Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN STUDI LAPANGAN

PENGETAHUAN LINGKUNGAN HIDUP

DI TPA PAKUSARI DAN PUSAT PENELITIAN KOPI DAN KAKAO

NAMA KELOMPOK:

1. DIYAH AYUK WULANDARI (150210103008)


2. ANGKI TRI AGUSTINA (150210103073)
3. PURWOYUDO HADI N. (150210103079)

KELAS : C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era globalisasi seperti ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin canggih dan mampu memenuhi kebutuhan manusia. Perkembangan
teknologi tersebut selain memberi manfaat bagi manusia, ada dampak negatif
dari perkembangan teknologi yaitu kerusakan lingkungan. Lingkungan
semakin menerima beban kerusakan semakin tinggi dengan adanya
pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, dimana setiap penduduk
perlu memenuhi kebutuhannya yang dapa mengganggu lingkungan. Salah satu
permasalahan yang sangat dekat dengan kita merupakan permasalahan sampah.
Menurut data statistik Indonesia pada tahun 2014, sampah indonesia
mencapai 175.000 ton per hari atau 0,7 kg per orang. Hal ini menjadikan
Indonesia menduduki negara penghasil sampah plastik kedua terbesar di dunia
setelah cina dan jumlah sampah Indonesia akan terus bertambah seiringnya
waktu karena tingkat pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi bahkan
sampah akan semakin meningkat jika tidak ada pengelolaan sampah dengan
baik. Maka dari itu perlu adanya upaya untuk mengurangi sampah yang ada
dan mengelola sampah untuk mengurangi beban kerusakan lingkungan.
Selanjutnya mengenai salah satu komuditi ekspor Indonesia yaitu kopi dan
kakao (coklat). Indonesia merupakan negara agraris dan merupakan salah satu
negara pembudidaya tanaman kakao paling luas di dunia dan termasuk Negara
I penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-Coast dan Ghana, yang nilai
produksinya mencapai 1.315.800 ton/thn. Indonesia memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan negara-negara Asia yang lainnya dalam hal
pengembangan kakao, antara lain ketersediaan lahan yang cukup luas, biaya
tenaga kerja relatif murah, potensi pasar domestik yang besar dan sarana
transportasi yang cukup baik. Kakao merupakan salah satu komoditas andalan
nasional dan berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Perannya yang
utama adalah dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan, dan
sumber devisa bagi negara. Oleh karena itu, eksistensi pembudidayaan kopi
dan kakao sangat penting untuk perkembangan produksi kakao di Indonsia.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana pengelolaan sampah domestik dan sampah pasar di TPA
Pakusari Jember?
b. Bagaimana cara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Jember
memanfaatkan limbah industry agar tidak terbuang percuma dan
menerapkan Green Factory ?
c. Bagaimana pengelolaan sampah secara terpadu yang dapat diterapkan
di daerah-daerah?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui pengelolaan sampah domestik dan sampah pasar di TPA
Pakusari Jember
b. Mengetahui pengelolaan sampah di PUSLIT
c. Mengetahui pengelolaan sampah secara terpadu yang dapat diterapkan
di daerah-daerah
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah


berakhirnya suatu proses (suryati, 2014). Sampah merupakan material sisa yang
tidask diinginkan setelah berajhirnya suatu proses. Sampah didefinisikan oleh
manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses proses alam sebenarnya
tidak ada konsep sampah. Yang ada hanya produk produk yang dihasilkan
setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung (Nurjannah, 2016).

Sampah berasal dari rumah tangga, pertanian, perkantoran, perusahaan,


rumah sakit, pasar, dsb. Secara garis besar, sampah dibedakan menjadi:

1. Sampah organik/basah
Contoh : Sampah dapur, sampah restoran, sisa sayuran, rempah-rempah
atau sisa buah dll yang dapat mengalami pembusukan secara alami.
2. Sampah anorganik/kering
Contoh : logam, besi, kaleng, plastik, karet, botol, dll yang tidak dapat
mengalami pembusukan secara alami.
3. Sampah berbahaya
Contoh : Baterai, botol racun nyamuk, jarum suntik bekas dll.

Namun, meskipun terbukti sampah itu dapat merugikan, sampah juga


dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat dengan cara di daur ulang. Untuk
meminimalisasikan dampak dari sampah, sampah yang dibuang harus dipilah,
sehingga tiap bagian dapat dikomposkan atau didaur-ulang secara optimal,
daripada dibuang ke sistem pembuangan limbah yang tercampur seperti yang ada
saat ini. Selain itu industri-industri juga dihimbau untuk mendesain ulang produk-
produk, untuk memudahkan proses daur ulang produk tersebut
(Nimademahasriwidari, 2013).

Sumber sampah yang terbanyak dari pemukiman dan pasar tradisional.


Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayor, pasar buah, atau pasar ikan,
jenisnya relative seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organic sehingga
lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat
beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organic dan
sisanya anorganik (Sudradjat, 2006).

Menurut (Ravaless, 2016), ada ujuh cara dalam pengelohan sampah, yaitu:
1. Metode penghindaran dan pengurangan
Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah
pencegahan zat sampah terbentuk , atau dikenal juga dengan
"pengurangan sampah". Metode pencegahan termasuk penggunaan
kembali barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak , mendesain
produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas
belanja katun menggantikan tas plastik ), mengajak konsumen untuk
menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas
tissue) ,dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang lebih
sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng
minuman).
2. Metoda Pembuangan
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk
menguburnya untuk membuang sampah, metode ini adalah metode paling
populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg tidak
terpakai , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah
lahan penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan
menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan murah.
Sedangkan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola
dengan baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan ,
diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya Hama , dan
adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas
methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di Bandung
kandungan gas methan ini meledak dan melongsorkan gunung sampah)
3. Daur Ulang
Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah
untuk digunakan kembali disebut sebagai daur ulang Contoh kegiatan
daur ulang adalah antara lain adalah :
Pemanfaatan kembali kertas bekas yang dapat digunakan terutama untuk
keperluan eksternal, yaitu:
Plastik bekas diolah kembali untuk dijadikan sebagai bijih plastik
untuk dijadikan berbagai peralatan rumah tangga seperti ember dll
Peralatan elektronik bekas dipisahkan setiap komponen
pembangunnya (logam, plastik/kabel, baterai dll) dan dilakukan
pemilahan untuk setiap komponen yang dapat digunakan kembali
Gelas/botol kaca dipisahkan berdasarkan warna gelas (putih, hijau
dan gelap) dan dihancurkan.
4. Pengolahan biologis
Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau
kertas , bisa diolah dengan menggunakan proses biologis untuk kompos,
atau dikenal dengan istilah pengkomposan.Hasilnya adalah kompos yang
bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik.
5. Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil
langsung dengan cara menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak
langsung dengan cara mengolahnya menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-
ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari
menggunakannya sebakai bahan bakar memasak atau memanaskan
sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan
uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua
bentuk perlakukan panas yang berhubungan , dimana sampah dipanaskan
pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini biasanya
dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah
padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat , gas, dan cair.
Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan energi atau
dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa
dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi danGasifikasi
busur plasma yang canggih digunakan untuk mengkonversi material
organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran antara karbon
monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan
listrik dan uap.
6. Pemilahan Sampah
Sampah yang dikumpulkan di TPA pada umumnya bercampur
antara bahan-bahan organik maupun non organik sehingga pemilahan
perlu dilakukan secara teliti untuk mendapatkan bahan organik yang dapat
dikomposkan seperti dauan-daunan, sisa makanan, sayuran dan buah-
buahan.
7. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
TPA tipe open dumping sudah tidak tepat untuk menuju Indonesia
sehat. Oleh sebab itu, secara bertahap semua Kota dan Kabupaten harus
segera mengubah TPA tipe open dumping menjadi sanitary landfill.
Dianjurkan untuk membuat TPA yang memenuhi kriteria minimum,
seperti adanya zona, blok dan sel, alat berat yang cukup, garasi alat berat,
tempat pencucian alat berat, penjaga, truk, pengolahan sampah, dan
persyaratan lainnya
Budidaya tanaman kopi bisa dilakukan baik di dataran tinggi maupun
rendah, tergantung dari jenisnya.secara umum kopi menghendaki tanah gembur
yang kaya bahan organik. Untuk menambah kesuburan berikan pupuk organik dan
penyubur tanah di sekitar area tanaman. Arabika akan tumbuh baik pada
keasaman tanah 5 6,5 pH, sedangkan robusta pada tingkat keasaman 4,5 6.5
ph.

Hal yang harus disiapkan sebelum menanam kopi adalah menanam pohon
peneduh. Guna pohon peneduh untuk mengatur intensitas cahaya matahari yang
masuk. Tanaman kopi termasuk tanaman yang mendaki intensitas cahaya
matahari tidak penuh. Jenis pohon peneduh yang sering digunakan dalam
budidaya kopi adalah dadap, lamtoro, dan sengon. Pilih pohon pelindung yang
tidak memerlukan banyak perawatan dan daunnya bisa menjadi sumber pupuk
hijau.

Setelah lahan, pohon peneduh dan bibit siap, langkah selanjutnya adalah
memindahkan bibit dari polybag ke lubang tanam di areal kebun. Jarak tanam
yang dianjurkan budidaya kopi adalah 2,75 x 2,75 meter untuk robusta dan 2,5 x
2,5 meter untuk arabika.jarak tanam ini divariasikan dengan ketinggian lahan.
Semakin tinggi lahan semakin jarang dan semakin rendah lahan semakin rapat
jarak tanamnya. Buat lubang tanam dengan ukuran 60 x 60 x 60 cm. Pembuatan
lubang ini dilakukan 3-6 bulan sebelum penanaman. Saat menggali lubang tanam,
pisahkan tanah galian bagian atas dan tanah galian bagian bawah. Biarkan lubang
tanam tersebut terbuka2 bulan sebelum penanaman campurkan 200 gram belerang
dan 200 gram kapur dengan tanah galian bagian bawah. Kemudian masukkan ke
dalam lubang tanam. Sekitar 1 bulan sebelum bibit ditanam, campurkan 20 kg
pupuk kompos dengan tanah galian bagian atas kemudian masukkan ke lubang
tanam.

Kini bibit kopi siap ditanam dalam lubang tanam. Sebelumnya papas daun
yang ada pada bibit hingga tersisa sepertiga bagian untuk mengurangi penguapan.
Keluarkan bibit kopi dari polybag, kemudian gali sedikit lubang tanam yang telah
dipersiapkan. Kedalaman galian menyesuaikan dengan panjang akar. Bagi bibit
yang memiliki akar tunjang, usahakan agar tanaman tegak lurus. Tutup lubang
tanaman agar tanaman berdiri kokoh, bila diperlukan beri ajir untuk menopang
tanaman agar tidak roboh.

