Anda di halaman 1dari 16

Makalah Mata Kuliah Filsafat IPA

Sejarah Perkembangan Ilmu Sains (Fisika)

Ditulis Oleh :

PFC 2014

1. Andika Habibatul (14030184050)


2. Virlinda Al Siska (14030184065)
3. Bagus Dwi Prasetyo (14030184071)
4. Elisa Nuky Desiana (14030184101)

Pendidikan Fisika Kelas C


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Negeri Surabaya
Surabaya
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sehari-hari ilmu pengetahuan alam atau sains digunakan dalam
pendidikan maupun dalam percakapan sehari - hari. Baik dia seorang ilmuan, politisi
ataupun pengusaha, bahkan orang awam pun seringkali menyebutkan kata itu . Kata
sains adalah serapan dari kata bahasa inggris science yang berarti pengetahuan .
Menurut filsafat, ilmu pengetahuan yang terkoordinasi, terstruktur dan sistemik
disebut ilmu.
Fisika (Bahasa Yunani: physikos), alamiah, dan physis, Alam) adalah sains
atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam
yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Sejarah fisika dimulai
pada tahun sekitar 2400 SM, ketika kebudayaan Harappan menggunakan suatu benda
untuk memperkirakan dan menghitung sudut bintang di angkasa. Sejak saat itu fisika
terus berkembang sampai ke level sekarang. Perkembangan ini tidak hanya membawa
perubahan di dalam bidang dunia benda, matematika dan filosofi namun juga, melalui
teknologi, membawa perubahan ke dunia sosial masyarakat. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai perkembangan ilmu fisika pada zaman batu, zaman logam dan pada
masyarakat lembah sungai Shidu dan sungai Gangga.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan ilmu fisika pada zaman batu ?
2. Bagaimana perkembangan ilmu fisika pada zaman logam ?
3. Bagaimana perkembangan ilmu fisika pada masyarakat lembah sungai Shidu dan
sungai Gangga ?

C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan ilmu fisika pada zaman batu.
2. Mengetahui perkembangan ilmu fisika pada zaman logam.
3. Mengetahui perkembangan ilmu fisika pada masyarakat lembah sungai Shidu dan
sungai Gangga.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Perkembangan Ilmu Fisika pada Zaman Batu


1. Perkembangan Ilmu Fisika di Zaman Prasejarah
Prasejarah adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana
catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan
bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk
mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka bumi dimana manusia
mulai hidup. Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai
adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah
zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah
adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah
untuk setiap bangsa di dunia tidak sama, tergantung dari peradaban bangsa
tersebut.
Semakin berkembangnya zaman, semakin maju juga pemikiran manusianya.
Dan pemikiran tersebut menyebabkan perbedaan peradaban suatu bangsa dan
mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Termasuk pula
ilmu fisika.

2. Sejarah Perkembangan Ilmu Fisika Menurut Richtmeyer (1955)


Sejarah perkembangan ilmu fisika dibagi dalam empat periode yaitu, Tetapi
pada zaman batu terdapat dalam periode pertama. Dimulai dari zaman prasejarah
sampai tahun 1550-an. Pada periode pertama ini dikumpulkan berbagai fakta fisis
yang dipakai untuk membuat perumusan empirik. Dalam periode pertama ini belum
ada penelitian yang sistematis. Beberapa penemuan pada periode ini diantaranya :
a. 2400000 SM - 599 SM
Di bidang astronomi sudah dihasilkan Kalender Mesir dengan 1 tahun = 365
hari, prediksi gerhana, jam matahari, dan katalog bintang. Dalam Teknologi
sudah ada peleburan berbagai logam, pembuatan roda, teknologi bangunan
(piramid), standar berat, pengukuran, koin (mata uang).
b. 600 SM 530 M
Perkembangan ilmu dan teknologi sangat terkait dengan perkembangan
matematika. Dalam bidang Astronomi sudah ada pengamatan tentang gerak
benda langit (termasuk bumi), jarak dan ukuran benda langit. Dalam bidang
sains fisik Physical Science, sudah ada Hipotesis Democritus bahwa materi
terdiri dari atom-atom. Archimedes memulai tradisi Fisika Matematika untuk
menjelaskan tentang katrol, hukum-hukum hidrostatika dan lain-lain. Tradisi
Fisika Matematika berlanjut sampai sekarang.
c. 530 M 1450 M
Mundurnya tradisi sains di Eropa dan pesatnya perkembangan sains di Timur
Tengah. Dalam kurun waktu ini terjadi Perkembangan Kalkulus. Dalam bidang
Astronomi ada Almagest karya Ptolomeous yang menjadi teks standar untuk
astronomi, teknik observasi berkembang, trigonometri sebagai bagian dari kerja
astronomi berkembang. Dalam Sains Fisik, Aristoteles berpendapat bahwa gerak
bisa terjadi jika ada yang nendorong secara terus menerus; kemagnetan
berkembang ; Eksperimen optika berkembang, ilmu Kimia berkembang
(Alchemy).
d. 1450 M- 1550
Ada publikasi teori heliosentris dari Copernicus yang menjadi titik penting
dalam revolusi saintifik. Sudah ada arah penelitian yang sistematis.

