BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan bedah telah menjadi komponen pelayanan kesehatan yang penting pada
banyak negara. Komplikasi dan kematian akibat pembedahan menjadi salah satu masalah
kesehatan global. WHO sebagai organisasi kesehatan dunia, memiliki inisiatif untuk
menciptakan suatu pembedahan yang aman (surgical safety). Kemudian untuk memudahkan
pelaksanaannya dikeluarkan Guidelines for Safe Surgery yang disertai dengan Surgical Safety
Checklist (WHO, 2008).
Rumah Sakit Rizani telah melaksanakan program Patient Safety. Surgical Safety ini
merupakan tindak lanjut dari suatu sistem pelayanan yang mengutamakan keselamatan pasien.
Memastikan tindakan yang benar, pada sisi tubuh yang benar dan pada pasien yang
benar (tepat prosedur, tepat lokasi, tepat pasien operasi) adalah suatu keniscayaan untuk
menghindari kesalahan yang seharusnya dapat dicegah. Kasus-kasus dengan prosedur yang
keliru atau pembedahan sisi tubuh yang salah sebagian besar adalah akibat dari
miskomunikasi dan tidak adanya informasi yang akurat.
Kegagalan komunikasi adalah kausa umum untuk kesalahan di rumah sakit, terutama
di ruang operasi, rawat inap dan pra/pasca bedah. Hasil kegagalan komunikasi dapat
membahayakan bahkan bisa berakibat fatal pada pasien. Faktor yang memberi kontribusi
besar pada kesalahan komunikasi adalah tidak adanya proses pra-bedah yang distandarisasi.
Jika saja diterapkan standar pra-bedah secara ketat, maka kecelakaan kerja, kesalahan operasi
maupun kejadian tidak diharapkan pada pasien, niscaya dapat dikurangi. Inilah yang
kemudian dikenal dengan proses verifikasi: Sign In, Time Out, Sign Out terhadap pasien
yang akan mengalami pembedahan.
Ke-tiga tahapan tersebut di atas sesuai dengan ketetapan WHO tahun 2008, disebut
sebagai Surgical Safety Checklist sebagai alat untuk melakukan program Safe Surgery Save
Lives. .
BAB II
DEFINISI
BAB III
RUANG LINGKUP
1. Tepat lokasi
Penandaan operasi menggunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi
lokasi operasi dengan melibatkan pasien.
2. Tepat prosedur
Melakukan verifikasi pra-operatif tepat prosedur bahwa pasien telah mengetahui dengan
jelas tentang prosedur yang akan dilakukan kepadanya.
3. Tepat pasien
Melakukan identifikasi pasien untuk memastikan jati diri pasien.
BAB IV
IMPLEMENTASI
Dalam Panduan ini, Tim Operasi/ Tim Bedah adalah dokter bedah, dokter anestesi,
perawat dan personel operasi lain yang terlibat dalam pembedahan. Semua anggota dari tim
operasi berperan untuk memastikan keselamatan dan keberhasilan operasi. Untuk
mengimplementasikan ceklis selama pembedahan, seseorang harus bertanggung jawab untuk
melakukan pengecekan ceklis. Oleh karenanya diperlukan seorang Koordinator Ceklis, yaitu
seorang perawat.
Ceklis dibagi menjadi 4 fase, yaitu periode sebelum masuk kamar operasi, sebelum
induksi anestesi, sebelum insisi kulit, dan sebelum meninggalkan kamar operasi. Dalam setiap
fase, Koordinator Ceklis mengkonfirmasi bahwa tim sudah melengkapi tugasnya sesuai
panduan ceklis.
b. Jumlah instrumen: diisi jumlah awal alat pada kolom pre op, penambahan alat intra
operatif pada kolom (+) dan jumlah akhir alat pada kolom post op. Petugas yang
melaksanakan membubuhkan paraf dan mencantumkan nama petugas
6. Penghitungan jumlah kasa, benda tajam
Ceklis ini untuk memastikan kelengkapan jumlah kasa, benda tajam (jarum, surgical
blade) sebelum dilakukan penutupan luka. Langkah-langkah pengisian:
a. Sebelum insisi dan sebelum penutupan luka, perawat instrumen menghitung: jumlah
kasa, jarum, surgical blade kemudian mengkonfirmasi kepada perawat sirkuler untuk
dicatat
b. Perawat melaporkan ke dokter anestesi jumlah kasa yang yang telah terpakai untuk
menghitung perdarahan
c. Membubuhkan tanda tangan dan nama petugas (perawat sirkuler, perawat instrumen,
dokter bedah, dokter anestesi
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA