Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Atrofi Otak


2.1.1. Definisi
Atrofi otak yaitu menyusutnya otak yang disebabkan oleh hilangnya sel, yang
disebut neuron. Dua jenis atrofi otak dapat terjadi; umum dan fokus. Atrofi umum
mengacu pada hilangnya neuron seluruh otak, dan atrofi fokus mengacu pada
hilangnya neuron di daerah otak tertentu.1

2.1.2. Klasifikasi
Atrofi serebri fokal
Dalam atrofi serebral fokal, kondisi ini terbatas pada wilayah lokal dari otak.
Pada tipe ini, kerusakan sel-sel otak terbatas pada wilayah tertentu dari otak. Hanya
satu wilayah otak tertentu dipengaruhi dalam jenis ini, kecuali Atrophy Generalized
lebih kompleks.1

Atrofi serebri total


Atrophy Cerebral Generalized, lengkap atau total, menunjukkan hilangnya sel
tidak terbatas pada daerah tertentu tetapi seluruh otak. Kerusakan yang dapat
mengakibatkan berbagai masalah, mempengaruhi seluruh otak. Jika atrofi otak
mempengaruhi belahan otak kanan dan kiri otak, fungsi sukarela dan proses pikiran
sadar bisa terganggu.1

2.1.3. Etiologi
Biasanya atrofi otak disebabkan karena penuaan. Namun dalam beberapa
kasus, kerusakan sel-sel otak dapat dipicu karena beberapa penyakit, yang dapat
menyebabkan kerusakan prematur atau bahkan mempercepat proses.

2.1.4. Manifestasi Klinis


Pada beberapa pasien pemborosan kronis atau terus-menerus dari sel batang
otak yang disebut cachexia diamati. Otak atrofi sel sangat umum pada orang yang
menderita AIDS. Seorang individu yang menderita penyakit ini terkait otak akan
menunjukkan gejala berikut :
- Penyakit, yang dikenal sebagai demensia, di mana orang menderita kehilangan
memori dan kemampuan kognitif. Ketidakmampuan untuk belajar, kehilangan
memori dan disorientasi adalah beberapa tanda-tanda bahwa seorang individu
adalah pasien demensia.
- Sebuah kondisi yang berhubungan dengan gangguan bahasa yang disebut aphasias,
di mana individu menemukan kesulitan untuk memahami bahasa. Ada dua jenis
aphasias - aphasias ekspresif dan reseptif aphasias. Dalam aphasias ekspresif,
individu mungkin sering menggunakan kalimat tidak lengkap, pilihan aneh kata-
kata, misspell kata-kata tertentu dan menggunakan klausa terputus-putus. Aphasias
reseptif mengarah pada keterampilan pemahaman terganggu dan tidak tepat.
- Gejala lain dari atrofi serebral kejang, yang mengakibatkan kejang-kejang,
gerakan berulang pada tungkai dan hilangnya kesadaran.1,2

3. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit ini biasanya berdasarkan gejala serta kondisi
penyebab yang mendasarinya. Terapi obat ini mampu menghasilkan hasil
yang efektif. Terapi harus ditindaklanjuti dengan perawatan yang tepat yang
membantu mempertahankan dan merangsang pasien dengan Atrofi Serebri.
Pengobatan simtomatik cukup mampu memperbaiki kondisi pasien
CA. Demensia, yang timbul dari CA, tidak dapat disembuhkan tapi dapat
dicegah dari memburuk dengan bantuan obat-obatan. Kejang umumnya
diobati dengan obat anti-kejang. Pada pasien CA menderita Aphasia, ahli
patologi wicara-bahasa biasanya dapat menghasilkan hasil yang efektif.
Patolog membantu pasien mengikuti petunjuk serta mempelajari kembali
bagaimana untuk mengulang frasa dan membaca atau menulis.1,2

4. Prognosis
Jika seluruh otak terlibat, kondisi ini bisa menimbulkan konsekuensi
yang fatal. Tetapi jika hanya bagian tertentu dari otak yang terpengaruh.
Atropi otak fokal masih dapat menyebabkan masalah seperti penurunan
fungsi normal otak. Hasil untuk penyakit ini benar-benar berbeda dari orang
ke orang. Pada tahap lanjut, atrofi otak bahkan dapat mengakibatkan
Demensia.1,2

