Proses integrasi tersebut dikatalisis oleh enzim yang merupakan produk gen int
pada lambda yaitu protein Int yang dikenal sebagai integrase integrase mempunyai
aktivitas untuk mengikat DNA (DNA-binding activity) dan merupakan topoisomerase
i. Di samping integrase, proses integrasi juga memerlukan pro- tein yang sintesisnya
dikode oleh sel inang yaitu protein IHF (integration host factor). Protein IHF terdiri
atas dua polipeptida yang dikode oleh gen himA dan gen hip Baik integrase maupun
IHF adalah protein yang berikatan dengan DNA pada tempat tertentu. yaitu pada
daerah att Integrase akan berikatan baik dengan attP maupun attB, sedangkan IHF
hanya akan berikatan dengan at Suatu kompleks yang terdiri atas integrase lHF dan
daerah att adalah satu kesatuan tempat berlangsungnya rekombinasi Jika bakteri
lisogenik (membawa DNA lambda) tersebut mengalami ke- Pemotongan rusakan,
misalnya karena radiasi ultraviolet, maka genom profag tersebut akan genom profag
dipotong dan k bakten inang (induksi profag) sehingga bakteriofag akan memulai
siklus hidup litik Pemotongan genom profag dilakukan dengan melalui rekombinasi
khusus antara bagian ott hibrid. yaitu attl dan attR Pe motongan tersebut memerlukan
protein integrase (Int), IHF dan protein lain yang sintesisnya dikode oleh bakteriofag
yaitu protein Xis (eksisionase) Xus juga merupakan protein yang berikatan dengan
DNA pada daerah tertentu. yaitu pada attL dan attR Proses pemotongan tersebut
sebenarnya merupakan kebalikan dan proses integrasi, yaitu dalam hal ini
rekombinasi antara attl dan attR untuk menghasilkan kembali attP dan attB. Meskipun
demikian, secara mekanistik proses pemotongan tersebut merupakan proses yang
analog dengan proses rekombinasi integratif Dengan demikian reaksi yang terjadi
pada att dapat dituliskan sebagai berikut :
xis yang membentuk kompleks dengan Int tidak dapat mengkatalisis reaksi ke
kanan, sehingga jika xis ada dalam jumlah berlebihan maka pemotongan merupakan
reaksi yang tidak dapat balik Hasil pemotongan profag dari kromosom E coli adalah
satu kromosom utuh dan satu molekul DNA lambda lingkar Dalam beberapa sistem
genom rekombinasi khusus dagunakan untuk me- ngendalikan ekspresi gen. misalnya
dalam sintesis flagelin (subunit protein peme bentuk flagela) pada salmonella
typhimurium Banyak spesies salmonella bersifat difasik (diphasic) karena mempunyai
dua gen nonalel yang bertanggung pwab terhadap sintesis flagelin Flagelin yang
disintesis dapat berupa tipe H1 iika bakteri tersebut berada dalam fase 1, atau flagelin
tipe H2 pada fase 2. Transisi antara fase 1 dan fase 2 (variasi fase) terjadi sekali setiap
1.000 kali pembelahan sel Gen H2 terletak di dekat gen represor untuk sintesis H1
(rhl. sehingga jika H2 terekspresikan (fase 2) maka gen H1 tidak akan terekspresikan
karena ada sintesis represor H1 Sebaliknya, pada fase 1. tidak ada sintesis H2 maupun
represor H1 sehingga gen H1 akan terekspresikan. Mekanisme pengaturan sintesis
flagelin H1 dan H2 tersebut ditentukan oleh suatu segmen nukleotida (gen hin. 995
bp) yang diapit oleh dua urutan nukleo berulang (inverted repeats, 14 bp) yaitu IRL
dan IRR. segmen nukleotida tersebut disebut sebagai daerah inversi Produk gen hin
itu sendiri diperlukan dalam proses inversi. Dengan adanya rekombinasi antara IRL
dan IRR yang dikatalisis oleh
protein Hin, maka akan terjadi inversi inversi tersebut akan menyebabkan
pembalikan orientasi promoter sehingga promoter tersebut tidak lagi mengendalikan
sintesis H2 dan represor H1 engan demikian gen flagelin H1 akan terekspresikan
karena tidak ada represor.