Setelah bibit ditanam di areal kebun, periksa pertumbuhan bibit tersebut


setidaknya seminggu 2x. Setelah bibit berumur 1-6 bulan, periksa sedikitnya satu
bulan sekali. Selama periode pemeriksaan tersebut, bila ada kematian pada pohon
kopi segera lakukan penyulaman. Penyulaman dilakukan dengan bibit yang sama.
Lakukan perawatan yang lebih intensif agar tanaman penyulam bisa menyamai
pohon lainnya.

Pemberian pupuk untuk budidaya kopi bisa menggunakan pupuk organik


atau pupuk buatan. Pupuk organik bisa didapatkan dari bahan-bahan di sekitar
kebun seperti sisa-sisa hijauan dari pohon pelindung atau kulit buah kopi sisa
pengupasan kemudian dibuat menjadi kompos. Kebutuhan pupuk untuk setiap
tanaman sekitar 20 kg dan diberikan 1-2 tahun sekali.
Terdapat 2 tipe pemangkasan dalam budidaya kopi, yaitu pemangkasan
berbatang tunggal dan pemangkasan berbatang ganda. Pemangkasan berbatang
tunggal cocok digunakan untuk jenis tabnaman kopi yang memiliki banyak
cabang sekunder semisal arabika. Pemangkasan ganda lebih banyak diaplikasikan
di perkebunan rakyat yang menanam robusta. Pemangkasan ini lebih sesuai
dilakukan di daerah dataran rendah dan basah.

Tanaman kopi harus selalu bersih dari gulma, terutama saat tanaman
masih muda. Lakukan penyiangan selama 2 minggu, dan bersihkan gulma yang
ada di bawah tajuk pohon kopi. Apabila tanaman cukup besar, pengendalian
gulma yang ada di luar tajuk tanaman kopi bisa memanfaatkan tanaman penutup
tanah. Penyiangan gulma pada tanaman dewasa dilakukan apabila diperlukan saja
(Barista, 2015).

Pengolahan Kopi

Pada prinsipnya pengolahan kopi bertujuan untuk memisahkan biji kopi


dari daging buah, kulit tanduk dan kulit ari. Secara garis besar terdapat dua cara
pengolahan kopi, yaitu pengolahan kering dan basah.

1. Pengolahan Kering
Pengolahan cara kering tujuannya untuk jenis Robusta, karena tanpa
fermentasi sudah dapat diperoleh mutu yang baik. Dan untuk kopi jenis
Arabika sebaiknya dilakukan cara basah. Diperkebunan besar pengolahan
secara kering hanya digunakan untuk mengolah kopi yang berwarna hijau, kopi
rambang dan kopi yang diserang bubuk.
2. Pengolahan Basah
Pengolahan cara kering tujuannya untuk jenis Robusta, karena tanpa
fermentasi sudah dapat diperoleh mutu yang baik. Dan untuk kopi jenis
Arabika sebaiknya dilakukan cara basah. Diperkebunan besar pengolahan
secara kering hanya digunakan untuk mengolah kopi yang berwarna hijau, kopi
rambang dan kopi yang diserang bubuk (Setyohadi, 2007: 65).
Pembibitan Kakao
Untuk mendapatkan bibit pohon kakao, cara generatif bisa dilakukan
dengan penyemaian biji buah coklat kakao. Selain itu, pembibitan bisa pula
dilakukan secara vegetatif dengan menggunakan teknik stek maupun okulasi.
Namun, sebelum bisa ditanam di lahan, bibit tanaman coklat tersebut sebaiknya
sudah berusia 4-5 bulan dengan tinggi pohon 50-60 cm. Helaian daun pada bibit
paling tidak sudah berjumlah 20-40 helai dengan minimal daun tua berjumlah 4
helai. Batang harus berdiameter 8 mm dan bibit tersebut harus dalam keadaan
sehat.

Jumlah bibit yang diperlukan dalam budidaya coklat sangat tergantung


pada luas lahan serta jarak tanam yang dipilih. Jarak tanam perlu dipertimbangkan
dengan baik dengan melihat jenis tanah serta iklim di are penanaman. Sebagai
contoh, bibit sejumlah 1.650 batang diperlukan untuk setiap hektar lahan jika
jarak tanam yang dipilih adalah 2,4 x 2,4 meter. Akan tetapi, jika jarak tanam
yang dipilih adalah 5 x 5 m, bibit yang diperlukan hanya 400 batang.

Penanaman Pohon Pelindung

Dalam teknik budidaya tanaman kakao, selain menanam pohon kakao itu
sendiri, petani juga perlu menanam pohon pelindung yang bersifat sementara dan
bersifat tetap. Pohon pelindung sementara perlu ditanam saat pohon kakao belum
mempunyai tajuk yang saling bertaut dan belum menghasilkan. Sementara itu,
pohon pelindung permanen perlu ditanam untuk melindungi pohon yang sudah
mulai menghasilkan buah.

Pemeliharaan Tanaman Kakao

Dalam upaya bercocok tanam kakao, pemliharaan yang tepat perlu pula
dilakukan. Pemeliharaan yang harus dilakukan oleh petani kakao berupa
pemangkasan, penyiangan, dan pemupukan. Proses pemangkasan boleh jadi
merupakan proses pemeliharaan yang paling rumit dalam teknik menanam kakao
karena berkaitan dengan empat komponen utama yakni bentuk, tunas air, sanitasi,
dan struktural.

Pemangkasan Bentuk
Pemangkasan ini merupakan bagian penting dalam cara menanam kakao
karena tanaman dan tajuk kakao akan dibentuk dalam proses. Tujuannya adalah
untuk memacu pertumbuhan dan perkembanga cabang-cabang sekunder yang
akan memunculkan buah yang lebih banyak pula. Pemangkasan ini dilakukan
dalam dua tahap.

Tahap pertama, pemangkasan pucuk, dilakukan ketika pohon berusia 3-6


bulan setelah tanam dengan cara memotong bagian ujung titik tumbuh dominan
untuk meningkatkan pertumbuhan cabang samping ke arah atas. Cabang yang
menggantung juga perlu dipotong sehingga cabang kuat pada usia awal bisa
terpacu pertumbuhannya.

Pemangkasan bentuk tajuk yang merupakan tahap kedua pemangkasan


bentuk dilakukan saat tanaman menginjak usia 6-9 bulan setelah tanam. Cabang
utama dirangsang dengan memotong cabang lateral dengan ukuran tinggi 40-60
cm di atas permukaan tanah. Tajuk yang melingkar perlu dibuat dengan cara
memotong cabang yang menggantung atau merendah. Penutupan tajuk dipicu
dengan meningglkan cabang utama sejumlah 4-5 dengan jarak yang sama dari
titik keluarnya cabang kipas.

Pemangkasan Tunas Air

Fungsi pemangkasan ini pada pohon yang muda adalah untuk membentuk
struktur yang kuat serta menghindari pertumbuhan cabang yang berlebihan
sedangkan pada tanaman dewasa, pemangkasan ini berguna untuk meningkatkan
cadangan nutrisi sehingga perkembangan buah lebih terpacu dan udara serta sinar
matahari bisa lebih lancar sirkulasinya.

Teknik perawatan berupa pemangkasan ini dilakukan setiap tiga bulan


dengan cara memangkas setiap tunas dengan ketinggian kurang dari 40-60 cm di
atas permukaan tanah. Tunas yang tumbuh kembali dalam struktur yang sudah
dibentuk perlu pula dipangkas. Tunas vertikal yang muncul dari bagian bawah
pohon yang miring atau roboh dibiarkan tumbuh sebagai pengganti tanaman tua
sementara tunas vertikal yang tidak tumbuh tegak dipangkas habis.
Pemangkasan Sanitasi dan Struktural

Pemangkasan dengan tujuan sanitasi merupakan salah satu tips penting


dalam cara tanam kakao agar tanaman bisa tumbuh dengan optimal karena
pemangkasan ini akan mencegah serta mengurangi resiko serangan hama. Dengan
sinar matahari dan aliran udara yang lebih banyak masuk pada struktur tanaman,
resiko serangan hama, gulma, dan penyakit bisa dikurangi. Dengan demikian,
tanaman akan menjadi semakin sehat sehingga perkembangan buah akan bisa
lebih ditingkatkan.

Pemangkasan ini bisa dilakukan bersamaan dengan pemangkasan


struktural atau saat ada banyak cabang tidak sehat yang terlihat sekitar atau sekitar
5-6 bulan sekali. Pemangkasan struktural sendiri dilakukan agar 4-5 cabang uatam
bisa berkembang secara berkelanjutan sebagai kerangka primer. Pemangkasan ini
juga berguna untuk merangsang pergantian cabang tanaman dewasa yang sudah
tua atau tidak sehat. Tajuk juga akan dipertahankan dalam bentuk yang baik dan
membulat dengan pemangkasan yang juga dilakukan sekitar 5-6 bulan sekali ini.

Penyiangan dan Pemupukan

Penyiangan penting dilakukan minimal satu bulan satu kali agar


penyerapan unsur hara dan air tidak terganggu selain untuk mencegah
perkembangan hama dan penyakit. Sementara itu, pemupukan perlu dilakukan
saat tanaman sudah berusia dua bulan setelah tanam.

Tanaman yang belum berbuah dipupuk dengan jarak 15-50 cm dari batang
utama tanaman berusia 2-10 bulan dan 50-75 cm dari batang utama tanaman
berusia 14-20 bulan. Tanaman yang sudah menghasilkan perlu dipupuk dengan
jarak 50-75 cm dari batang utama dengan kedalaman 10 cm (Budidaya, 2016).

Pengolahan kakao

1. Panen tepat matang


Buah kakao matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah
kakao yang semula hijau menjadi kuning.
2. Sortasi buah sehat
Buah sehat adalah buah matang yang tidak terkena serangan hama
dan penyakit, ditandai oleh tampilan kulit buah yang mulus dan segar
3. Pembelahan buah
Buah dibelah dengan alat mekanis untuk memisahkan biji kakao
dengan kulit buah dan plasenta. Mesin pembelah mempunyai kapasitas
5.000 buah/jam. Biji kakao diolah lanjut sebagai bahan makanan,
sedangkan kulit buah merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai
bahan baku kompos, pakan ternak dan biogas.
4. Pemerasan pulpa (lendir) kakao
Biji kakao dilapisi oleh pulpa berwarna putih. Lapisan pulpa
dikurangi secara mekanik antara 30 40 % dari berat pulpa awal agar
fermentasi berjalan lebih sempurna dan mencegah timbulnya cacat rasa
asam. Mesin pemeras mempunyai kapasitas 1.000 ton biji/jam. Pulpa
hasil perasan adalah limbah yang dapat diolah menjadi nata de kakao dan
jus kakao.
5. Fermentasi biji kakao
Fermentasi ditujukan untuk menumbuhkan senyawa pembentuk
citarasa dan aroma khas cokelat dengan bantuan mikroba alami. Satu peti
mempunyai kapasitas 750 kg biji kakao. Biji kakao dimasukkan ke dalam
peti kayu tingkat atas selama 2 hari dan kemudian dipindahkan ke peti
tingkat bawah. Fermentasi dilanjutkan lagi di peti bawah selama 2 hari
berikutnya.
6. Pengeringan mekanis
Biji kakao hasil fermentasi dikeringkan secara mekanis pada suhu
50-55 oC. Kadar air biji kakao yang semula 55 % turun menjadi 7 %
selama 40 jam. Sumber energi pengeringan adalah kolektor surya dan
kayu yang diperoleh dari hasil pangkasan pohon pelindung tanaman
kakao. Kipas udara pengering digerakkan oleh motor listrik atau motor
disel dengan bahan bakar bio-disel.
7. Sortasi biji kakao kering
Biji kakao hasil pengeringan disortasi secara mekanik untuk
memisahkan biji ukuran besar [jumlah biji 85 90/100 gr sample], ukuran
medium [jumlah biji 95 110/100 gr sampel] dan ukuran kecil [jumlah
biji > 110/100 gr sampel]. Biji pecah dan kotoran terpisah di rak paling
bawah. Mesin sortasi mempunyai kapasitas 1.000 kg/jam.
8. Pengemasan dan penggudangan
Biji kakao atas dasar ukurannya dikemas dalam karung goni [@ 60
kg] berlabel produksi dan disimpan dalam gudang yang bersih dan
berventilasi cukup. Tumpukan karung-karung [6 lapis] disangga di atas
palet kayu dan tidak menempel di dinding gudang (Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia, 2013).
BAB III
HASIL PEMBAHASAN
1. Hasil Observasi
A. Tempat Pembuangan Akhir Pakusari Jember

Studi lapang yang pertama di TPA Pakusari Jember. Dari observasi


diketahui bahwa sistem pengelolaan di TPA Pakusari untuk sampah khusus
seperti sampah kimia dan sampah rumah sakit dilakukan dengan dibakar terlebih
dahulu dengan Incenerator kecil untuk mengurangi resiko seperti tertularnya
penyakit dan virus dari sampah bekas rumah sakit dan untuk sampah organik dan
anorganik dilakukan dengan proses dumping yaitu dengan cara menumpuk
sampah-sampah dari truk-truk pengangkutan sampah dari depo (tempat
pengumpulan sementara) seperti yang terdapat pada pasar dan perumahan.
Sampah-sampah yang dibuang atau dihasilkan oleh TPA Pakusari adalah sampah
organik yang berupa sampah basah seperti sisa sayuran yang berasal dari pasar,
dari rumah tangga dari terminal dan dari stasiun. Selain itu juga terdapat sampah
anorganik yang berupa plastik- plastik, kaleng-kaleng dan untuk di TPA Pakusari
sampah B3 (Barang- barang beracun) dikategorikan juga kedalam sampah
anorganik dalam hal pengolahannya dikarenakan persediaan lahan sampah
terbatas. Dalam sehari truk-truk sampah yang mengumpulkan sampah di TPA
Pakusari mencapai kurang lebih lima belas truk sehari, maka jika diakumulasi
dalam setahun dengan jumlah penduduk kota Jember yang mencapai 3 sampai 3,5
juta orang adalah sebanyak 5400 truk. Data terakhir dari TPA Pakusari pada bulan
Mei 2016 dijabarkan tabel berikut.

Tabel 1. DATA VOLUME SAMPAH PER MINGGU TPA PAKUSARI

MINGGU KE 1

NO TANGGAL SATUAN VOLUME VOLUME JUMLAH


SAMPAH SAMPAH
PLASTIK
1 Mingggu,01 Mei 2016 M3 627,4 22,2 649,6
2 Senin,02 Mei 2016 M3 625,9 24,5 650,4
3 Selasa,03 Mei 2016 M3 628,9 22,0 650,9
4 Rabu,04 Mei 2016 M3 625,1 23,2 648,3
5 Kamis, 05 Mei 2016 M3 630,0 25,1 655,1
6 Jumat, 06 Mei 2016 M3 628,1 24,3 652,4
7 Sabtu,07 Mei 2016 M3 620,1 20,4 640,5
Jumlah 4.285,5 161,7 4.447,2

MINGGU KE 2

NO TANGGAL SATUAN VOLUME VOLUME JUMLAH


SAMPAH SAMPAH
PLASTIK
1 Mingggu,08 Mei M3 620,2 23,5 643,7
2016
2 Senin,09 Mei 2016 M3 628,2 22,0 650,2
3 Selasa,10 Mei 2016 M3 630,3 24,0 654,3
4 Rabu,11 Mei 2016 M3 628,0 23,0 651,0
5 Kamis, 12 Mei 2016 M3 630,1 21,5 651,6
6 Jumat, 13 Mei 2016 M3 629,7 22,5 652,2
7 Sabtu,14 Mei 2016 M3 634,9 21,5 656,4
Jumlah 5.057,5 158,1 5.215,6

MINGGU KE 3

NO TANGGAL SATUAN VOLUM VOLUME JUMLAH


E SAMPAH
SAMPA PLASTIK
H
1 Mingggu,15 Mei M3 630,6 20,5 651,1
2016
2 Senin,16 Mei 2016 M3 638,4 21,5 659,9
3 Selasa,17 Mei 2016 M3 629,4 22,4 651,8
4 Rabu,18 Mei 2016 M3 627,8 21,7 649,5
5 Kamis, 19 Mei 2016 M3 627,9 23,2 651,1
6 Jumat, 20 Mei 2016 M3 626,6 23,4 650,0
7 Sabtu,21 Mei 2016 M3 624,9 22,0 646,9
Jumlah 4.405,6 154,7 4.560,3

MINGGU KE 4

NO TANGGAL SATU VOLUM VOLUME JUMLAH


AN E SAMPAH
SAMPAH PLASTIK
1 Mingggu,22 Mei 2016 M3 622,4 19,0 641,4
2 Senin,23 Mei 2016 M3 629,9 20,1 650,0
3 Selasa,24 Mei 2016 M3 630,0 21,1 651,1
4 Rabu,25 Mei 2016 M3 626,1 22,0 648,1
5 Kamis, 26 Mei 2016 M3 620,0 20,2 640,2
6 Jumat, 27 Mei 2016 M3 628,0 22,0 650,0
7 Sabtu,28 Mei 2016 M3 627,3 19,5 646,8
8 Minggu,29 Mei 2016 M3 626,8 20,1 646,9
9 Senin,30 Mei 2016 M3 636,0 21,2 657,2
10 Selasa,31 Mei 2016 M3 631,5 18,9 650,4
Jumlah 6.278,0 204,1 6.482,1

Jumlah Bulan Mei 2016


Sampah : 20.026,6 M3 /8.011 Ton
Sampah Plastik : 678,6 M3 / 271 Ton
Jumlah Total : 20.705,2 M3 /8.282 Ton

Dari data tersebut bisa dibayangkan jika sistem pengolahan hanya dengan
dumping maka sampah hanya akan terus menumpuk dan terus memperluas lahan
sehingga terjadi ketidakefektifitas lahan dan pemborosan lahan. Pemerintah
pernah melakukan tindakan untuk melakukan penyortiran sampah berdasarkan
bahannya dimana organik dipisah dengan sampah anorganik, tetapi hal tersebut
tidak berkelanjutan. Selain dari pemerintah, dari pihak TPA juga telah mencoba
mengurangi tumpukan sampah di TPA dengan proses sanitary landfill yaitu proses
menumpuk sampah dan menutupinya dengan tanah sehingga pertumbuhan vektor
seperti lalat terhambat untuk mengurangi penyebaran penyakit seperti diare.
Untuk mendukung operasional sarana dan prasarana yang di miliki TPA Pakusari
adalah Gedung Kantor dan Sarananya, Alat Berat seperti Excavator caterpilar,
Excavator hitachi Whelloader, Bulldozzer dan Incenerator ( Pembakaran
sampah medis ).

Adanya TPA masyarakat sekitar merasa di untungkan karena masyarakat


dapat menyortir sampah yang masih memiliki nilai jual dan dapat menggunakan
kompos dari TPA untuk menyuburkan tanah. Walaupun demikian ada kalanya
TPA menggaanggu masyarakat dengan bau yang muncul dari sampah dan
pembludakan lalat. Namun, penumpukan sampah di TPA Pakusari tidak
menyebabkan banjir karena posisi TPA yang berada dibawah jika dibandingkan
dengan pemukiman warga asalkan dari pemerintah memberi pengawasan yang
tegas agar pemukiman warga tidak mendekati daerah TPA.

Proses penyortiran sampah hanya di lakukan warga sekitar sehingga


sampah anorganik yang masih tertinggal dapat mengganggu kerja dekomposer
untuk mengurai sampah. Selain itu, sampah anorganik dapat menyebabkan
biomaknifikasi, yaitu masuknya zat kimia dari lingkungan melalui rantai makanan
yang pada akhirnya tingkat konsentrasi zat kimia di dalam organisme sangat
tinggi dan lebih tinggi dari bioakumulasi yang sederhana sehingga dapat
mengganggu ekosistem alam.

Adapun penyelesaian (solusi) yang dapat diterapkan untuk menghadapi


permasalahan sampah adalah sebagai berikut :

1. Sistem pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat dengan


prinsip 3 R melalui kegiatan pemilahan sampah merupakan solusi
paradigmatik, yaitu solusi dari paradigma cara mengelola sampah. Dari
paradigma membuang sampah yang dalam prakteknya hanya
memindahan sampah, menjadi mengelola sampah dalam arti memilah
untuk dimanfaatkan yang pada prakteknya dapat mereduksi secara
signifikan timbulan sampah yang dibuang.

Contoh kegiatan Reuse sehari hari :

Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali
atau berulang ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain pada dari pada
mengunakan tissu, mengunakan bakteri yang dapat di charge kembali.
Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi
yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman di
gunakan kembali menjadi tempat minyak goreng.
Gunakan alat alat penyimpanan elektronik yang dapat dihapus dan ditulis
kembali
Gunakan sisi kertas yang masih kosong untuk menulis.
Gunakan email ( surat elektronik ) untuk berkirim surat.
Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan.

Contok kegiatan Reduce sehari hari :

Pilh produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang.


Hindari memakai dan membeli produk yang menghasilkan sampah dalam
jumlah besar
Gunakan produk yang dapat diisi ulang ( refill ).Misalnya alat tulis yang
bisa diisi ulang kembali.
Maksimumkan pengunaan alat alat penyimpan elektronik yang dapat
dihapus dan di tulis kembali
Kurangi penggunaan bahan sekali pakai.
Gunakan kedua sisi kertas untuk penulisan dan fotokopi.
Hindari membeli dan memakai barang barang yang kurang perlu.

