NAMA KELOMPOK:
KELAS : C
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Sampah organik/basah
Contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah
atau sisa buah dll yang dapat mengalami pembusukan secara alami.
2. Sampah anorganik/kering
Contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll yang tidak dapat
mengalami pembusukan secara alami.
3. Sampah berbahaya
Contoh : Baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dll.
Menurut (Ravaless, 2016), ada ujuh cara dalam pengelohan sampah, yaitu:
1. Metode penghindaran dan pengurangan
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah
pencegahan zat sampah terbentuk , atau dikenal juga dengan
"pengurangan sampah". Metode pencegahan termasuk penggunaan
kembali barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak , mendesain
produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas
belanja katun menggantikan tas plastik ), mengajak konsumen untuk
menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas
tissue) ,dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih
sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng
minuman).
2. Metoda Pembuangan
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk
menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling
populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak
terpakai , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah
lahan penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan
menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah.
Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola
dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan ,
diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan
adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas
methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di Bandung
kandungan gas methan ini meledak dan melongsorkan gunung sampah)
3. Daur Ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah
untuk digunakan kembali disebut sebagai daur ulang Contoh kegiatan
daur ulang adalah antara lain adalah :
Pemanfaatan kembali kertas bekas yang dapat digunakan terutama untuk
keperluan eksternal, yaitu:
Plastik bekas diolah kembali untuk dijadikan sebagai bijih plastik
untuk dijadikan berbagai peralatan rumah tangga seperti ember dll
Peralatan elektronik bekas dipisahkan setiap komponen
pembangunnya (logam, plastik/kabel, baterai dll) dan dilakukan
pemilahan untuk setiap komponen yang dapat digunakan kembali
Gelas/botol kaca dipisahkan berdasarkan warna gelas (putih, hijau
dan gelap) dan dihancurkan.
4. Pengolahan biologis
Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau
kertas , bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos,
atau dikenal dengan istilah pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang
bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik.
5. Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil
langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak
langsung dengan cara mengolahnya menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-
ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari
menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau memanaskan
sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan
uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua
bentuk perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan
pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya
dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah
padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat , gas, dan cair.
Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau
dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa
dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi danGasifikasi
busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi material
organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon
monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan
listrik dan uap.
6. Pemilahan Sampah
Sampah yang dikumpulkan di TPA pada umumnya bercampur
antara bahan-bahan organik maupun non organik sehingga pemilahan
perlu dilakukan secara teliti untuk mendapatkan bahan organik yang dapat
dikomposkan seperti dauan-daunan, sisa makanan, sayuran dan buah-
buahan.
7. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
TPA tipe open dumping sudah tidak tepat untuk menuju Indonesia
sehat. Oleh sebab itu, secara bertahap semua Kota dan Kabupaten harus
segera mengubah TPA tipe open dumping menjadi sanitary landfill.
Dianjurkan untuk membuat TPA yang memenuhi kriteria minimum,
seperti adanya zona, blok dan sel, alat berat yang cukup, garasi alat berat,
tempat pencucian alat berat, penjaga, truk, pengolahan sampah, dan
persyaratan lainnya
Budidaya tanaman kopi bisa dilakukan baik di dataran tinggi maupun
rendah, tergantung dari jenisnya.secara umum kopi menghendaki tanah gembur
yang kaya bahan organik. Untuk menambah kesuburan berikan pupuk organik dan
penyubur tanah di sekitar area tanaman. Arabika akan tumbuh baik pada
keasaman tanah 5 6,5 pH, sedangkan robusta pada tingkat keasaman 4,5 6.5
ph.
Hal yang harus disiapkan sebelum menanam kopi adalah menanam pohon
peneduh. Guna pohon peneduh untuk mengatur intensitas cahaya matahari yang
masuk. Tanaman kopi termasuk tanaman yang mendaki intensitas cahaya
matahari tidak penuh. Jenis pohon peneduh yang sering digunakan dalam
budidaya kopi adalah dadap, lamtoro, dan sengon. Pilih pohon pelindung yang
tidak memerlukan banyak perawatan dan daunnya bisa menjadi sumber pupuk
hijau.