3. Periodisasi Perkembangan Ilmu pengetahuan


Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada
peradaban Yunani. Periodesasi ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri
pada zaman kontemporer. Berikut ini merupakan periodisasi perkembangan ilmu
pengetahuan sejak zaman pra-Yunani kuno sampai dengan zaman kontemporer.
Sejarah dapat dilihat dari segi kronologis dan geografis. Untuk itu, sejarah ilmu
dapat dilihat melalui kurun waktu di mana sejarah itu terjadi. Dalam setiap
periode sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menampilkan ciri khas atau
karakteristik tertentu, dan pada dasarnya merupakan sejarah pikiran umat manusia
yang terlepas dari asal usul kebangsaan maupun asal mula negara. Oleh karena itu
untuk membahas lintasan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan digunakan
urutan waktu dari satu zaman yang terdahulu ke zaman berikutnya. Pembahasan
tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan ke dalam tujuh kategori, yaitu
perkembangan ilmu pada:
1) Zaman Pra-Yunani Kuno
2) Zaman Yunani Kuno
3) Zaman Romawi
4) Zaman Pertengahan
5) Zaman Renaisance
6) Zaman Modern, dan
7) Zaman Kontemporer
Perkembangan Ilmu dalam Zaman Pra-Yunani Kuno
Perkembangan ilmu pada zaman ini secara umum terbagi menjadi tiga fase, yaitu:
1) Zaman Batu Tua
2) Zaman Batu Muda, dan
3) Zaman Logam.

a. Zaman Batu Tua (4 juta tahun s.M sampai 20.000/10.000 s.M), dengan
tokohnya adalah manusia purba, perkembangan ilmu dicirikan dengan
penggunaan alat-alat sederhana yang dibuat dari batu dan tulang, mengenal
cocok taman dan beternak, dan dalam kehidupan sehari-hari didasari dengan
pengamatan primitif menggunakan sistem trial and error (mencoba-coba dan
salah) yang kemudian berkembang menjadi know how.
b. Zaman Batu Muda (abad 100 abad 20 s.M), dengan tokohnya adalah
kerajaan-kerajaan Mesir, Babylon, Sumeria, Niniveh, India, dan Cina, telah
berkembang kemampuan-kemampuan yang sangat siginifikan, seperti
kemampuan menulis (dinyatakan dengan gambar dan simbol atau lambang-
lambang), kemampuan membaca (bermula dari bunyi atau suku kata tertentu),
dan kemampuan berhitung. Dalam zaman ini juga berkembang perbintangan,
matematika, perdagangan, dan hukum.
Periode Sejarah Fisika menurut Boer Jacob (1968) perkembangan
sejarah fisika dibagi ke dalam 5 (lima) periode yaitu, Tetapi dalam zaman batu
yaitu ada pada Periode 1 (Antara zaman purbakala s.d. 1500). Belum adanya
eksperimen yang sistematis dan kebebasan dalam mengadakan percobaan.
Hasil perkembangan pengetahuan dalam bidang fisika tidak
memuaskan.
Sifatnya spekulasi dan metafisik (sulap dan gaib).
Eksperimen tidak sistematis dan jauh dari ketelitian.

4. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Zaman Purba (15 SM - 7 S1V)


Pada dasarnya manusia di zaman purba hanyalah menerima semua peristiwa
sebagai fakta. Sekalipun dilaksanakan pengamatan, pengumpulan data dan
sebagainya, namun mereka sekadar menerima pengumpulan saja. Fakta-fakta
hanya diolah sekadarnya, hanya untuk menemukan soal yang sama, yaitu
commondenominator, itu pun barangkali tanpa sengaja, tanpa tujuan. Kalaupun
ada penegasan atau keterangan, maka keterangan itu senantiasa dihubungkan
dengan dewa-dewa dan mistik. Oleh karena itulah pengamatan perbintangan
menjelma menjadi astrologi. pengamatan yang dilakukan oleh manusia pada
zaman purba, yang menerima fakta sebagai brute factr atau on the face value,
menunjukkan bahwa manusia di zaman purba masih berada pada tingkatan
sekedar menerima, baik dalam sikap maupun dalam pemikiran (receptive attitude
dan receptive mind) (Santoso,1977: 27).
Perkembangan pengetahuan dan kebudayaan manusia pada zaman purba dapat
diruntut jauh ke belakang, bahkan sebelum abad 15 SM, terutama pada zaman
batu. Pengetahuan pada masa itu diarahkan pada pengetahuan yang bersifat
praktis, yaitu pengetahuan yang memberi manfaat langsung kepada masyarakat.
Kapan dimulainya zaman batu tidak dapat ditentukan dengan pasti, namun para
ahli berpendapat bahwa zaman batu berlangsung selama jutaan tahun.
Sesuai dengan namanya, zaman batu, pada masa itu manusia menggunakan batu
sebagai peralatan. Hal ini tampak dari temuan- temuan seperti kapak yang
digunakan untuk memotong membelah. Selain menggunakan alat-alat yang
terbuat dari batu manusia pada zaman itu juga menggunakan tulang binatang. Alat
yang terbuat dari tulang binatang antara lain digunakan menyerupai fungsi jarum
untuk menjahit. Ditemukannya benda- benda hasil peninggalan pada zaman batu
merupakan suatu bukti bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya mampu
berkreasi untuk mengatasi tantangan alam sekitarnya.
Seiring dengan perkembangan waktu, benda-benda yang dipergunakan pun
mengalami kemajuan dan perbaikan. Penemuan dilakukan berdasarkan
pengamatan, dan mungkin dilanjutkan dengan percobaan-percobaan tanpa dasar,
menuruti proses and error. Akhirnya, dari proses trial and error, yang memakan
waktu ratusan bahkan ribuan tahun inilah terjadi perkembangan penyempurnaan
pembuatan alat-alat yang digunakan, sehingga manusia menemukan bahan dasar
pembuatan alat yang baik, kuat serta hasilnya pun menjadi lebih baik. Dengan
demikian tersusunlah pengetahuan know how. Dalam bentuk know
how itulah penemuan-penemuan tersebut diwariskan pada generasi-generasi
selanjutnya.
Perkembangan kebudayaan terjadi lebih cepat setelah manusia menemukan
dan menggunakan api dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memanfaatkan api
untuk menghangatkan tubuh, ketergantungan manusia akan iklim menjadi
berkurang Api kemudian juga digunakan untuk memasak dan perlengkapan dalam
berburu. Di zaman yang lebih maju nantinya, arti api menjadi lebih
penting. Pengetahuan tentang proses pemanasan dan peleburan merintis jalan pada
pembuatan alat dari tembaga, perunggu dan besi. Dalam catatan sejarah misalnya,
peralatan besi digunakan pertama kali di Irak abad ke-15 SM (Brouwer,1982:6).
Perkembangan pengetahuan secara lebih cepat terjadi beberapa ribu tahun