Contok kegiatan Recycle sehari hari :

Pilih produk dan kemasan yang dapat di daur ulang dan mudah terurai.
Olah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali.
Lakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos.
Lakukan pengolahan sampah non organik menjadi barang yang
bermanfaat

2. Pemerintah, pengurus RT/RW dan pengelola membuat sistem atau


mekanisme dan menentukan orang untuk memantau dan mengevaluasi
kegiatan pengelolaan sampah berbasis masyarakat untuk menjamin
keberlangsungan program.
3. Pelaku usaha dalam melaksanakan pengurangan sampah menggunakan
bahan produksi yang menimbulkan sampah yang sedikit mungkin, dapat
diguna ulang, dapat di daur ulang, dan mudah diurai oleh proses alam.
B. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka)
1. Profil dan Sejarah Puasat kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka)
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslit Koka), merupakan salah
satu daya tarik wisata agro yang terletak di Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji,
sekitar 12 km ke arah selatan Kota Jember. Puslit Koka merupakan satu-satunya
lembaga penelitian kopi dan kakao di Indonesia. Dengan lahan seluas 160 hektar
yang dikelilingi oleh areal perkebunan kopi dan kakao (coklat) yang asri,
pengunjung dapat menyaksikan sekaligus mempelajari pembibitan dan
pembenihan, proses pengolahan, sekaligus menikmati secara langsung hasil
produksi kopi dan kakao berupa minuman panas/dingin, coklat, permen, hingga
ice cream. Hasil produksi ini dapat dijadikan bahan oleh-oleh khas Jember.
Tersedia pula fasilitas perpustakaan, aula, guest house, lapangan tenis, masjid,
serta gazebo.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) didirikan pada 1
Januari 1911 dengan nama waktu itu Besoekisch Proefstation. Setelah mengalami
beberapa kali perubahan baik nama maupun pengelola, saat ini secara
fungsional Puslitkoka berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia, sedangkan secara struktural
dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia Asosiasi Penelitian
Perkebunan Indonesia (LRPI APPI).
Puslitkoka adalah lembaga non profit yang memperoleh mandat untuk
melakukan penelitian dan pengembangan komoditas kopi dan kakao secara
nasional, sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No.
786/Kpts/Org/9/1981 tanggal 20 Oktober 1981. Juga sebagai penyedia data dan
informasi yang berhubngan dengan kopi dan kakao.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia berkantor di Jl. PB. Sudirman
No. 90 Jember. Namun mulai 1987 seluruh kegiatan/operasional dipindahkan ke
kantor baru berlokasi di Desa Nogosari, Kecamatan Rambipuji, Jember berjarak +
20 km arah Barat Daya dari Kota Jember. Pada tahun 2008 terakreditasi oleh
Lembaga Sertfikasi KNAPPP dengan Nomor Sertifikat: 006/Kp/KA-
KNAPPP/I/2008;
2. Struktur Organisasi Pusat kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka)
2.1. Tugas Pokok dan Fungsi
Melakukan penelitian guna mendapatkan inovasi teknologi di bidang
budidaya dan pengolahan hasil kopi dan kakao
Melakukan kegiatan pelayanan kepada petani/pekebun kopi dan kakao di
seluruh wilayah Indonesia guna memecahkan masalah dan mempercepat
alih teknologi
Membina kemampuan di bidang sumberdaya manusia, sarana dan prasarana
guna mendukung kegiatan penelitian dan pelayanan.
2.2. Visi dan Misi
Menjadi salah satu lembaga penelitian yang handal dan produktif dalam
menciptakan dan mengembangkan teknologi yang tekait dengan perkebunan
kopi dan kakao
Menjadi pelopor kemajuan industri kopi dan kakao
Menjadi mitra pelaku usaha dengan pemerintah dalam mengembangkan
inovasi teknologi baru.
Menjadi pusat informasi dan pengembangan sumber daya manusia dalam
meningkatkan daya saing.
2.3. Rencana Strategis
Menentukan arah penelitian yang difokuskan pada isu strategis dengan
memperhatikan peluang, kendala dan sumberdana yang tersedia yang lebih
lanjut dijabarkan dalam Rencana Operasional Penelitian (ROP)
Menyatukan persepsi antara pengambil kebijakan, perencana, peneliti dan
pengguna teknologi dalam menentukan arah dan prioritas penelitian.
Menyatukan arah penelitian dalam rangka mendorong munculnya efek
sinergik dalam kegiatan ristek pada lingkup Puslitkoka, lingkup Badan
Litbang Pertanian serta lingkup Nasional dan Internasional
2.4. Sarana Penelitian
Kebun Percobaan dan Areal Kantor seluas 380 ha, terdiri atas kebun
percobaan kopi arabika (KP. Andungsari ketinggian 100-1.200 m dpl.), kopi
robusta dan kakao (KP. Kaliwining dan KP. Sumberasin ketinggian 45-550
m dpl.). Laboratorium yang dipunyai seluas 2.365 m2 dengan peralatan
sejumlah 850 unit. Terdiri dari Laboratorium Pemuliaan Tanaman,
Laboratorium Fisika Tanah, Kimia Tanah dan Biologi Tanah, Laboratorium
Kultur Jaringan, Laboratorium Mekanisasi Pertanian, Laboratorium
Pengolahan Hasil, Laboratorium Pengawasan Mutu, Pusat Informasi dan
Pelatihan. Koleksi buku dan majalah di perpustakaan sebanyak 38.706 judul
dan 38.983 eksemplar, terdiri atas 7.622 judul artikel tentang kopi, 5.024
judul artikel kakao, dan lebih dari 15.677 judul artikel tentang karet,
tembakau, dan tanaman lainnya.
3. Tanaman Kakao (Theobroma cacao, L)
Jenis tanaman kakao yang dibudidayakan tergantung dari perdagangannya,
ada yang menghendaki biji coklat warna ungu dan ada yang menghendaki biji
putih. Saat ini di Indonesia yang dikembangkan oleh para petani untuk tanaman
kakao 90 % yaitu lindak (biji coklat warna ungu) sedangkan kakao yang berbiji
putih dikembangkan oleh BTPN contohnya yang mengembangkan biji kakao
putih yaitu BTPN 12, biji kakao putih umumnya memiliki harga mahal dibanding
dengan biji kakao lainnya. Para petani Indonesia tidak mengembangkan biji kakao
putih karena produktivitasnya rendah dan tanamannya disukai hama penyakit.

3.1. Morfologi Tanaman Kakao (Theobroma cacao, L)


Tanaman Kakao yang memiliki nama ilmiah Theobroma cacao L. ini
merupakan satu-satunya diantara 22 jenis marga Theobroma, suku sterculiaceae
yang diusahakan secara komersil. Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang dikembangluaskan dalam rangka peningkatan sumber devisa
negara dari sektor nonmigas.
a. Akar
Sistim perakaran kakao sangat berbeda tergantung dari keadaan tanah
tempat tanaman tumbuh. Pada tanah-tanah yang permukaan air tanahnya
dalam terutama pada lereng lereng gunung, akar tunggang tumbuh
panjang dan akar-akar lateral menembus sangat jauh ke dalam tanah.
Sebaliknya pada tanah yang permukaan air tanahnya tinggi, akar tunggang
tumbuh tidak begitu dalam dan akar lateral berkembang dekat permukaan
tanah.
b. Batang
Tinggi tanaman kakao jika dibudidayakan di kebun maka tinggi tanaman
kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 3 meter dan pada umur 12 tahun dapat
mencapai 4,5 7 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam , dipengaruhi
oleh intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman
kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif.
Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau
tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah
pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau
fan).
c. Daun
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme.
Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan
pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm.
Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada
tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian
(articulation) yang terletak di pangkal dan ujung tangkai daunyang membuat
daun mapu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya
sinar matahari.
d. Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang
dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga
tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut
dengan bantalan bunga (cushioll).
e. Buah dan Biji
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah
mempunyai sepuluh alur dan tebalnya 1 2 cm, Warna buah kakao sangat
beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang
ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan
berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah,
setelah masak berwarna jingga (oranye).
3.2. Masa Panen Tanaman Kakao
Masa panen besar tanaman kakao terjadi 2 kali dalam setahun yaitu pada
bulan Mei, Juni, dan Juli serta pada bulan November, Desember, dan Januari.
Tetapi pada umumnya sepanjang tahun tanaman kakao berbuah. Untuk di wilayah
Jawa Timur masa panen besarnya 2 kali dalam setahun, tetapi untuk wilayah
seperti Sumatera yang ada di bagian utara garis Khatulistiwa berbuah sepanjang
tahun karena di wilayah tersebut curah hujannya sepanjang tahun. Jadi beda
tempat, beda iklim, juga beda masa panennya.

3.3. Peran Naungan pada Tanaman Kakao


Tanaman kakao ini tumbuh dibawah tanaman-tanaman besar atau naungan.
Dimana naungan dibagi menjadi 2 yaitu naungan tetap dan naungan sementara,
naungan tetap meliputi tanaman lamtoro (Laucaena glauca), tanaman kelapa
(Cocos nucifera), untuk mahoni (Swietenia mahagoni) ditanam di pinggir
berfungsi sebagai penahan angin, sedangkan untuk naungan sementara meliputi
tanaman kacang-kacangan (Mogania makrofila), tanaman pisang, tanaman jagung
dan juga tanaman tebu. Tanaman kakao membutuhkan pencahayaan sebesar 30%
maka untuk memilih naungan misalnya seperti tanaman lamtoro hendaknya
memilih tanaman lamtoro yang tidak berbiji karena apabila memilih tanaman
lamtoro yang berbiji akan tumbuh gulma. Sehingga untuk yang 70% pencahayaan
disaring dengan naungan.
3.4. Penyakit atau Hama yang Menyerang Tanaman Kakao
Hampir seluruh bagian tubuh tanaman kakao ini seperti daun, buah, batang,
akar, dan lainnya diserang oleh penyakit. Daun merupakan bagian dari tanaman
kakao yang mudah diserang oleh penyakit seperti misalnya diserang oleh ulat
kilan yaitu daun yang masih muda, selain ulat penyakit lainnya seperti VSD
(Vascular Streak Dieback), jamur, dan holotutricum. Sedangkan untuk penyakit
yang menyerang buah yaitu helopeltis yaitu kepik penghisap buah kakao, apabila
buah yang masih kecil dihisap maka akan kering terus mati, namun apabila yang
dihisap buah yang besar maka akan muncul bentol-bentol atau burik pada buah
sehingga buah terlihat tidak menarik dampak dari adanya penyakit atau hama
yang menyerang buah maka akan mengurangi produksi. Penyakit yang menyerang
batang yaitu ulat pengebor atau siluburus, ulat penggerek dan kanker batang
(Phytopthora) selain menyerang batang juga dapat menyerang buah yang
menjadikan buah busuk sedang akarnya diserang penyakit jamur akar putih, jamur
akar coklat, untuk hama kutu putih tidak membahayakan tanaman kakao akan
tetapi pada saat musim kemarau kutu putih dapat menyerang bunga yang
menjadikan bunga kering.
Cara penanganan penyakit atau hama pada tanaman kakao yaitu dapat
menggunakan pestisida, daun mahoni, atau daun sirsak yang diekstrak, selain itu
dengan kultur teknis dengan cara mengurangi kelembapan kebun dan tanaman
dipangkas, apabila tanahnya basa dibuat saluran krenase. Buah kakao yang
berwarna hijau dengan nama klon Jaz 60 tidak tahan dengan penyakit VSD yang
menyerang daun sehingga menyebabkan daun rontok dan jamur menjalar ke
batang sehingga menyebabkan batang mati, jamur yang menjalar ke batang
tanaman kakao melewati pembuluh angkut xilem sehingga tanaman disambung
dengan buah kakao merah dengan nama klon Sulawesi 1 jadi digunakan untuk
menggantikan kanopi daunnya. Ciri-ciri buah kakao masak yaitu terdapat seleret
kuning atau warna kekuningan.
Untuk melakukan penyambungan maka perlu memilih jenis tanaman yang
tahan terhadap penyakit seperti buah kakao merah tahan resisten, dengan
melakukan penyambungan maka telah melakukan pengendalian teknik kultur
yang dapat menghemat biaya pestisida, selain kakao merah yang tahan terhadap
penyakit yang digunakan untuk penyambungan yaitu Sulawesi 1, ECA 6 yang
digunakan untuk mengganti daun bagian atas atau kanopi, jadi yang digantikan
merupakan klon yang memiliki produktivitas tinggi seperti Jaz 60 yang memiliki
produktivitas tinggi namun tidak tahan penyakit. Mengenai rasa dari buah kakao
ini sendiri tergantung dari selara masyarakat namun sebenarnya bauah kakao biji
putih yang memiliki rasa lebih enak. Namun permintaan pasar lebih banyak pada
kakao biji coklat warna ungu. Alasan pemilihan kakao lindak sebagai penilitian
karena petani Indonesia 95% lebih banyak menanam kakao lindak dan sehingga
dilakukan penilitian untuk memperbaiki pertanian rakyat.
3.5. Pengelolaan Biji Kakao