Setelah lahan, pohon peneduh dan bibit siap, langkah selanjutnya adalah
memindahkan bibit dari polybag ke lubang tanam di areal kebun. Jarak tanam
yang dianjurkan budidaya kopi adalah 2,75 x 2,75 meter untuk robusta dan 2,5 x
2,5 meter untuk arabika.jarak tanam ini divariasikan dengan ketinggian lahan.
Semakin tinggi lahan semakin jarang dan semakin rendah lahan semakin rapat
jarak tanamnya. Buat lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Pembuatan
lubang ini dilakukan 3-6 bulan sebelum penanaman. Saat menggali lubang tanam,
pisahkan tanah galian bagian atas dan tanah galian bagian bawah. Biarkan lubang
tanam tersebut terbuka2 bulan sebelum penanaman campurkan 200 gram belerang
dan 200 gram kapur dengan tanah galian bagian bawah. Kemudian masukkan ke
dalam lubang tanam. Sekitar 1 bulan sebelum bibit ditanam, campurkan 20 kg
pupuk kompos dengan tanah galian bagian atas kemudian masukkan ke lubang
tanam.
Kini bibit kopi siap ditanam dalam lubang tanam. Sebelumnya papas daun
yang ada pada bibit hingga tersisa sepertiga bagian untuk mengurangi penguapan.
Keluarkan bibit kopi dari polybag, kemudian gali sedikit lubang tanam yang telah
dipersiapkan. Kedalaman galian menyesuaikan dengan panjang akar. Bagi bibit
yang memiliki akar tunjang, usahakan agar tanaman tegak lurus. Tutup lubang
tanaman agar tanaman berdiri kokoh, bila diperlukan beri ajir untuk menopang
tanaman agar tidak roboh.
Tanaman kopi harus selalu bersih dari gulma, terutama saat tanaman
masih muda. Lakukan penyiangan selama 2 minggu, dan bersihkan gulma yang
ada di bawah tajuk pohon kopi. Apabila tanaman cukup besar, pengendalian
gulma yang ada di luar tajuk tanaman kopi bisa memanfaatkan tanaman penutup
tanah. Penyiangan gulma pada tanaman dewasa dilakukan apabila diperlukan saja
(Barista, 2015).
Pengolahan Kopi
1. Pengolahan Kering
Pengolahan cara kering tujuannya untuk jenis Robusta, karena tanpa
fermentasi sudah dapat diperoleh mutu yang baik. Dan untuk kopi jenis
Arabika sebaiknya dilakukan cara basah. Diperkebunan besar pengolahan
secara kering hanya digunakan untuk mengolah kopi yang berwarna hijau, kopi
rambang dan kopi yang diserang bubuk.
2. Pengolahan Basah
Pengolahan cara kering tujuannya untuk jenis Robusta, karena tanpa
fermentasi sudah dapat diperoleh mutu yang baik. Dan untuk kopi jenis
Arabika sebaiknya dilakukan cara basah. Diperkebunan besar pengolahan
secara kering hanya digunakan untuk mengolah kopi yang berwarna hijau, kopi
rambang dan kopi yang diserang bubuk (Setyohadi, 2007: 65).
Pembibitan Kakao
Untuk mendapatkan bibit pohon kakao, cara generatif bisa dilakukan
dengan penyemaian biji buah coklat kakao. Selain itu, pembibitan bisa pula
dilakukan secara vegetatif dengan menggunakan teknik stek maupun okulasi.
Namun, sebelum bisa ditanam di lahan, bibit tanaman coklat tersebut sebaiknya
sudah berusia 4-5 bulan dengan tinggi pohon 50-60 cm. Helaian daun pada bibit
paling tidak sudah berjumlah 20-40 helai dengan minimal daun tua berjumlah 4
helai. Batang harus berdiameter 8 mm dan bibit tersebut harus dalam keadaan
sehat.
Dalam teknik budidaya tanaman kakao, selain menanam pohon kakao itu
sendiri, petani juga perlu menanam pohon pelindung yang bersifat sementara dan
bersifat tetap. Pohon pelindung sementara perlu ditanam saat pohon kakao belum
mempunyai tajuk yang saling bertaut dan belum menghasilkan. Sementara itu,
pohon pelindung permanen perlu ditanam untuk melindungi pohon yang sudah
mulai menghasilkan buah.
Dalam upaya bercocok tanam kakao, pemliharaan yang tepat perlu pula
dilakukan. Pemeliharaan yang harus dilakukan oleh petani kakao berupa
pemangkasan, penyiangan, dan pemupukan. Proses pemangkasan boleh jadi
merupakan proses pemeliharaan yang paling rumit dalam teknik menanam kakao
karena berkaitan dengan empat komponen utama yakni bentuk, tunas air, sanitasi,
dan struktural.
Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan ini merupakan bagian penting dalam cara menanam kakao
karena tanaman dan tajuk kakao akan dibentuk dalam proses. Tujuannya adalah
untuk memacu pertumbuhan dan perkembanga cabang-cabang sekunder yang
akan memunculkan buah yang lebih banyak pula. Pemangkasan ini dilakukan
dalam dua tahap.
Fungsi pemangkasan ini pada pohon yang muda adalah untuk membentuk
struktur yang kuat serta menghindari pertumbuhan cabang yang berlebihan
sedangkan pada tanaman dewasa, pemangkasan ini berguna untuk meningkatkan
cadangan nutrisi sehingga perkembangan buah lebih terpacu dan udara serta sinar
matahari bisa lebih lancar sirkulasinya.
Tanaman yang belum berbuah dipupuk dengan jarak 15-50 cm dari batang
utama tanaman berusia 2-10 bulan dan 50-75 cm dari batang utama tanaman
berusia 14-20 bulan. Tanaman yang sudah menghasilkan perlu dipupuk dengan
jarak 50-75 cm dari batang utama dengan kedalaman 10 cm (Budidaya, 2016).
Pengolahan kakao
MINGGU KE 1
MINGGU KE 2
MINGGU KE 3
MINGGU KE 4
Dari data tersebut bisa dibayangkan jika sistem pengolahan hanya dengan
dumping maka sampah hanya akan terus menumpuk dan terus memperluas lahan
sehingga terjadi ketidakefektifitas lahan dan pemborosan lahan. Pemerintah
pernah melakukan tindakan untuk melakukan penyortiran sampah berdasarkan
bahannya dimana organik dipisah dengan sampah anorganik, tetapi hal tersebut
tidak berkelanjutan. Selain dari pemerintah, dari pihak TPA juga telah mencoba
mengurangi tumpukan sampah di TPA dengan proses sanitary landfill yaitu proses
menumpuk sampah dan menutupinya dengan tanah sehingga pertumbuhan vektor
seperti lalat terhambat untuk mengurangi penyebaran penyakit seperti diare.
Untuk mendukung operasional sarana dan prasarana yang di miliki TPA Pakusari
adalah Gedung Kantor dan Sarananya, Alat Berat seperti Excavator caterpilar,
Excavator hitachi Whelloader, Bulldozzer dan Incenerator ( Pembakaran
sampah medis ).
Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali
atau berulang ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain pada dari pada
mengunakan tissu, mengunakan bakteri yang dapat di charge kembali.
Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi
yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman di
gunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.
Gunakan alat alat penyimpanan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis
kembali
Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
Gunakan email ( surat elektronik ) untuk berkirim surat.
Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan.
Pilih produk dan kemasan yang dapat di daur ulang dan mudah terurai.
Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.
Lakukan pengolahan sampah non organik menjadi barang yang
bermanfaat
4.5.2 Pengelolaan Produk sekunder [ Biji Kopi Sangrai dan Kopi Bubuk]
a. Biji
Biji kopi merupakan bahan baku minuman sehingga aspek mutu [fisik,
kimiawi, kontaminasi dan kebersihan] harus diawasi sangat ketat karena
menyangkut citarasa, kesehatan konsumen, daya hasil [rendemen] dan
efisiensi produksi. Dari aspek citarasa dan aroma, seduhan kopi akan sangat
baik jika biji kopi yang digunakan telah diolah secara baik.
b. Penyaringan
Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses
sangrai diawali dengan penguapan air dan diikuti dengan reaksi pirolisis.