sebelum Masehi. peristiwa ini terjadi ketika manusia berada pada zaman batu
muda.pada masa ini mulailah revolusi besar dalam cara hidup manusia. Manusia
mulai mengenal pertanian, mengenal kehidupan bermukim (menetap),
membangun rumah, mengawetkan makanan, memulai irigasi, dan mulai beternak
hewan. Pada masa itu juga telah muncul kemampuan menulis, membaca dan
berhitung. Dengan adanya kemampuan menulis, beberapa peristiwa penting dapat
dicatat dan kemudian dapat dibaca oleh orang lain sehingga akan lebih cepat
disebarkan. Kemampuan berhitung juga sangat menunjang perkembangan
pengetahuan karena catatan tentang suatu peristiwa menjadi lebih lengkap dengan
data yang relatif lebih teliti dan lebih jelas. Menurut Anna Poedjiadi (1987:28-32)
pada zaman purba perkembangan pengetahuan telah tampak pada beberapa
bangsa, seperti Mesir, Babylonia, Cina dan India. Ada keterkaitan saling pengaruh
antara perkembangan pemikiran di satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Pembuatan alat-alat perunggu di Mesir abad ke-17 SM memberi pengaruh
terhadap perkembangan yang diterapkan di Eropa. Bangsa Cina abad ke-15 SM
juga telah mengembangkan teknik peralatan perunggu di zaman Dinastii Shang,
sedangkan peralatan besi sebagai perangkat perang sudah dikenal pada abad ke-5
SM pada zaman Dinasti Chin. India memberikan surnbangsih yang besar dalam
perkembangan matematik dengan penemuan sistem bilangan desimal. Budhisme
yang diadopsi oleh raja Asoka, kaisar ketiga Di Mautya, telah menyumbangkan
sistem bilangan yang menjadi titik tolak perkembangan sistem bilangan pada
zaman modern: India bahkan sudah menemukan roda pemutar untuk pembuat
tembikar pada abad ke-30 SM. Sayangnya peradaban yang sudah maju itu
mengalami kepunahan pada abad ke-20 SM, baik yang disebabkan oleh bencana
alam maupun oleh peperangan. Secara umum dapat dinyatakan bahwa
pengetahuan pada zaman purba ditandai dengan adanya lima kemampuan, yaitu
(1) pengetahuan didasarkan pada pengalaman (empirical knowledge (2)
pengetahuan berdasarkan pengalaman itu diterima sebagai fakta dengan sikap
receptive mind, dan kalaupun ada keterangan tentang fakta tersebut, maka
keterangan itu bersifat mistis,magis dan religius; (3) kemampuan menemukan
abjad dan sistem bilangan alam sudah menampakkan perkembangan pemikiran
manusia ke tingkat abstraksi; (4) kemampuan menulis, berhitung, menyusun
kalender yang didasarkan atas sintesis terhadap abstraksi yang dilakukan; dan (5)
kemampuan meramal peristiwa-peristiwa fisis atas dasar peristiwa-peristiwa
sebelumnya yang pernah terjadi, misalnya gerhana bulan dan matahari
(Santoso,1977: 27-28).
B. Perkembangan Ilmu Fisika pada Zaman Logam
Zaman Logam adalah zaman yang ditandai dengan kemampuan manusia yang
pada saat itu untuk membuat alat alat dari logam. Kemampuan manusia membuat alat
alat dan benda benda dari logam ini menunjukkan bahwa kebudayaan manusia terus
berkembang, khususnya jika dibandingkan dengan zaman batu. Namun demikian,
pada zaman itu alat alat dari batu tidak ditinggalkan sama sekali.
Seperti yang telah disebutkan di atas, di zaman logam, manusia purba telah
mampu dalam membuat alat-alat perlengkapan yang terbuat dari logam. Adapun
teknik yang digunakan yaitu dengan cara meleburkan terlebih dahulu pada bijih-bijih