3.5.1 Pengolahan Produk Primer Biji Kakao

a. Panen tepat matang


Buah kakao matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah kakao yang
semula hijau menjadi kuning.
b. Sortasi buah serat
Buah sehat adalah buah matang yang tidak terkena serangan hama dan
penyakit, ditandai oleh tampilan kulit buah yang mulus dan segar
c. Pembelahan buah
Buah dibelah dengan alat mekanis untuk memisahkan biji kakao dengan
kulit buah dan plasenta. Mesin pembelah mempunyai kapasitas 5.000
buah/jam. Biji kakao diolah lanjut sebagai bahan makanan, sedangkan
kulit buah merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai bahan baku
kompos, pakan ternak dan biogas.
d. Pemerasan pulpa (lendir) biji kakao
Biji kakao dilapisi oleh pulpa berwarna putih. Lapisan pulpa dikurangi
secara mekanik antara 30 40 % dari berat pulpa awal agar fermentasi
berjalan lebih sempurna dan mencegah timbulnya cacat rasa asam. Mesin
pemeras mempunyai kapasitas 1.000 ton biji/jam. Pulpa hasil perasan
adalah limbah yang dapat diolah menjadi nata de kakao dan jus kakao.
e. Fermentasi biji kakao
Fermentasi ditujukan untuk menumbuhkan senyawa pembentuk citarasa
dan aroma khas cokelat dengan bantuan mikroba alami. Satu peti
mempunyai kapasitas 750 kg biji kakao. Biji kakao dimasukkan ke dalam
peti kayu tingkat atas selama 2 hari dan kemudian dipindahkan ke peti
tingkat bawah. Fermentasi dilanjutkan lagi di peti bawah selama 2 hari
berikutnya.
f. Pengeringan mekanis
Biji kakao hasil fermentasi dikeringkan secara mekanis pada suhu 50-55
oC. Kadar air biji kakao yang semula 55 % turun menjadi 7 % selama 40
jam. Sumber energi pengeringan adalah kolektor surya dan kayu yang
diperoleh dari hasil pangkasan pohon pelindung tanaman kakao. Kipas
udara pengering digerakkan oleh motor listrik atau motor disel dengan
bahan bakar bio-disel.
g. Sortasi biji kakao kering
Biji kakao hasil pengeringan disortasi secara mekanik untuk memisahkan
biji ukuran besar [jumlah biji 85 90/100 gr sample], ukuran medium
[jumlah biji 95 110/100 gr sampel] dan ukuran kecil [jumlah biji >
110/100 gr sampel]. Biji pecah dan kotoran terpisah di rak paling bawah.
Mesin sortasi mempunyai kapasitas 1.000 kg/jam.
h. Pengemasan dan penggudangan
Biji kakao atas dasar ukurannya dikemas dalam karung goni [@ 60 kg]
berlabel produksi dan disimpan dalam gudang yang bersih dan berventilasi
cukup. Tumpukan karung-karung [6 lapis] disangga di atas palet kayu dan
tidak menempel di dinding gudang.
3.5.2. Pengolahan Produk Antara [ Pasta , Lemak, dan bungkil Kakao]
a. Biji Kakao
Biji kakao fermentasi yang memenuhi syarat mutu fisik, kimiawi dan
kebersihan sesuai SNI 2323-2008 digunakan sebagai bahan baku
pengolahan cokelat.
b. Penyaringan
Penyangraian merupakan tahap awal proses produksi makanan dan
minuman cokelat dan bertujuan untuk membentuk aroma dan citarasa khas
cokelat dari biji kakao. Penyangraian dilakukan pada suhu 115 120 oC
selama 20 sampai 30 menit.
c. Pemisahan Kulit Biji
Biji sangrai dikupas untuk memperoleh daging biji [nib] yang digunakan
sebagai bahan baku cokelat. Kulit biji [shell] diolah menjadi pakan ternak
dan kompos.
d. Pemastaan
Proses penggilingan menyebabkan dinding-dinding sel daging biji pecah
dan cairan lemak keluar dari dalam biji sehingga daging biji yang semula
padat menjadi cairan kental yang disebut pasta kakao.
e. Pengempaan
Pasta kakao merupakan campuran lemak kakao yang berbentuk cair dan
partikel non-lemak yang mempunyai bentuk padat. Keduanya dapat
dipisahkan dengan alat kempa [hidrolik] di dalam silinder yang dilengkapi
dengan saringan.
f. Lemak Kakao
Lemak kakao cair akan menerobos saringan dan keluar dari dinding
silinder. Lemak kakao memiliki sifat khas yakni bersifat plastis, warna
putih-kekuningan dan mempunyai aroma khas cokelat.
g. Bungkil Kakao
Sisa hasil kempaan adalah bungkil yang tertinggal di dalam silinder.
Bungkil dihaluskan menjadi bubuk halus yang merupakan bahan baku
utama minuman cokelat, es krim dan kue cokelat kering.
3.5.3. Pengolahan Produk Permen Coklat
a. Bahan Baku
Bahan baku permen cokelat adalah pasta dan lemak kakao, gula dan susu
bubuk, dalam proporsi tertentu sesuai jenis produk yang akan dibuat.
b. Pencampuran dan Pra-Penghalusan
Pasta cokelat, lemak, gula dan susu dicampur dalam pencampur bola
sampai membentuk adonan. Untuk mendapatkan penampilan mengkilap
dan homogen, adonan cokelat tersebut perlu ditambah sedikit lesitin. Alat
ini juga berfungsi sebagai menghalus awal untuk mengecilkan ukuran
partikel adonan yang semula 300 mikron menjadi 100 mikron.
c. Penghalusan Lnajut [Refining]
Adonan yang sudah homogen kemudian dihaluskan lanjut dengan alat
penghalus tipe silinder mendatar dengan penghalus bola untuk
menghasilkan kehalusan adonan dengan ukuran partikel mendekati 20
mikron.
d. Pengoncingan
Proses koncing ini dilakukan untuk menguapkan sisa air dan senyawa
penyebab cacat citarasa [off-flavor] seperti citarasa asam dari dalam
adonan cokelat. Suhu koncing diatur antara 60 70 oC selama 18 sampai
24 jam secara terus-menerus tergantung pada jenis makanan yang akan
dihasilkan.
e. Pencetakan [Molding]
Adonan cokelat siap cetak melewati proses kondisioning agar diperoleh
hasil cetakan yang sempurna. Pada tahap awal, adonan melewati pemanas
dari suhu 33 oC menjadi 48 oC selama lebih kurang 10 12 menit. Pada
tahap ini seluruh kristal lemak di dalam adonan diharapkan mencair.
Setelah itu adonan cair masuk ke pendingin sehingga suhu adonan turun
secara perlahan menjadi 33 oC untuk pembentukan kristal lemak yang
teratur. Sambil dituang ke dalam cetakan, suhu adonan akan terus turun
sampai 26 oC. Di dalam cetakan suhu adonan akan meningkat kembali
mendekati suhu kamar.
f. Pelepasan dari Cetakan [Demolding]
Adonan cokelat dalam cetakan dimasukkan dalam lemari pendingin
bersuhu 20 oC selama 30 menit agar adonan menjadi beku. Adonan padat
atau permen cokelat dilepaskan dari cetakan dengan cara membalik
cetakannya dan permen cokelat akan terlepas.
g. Permen Cokelat Batangan [Bar Chocolate]
Permen cokelat dibungkus dengan lembaran aluminium tipis [foil] dan
dikemas dengan kertas label [merk]. Permen cokelat yang telah dikemas
sebaiknya disimpan selama 30 hari sebelum dipasarkan agar pembentukan
kristal lemak stabil, keras dan mantap.
3.5.4 Pengolahan Produk Bubuk Cokelat
a. Bunga Kakao
Bungkil hasil pengempaan umumnya mempunyai tiga [3] tingkatan, yaitu
kadar lemak rendah [10-12 %], medium [13-15 %] dan lemak tinggi [ > 15
% sampai 22 %].
b. Pra-Penghalusan
Bungkil kakao hasil pengempaan merupakan gumpalan padat yang keras
untuk itu perlu ditumbuk menjadi pecahan-pecahan bungkil kecil
[diameter 3 sampai 5 mm] sebelum dihaluskan lebih lanjut.
c. Penghalusan
Pecahan-pecahan bungkil kecil kemudian digiling menjadi bubuk halus.
d. Pangayakan
Bubuk kakao halus diayak dengan saringan ukuran 120 Mesh untuk
menghasilkan ukuran partikel yang relatif seragam antara 95 110
mikron. Bubuk kakao halus murni merupakan bahan baku utama minuman
cokelat, es krim dan kue cokelat kering.
e. Pencampuran
Bubuk kakao halus juga bisa dicampur dengan gula dan susu bubuk atau
krimer untuk memperoleh campuran bubuk kakao 3 in 1 [mixed]. Produk
ini termasuk jenis siap saji dan bisa diseduh dengan air hangat [matang]
atau air panas [mendidih].
f. Pengemasan
Bubuk kakao murni atau bubuk 3 in 1 dikemas dengan kantong aluminium
[foil] @ 200 gr atau kemasan saset @ 25 gr [sebagai pengemas primer]
dan kemudian dimasukkan ke dalam kemasan kertas berlabel [sebagai
pengemas sekunder].
4. Tanaman Kopi (Coffea sp.)
Kopi merupakan komoditi penting dalam konstelasi perkebunan, disamping
itu permintaan konsumsi kopi dunia semakin hari semakin meningkat. Saat ini,
produksi kopi Indonesia telah mencapai 600 ribu ton pertahun dan lebih dari 80
persen berasal dari perkebunan rakyat (iccri.net 2011). Jumlah ini diperkirakan
akan meningkat pada periode berikutnya mengingat pangsa pasar ekspor dan
kebutuhan konsumsi yang tinggi terhadap kopi. Kegiatan konsumsi akan
mempunyai dampak ekologis (ecological footprint) yang tinggi sebagai akibat
gaya hidup manusia yang pada ujungnya bertumpu pada kemampuan sumber daya
alam untuk menyediakan kecukupan pemenuhan bahan baku tersebut.
4.1. Morfologi Tanaman Kopi (Coffea sp.)
a. Akara
Tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak mudah rebah.
Meskipun kopi merupakan tanaman tahunan, tetapi umumnya mempunyai
perakaran yang dangkal dimana kedalamanya hanya mencapai 0-30 cm.
Oleh karena itu tanaman ini mudah mengalami kekeringan pada kemarau
panjang biladi daerah perakarannya tidak di beri mulsa.
b. Batang
Kopi (Coffea sp.) adalah species tanaman berbentuk pohon yang termasuk
dalam famili Rubiaceae dan genus coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak,
bercabang, dan bila dibiarkan tumbuh dapan mencapai tinggi 12 m dan
cabang susunannya agak rumit pada batang-batang itu sering tumbuh
cabang yang tegak lurus, yang disebut cabang (orthotrop). Tunas yang
tumbuh pada batang itu bisa disebut tunas air atau cabang air dan cabang
yang tumbuh kesamping disebut plagiotrop.
c. Daun
Kopi mempunyai daun bulat telur ujungnya agak meruncing sampai bulat
tumbuh pada batang, cabang dan ranting-ranting tersusun berdampingan
pada ketiak. Daun lebar, memanjang lebar, 20-30 cm panjangnya, 10-16 cm
lebarnya,urat daun tenggelam, sehingga permukaan daun jelas berlekuk-
lekuk.
d. Bunga
Tanaman kopi umumnya akan mulai berbunga setelah berumur kira-kira 2
tahun. Mula- mula bunga ini keluar dari ketiak daun yang terletak pada
batang utama atau cabang reproduksi. Tetapi bunga yang keluar dari kedua
tempat tersebut biasanya tidak berkembang menjadi buah, jumlahnya
terbatas, dan hanya dihasilkan oleh tanaman-tanaman yang masih sangat
muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan keluar dari ketiak daun yang
terletak pada cabang primer.
e. Buah
Buah kopi yang masih muda berwarna hijau, sedangkan buah yang
masak berwarna merah. Pada umumnya kopi mengandung 2 butir biji.
Buah terdiri dari daging buah dan biji. Daging buah terdiri atas 3 (tiga)
bagian lapisan kulit luar (eksokarp), lapisan daging (mesokarp), dan lapisan
kulit tanduk (endokarp) yang tipis tetapi keras.
4.2. Masa Panen Tumbuhan Kopi
Tanaman kopi sudah mulai berbuah pada umur 2,5-3 tahun untuk robusta
dan 3-4 tahun untuk arabika. Namun buah kopi pertama biasanya hanya sedikit.
Produktivitasnya mulai naik maksimal setelah berumur 5 tahun ke atas. Jenis
arabika dan robusta berbuah secara musiman. Robusta memerlukan waktu 8-11
bulan dari mulai kuncup hingga matang. Sedangkan arabika memerlukan waktu 6-
8 bulan. Jenis kopi lain seperti liberika bisa berbuah sepanjang tahun. Tingkat
kematangan buah kopi tidak terjadi secara serentak. Sehingga proses pemanenan
memerlukan waktu yang lama. Musim panen kopi di Indonesia biasanya dimulai
pada bulan Mei/Juni dan berakhir sekitar Agustus/September. Periode panen raya
berlangsung 4-5 bulan dengan frekuensi pemetikan buah kopi bisa setiap 10-14
hari sekali.
4.3. Peran Naungan pada Tanaman Kopi
Pada umumnya tanaman kopi memerlukan naungan terlebih jika daerah
pertanaman kurang lembab maka perlu diberika naungan. Naungan pada dasarnya
hanya diperlukan bagi tanaman kopi yang ditanam di daerah daerah yang kurang
subur karena kopi sendiri sebenarnya dapat ditanam tanpa naungan. Yang
dimaksud dengan daerah daerah yang kurang subur adalah pada daerah yang
kering apabila kita menanamnya di perkebunan. Akan tetapi bila tanaman kopi
ditanam tanpa naungan pada tanah yang subur, pada permulaannya
memperlihatkan pertumbuhan yang baik, dan mulai berbuah juga lebih cepat.
Selama 5 8 tahun kebun mampu memberikan hasil yang baik. Namun pada
tahun tahun berikutnya hasil akan mengalami penurunan, penrunan hasil ini
disebabkan penyinaran matahari yang tidak teratur, sehingga pertumbuhan
generatifnya juga tidak teratur, termasuk pembungaan dan perbuahannya. Selain
penyinaran yang tidak teratur juga karena sangat kekurangan bahan organik
sehingga lapisan humusnya cepat habis. Maka dairi itu perlu dilakukanya
pemangkasan naungan.
Samping itu pohon pelindung atau naungan mempunyai fungsi lain yang berguna
bagi tanaman kopi, diantaranya:

