Anda di halaman 1dari 2

KORUPSI DAN PITA MERAH

Korupsi dan masalah lain dalam birokrasi seperti lambatnya pelayanan umum karena
prosedur yang bertele-tele merupakan fenomena yang sering dikatakan sebagai
bureaucratism, patologi administrasi atau sebuah hal yang biasa diungkapkan dengan red-
tape atau pita merah. Fenomena penyakit tersebut pada dasarnya merupakan penyimpangan
dalam birokrasi yang memiliki kaitan dengan etika yang menyimpang pula.
A. Pengertian Sekitar Korupsi
Korupsi biasanya dikaitkan dengan penggelapan sejumlah uang atau hal lain yang
bersifat material. Namun makna sebenarnya korupsi berasal dari bahasa latin,
corrumpere, corruption, atau corruptus. Maknanya adalah penyimpangan dari kesucian,
tindakan tak bermoral, kebejaan, kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran, atau kekurangan.
Dalam bahasa Indonesia korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penggelapan
(uang negara, perusahaan, dsb) untuk kepentingan pribadi atau orang lain. Korupsi di
Indonesia, dipandang sebagai masalah olrh karena itu istilah ini siatur secara yuridis
melalui peraturan militer PRT/PM/06/1957 tentang pemberantasan korupsi. Dalam
peraturan ini dijelaskan tindakan yang dikategorikan korupsi meliputi. (1) setiap
perbuatan yang dilakukan oleh siapapun juga untuk kepentingan sendiri, orang lain, atau
badan yang langsung menyebabkan kerugian bagi keuangan dan pereknomian negara, (2)
setiap perbuatan yang dilakukan oleh pejabat yang menerima gaji atau upah dari
keuangan negara ataupun suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan negara atau
daerah yang dengan mempergunakan kesempatan/kewenangan/ kekuasaan yang dimiliki.
Korupsi pada dasarnya tidak hanya bersifat material namun juga bisa dihubungkan
dengan manipulasi yang memiliki makna memainkan, menggunakan, menyelewengkan,
atau mendalangi. Selain itu korupsi juga dikaitkan dengan Nepotisme yang diartikan
sebagai usaha yang disengaja oleh seorang pejabat dengan memanfaatkan kedudukan dan
jabatannya untuk menguntungkan psisi, pangkat, dan karir diri sendiri, family, atau
kawan dekat dengan cara yang tidak adil. Dari berbagai pernyataan diatas dapat
diuraikan bebrapa unsur yang memang berkaitandengan korupsi yaitu : (1) Korupsi
bersumber pada kekuasaan yang didelegasikan. (2) Korupsi melibatkan fungsi ganda dan
kontradiktif dari pejabat yang melakukan. (3) Korupsi dilakukan dengan tujuan
kepentingan probadi atau kelompok. (4) Orang yang mempraktikkan korupsi biasanya
berusaha merahasiakan perbuatannya. (5)Korupsi dilakukan secara sadar dan disengaja
oleh para pelakunya.
B. Sebuah Fenomena Seribu Wajah
Korupsi pada dasarnya muncul dikarenakan adanya kesepakatan timbal-balik
antara oknum petugas dengan pengguna jasa publik untuk saling membebaskan diri dari
perbuatan yang melanggar hukum dan tidak etis. Mereka sepakat untuk menutup
mata/berpura-pura tidak tahu terhadap aturan hukum yang berlaku. Dari sini jelas bahwa
munculnya korupsi itu juga tidak datang dari birokrat saja, namun juga dikarenakan
adanya kepentingand ari pihak pemberi juga yang ingin urusannya dimudahkan dalam
melewati peraturan untuk melancarkan kegiatannya yang melanggar hukum. Sebagai
contoh adalah saat ada pengusaha yang berusaha menyogok para pegawai pajak untuk
menghindari tagihan pajak sesuai aturan yang berlaku. Praktek korupsi yang sering terjadi
dtunjukkan dalam dua macam yaitu, korupsi politis dan korupsi electoral (korupsi
pemilu), kedua jenis korupsi ini pada dasarnya merupakan korupsi yang saling terkait.
Krupsi pada tahap awal hanya berbasis pada segala usaha yang berbasis pada
pengesahan dari pemerintah, namun pada tahap selanjutnya korupsi berubah sifat menjadi
politis. Dalam bentuk ini bentuk korupsi yang umum dilakukan adalah membagi-bagi
jabatan yang pada umumnya akan dibagikan pada orang yang disukai untuk memperkuat
kedudukan pribadi bukian lagi keperluan ekonomis. Selain itu untuk urusan politis ini,
pembagian jabatan juga dilakukan untuk memelihara kerjasama antar kepentingan,
melestarikan keunggulan partai dalam pemilu, membendung kekuatan dari pihak oposan
ataupun separatis, selain itu juga untuk mengumpulkan dana bagi kampanye yang
menjadi kebutuhan partai.
Perkembangan korupsi sampai saat ini apabila ditinjau dari segala sisi baik sosial,
ekonomis dan politis ternyata telah berkembang menjadi banyak jenis dimana beberapa
dikemukakan oleh Robert C. Brooks menjadi tujuh jenis korupsi yakni korupsi transaktif,
korupsi memeras, korupsi investif, korupsi perkerabatan atau nepotisme, korupsi
defenesif, korupsi otogenik, dan korupsi dukungan.

Anda mungkin juga menyukai