logam yang selanjutnya akan dituang kedalam bentuk alat-alat yang sesuai dengan
apa yang dibutuhkan dan diinginkan. Dengan demikian, pada zaman logam ini
memiliki tingkat kehidupan yang sudah lebih tinggi dibanding pada zaman batu.
Pembuatan alat alat dari logam dapat dikatakan lebih mudah dibandingkan
dari batu. Untuk pembuatan alat alat dari batu, batu batu itu harus dipukul, diratakan
atau diasah untuk dihaluskan. Adapun pembuatan alat alat dari logam adalah dengan
terlebih dahulu melebur logam itu. Selanjutnya, cairan logam itu dimasukkan ke
cetakan alat yang hendak dibuat. Proses pembuatan alat alat dari logam ini
menunjukkan adanya kemahiran teknologi. Oleh karena itu, zaman logam ini sering
juga disebut zaman perundagian.
Pembagian Zaman Logam dibagi menjadi zaman tembaga, zaman perunggu
dan zaman besi.
1. Zaman Tembaga
Pengertian Zaman Tembaga adalah zaman ketika manusia menggunakan tembaga
sebagai bahan untuk membuat alat alat untuk kebutuhan hidupnya.
2. Zaman Perunggu
Pengertian Zaman Perunggu adalah zaman manusia membuat alat alat dengan
menggunakan perunggu. Alat alat pada zaman perunggu ini, antara lain kapak
corong, nekara dan moko. Kapak corong bentuknya seperti corong, bagian
sembirnya belah, ke dalam corong itu dimasukkan tangkai kayu yang menyiku
pada bidang kapak. Kapak corong sering juga disebut dengan kapak sepatu karena
kapak corong ini menyerupai sepatu dan tangkainya disamakan dengan kaki
manusia. Adapun nekara adalah benda dari perunggu yang bagian tengah dan sisi
atasnya tertutup. Di Pulau Alor, Nusa Tenggara, nekara ini dikenal dengan sebutan
moko. Moko adalah sejenis nekara yang bentuknya lebih kecil.
Teknik pembuatan alat-alat yang terbuat dari perunggu ini dibuat dengan beberapa
macam teknik, yaitu berupa teknik cetakan setangkup atau Bivalve dan teknik
cetakan lilin atau a cire perdue.
1) Teknik cetakan lilin atau A cire perdue.
Teknik a cire perdue merupakan teknik dalam mengolah logam dengan
membuat model yang dari lilin. Lilin ini akan kemudian dibungkus
menggunakan tanah liat yang diatasnya sudah diberi lubang. Tanah liat yang
telah diberikan lilin ini kemudian akan dibakar sehingga lilin akan segera
mencair dan akan keluar dari lobanya sudah dibuat. Bentuk rongga itu akan
sama dengan bentuk lilin yang telah dibuat. Maka jadilah tanah yang sudah
berongga itu telah menjadi cetakan yang kedalamnya itu dimasukkan logam
dalam bentuk yang cair. Sesudah mendingin dan kental, tanh liat pembungkus
tersebut akan dihancurkan dan didapatkan benda yang telah dikehendaki yang
terbuat dari logam tersebut sesuai dengan bentuk cetakannya. Cetakan
demikian hanya bisa dipakai sekali dan hanyalah untuk benda-benda yang
berukuran kecil seperti nekara, tajak dan arca kecil.
2) Teknik Cetakan Setangkup
Teknik setangkup itu menggunakan dua cetakan yang bisa ditangkupkan atau
dirapatkan. Cetakan tersebut diberi lobang di bagian atasnya.Pada lubang
tersebut akan dituangkan dengan logam cair. Jika perunggu sudah mendingin
maka cetakan akan dibuka kembali. Jika membuat benda sudah berongga
maka mulai digunakan tanah liat sebagai intinya yang dapat membentuk
rongga sesudah tanah liat itu akan dibuang. Cetakan tersebut dapat digunakan
secara berkali-kali. Teknik cetakan setangkup biasanya diperuntukkan untuk
benda-benda yang berbentuk pejal atau tak berongga.