Dapat mencegah erosi


Menambah bahan organik
Sebagai sumber nitrogen
Menahan tumbuhnya gulma
Mencegah embun lepas pada daerah daerah tinggi
Memberikan persediaan zatzat makanan pada permukaan tanah yang
berasal dari sisasisa daun yang gugur.
4.4. Penyakit atau Hama yang Menyerang Tanaman Kopi
Kopi sangat rentan terhadap segala jenis hama serta penyakit. Apalagi jika
kita kurang dalam melakukan perawatan dan ilmu pengendalian yang kita miliki
terbatas, jadinya tanaman kopi akan rusak yang tentunya mampu menurunkan
produktifitas dari pada kopi tersebut. Berikut ini beberapa jenis penyakit serta
hama yang kera menyerang pada tanaman kopi serta cara mengatasi secara
cepat,akurat tepat..salah satunya adalah.
a. Penggerek buah kopi (PBKo)
Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50
butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi
kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong.
Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina
terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Jantan tidak bisa
terbang sehingga tetap di dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidup.
PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering
mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang
sudah kawin yang akan menggerek buah kopi; biasanya masuk buah dengan
buat lubang kecil dari ujungnya. Kumbang betina menyerang buah kopi
yang sedang terbentuk, dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu
panen. Buah yang sudah tua paling disukai.
Cara-cara yang disarankan untuk mengendalikan penggerek buah kopi
yaitu dengan pengendalian secara hayati memakai jamur Beauveria
bassiana. Petik merah (buah yang masak pertama) buah yang terserang
PBKo, dikumpulkan dan diperlakukan dengan Bb, kemudian ditutup dengan
plastik jernih. Biarkan satu malam. Dewasa akan keluar dari buah dan
terinfeksi oleh Bb; dewasa ini kelihatan di bawah plastik. Dewasa tersebut
dilepas sehingga dapat menularkan Bb kepada pasangannya di kebun.
b. Penggerek cabang kopi
Serangga betina membuat lubang masuk ke ranting, lalu menggali lubang
tersebut selama kira-kira 15 jam, kemudian berhenti untuk menunggu
perkembangan jamur Ambrosia yang ia bawa masuk ke lubang itu. Sesudah
dinding dalam lubang diselubungi jamur tersebut, ia kawin sama jantannya.
Jumlah telur sekitar 30-50 butir, diletakkan dalam kelompok kecil terdiri
dari 8-15 butir. Sesudah lima hari, telurnya menetas. Sesudah 10 hari
sebagai larva, ia jadi pupa. Stadia pupanya 7 hari, kemudian ia keluar
sebagai dewasa.
Larva hama penggerek cabang Xylosandrus menggerek cabang kopi.
Tampaknya bahwa kumbang kecil ini lebih senang menyerang cabang atau
ranting yang tua atau sakit. Ia juga menyerang ranting muda yang masih
lunak. Kumbang kecil ini termasuk kedalam golongan serangga yang
mengembangbiakkan makanan untuk anak-anaknya, yaitu jamur Ambrosia.
Kumbang ini membikin lubang masuk kedalam ranting pohon kopi sehingga
ranting atau cabang itu tidak berbuah.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan menggunakan musuh
alami, yaitu dari sejenis tawon parasitoid yang menyerang larva
Xylosandrus, namanya Tetrastichus, yang dapat mengurangi jumlah hama
ini.
4.5. Pengelolaan Tanaman Kopi

4.5.1 Pengelolaan Produk Primer Kopi


a. Panen Tepat Matang
Buah buah kopi matang ditandai oleh perubahan warna kulit buah kopi yang
semula hijau menjadi merah.
b. Sortasi buah Sehat
Buah sehat adalah buah matang yang bernas, tidak terkena serangan hama
dan penyakit dan ditandai oleh tampilan kulit buah yang mulus dan segar.
Buah kopi merah segera diolah lanjut tanpa penundaan.
c. Pengupasan kulit Buah
Buah dikupas secara mekanis untuk memisahkan biji berkulit tanduk [biji
kopi HS] dan kulit buah. Biji kopi HS diolah lanjut sebagai bahan minuman,
sedangkan kulit buah merupakan limbah yang dapat digunakan sebagai
bahan baku kompos, pakan ternak dan biogas.
d. Pencucian Biji Kopi
Biji kopi yang telah fermentasi dicuci secara mekanis dan dibilas dengan air
sampai permukaan kulit tanduk menjadi licin
e. Pengeringan Mekanis
Biji kopi HS dikeringkan secara mekanis pada suhu 50-55 oC. Kadar air biji
kopi yang semula 55 % turun menjadi 12 % selama 40 jam. Bahan bakar
pengering adalah kayu yang diperoleh dari hasil pangkasan pohon pelindung
tanaman. Kipas udara pengering digerakkan oleh motor listrik atau motor
disel dengan bahan bakar bio-disel.
f. Pengupasan Biji Kopi HS Kering
Kulit tanduk [HS] dikupas secara mekanis sampai dihasilkan biji kopi beras.
Kulit tanduk merupakan limbah dan dapat digunakan sebagai bahan baku
kompos dan pakan ternak.
g. Sortasi Biji Kopi Kering
Biji kopi beras disortasi secara mekanik untuk memisahkan biji ukuran
besar [ukuran > 6,5 mm], ukuran medium [5,5 mm<d<6,5mm] dan ukuran
kecil [< 5,5 mm]. Biji pecah dan biji kecil terpisah di rak paling bawah.
h. Pengemasan dan Penggudangan
Biji kopi beras atas dasar ukurannya dikemas dalam karung goni [@ 60 90
kg] berlabel produksi dan disimpan dalam gudang yang bersih dan
berventilasi cukup. Tumpukan karung-karung disangga di atas palet kayu
dan tidak menempel di dinding gudang.

4.5.2 Pengelolaan Produk sekunder [ Biji Kopi Sangrai dan Kopi Bubuk]
a. Biji
Biji kopi merupakan bahan baku minuman sehingga aspek mutu [fisik,
kimiawi, kontaminasi dan kebersihan] harus diawasi sangat ketat karena
menyangkut citarasa, kesehatan konsumen, daya hasil [rendemen] dan
efisiensi produksi. Dari aspek citarasa dan aroma, seduhan kopi akan sangat
baik jika biji kopi yang digunakan telah diolah secara baik.
b. Penyaringan
Kunci dari proses produksi kopi bubuk adalah penyangraian. Proses
sangrai diawali dengan penguapan air dan diikuti dengan reaksi pirolisis.
Secara kimiawi, proses ini ditandai dengan evolusi gas CO2 dalam jumlah
banyak dari ruang sangrai. Sedang secara fisik, pirolisis ditandai dengan
perubahan warna biji kopi yang semula kehijauan menjadi kecoklatan.
Kisaran suhu sangrai yang umum adalah antara 195 sampai 205oC.
c. tingkat Sangrai
Waktu penyangraian bervariasi mulai dari 7 sampai 30 menit tergantung
pada suhu dan tingkat sangrai yang diinginkan. Kisaran suhu sangrai
adalah sebagai berikut,Suhu 190 195 oC untuk tingkat sangrai ringan
[warna coklat muda], Suhu 200 205 oC untuk tingkat sangrai medium
[warna coklat agak gelap] Suhu di atas 205 oC untuk tingkat sangrai gelap
[warna coklat tua cenderung agak hitam].
d. Pencampuran
Untuk mendapatkan citarasa dan aroma yang khas, kopi bubuk bisa
diperoleh dari campuran berbagai jenis kopi atas dasar jenisnya [Arabika,
Robusta, Exelsa dll], jenis proses yang digunakan [proses kering, semi-
basah, basah], dan asal bahan baku [ketinggian, tanah dan agroklimat].
Pencampuran dilakukan dengan alat pencampur putar tipe hexagonal.
e. penghalusan Biji kopi sangrai
Biji kopi sangrai dihaluskan dengan alat penghalus [grinder] sampai
diperoleh butiran kopi bubuk dengan kehalusan tertentu. Butiran kopi
bubuk mempunyai luas permukaan yang sangat besar sehingga senyawa
pembentuk citarasa dan senyawa penyegar mudah larut saat diseduh ke
dalam air panas.
f. Pengemasan
Biji kopi sangrai atau kopi bubuk dikemas dalam kemasan aluminium foil
dan dipress panas. Kesegaran, aroma dan citarasa kopi bubuk atau kopi
sangrai akan terjaga dengan baik pada kemasan vakum supaya kandungan
oksigen di dalam kemasan minimal. Untuk mempermudah pemasaran dan
distribusi ke konsumen, kemasan kopi bubuk atas dasar jenis mutu, ukuran
kemasan dan bentuk kemasan dimasukkan dan dimuat di dalam kardus
[karton]. Kardus diberi nama perusahan, merek dagang dan label produksi
yang jelas. Tumpukan kardus kemudian disimpan di dalam gudang dengan
sanitasi, penerangan dan ventilasi yang cukup.
4.5.3. Pengelolaan Produk Kopi Instan
a. Bubuk Kopi
Bubuk kopi sangrai merupakan bahan baku kopi instant. Bubuk kopi
diperoleh dari proses penghalusan biji kopi sangrai. Ukuran partikel bubuk
diatur pada tingkat medium [hasil ayakan 60 Mesh].
b. Pelarutan
Ekstraksi bubuk kopi dilakukan secara batch dalam kolom dengan sirkulasi
pelarut air perbandingan 1/3,5 pada suhu 80 oC selama 45 menit. Sisa
bubuk hasil pelarutan dikempa secara manual untuk mengekstrak komponen
kopi yang masih tertinggal. Kisaran rendemen ekstraksi antara 30 32 %
[berat]. Sisa bubuk kopi merupakan limbah untuk diolah menjadi biogas.
c. Kristalisasi
Ekstrak kopi dimasukkan ke dalam alat kristalisator dan ditambah gula
dengan proporsi 1/1. Selama 30 menit pertama, larutan ekstrak kopi dan
gula dipanaskan pada 100 oC. Setelah larutan mendekati jenuh, suhunya
diturunkan menjadi 70 oC selama 20 menit berikutnya. Pada 10 menit
terakhir, sumber panas dimatikan. Larutan jenuh kemudian didinginkan
dengan udara lingkungan sampai terbentuk kristal gula- kopi.
d. Penghalusan
Kristal gula-kopi digiling secara mekanik menjadi bubuk halus.
e. Pencampuran
Selain disajikan dalam bentuk murni, bubuk kopi instant juga bisa dicampur
dengan bubuk krimer susu instant pada proporsi tertentu dengan alat
pencampur putar tipe hexagonal.
f. Pengemasan
Bubuk kopi-krimer instant dikemas dalam kemasan saset aluminium foil @
25 gr [sebagai pengemas primer].
g. pelabelan
Untuk mempermudah pemasaran dan distribusi ke konsumen, kemasan saset
dimasukkan ke dalam kemasan kertas berlabel [sebagai kemasan sekunder].

5. Pengelolaan Limbah

Pusat penelitian kebun kopi dan kakao merupakan salah satu pabrik yang
menerapkan kegiatan tanpa limbah (zero waste). Jadi, dengan berbagai kegiatan
pabrik yang menimbulkan sampah dan limbah tidak menimbulkan penemaran
lingkungan, karena semua sampah dan limbah dimanfaatkan kembali untuk
digunakan.

Menurut SOP, pada biji kakao yang masih basah, melewati proses
pengeringan, fermentasi yang kemudian dibawa ke pabrik dan semua yang masuk
ke pabrik pengolahan kakao dalam bentuk kering. Kakao unfermented atau tidak
terfermentasi biasanya kakao yang diolah oleh kebanyakan petani di Indonesia.
Saat ini kakao fermentasi dan tidak fermentasi harganya sama, hal ini terjadi
karena masih banyaknya mafia yang menjual cocoa tidak terfermetasi. Cocoa
yang diakui kualitasnya baik sesuai dengan Standard Nasional Indonesia (SNI)
adalah kakao yang sudah terfermentasi. Dari segi rasa, kakao yang terfermentasi
dan tidak terfermentasi berbeda namun lain halnya dengan nutrisi kimia yang ada
di dalamnya yang dengan kata lain dapat dikatakan berbeda. Kakao tidak hanya
untuk bahan makanan namun juga dapat digunakan sebagai bahan kimia, bahan
farmasi, sampai bahan kosmetik. Tetapi kakao yang digunakan untuk bahan
kimia, farmasi, dan kosmetik tersebut, lebih cenderung menggunakan kakao yang
tidak terfermentasi. Setelah proses fermentasi selesai, selanjutnya yaitu berlanjut
pada proses pengeringan. Pada proses pengeringan ini bertujuan mengeringkan
biji kakao yang telah difermentasi sampai kadar airnya hanya 7% dan dianggap
sudah aman untuk disimpan. Dan tahap selanjutnya adalah biji kakao yang sudah
aman untuk disimpan akan disortasi ukuran yang kemudian langusung dibawa ke
pabrik coklat.

Untuk sortasi biji kakao ada beberapa kelas ukuran besar diantaranya moto
AA, A, B, C, dan S. Ukuran S adalah ukuran yang paling kecil. Dalam
prakteknya, biji kakao yang berukuran AA adalah biji kakao yang dempet atau
yang disebut juga dengan cluster dan yang biasanya terserang PBK. Biji kakao
yang tidak terserang PBK merupakan biji kakao yang mempunyai kualitas bagus.
Biji kakao yang terserang PBK, diakibatkan oleh kakao yang kekurangan nutrisi.

a. Pembuatan sabun
Pembuatan sabun ini memanfaatkan limbah dan produk inferior undergrade
termsuk kopi cluster yang terserang PBK. Adapun pembuatan produk sabun
dihasilkan dari pengolahan dari biji kakao yang mengalami kesalahan proses
dan biasanya ini diambil dari FAA (Free Fat Acid). Berbeda jika FFAnya
memenuhi standart masuk dalam kategori food. Jika tidak memenuhi
standart akan masuk dalam kategori nonfood. Ampas kopi juga bisa
digunakan sebagai produk sabun. Cara pembuatan sabun padat melalui
ampas kopi, bahan yang diperlukan berupa minyak kelapa, minyak kakao,
dan larutan NaOH. Proses yang pertama dilakukan yaitu minyak dipanaskan
sampai suhu 600 C kemudian ditambahkan larutan NaOH dengan suhu 400
C dan dicampur sampai homogen. Setelah bahan mengental, kemudian
dicetak di mesin pencetak (paralonisasi). Setelah dicetak dan membeku
dilakukan tempering selama 7 hari sampai pHnya turun. Ditempering ini
artinya mendiamkan bahan yang ada agar pH semakin naik kemudian turun
yang setelah itu diberi essence dan pewarna dan tak lupa diambahkan EDTA
agar tidak menjamur. Kelebihan pembuatan sabun menggunakan campuran
kopi dan cokelat yaitu mampu mengangkat sel kulit mati sebagai scrub.
Sedangkan ampas kopinya bermanfaat dalam menghilangkan jerawat.
Untuk membuat sabun yang transparan bisa dengan cara menambahkan
alkohol. Dan untuk penambahan larutan garam atau KOH, digunakan dalam
proes pembuatatn sabun cair. Dalam proses secara alami pembuatan sabun
cair menggunakan kulit cacao diproses melalui dibakar. Yang kemudian abu
yang dihasilkan dari pembakaran difiltrasi. Alasan dalam penggunaan KOH
yaitu larutan ini lembut di kulit.
b. Pembuatan biogas
Biogas memanfaatkan limbah kulit dan limbah ternak. Biogas merupakan
campuran gas yang dihasilkan oleh peruraian senyawa organik dalam
biomassa oleh bakteri alami metanogenik dalam kondisi anaerobik. Pada
umumnya biogas merupakan campuran 50%-70% gas metana, 30%-40%
gas karbon dioksida, 5%-10% gas hidrogen, dan sisanya berupa gas-gas lain.
Biogas memiliki berat 20% lebih ringan dibandingkan udara dan
mempunyai nilai panas pembakaran antara 4800-6700 kkal/m3. Nilai ini
sedikit lebih rendah dari nilai pembakaran gas metana murni yang mencapai
8900 kkal/m3.
Selain dari kotoran ternak, gas metana juga dapat diproduksi dari campuran
beberapa jenis biomassa yang ada di perkebunan kopi/kakao, sedangkan
kotoran ternak merupakan bahan pencampur yang berfungsi untuk
mempercepat pertumbuhan mikroba. Beberpa sifat biomassa yang memiliki
engaruh nyata terhadap produksi bigas antaralain C/N rasio, pH, kadar air.
Kandungan total padatan dan ukurannya. Sedangkan faktor eksternal yang
berpengaruh terhadap proses adalah suhu,laju pengumpanan,pengadukan
dan konsistensi masukan, serta waktu tinggal di dalam reaktor. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia telah merekayasa dan menguji coba
reaktor biogas skala rumah pedesaan dengan bahan baku campuran kotoran
ternak dan limbah kebun kopi/kakao. Paket tersebut merupakan salah satu
rangkaian dari suatu proses pengelolaan ternak yang mengedepankan
konsep zero waste.
Tahap awal proses produksi biogas adalah pengeceran dengan cara
mencampur kotoran ternak dengan air pada nisbah padatan dan air. Namun
jika kotoran ternak sudah kering, maka jumlah air harus ditambahkan lebih
banyak, sampai pada batas kekentalan yang diinginkan.
Untuk kapasitas kecil, bahan baku biogas dan air dapat dicampur secara
manual dalam ember plastik. Sedangkan untuk kapasitas besar, proses
pencampuran tersebut dilakukan dengan alat pencampur. Mesin pencampur
memiliki kapasitas maksimum 0,15 m3 per proses dengan waktu
pencampuran antara 5-10 menit tergantung karakteristik limbah yang
digunakan. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam reaktor
biogas sampai menuup saluran pemasukan dan pengeluaran, dan dibiarkan
sampai gas yang dihasilkan stabil, setelah itu pengisian dilakukan setiap hari
atau 2 hari sekali tergantung pada kondisi lingkungan dan jenis bahan
bakunya. Rancangan reaktor yang digunakan adalah tipe fixed dome baik
untuk skala individu maupun skala kelompok tani di pedesaan.