Secara kimiawi, proses ini ditandai dengan evolusi gas CO2 dalam jumlah
banyak dari ruang sangrai. Sedang secara fisik, pirolisis ditandai dengan
perubahan warna biji kopi yang semula kehijauan menjadi kecoklatan.
Kisaran suhu sangrai yang umum adalah antara 195 sampai 205oC.
c. tingkat Sangrai
Waktu penyangraian bervariasi mulai dari 7 sampai 30 menit tergantung
pada suhu dan tingkat sangrai yang diinginkan. Kisaran suhu sangrai
adalah sebagai berikut,Suhu 190 195 oC untuk tingkat sangrai ringan
[warna coklat muda], Suhu 200 205 oC untuk tingkat sangrai medium
[warna coklat agak gelap] Suhu di atas 205 oC untuk tingkat sangrai gelap
[warna coklat tua cenderung agak hitam].
d. Pencampuran
Untuk mendapatkan citarasa dan aroma yang khas, kopi bubuk bisa
diperoleh dari campuran berbagai jenis kopi atas dasar jenisnya [Arabika,
Robusta, Exelsa dll], jenis proses yang digunakan [proses kering, semi-
basah, basah], dan asal bahan baku [ketinggian, tanah dan agroklimat].
Pencampuran dilakukan dengan alat pencampur putar tipe hexagonal.
e. penghalusan Biji kopi sangrai
Biji kopi sangrai dihaluskan dengan alat penghalus [grinder] sampai
diperoleh butiran kopi bubuk dengan kehalusan tertentu. Butiran kopi
bubuk mempunyai luas permukaan yang sangat besar sehingga senyawa
pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah larut saat diseduh ke
dalam air panas.
f. Pengemasan
Biji kopi sangrai atau kopi bubuk dikemas dalam kemasan aluminium foil
dan dipress panas. Kesegaran, aroma dan citarasa kopi bubuk atau kopi
sangrai akan terjaga dengan baik pada kemasan vakum supaya kandungan
oksigen di dalam kemasan minimal. Untuk mempermudah pemasaran dan
distribusi ke konsumen, kemasan kopi bubuk atas dasar jenis mutu, ukuran
kemasan dan bentuk kemasan dimasukkan dan dimuat di dalam kardus
[karton]. Kardus diberi nama perusahan, merek dagang dan label produksi
yang jelas. Tumpukan kardus kemudian disimpan di dalam gudang dengan
sanitasi, penerangan dan ventilasi yang cukup.
4.5.3. Pengelolaan Produk Kopi Instan
a. Bubuk Kopi
Bubuk kopi sangrai merupakan bahan baku kopi instant. Bubuk kopi
diperoleh dari proses penghalusan biji kopi sangrai. Ukuran partikel bubuk
diatur pada tingkat medium [hasil ayakan 60 Mesh].
b. Pelarutan
Ekstraksi bubuk kopi dilakukan secara batch dalam kolom dengan sirkulasi
pelarut air perbandingan 1/3,5 pada suhu 80 oC selama 45 menit. Sisa
bubuk hasil pelarutan dikempa secara manual untuk mengekstrak komponen
kopi yang masih tertinggal. Kisaran rendemen ekstraksi antara 30 32 %
[berat]. Sisa bubuk kopi merupakan limbah untuk diolah menjadi biogas.
c. Kristalisasi
Ekstrak kopi dimasukkan ke dalam alat kristalisator dan ditambah gula
dengan proporsi 1/1. Selama 30 menit pertama, larutan ekstrak kopi dan
gula dipanaskan pada 100 oC. Setelah larutan mendekati jenuh, suhunya
diturunkan menjadi 70 oC selama 20 menit berikutnya. Pada 10 menit
terakhir, sumber panas dimatikan. Larutan jenuh kemudian didinginkan
dengan udara lingkungan sampai terbentuk kristal gula- kopi.