Adapun ciri-ciri kehidupan pada zaman perunggu ialah sudah berbentuk


perkampungan yang sudah teratur dimana dipimpin oleh ketua adat atau kepala
suku. Mereka menetap didalam rumah yang memiliki tiang besar yang pada
bagian bawahnya telah dijadikan sebagai tempat beternak.

3. Zaman Besi
Pengertian Zaman Besi adalah zaman dimana manusia membuat suatu alat dengan
terlebih dahulu melebur besi dari bijihnya kemudian menuangkan ke dalam
cetakan menjadi alat alat yang hendak dibuat. Pembuatan alat alat dari besi ini
lebih sempurna daripada tembaga atau perunggu. Alat alat atau benda benda yang
dihasilkan pada zaman besi ini, antara lain mata kapak dan mata tombak.

Zaman Logam (abad 20 s.M - abad 6 s.M), dengan tokohnya kerajaan Mesir,
juga kerajaan Cina dan Sumeria, berkembang pemakaian logam, terutama besi dan
perunggu sebagai bahan peralatan sehari-hari, baik sebagai perhiasan, peralatan
masak, atau bahkan peralatan perang dan patung. Contohnya adalah karya-karya,
seperti patung istri raja Firaun (Neferitti ) dari Mesir; penggunaan alat-alat dari besi
sekitar abad 15 s.M di Sumeria (Irak), penggunaan peralatan perang dari perunggu di
Cina pada masa Dinasti Shang (abad 15 s.M), dan penggunaan besi untuk peralatan
perang pada masa Dinasti Chin (abad 5 s.M).
C. Perkembangan Ilmu Fisika pada Masyarakat Lembah Sungai Shidu dan Sungai
Gangga
1. Sumbangan India terhadap Perkembangan Fisika
Ilmu fisika semakin lama semakin berkembang begitu juga di India,
menurut richtmyer perkembangan fisika dimulai dari periode pra sains sekitar
sebelum masehi sampai tahun 1550. Beberapa penemuan sudah ditemukan namun
belum sepesat perkembangan fisika pada saat ini, akan tetapi perkembangan
matematika yang nantinya digunakan sebagai alat bagi perkembangan ilmu fisika
telah muncul sejak zaman besi dan sudah berkembang pesat diantaranya yaitu
Shatapatha Brahmana kira-kira 900 SM menghampir nilai phi, Sulba Sutras (800
500) SM yang mengemukakan tulisan-tulisan geometri yang menggunakan
bilangan irasional, bilangan prima, aturan tiga dan akar kubik; menghitung akar
kuadrat dari 2 sampai sebagian dari seratus ribuan; memberikan metode
konstruksi lingkarann yang luasnya menghampiri persegi yang diberikan;
menyelesaikan persamaan linear dan kuadrat; mengembangkan tripel phytaghoras
secara aljabar; dan memberikan pernyatn dan bukti numerik untuk teorema
pythagoras, Panini (500 SM) yang merumuskan notasi matematik modern, Surya
Siddhanta (400 SM) memperkenalkan fungsi trigonometri sinus, kosinus, balikan
sinus, dan meletakkan aturan-aturan yang menentukan gerak sejati benda-benda
langit yang bersesuaian dengan posisi mereka sebenarnya di langit, Pingala (300
100) SM menggunakan sistem biner dan pembahasannya tentang kombinatorika
meter bersesuaian dengan versi dasar dari teorema binomial serta karyanya yang
berisi gagasan dasar tentang bilangan Fibonacci. Selain itu, Al Khawarizmi yang
pertama kali memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat
dalam basis sepuluh yang disebut sebagai sistem bilangan desimal.
Sebagian besar penduduk India menganut agama Hindu yang memiliki
kitab suci seperti Vega, Bhagavad Gita, serta Upanishad merupakan adikarya dari
masa peradaban di lembah indus. Di dalam Veda tidak ada tanda-tanda bahwa
mereka telah mengenal planet. Seandainya mencurahkan sedikit saja perhatian
terhadap langit malam, mereka akan melihat bahwa setiap malam posisi planet
bergeser terhadap bintangbintang. Barangkali hal ini adalah dampak kepercayaan
Hindu bahwa segala sesuatu yang tampak hanya maya belaka. Manusia
menganggap planet-planet itu ada karena tidak tahu bahwa semua itu semu. Timur