KONVERSI GEN
Jika suatu fungsi mengalami sporulasi musalnya pada Neurospora crassa maka
akan terjadi proses fusi (peleburan dua inti haploid menjadi inti diploid inti diploid
tersebut lika mengalami melosis akan menghasilkan empat inti haploid lagu lika
keempat inti itu mengalami pembelahan mitosis, maka akan dihasilkan delapan into
haploid pada spora fungi Secara teoritus hasil mitosis tersebut akan menghasilkan
jumlah a yang sama iika kedua alel tersebut berbeda. Sebagai contoh jika salah satu
alel adalah A dan alel lainnya adalah a maka seharusnya alel A akan beriumlah empat
demikian pula alel a Hasil eksperimen menunjukkan bahwa hal semacam ini tidak
selalu teriadi karena seringkali terdapat tumlah alel dan alel a yang tidak sama
misalnya lima alet A dan tiga alel a Fenomena tersebut terjadi karena adanya
perubahan (konverso dari alel a menjadi alel sehingga nisbah (rasio) kedua alel
tersebut tidak 11 Fenomena perubahan alel (urutan nukleotida) inilah yang disebut
sebagai konversi gen Pada N crossa konversi gen Cerjadi pada saat kromosom
mengalami rekom binas (pertukaran untauan DNA dan migrasi cabang) sehingga
menghasilkan DNA heterodupleks yang urutan DNA-nya mengalami perubahan pada
daerah tertentu sehingga terladi perbedaan satu basa DNA antara alel A dan alel a.
Sebelum terjadi replikasi DNA, salah satu untaian DNA mengalami reparasi
untuk mem perbaiki DNA heterodupleks yang mempunyai kesalahan dalam urutan
DNA nya Reparasi tersebut menyebabkan bagian salah satu alel misalnya a berubah
menjadi A sedangkan untaian DNA yang tain tidak mengalami reparasi untaian DNA
yang mengalami reparasi maupun yang tidak direparast utnya akan direplikasi.
Dengan demikian, maka akhirnya jumlah anel A akan menjadi lebih banyak daripada
alel a karena adanya penambahan alel A dari hasil konversi g tersebut skema proses
konversi gen dapat dilihat pada Gambar 13.7
REKOMBINASI MEIOTIK
Rekombinasi meiotik adalah proses rekombinasi yang terjadi pada iasad eukaryor
pada saat terjadi proses meiosis Dalam beberapa hal mekanisme rekombinasi meiotik
menunjukkan kemiripan dengan proses rekombinasi homolog pada bakteri meskipun
beberapa tahapan awalnya berbeda Proses rekombinasi meiotik pada eukaryot dimulai
dengan adanya pemotongan dua untai DNA (dou ble strand break) yang ada pada
salah satu kromosom Ujung-ujung 5 yang terbentuk karena pemotongan tersebut
kemudian dipotong oleh eksonuklease dengan arah 5 3 sehingga terbentuk ujung 3
yang terbuka salah satu ujung 3 tersebut.
penyusunan ulang gen pengkode rantai ringan kappa. ringan kappa. (Diadaptasi dari
Weaver, 2003.) Penyusunan Ulang Gen Pengkode Rantai Berat Gen pengkode rantai
berat molekul antibodi (imunoglobulin) tersusun atas segmen LHvH JH dan CH
seperti pada penyusunan ulang gen pengkode rantai ringan kappa, tetapi ada satu
segmen tambahan yaitu segmen gen D (diversity) yang mengkode 2-13 asam amino
daerah variabel. Pada manusia terdapat 9 segmen gen CH yang terdapat pada
kromosom 14. yaitu CHu. CHa CH CHr.CHa1.CHm. CHH. CHe dan CHoa. Selain
itu, pada kromosom 14 juga terdapat 124 segmen gen LHVH, tetapi hanya 39 di
antaranya yang fungsional sedangkan selebihnya diduga adalah pseudogene. Pada
kromosom 15 dan 16 juga terdapat segmen gen VH, tetapi diduga segmen-segmen
gen tersebut tidak fungsional. Kromosom 14 juga mengandung 27 segmen gen D (25
fungsional, 2 tidak fungsional), dan 6 segmen gen JHT skema penyusunan gen
pengkode rantai berat pada molekul antibodi dapat dilihat pada Gambar 13.12
Selain melalui mekanisme kombinasi homolog atau rekombinasi khusus. genetik juga
dapat berlangsung karena transposisi. Transposisi adalah mansposisi suatu proses
perpindahan elemen genetik dari satu lokus dalarn suatu kromosom, Plasmid. atau
genom virus, ke bagian lain kromosom yang sama, atau bahkan ke suatu lokus dalam
kromosom lain. Eemen genetik yang berpindah tersebut dapat berupa satu gen atau
beberapa gen yang bertaut (linkage) dan dikenal sebagai elemen genetik yang dapat
bertransposisi (transposable genetic ele- ments), atau sering juga disebut transposon.
Elemen genetik yang dapat ber- transposisi tersebut ditemukan baik dalam prokanyot,
eukaryot. maupun dalam bakteriofag. Semua transposon membawa kode genetik
untuk satu atau lebih yang untuk transposisi. Di samping itu, beberapa dari satu
protein diperlukan transposon juga membawa gen lain yang menghasilkan fenotipe
tertentu, misalnya ketahanan terhadap antibiotik tertentu.
PENGELOMPOKAN TRANSPOSON