5. Pencegahan
Tidak ada cara khusus untuk mencegah kondisi ini. Pencegahan
terutama melibatkan mengikuti beberapa langkah-langkah umum untuk
menghindari diabetes, penyakit arteri koroner, hipertensi, hiperlipidemia dan
stroke yang bertindak sebagai faktor risiko untuk penyakit ini. Beberapa
langkah pencegahan lain meliputi:
- Olahraga secara teratur
Setelah rejimen latihan teratur dapat membantu mengurangi kemungkinan
mendapatkan CA serta gangguan lainnya. Bahkan jalan cepat jarak
tertentu setiap hari dapat bermanfaat bagi kesehatan.
- Meminimalkan kekurangan vitamin
Memasukkan semakin banyak makanan kaya vitamin, terutama yang
mengandung folat dan vitamin B12, juga dapat membantu.
- Minum cukup air
Minum setidaknya delapan sampai sepuluh gelas air setiap hari.
Kekurangan air dapat menyebabkan dehidrasi, yang meningkatkan kadar
hormon stres dan menyebabkan kerusakan otak akut.
- Konsumsi Omega-3
Kurangnya Omega-3 asam lemak dalam tubuh dapat mengurangi kinerja
intelektual dan bahkan menyebabkan Demensia. DHA, yang merupakan
konstituen utama dari sinapsis otak, hadir sebagai Omega-3 dalam ikan
seperti juga produk makanan lain seperti biji labu, biji rami dan kenari.
Pasien juga dapat mempertimbangkan untuk mengkonsumsi 1000 mg
Omega-3 suplemen sehari.
1. Epilepsy
Gejala
Gejala Praiktal. Peristiwa praiktal (aura) pada epilepsi parsial kompleks
adalah termasuk sensasi otonomik (sebagai contohnya rasa penuh di perut,
kemerahan, dan perubahan pada pernafasan), sensasi kognitif(sebagai contohnya, deja
vu, jamais vu, pikiran dipaksakan, dan keadaan seperti mimpi). keadaan afektif
(sebagai contohnya, rasa takut, panik, depresi, dan elasi) dan secara klasik.
automatisme (sebagai contohnya, mengecapkan bibir, menggosok, dan mengayah)
Gejala Iktal. Perilaku yang tidak terinhibisi, terdisorganisasi, dan singkat
menandai serangan iktal.Walaupun beberapa pengacara pembela mungkin mengklaim
yang sebaliknya, jarang sesorang menunjukkan perilaku kekerasan yang terarah dan
tersusun selama episode epileptik Gejala kognitif adalah termasuk amnesia untuk
waktu selama kejang dan suatu periode delirium yang menghilang setelah kejang.
Pada pasien dengan epilepsi parsial kompleks, suatu fokus kejang dapat ditemukan
pada pemeriksaan EEG pada 25 sampai 50 % dari semua pasien. Penggunaan
elektroda sfenoid atau temporalis anterior dan EEG pada saat tidak tidur dapat
meningkatkan kemungkinan ditemukannya kelainan EEG.EEG normal multipel
seringkali ditemukan dart seorang pasien dengan epilepsi parsial kompleks; dengan
demikian EEG normal tidak dapat digunakan untuk mneyingkirkan diagnosis epilepsi
parsial.kompleks- Penggunaan perekaman EEG jangka panjang (24 sampai 72 jam)
dapat membantu klinisi mendeteksi suatu fokus kejang pada beberapa pasien.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lead nasofaring tidak
menambah banyak kepekaan pada EEG, dan yang jelas menambahkan
ketidaknyamanan prosedur bagi pasien.
Gejala Interiktal. Gangguan kepribadian Kelainan psikiatrik yang paling
sering dilaporkan pada pasien epileptik adalah gangguan kepribadian, dan biasanya
kemungkinan terjadi pada pasien dengan epilepsi dengan asal lobus temporalis.Ciri
yang paling sering adalah perubahan perilaku seksual, suatu kualitas yang biasanya
disebut viskositas kepribadian, religiositas, dan pengalaman emosi yang
melambung.Sindroma dalam bentuk komplitnya relatif jarang, bahkan pada mereka
dengan kejang parsial kompleks dengan asal lobus temporalis.Banyak pasien tidak
mengalami perubahan kepribadian, yang lainnya mengalami berbagai gangguan yang
jelas berbeda dari sindroma klasik.