Tengah bukan satu-satunya korban keganasan Iskandar Al Akbar (Alexander
Agung) dari Yunani. Pada 327 SM sebelum masehi ia menyerbu India juga, yang
kemudian menyalakan kembali kebudaan ilmiah India. India kemudian
mengembangkan astronomi dari ilmuwan Yunani. Astronom di Varahamihira
(sekitar 505 M) menulis tentang bola dan lingkaran di langit, sistemnya mirip
dengan yang pernah di kembangkan di Yunani sebelumnya.
Peranan India terhadap Fisika tidak dapat di remehkan, ada beberapa tokoh
India yang memberikan sumbangan terhdap fisika yaitu Sir Chandrasekhara
Venkata Raman (8 November 1888 21 November 1970) merupakan fisikawan
India yang dilahirkan di Tiruchiraapalli, Tamil Nadu. Ia menamatkan BA dan MA
dalam fisika dan bahasa Inggrisnya di perguruan tinggi kepresidenan, Madras
yaitu Vishakapatam, Ayahnya menjadi tenaga pengajar untuk bidang matematika
dan fisika. Sejak masih kuliah, ia memiliki kegemaran untuk melakukann riset
dalam bidang fisika yang menarik perhatiaannya pada saat itu adalah akustik dan
optik. Pada usia 18 tahun, ia mempublikasikan karya tulisnya pertama kali
dimajalah filosofi. Pada saat itu, potensi dan energi serta semangatnya yang luar
baisa dalam riset fisika tidak bisa disalurkan secara leluasa karena tidak ada
kesempatan bagi orang muda India untuk berkarir di bidang sains. Dengan sangat
terpaksa, Raman menghabiskan waktu 10 tahun bekerja di Departemen Keuangan
India. Namu, ia tidak melupakan kegemarannya melakukan riset begitu saja
dibuktikan bahwa ditengah kesibukan kerjanya tidak kurang dari 30 riset kerja
dipublikasikan. Kemudian, Raman ditawarkan bekerja di Universitas Calcutta
dengan jabatan dan penghasilan yang cukup memuaskan. Selama 16 tahun Raman
berada di posisi itu, Raman tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mewujudkan
keinginannya di bidag sains. Bersama dengan M Saha dan SN Bose, Raman
membangunn pusat penelitian sains di alcutta. Hasilnya, terciptalah sederetan
kontribusi penting dalam bidang getaran dan bunyi, konsep getaran alat-alat
musik, difraksi cahaya oleh gelombang akustik baik yang ultrasonik maupun
hipersonik, sifat optik koloid, difraksi sinarx, dan Spektroskopi Raman.
Pada tahun 1925, setelah penemuan efek Compton untuk sinar-X,
Heisenberg memprediksi adanya efek yang sama untuk cahaya tampak. Pada saat
bersamaan, Raman meneliti hamburan cahaya. Ternyata, mendapat kesimpulan
yang sama dengan apa yang diprediksi oleh Heisenberg yaitu memperoleh bahwa
ketika cahaya monokromatik diarahkan pada suatu kristal, sebagian cahaya itu
akan terhambur. Energi sinar yang terhambur ini lebih kecil dari energi semula.
Penyebab perubahan ini adalah karena sebagian energi sinar itu dipakai untuk
mengubah energy vibrasi (getaran).
2. Perkembangan Fisika Periode Klasik di India
Sejarah ilmu di india bias dibedakan ke dalam dua babak, yakni sebelum
dan sesudah adanya pengaruh peradaban Yunani. Peradaban di Lembah Indus
(sekarang Pakistan) sudah berkembang kira-kira sejak 3000 SM. Pada 200 SM,
ketika Yunani bias dibilang belum beradab sama sekali, kebudayaan ini sudah
punah. Kitab suci seperti Vega, Bhagavad Gita, serta Upanishad merupakan
adikarya dari masa ini. Meskipun hanya sedikit peninggalannya, ada tanda-tanda
mereka telah memakai system bilangan decimal. Mereka juga sudah mengenal
prinsip yang serupa dengan dalil Phytagoras untuk menghitung sisi panjang
segitiga siku-siku, jauh sebelum Phytagoras menemukannya. Kaidah ini perlu
untuk menentukan ukuran altar. Di dalam Veda tidak ada tanda-tanda bahwa
mereka telah mengenal planet. Seandainya mencurahkan sedikit saja perhatian