2. Solusi
2.1. TPA
TPA pakusari mengalami penimbunan sampah dan sampah tidak lagi di
olah dan di manfaatkan sebagaimana mestinya, akibatnya terjadi gunungan
sampah dan kekurangan lahan untuk pnimbunan sampah. Hal ini terjadi
karena metode pengolahan sampah hanya menggunakan metode open
dumping dan sanitary landfill seharusnya pengolahan sampah di perbaiki
lagi untuk selanjutnya agar tidak terjadi penimbunan. Beberapa cara untuk
mengatasi penimbunan sampah yaitu:
a. Mencegah penimbunan sampah secara kualitatif dan secara kuantitatif.
Secara kualitatif yaitu dengan menaikkan mutu barang sehingga tidak
mudah rusak dan ramah lingkungan.
Secara kuantitatif yaitu seminimal mungkin membuang barang, misalnya
menghindari penggunaan berlebihan bahan-bahan kemasan karena sangat
berpengaruh terhadap kenaikan volume.
b. Mengurangi sampah dengan menggunakan metode 3R, yaitu reduce, reuse,
dan recycle.
Reduce (mengurangi)
Sebisa mungkin penggunaan barang harus dikurangi, antara lain
dengan menghindari pembelian barang berpotensi menghasilkan banyak
sampah, menghindari barang sekali pakai, menggunakan produk yang
bisa di isi ulang (refill), atau mengurangi pemakaian kantong plastik
dengan membawa tas sendiri saat berbelanja.
Reuse (penggunaan kembali)
Barang yang dianggap sampah dari kagiatan pertama, sebenarnya
bisa berguna untuk kegiatan berikutnya, baik untuk fungsi yang sama
maupun berbeda. Misalnya menggunakan lagi kertas bekas untuk
membungkus kado atau membuat amplop. Hal ini dapat memperpanjang
umur dan waktu pemakaian sebelum ke tempat sampah.
Recycle (Mendaur ulang)
Usaha ini di lakukan dengan mengubah barang bekas
menjadi benda lain yang lebih berguna dan layak pakai. Misalnya
mengubah botol, gelas plastik, dan kaleng biskuit menjadi vas bunga.
c. Mengelolah sampah dengan menggunakan metode yang memanfaatkan
kegunaannya.
Metode yang menitikberatkan pada penggunaan bahan
o Pemilahan
Pemilahan sampah bisa di lakukan dengan cara menyiapkan dua
tempat sampah yang organik dan non organik, jadi para penghasil
sampah membuang sampah sesuai pada tempatnya dan jenisnya.
Sehingga pemilahan sampah tidak sulit dilakukan. Proses pemilhan
sampah di lakukan dengan cara mengayak, memisahkan sampah dan
mengecilkannya, dan memilah atas dasar berat jenisnya baik secara
manual atau mekanik. Pemilahan sampah ini bertujuan untuk:
Material recycling
Yaitu untuk mendapatkan bahan mentah yang berkualitas.
Thermo recycling
Yaitu untuk mendapatkan bahan mentah dengan kandungan energy
yang tinggi melalui pemilahan.
o Daur ulang
Mengembalikan suatu produk atau sisa dari suatu proses produksi
ke dalam siklus produksi. Ada tiga macam daur ulang yaitu:
Menggunakan ulang
Yaitu menggunakan kembali suatu produk dengan tujuan yang
sama, seperti tabung gas.
Menggunakan lagi
Yaitu menggunakan sampah untuk tujuan yang berbada dengan di
perlakukan secara fisik, kimia, dan biologis terlebih dahulu.
Mendapatkan bahan dasar kembali
Yaitu mendapatkan bahan dasar kembali, seperti dari peleburan
mobil bekas.
o Pengomposan
Penggunaan sampah organik sebagai kompos untuk memperbaiki
kesuburan tanah dan struktur tanah. Kompos sebagai bahan yang
menyerupai humus adalah produk dari bahan organik.
o Pyrolisis untuk menghasilkan sintesis
Merupakan teknologi alternatif terbaik untuk mendaur ulang
sampah tanpa proses pemilahan. Dalam hal ini bertujuan untuk
memperoleh minyak. Lalu minyak digunakan untuk bahan baku lagi,
sedangkan perolehan sebagai energi pemanas perangkat pyrolisis dan
jelaga dapat digunakan sebagai campuran produksi karet atau sebagai
pigmen zat warna.
Metode yang menitik beratkan pada perolehan energi
o Pyrolisis
Merupakan teknologi untuk menghancurkan bahan padat dan cair
untuk memperoleh energi panas yang siap di gunakan tanpa menggunakan
oksigen.
o Incenerator
Suatu cara untuk memperoleh energi dengan membakar sampah
sehingga berfungsi menjalankan turbin sebagai pembangkit listrik.
o Sampah sebagai bahan bakar
Bahan bakar sampah (BBS) dari sampah organik dan sisa sampah
yang dapat terbakar yang dapat di gunakan pada pabrik sendiri sebagai
bahan bakar tambahan layaknya batubara.

2.2. Pusat Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka)

Pusat penelitian kebun kopi dan kakao merupakan salah satu pabrik yang
menerapkan kegiatan tanpa limbah (zero waste). Jadi, dengan berbagai
kegiatan pabrik yang menimbulkan sampah dan limbah tidak menimbulkan
penemaran lingkungan, karena semua sampah dan limbah dimanfaatkan
kembali untuk digunakan menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis dan
mampu bersaing di pasaran. Hal ini jelas akan membantu untuk mengurangi
permasalahan mengenai sampah atau limbah. Semua limbah produksi
dimanfaatkan menjadi produk seperti biogas, sabun, makanan dan minuman,
serta untuk pakan ternak.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari tepatnya terletak di desa
Kertosari Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember, Layanan TPA Pakusari di
bagi atas tiga wilayah kecamatan kota yaitu Patrang, Sumbersari, dan
Kaliwates serta Pasar Tanjung. Sedangkan untuk yang di luar kota meliputi
Sukowono, Kalisat, Silo, Mayang, dan Rambipuji. Macam-macam sampah
yang ada di TPA Pakusari meliputi sampah organik, anorganik, dan sampah
khusus (limbah medis). Teknik pengolahaan sampah di TPA Pakusari dengan
menggunakan Controlled Landfill yaitu sampah diratakan dengan ketinggian 1
m kemudian ditutup dengan tanah uruk, selain itu pengolahan sampah dengan
cara dijadikan kompos untuk sampah organik. Jadi pada TPA Pakusari masih
menggunakan cara sederhana dalam teknik pengolahan sampah. Yang menjadi
kendala dalam penanganan pengelolaan sampah yaitu masalah lahan area yang
kurang luas, tidak jalannya investor, dan kurangnya perhatian dari pihak
pemerintah.
Pusat penelitian kebun kopi dan kakao merupakan salah satu pabrik yang
menerapkan kegiatan tanpa limbah (zero waste). Berbagai kegiatan pabrik yang
menimbulkan sampah dan limbah dimanfaatkan kembali untuk digunakan
menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis dan mampu bersaing di
pasaran serta diolah menjadi produk yang tidak menimbulkan penemaran
lingkungan. Semua limbah produksi dimanfaatkan menjadi produk seperti
biogas, sabun, makanan dan minuman, serta untuk pakan ternak.

4.2 saran
Dengan cara pemanfaatan limbah industry menjadi produk-produk yang
bernilai ekonomis dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Oleh sebab itu
dibutuhkan ide, kreativitas dan inovasi untuk dapat mengurangi pencemaran
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Barista. 2015. Cara Budidaya Tanamn Kopi. http://forumpenikmatkopi.com/cara-


budidaya-tanaman-kopi/ (diakses tanggal 15 Juni 2016).

Budidaya. 2016. Cara Bududaya Kakao. http://1001budidaya.com/budidaya-


kakao/ (diakses tanggal 15 Juni 2016).

Nimademahasriwidari. 2013. Artikel Tentang Sampah.


https://nimademahasriwidariblog.wordpress.com/2013/05/19/artikel-
tentang-sampah/ (diakses tanggal 13 Juni 2016).

Nurjannah, Mawaddah. 2016. Makalah Sampah.


http://www.academia.edu/7499386/Makalah_sampah (diakses tanggal 13
Juni 2016).

Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2013. Pengolahan Kakao.


http://iccri.net/pengolahan-kakao/ (diakses tanggal 15 Juni 2016).

Ravaless, Vorzent. 2016. Artikel Penanganan Sampah.


http://vorzentravaless.blogspot.co.id/2012/08/artikel-penanganan-
sampah.html (diakses tanggal 13 Juni 2016).

Setyohadi. 2007. Diktat Agro Industri Hasil Tanaman Perkebunan. Medan :


USU-Press.

Sudradjat, Prof. Dr. Ir. H. R. 2006. Mengelola Sampah Kota. Niaga Swadaya:
Bogor.

suryati, T. (2014). Cara Bijak Mengolah Sampah Menjadi Kompos dan Pupuk
Cair. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Lampiaran

Gambar. Sanitary Landfil dan Peta Pakusari

Gambar.2 Peta Pakusari

Gambar. Alat produksi dan Cara Pengolahan Kopi dan Kakao

Anda mungkin juga menyukai