d. Penghalusan
Kristal gula-kopi digiling secara mekanik menjadi bubuk halus.
e. Pencampuran
Selain disajikan dalam bentuk murni, bubuk kopi instant juga bisa dicampur
dengan bubuk krimer susu instant pada proporsi tertentu dengan alat
pencampur putar tipe hexagonal.
f. Pengemasan
Bubuk kopi-krimer instant dikemas dalam kemasan saset aluminium foil @
25 gr [sebagai pengemas primer].
g. pelabelan
Untuk mempermudah pemasaran dan distribusi ke konsumen, kemasan saset
dimasukkan ke dalam kemasan kertas berlabel [sebagai kemasan sekunder].
5. Pengelolaan Limbah
Pusat penelitian kebun kopi dan kakao merupakan salah satu pabrik yang
menerapkan kegiatan tanpa limbah (zero waste). Jadi, dengan berbagai kegiatan
pabrik yang menimbulkan sampah dan limbah tidak menimbulkan penemaran
lingkungan, karena semua sampah dan limbah dimanfaatkan kembali untuk
digunakan.
Menurut SOP, pada biji kakao yang masih basah, melewati proses
pengeringan, fermentasi yang kemudian dibawa ke pabrik dan semua yang masuk
ke pabrik pengolahan kakao dalam bentuk kering. Kakao unfermented atau tidak
terfermentasi biasanya kakao yang diolah oleh kebanyakan petani di Indonesia.
Saat ini kakao fermentasi dan tidak fermentasi harganya sama, hal ini terjadi
karena masih banyaknya mafia yang menjual cocoa tidak terfermetasi. Cocoa
yang diakui kualitasnya baik sesuai dengan Standard Nasional Indonesia (SNI)
adalah kakao yang sudah terfermentasi. Dari segi rasa, kakao yang terfermentasi
dan tidak terfermentasi berbeda namun lain halnya dengan nutrisi kimia yang ada
di dalamnya yang dengan kata lain dapat dikatakan berbeda. Kakao tidak hanya
untuk bahan makanan namun juga dapat digunakan sebagai bahan kimia, bahan
farmasi, sampai bahan kosmetik. Tetapi kakao yang digunakan untuk bahan
kimia, farmasi, dan kosmetik tersebut, lebih cenderung menggunakan kakao yang
tidak terfermentasi. Setelah proses fermentasi selesai, selanjutnya yaitu berlanjut
pada proses pengeringan. Pada proses pengeringan ini bertujuan mengeringkan
biji kakao yang telah difermentasi sampai kadar airnya hanya 7% dan dianggap
sudah aman untuk disimpan. Dan tahap selanjutnya adalah biji kakao yang sudah
aman untuk disimpan akan disortasi ukuran yang kemudian langusung dibawa ke
pabrik coklat.
Untuk sortasi biji kakao ada beberapa kelas ukuran besar diantaranya moto
AA, A, B, C, dan S. Ukuran S adalah ukuran yang paling kecil. Dalam
prakteknya, biji kakao yang berukuran AA adalah biji kakao yang dempet atau
yang disebut juga dengan cluster dan yang biasanya terserang PBK. Biji kakao
yang tidak terserang PBK merupakan biji kakao yang mempunyai kualitas bagus.
Biji kakao yang terserang PBK, diakibatkan oleh kakao yang kekurangan nutrisi.