terhadap langit malam, mereka akan melihat bahwa setiap malam posisi planet
bergeser terhadap bintang-bintang. Barangkali halini adalah dampak kepercayaan
Hindu bahwa segala sesuatu yang tampak hanya maya belaka. Manusia
menganggap planet-planet itu ada karena tidak tahu bahwa semua itu semu.
Timur Tengah bukan satu-satunya korban keganasan Iskandar Al Akbar
(Alexander Agung) dari Yunani. Pada 327 SM sebelum masehi ia menyerbu India
juga, yang kemudian menyalakan kembali kebudaan ilmiah India. India kemudian
mengembangkan astronomi dari ilmuwan Yunani. Astronom di Varahamihira
(sekitar 505 M) menulis tentang bola dan lingkaran di langit, sistemnya mirip
dengan yang pernah di kembangkan di Yunani sebelumnya. Hubungan
kebudayaan masa itu tidak hanya terbatas dengan Yunani. Sejak abadke 2 ada
pertukaran pengetahuan dengan Negara tetangga, Cina, melalui Paramisionaris
Budha yang pergikesana. Dalam bidang kimia, atau lebih tepat disebut alkimia,
ada upaya untuk menemukan raidmuan hidup kekal di labolatorium. Sebagai
mana terjadi di Cinadanjuga di Eropa, di India ramuan jeni sini dihubungkan
dengan pembuatan emas, yakni mencampur air raksa dan balarang. Kedua
unsuritumen cerminkan penyatuan sifat kelelakian dan kelelakian. Demikianlah
yang terjadi pada tahap-tahap awal perkembangan, antara ilmu alam dan ilmu sihir
selalu berhubungan erat.
Kekuatan India terutama pada matematika. Selain mengembangkan system
bilangan decimal yang sekarang lazim dipakai, mereka juga menyumbang
penemuan yang paling mengesankan, yaitu bilangan nol. Mereka juga menguasai
persamaan aljabar umum yang cukup rumit pula. Menurut Aryabhatas bersaudara
(475 550 M) ialah yang pertama kali menggunakan sinus sudut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perkembangan ilmu fisika pada zaman batu tua, tokohnya adalah manusia purba,
perkembangan ilmu dicirikan dengan penggunaan alat-alat sederhana yang dibuat
dari batu dan tulang, mengenal cocok taman dan beternak, dan menggunakan
sistem trial and error yang berkembang menjadi know how dan pada zaman
tokohnya adalah kerajaan-kerajaan Mesir, Babylon, Sumeria, Niniveh, India, dan
Cina, telah berkembang kemampuan-kemampuan yang sangat siginifikan, seperti
kemampuan menulis, membaca dan berhitung.
2. Zaman Logam tokohnya kerajaan Mesir, juga kerajaan Cina dan Sumeria,
berkembang pemakaian logam, terutama besi dan perunggu sebagai bahan
peralatan sehari-hari, baik sebagai perhiasan, peralatan masak, atau bahkan
peralatan perang dan patung. Contohnya adalah karya-karya, seperti patung istri
raja Firaun (Neferitti ) dari Mesir; penggunaan alat-alat dari besi sekitar abad 15
s.M di Sumeria (Irak), penggunaan peralatan perang dari perunggu di Cina pada
masa Dinasti Shang (abad 15 s.M), dan penggunaan besi untuk peralatan perang
pada masa Dinasti Chin (abad 5 s.M).
3. Sejarah ilmu di india bisa dibedakan ke dalam dua babak, yakni sebelum dan
sesudah adanya pengaruh peradaban Yunani. Meskipun hanya sedikit
peninggalannya, ada tanda-tanda mereka telah memakai system bilangan decimal.
Mereka juga sudah mengenal prinsip yang serupa dengan dalil Phytagoras. Di
dalam Veda tidak ada tanda-tanda bahwa mereka telah mengenal planet. Astronom
di Varahamihira (sekitar 505 M) menulis tentang bola dan lingkaran di langit
Selain mengembangkan system bilangan decimal yang sekarang lazim dipakai,
mereka juga menyumbang penemuan yang paling mengesankan, yaitu bilangan
nol. Mereka juga menguasai persamaan aljabar umum.

B. Saran

Dalam makalah ini sebaiknya ditambah lagi kompleksitas materi agar isi dari makalah
ini tersampaikan dengan jelas.

Anda mungkin juga menyukai