yang akan dilakukan
insisi.
47
0,9%.
g. Menutup luka dengan kasa steril, dan memasang hipafik di atas posisi
luka.
h. Melepas duk lubang steril dan merapikan peralatan yang sudah
dipakai
i. Melepas sarung tangan
j. Mencuci tangan kembali.
h. Mencuci tangan
pada hari ke-0,ke-2, dan ke-5 pasca insisi, cek bila ada cairan yang
basicdressingpack steril
G. Instrumen penelitian
penyembuhan adalah luka yang memiliki tanda-tanda yaitu: (1). Tidak ada
kemerahan pada luka dan sekitarnya, Diameter < 0,5 cm = 3, Diameter 0,6
luka, jarak edema dari luka yang diinsisi <0,5 cm = 3, jarak edema dari
luka yang diinsisi 0,6 2 cm = 2, jarak edema dari luka yang diinsisi > 2
dengan pus = 1.
setiap tikus dari 1 sampai 18, kemudian membuat gulungan nomor dari 1
sampai 18, kumpulan gulungan nomor dikocok, dan diambil acak dengan
pemberian sarang telur laba laba dan sembilan tikus lainnya adalah
kelompok kontrol.
kelompok srang telur laba laba ditandai mulai dari P1-P9, kemudian
pada kulit dengan cara yang steril dengan menggunakan pisau bedah
luka insisi menggunakan sarang telur laba laba untuk kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol hanya dibilas dengan normal salin. Perawatan luka
insisi dilakukan 2 hari sekali setelah dilakukan perlukaan yaitu pada hari
penyembuhan luka pada hari ke-2, dan hari ke-5. Penilaian luka dilakukan
pada hari ke-2, dan ke-5 untuk melihat kondisi luka pada fase inflamasi.
Aspek yang dinilai pada proses penyembuhan luka adalah Fase inflamasi
Alur penelitian
I. Alur Penelitian
K1 P1
J. Analisis Data
sarang telur laba laba terhadap proses penyembuhan luka pada fase
inflamasi yaitu kemerahan luka, edema, dan cairan pada luka. Data Diolah
Broughton II, G., Janis, J.E., Attiger, C.E. 2006. Wound healing : an overview.
Plastic Reconstruction Surgery 117 (supplement). Vol. 01, p.3
Brown CP, R. F., Traversa E, Licoccia S. (2011). "Spider silk as a load bearing
biomaterial: tailoring mechanical properties via structural modifications."
Nanoscale Materials and Modeling-Relations among Processing,
Microstructure and Mechanical Properties.Vol.3.p.6
Dicko, C., Vollrath, F., & Kenney, J. M (2004), Spider silk protein refolding is
controlled by changing pH. Biomacromolecules, 5(3), p.704-710.
Foelix, R. (1996), Biology of spiders. New York: Oxford University Press, Ed. I ,
P.3.
54
55
Gurtner, G.C. (2007). Wound Healing : Normal and Abnormal. Grabb dan Smiths
Plastic Surgery. Sixth Edition. Philadelphia. p. 15-22.
Jadhav, D. (2009). "Light wieght and rip proof fabrics from spider silk."
http://www.fibre2fashion.com/industry-article/17/1618/light-weight-and-
rip-proof-fabrics-from-spider-silk1.asp.Diakses pada tanggal 7 april pukul
19.00 WIB
Junquiera LC dan Jose Carneiro (2005). Basic histology: text and atlas. New
York: McGraw- Hill. Edisi ke-11.p.5
Keller, U., Kumin, A., Braun, S., Werner, S. (2006) . Reactive Oxygen Species
and Their Detoxification in Healing Skin Wounds. Journal of Investigative
Dermatology Symposium Proceedings. Volume 11.
Kumar. 2005. Spiders silk: Investigation of spinning process, web material and
its properties. Biological Sciences and Bioengineering. IIT . Kanpur .
Li, J., Chen, J dan Kirsner, R. (2007). Pathophysiology of acute wound healing.
Clinics in Dermatology. Vol: 25. p. 9-18.
Nagori, B.D. dan Solanki, R. (2011). Role of Medicinal Plants in Wound Healing.
Research Journal of Medicinal Plant 5 (4). p. 392-405.
56
Potter, P. dan Anne Griffin Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Ed. 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedoktran EGC, Hal: 1853-1857.
Reddy, G.A.K., Priyanka, B., Saranya, Ch.S., Kumar, C.K.A. (2012). Wound
Healing Potential Of Indian Medicinal Plants. International Journal of
Pharmacy Review & Research. Vol: 2. p. 75-78.
Robin GB, Tony B. Lecture notes: dermatologi. Edisi ke-8. Jakarta: Erlangga;
2005
Rohit S.Gole dan Prateek Kumar (2005). Spiders silk: Investigation of spinning
process, web material and its properties. Department of Biological Sciences
and Bioengineering, Indian Institute of Technology Kanpur, Kanpur-
208016.
Sebastian, P.A.; Peter, KV, ed. (2009). Spiders of India (dalam bahasa Inggris).
Hyderabad, India: Universities Press (India) Private Ltd
Sjamsuhidajat dan Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Singer, A.J. and Clark, R.A.F. 1999. Cutaneus Wound Healing. N England
Medicine. 341 (10) : 738-754.
Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja (2007) . Obat obat penting : khasiat ,
penggunaan , dan efek efek sampingnya , VI , PT elex media komputindo,
jakarta , hal 887-889
57
Ueno, C., Hunt, T.K., Hopf, H.W. 2006. Using Physiology to Improve Surgical
Wound Outcomes. Plastic Reconstruction Surgery; 117 (supplement): 59S-
71S.
Wayne PA dan Flanagan (2006). Managing chronic wound pain in primary care.
Practice Nursing. Vol.12. p.31.
Widhe, M., Johansson, J., Hedhammar, M. & Rising, A. Current progress and
limitations of spider silk for biomedical applications. Biopolymers 97, 468
478 (2012).
Zhao, A. C., T. F. Zhao. (2005). "Unique molecular architecture of egg case silk
protein in a spider, Nephila clavata." Journal of Biochemistry 138(5): 593-
604