a. Pembuatan sabun
Pembuatan sabun ini memanfaatkan limbah dan produk inferior undergrade
termsuk kopi cluster yang terserang PBK. Adapun pembuatan produk sabun
dihasilkan dari pengolahan dari biji kakao yang mengalami kesalahan proses
dan biasanya ini diambil dari FAA (Free Fat Acid). Berbeda jika FFAnya
memenuhi standart masuk dalam kategori food. Jika tidak memenuhi
standart akan masuk dalam kategori nonfood. Ampas kopi juga bisa
digunakan sebagai produk sabun. Cara pembuatan sabun padat melalui
ampas kopi, bahan yang diperlukan berupa minyak kelapa, minyak kakao,
dan larutan NaOH. Proses yang pertama dilakukan yaitu minyak dipanaskan
sampai suhu 600 C kemudian ditambahkan larutan NaOH dengan suhu 400
C dan dicampur sampai homogen. Setelah bahan mengental, kemudian
dicetak di mesin pencetak (paralonisasi). Setelah dicetak dan membeku
dilakukan tempering selama 7 hari sampai pHnya turun. Ditempering ini
artinya mendiamkan bahan yang ada agar pH semakin naik kemudian turun
yang setelah itu diberi essence dan pewarna dan tak lupa diambahkan EDTA
agar tidak menjamur. Kelebihan pembuatan sabun menggunakan campuran
kopi dan cokelat yaitu mampu mengangkat sel kulit mati sebagai scrub.
Sedangkan ampas kopinya bermanfaat dalam menghilangkan jerawat.
Untuk membuat sabun yang transparan bisa dengan cara menambahkan
alkohol. Dan untuk penambahan larutan garam atau KOH, digunakan dalam
proes pembuatatn sabun cair. Dalam proses secara alami pembuatan sabun
cair menggunakan kulit cacao diproses melalui dibakar. Yang kemudian abu
yang dihasilkan dari pembakaran difiltrasi. Alasan dalam penggunaan KOH
yaitu larutan ini lembut di kulit.
b. Pembuatan biogas
Biogas memanfaatkan limbah kulit dan limbah ternak. Biogas merupakan
campuran gas yang dihasilkan oleh peruraian senyawa organik dalam
biomassa oleh bakteri alami metanogenik dalam kondisi anaerobik. Pada
umumnya biogas merupakan campuran 50%-70% gas metana, 30%-40%
gas karbon dioksida, 5%-10% gas hidrogen, dan sisanya berupa gas-gas lain.
Biogas memiliki berat 20% lebih ringan dibandingkan udara dan
mempunyai nilai panas pembakaran antara 4800-6700 kkal/m3. Nilai ini
sedikit lebih rendah dari nilai pembakaran gas metana murni yang mencapai
8900 kkal/m3.
Selain dari kotoran ternak, gas metana juga dapat diproduksi dari campuran
beberapa jenis biomassa yang ada di perkebunan kopi/kakao, sedangkan
kotoran ternak merupakan bahan pencampur yang berfungsi untuk
mempercepat pertumbuhan mikroba. Beberpa sifat biomassa yang memiliki
engaruh nyata terhadap produksi bigas antaralain C/N rasio, pH, kadar air.
Kandungan total padatan dan ukurannya. Sedangkan faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap proses adalah suhu,laju pengumpanan,pengadukan
dan konsistensi masukan, serta waktu tinggal di dalam reaktor. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia telah merekayasa dan menguji coba
reaktor biogas skala rumah pedesaan dengan bahan baku campuran kotoran
ternak dan limbah kebun kopi/kakao. Paket tersebut merupakan salah satu
rangkaian dari suatu proses pengelolaan ternak yang mengedepankan
konsep zero waste.
Tahap awal proses produksi biogas adalah pengeceran dengan cara
mencampur kotoran ternak dengan air pada nisbah padatan dan air. Namun
jika kotoran ternak sudah kering, maka jumlah air harus ditambahkan lebih
banyak, sampai pada batas kekentalan yang diinginkan.
Untuk kapasitas kecil, bahan baku biogas dan air dapat dicampur secara
manual dalam ember plastik. Sedangkan untuk kapasitas besar, proses
pencampuran tersebut dilakukan dengan alat pencampur. Mesin pencampur
memiliki kapasitas maksimum 0,15 m3 per proses dengan waktu
pencampuran antara 5-10 menit tergantung karakteristik limbah yang
digunakan. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam reaktor
biogas sampai menuup saluran pemasukan dan pengeluaran, dan dibiarkan
sampai gas yang dihasilkan stabil, setelah itu pengisian dilakukan setiap hari
atau 2 hari sekali tergantung pada kondisi lingkungan dan jenis bahan
bakunya. Rancangan reaktor yang digunakan adalah tipe fixed dome baik
untuk skala individu maupun skala kelompok tani di pedesaan.
2. Solusi
2.1. TPA
TPA pakusari mengalami penimbunan sampah dan sampah tidak lagi di
olah dan di manfaatkan sebagaimana mestinya, akibatnya terjadi gunungan
sampah dan kekurangan lahan untuk pnimbunan sampah. Hal ini terjadi
karena metode pengolahan sampah hanya menggunakan metode open
dumping dan sanitary landfill seharusnya pengolahan sampah di perbaiki
lagi untuk selanjutnya agar tidak terjadi penimbunan. Beberapa cara untuk
mengatasi penimbunan sampah yaitu:
a. Mencegah penimbunan sampah secara kualitatif dan secara kuantitatif.
Secara kualitatif yaitu dengan menaikkan mutu barang sehingga tidak
mudah rusak dan ramah lingkungan.
Secara kuantitatif yaitu seminimal mungkin membuang barang, misalnya
menghindari penggunaan berlebihan bahan-bahan kemasan karena sangat
berpengaruh terhadap kenaikan volume.
b. Mengurangi sampah dengan menggunakan metode 3R, yaitu reduce, reuse,
dan recycle.
Reduce (mengurangi)
Sebisa mungkin penggunaan barang harus dikurangi, antara lain
dengan menghindari pembelian barang berpotensi menghasilkan banyak
sampah, menghindari barang sekali pakai, menggunakan produk yang
bisa di isi ulang (refill), atau mengurangi pemakaian kantong plastik
dengan membawa tas sendiri saat berbelanja.
Reuse (penggunaan kembali)
Barang yang dianggap sampah dari kagiatan pertama, sebenarnya
bisa berguna untuk kegiatan berikutnya, baik untuk fungsi yang sama
maupun berbeda. Misalnya menggunakan lagi kertas bekas untuk
membungkus kado atau membuat amplop. Hal ini dapat memperpanjang
umur dan waktu pemakaian sebelum ke tempat sampah.
Recycle (Mendaur ulang)
Usaha ini di lakukan dengan mengubah barang bekas
menjadi benda lain yang lebih berguna dan layak pakai. Misalnya
mengubah botol, gelas plastik, dan kaleng biskuit menjadi vas bunga.
c. Mengelolah sampah dengan menggunakan metode yang memanfaatkan
kegunaannya.
Metode yang menitikberatkan pada penggunaan bahan
o Pemilahan
Pemilahan sampah bisa di lakukan dengan cara menyiapkan dua
tempat sampah yang organik dan non organik, jadi para penghasil
sampah membuang sampah sesuai pada tempatnya dan jenisnya.
Sehingga pemilahan sampah tidak sulit dilakukan. Proses pemilhan
sampah di lakukan dengan cara mengayak, memisahkan sampah dan
mengecilkannya, dan memilah atas dasar berat jenisnya baik secara
manual atau mekanik. Pemilahan sampah ini bertujuan untuk:
Material recycling
Yaitu untuk mendapatkan bahan mentah yang berkualitas.
Thermo recycling
Yaitu untuk mendapatkan bahan mentah dengan kandungan energy
yang tinggi melalui pemilahan.
o Daur ulang
Mengembalikan suatu produk atau sisa dari suatu proses produksi
ke dalam siklus produksi. Ada tiga macam daur ulang yaitu:
Menggunakan ulang
Yaitu menggunakan kembali suatu produk dengan tujuan yang
sama, seperti tabung gas.
Menggunakan lagi
Yaitu menggunakan sampah untuk tujuan yang berbada dengan di
perlakukan secara fisik, kimia, dan biologis terlebih dahulu.
Mendapatkan bahan dasar kembali
Yaitu mendapatkan bahan dasar kembali, seperti dari peleburan
mobil bekas.
o Pengomposan
Penggunaan sampah organik sebagai kompos untuk memperbaiki
kesuburan tanah dan struktur tanah. Kompos sebagai bahan yang
menyerupai humus adalah produk dari bahan organik.
o Pyrolisis untuk menghasilkan sintesis
Merupakan teknologi alternatif terbaik untuk mendaur ulang
sampah tanpa proses pemilahan. Dalam hal ini bertujuan untuk
memperoleh minyak. Lalu minyak digunakan untuk bahan baku lagi,
sedangkan perolehan sebagai energi pemanas perangkat pyrolisis dan
jelaga dapat digunakan sebagai campuran produksi karet atau sebagai
pigmen zat warna.
Metode yang menitik beratkan pada perolehan energi
o Pyrolisis
Merupakan teknologi untuk menghancurkan bahan padat dan cair
untuk memperoleh energi panas yang siap di gunakan tanpa menggunakan
oksigen.
o Incenerator
Suatu cara untuk memperoleh energi dengan membakar sampah
sehingga berfungsi menjalankan turbin sebagai pembangkit listrik.
o Sampah sebagai bahan bakar
Bahan bakar sampah (BBS) dari sampah organik dan sisa sampah
yang dapat terbakar yang dapat di gunakan pada pabrik sendiri sebagai
bahan bakar tambahan layaknya batubara.
Pusat penelitian kebun kopi dan kakao merupakan salah satu pabrik yang
menerapkan kegiatan tanpa limbah (zero waste). Jadi, dengan berbagai
kegiatan pabrik yang menimbulkan sampah dan limbah tidak menimbulkan
penemaran lingkungan, karena semua sampah dan limbah dimanfaatkan
kembali untuk digunakan menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis dan
mampu bersaing di pasaran. Hal ini jelas akan membantu untuk mengurangi
permasalahan mengenai sampah atau limbah. Semua limbah produksi
dimanfaatkan menjadi produk seperti biogas, sabun, makanan dan minuman,
serta untuk pakan ternak.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari tepatnya terletak di desa
Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember, Layanan TPA Pakusari di
bagi atas tiga wilayah kecamatan kota yaitu Patrang, Sumbersari, dan
Kaliwates serta Pasar Tanjung. Sedangkan untuk yang di luar kota meliputi
Sukowono, Kalisat, Silo, Mayang, dan Rambipuji. Macam-macam sampah
yang ada di TPA Pakusari meliputi sampah organik, anorganik, dan sampah
khusus (limbah medis). Teknik pengolahaan sampah di TPA Pakusari dengan
menggunakan Controlled Landfill yaitu sampah diratakan dengan ketinggian 1
m kemudian ditutup dengan tanah uruk, selain itu pengolahan sampah dengan
cara dijadikan kompos untuk sampah organik. Jadi pada TPA Pakusari masih
menggunakan cara sederhana dalam teknik pengolahan sampah. Yang menjadi
kendala dalam penanganan pengelolaan sampah yaitu masalah lahan area yang
kurang luas, tidak jalannya investor, dan kurangnya perhatian dari pihak
pemerintah.
Pusat penelitian kebun kopi dan kakao merupakan salah satu pabrik yang
menerapkan kegiatan tanpa limbah (zero waste). Berbagai kegiatan pabrik yang
menimbulkan sampah dan limbah dimanfaatkan kembali untuk digunakan
menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis dan mampu bersaing di
pasaran serta diolah menjadi produk yang tidak menimbulkan penemaran
lingkungan. Semua limbah produksi dimanfaatkan menjadi produk seperti
biogas, sabun, makanan dan minuman, serta untuk pakan ternak.
4.2 saran
Dengan cara pemanfaatan limbah industry menjadi produk-produk yang
bernilai ekonomis dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu
dibutuhkan ide, kreativitas dan inovasi untuk dapat mengurangi pencemaran
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudradjat, Prof. Dr. Ir. H. R. 2006. Mengelola Sampah Kota. Niaga Swadaya:
Bogor.
suryati, T. (2014). Cara Bijak Mengolah Sampah Menjadi Kompos dan Pupuk
Cair. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Lampiaran