Perubahan pada perilaku seksual dapat dimanifestasikan sebagai
hiperseksualitas; penyimpangan dalam minat seksual, seperti fetihisme dan
transfetihisme; dan yang paling sering, hiposeksualitas Hiposeksualitas ditandai oleh
hilangnya minat dalam masalah seksual dan dengan menolak rangsangan seksual
Beberapa pasien dengan onset epilepsi parsial kompleks sebelum pubertas mungkin
tidak dapat mencapai tingkat minat seksual yang normal setelah pubertas, walaupun
karakteristik tersebut mungkin tidak mengganggu pasien. Untuk pasien dengan onset
epilepsi parsial kompleks setelah pubertas.perubahan dalam minat seksual mungkin
mengganggu dan mengkhawatirkan.
Gejala viskositas kepribadian biasanya paling dapat diperhatikan pada
percakapan pasien, yang kemungkinan adalah lambat serius, berat dan lamban, suka
menonjolkan keilmuan, penuh dengan rincian-rincian yang tidak penting, dan
seringkali berputar-putar. Pendengar mungkin menjadi bosan tetapi tidak mampu
menemukan cara yang sopan dan berhasil untuk melepaskan diri dari percakapan.
Kecenderungan pembicaraan seringkali dicerminkan dalam tulisan pasien, yang
menyebabkan suatu gejala yang dikenal sebagai.hipergrafia yang dianggap oleh
beberapa klinisi sebagai patognomonik untuk epilepsi parsial kompleks.
Religiositas mungkin jelas dan dapat dimanifestasikan bukan hanya dengan
meningkatny peran serta pada aktivitas yang sangat religius tetapi juga oleh
permasalahan moral dan etik yang tidak umum, keasyikan dengan benar dan salah,
dan meningkatnya minat pada permasalahan global dan filosofi Ciri hiperreligius
kadang-kadang dapat tampak seperti gejala prodromal skizofrenia dan dapat
menyebabkan masalah diagnositik pada seorang remaja atau dewasa muda.
Gejala psikotik.Keadaan psikotik interiktal adalah lebih sering dari psikosis
iktal. Episode interpsikotik yang mirip skizofrenia dapat terjadi pada pasien dengan
epilepsi, khususnya yang berasal dan lobus temporalis Diperkirakan 10 sampal 30
persen dari semua pasien dengan apilepsi partial kompleks mempunyai gejala
psikotik Faktor risiko untuk gejala tersebut adalah jenis kelamin wanita kidal onset
kejang selama pubertas, dan lesi di sisi kiri.Onset gejala psikotik pada epilepsi adalah
bervariasi. Biasanya, gejala psikotik tarnpak pada pasien yang telah menderita
epilepsi untuk jangka waktu yang lama, dan onset gejala psikotik di dahului oleh
perkembangan perubahan kepribadian yang berhubungan dengan aktivitas otak
epileptik gejala psikosis yang paling karakteristik adalah halusinasi dan waham
paranoid.Biasanya. pasien tetap hangat dan sesuai pada afeknya, berbeda dengan
kelainan yang sering ditemukan pada pasien skizofrenik Gejala gangguan pikiran
pada pasien epilepsi psikotik paling sering merupakan gejala yang melibatkan
konseptualisasi dan sirkumstansialitas, ketimbang gejala skizofrenik klasik berupa
penghambatan (blocking) dan kekenduran (looseness).
KEKERASAN. Kekerasan episodik merupakan masalah pada beberapa pasien
dengan epilepsi khususnya epilepsi lobus temporalis dan frontalis. Apakah kekerasan
merupakan manifestasi dan kejang itu sendiri atau merupakan psikopatologi interiktal
adalah tidak pasti. Sampai sekarang ini, sebagian besar data menunjukkan sangat
jarangnya kekerasan sebagai suatu fenomena iktal. Hanya pada kasus yang jarang
suatu kekerasan pasien epileptik dapat disebabkan oleh kejang itu sendiri.
Gejala Gangguan Perasaan (Mood). Gejala gangguan perasaan, seperti
depresi dan mania, terlihat lebih jarang pada epilepsi dibandingkan gejala mirip
skizofrenia.Gejala gangguan mood yang terjadi cenderung bersifat episodik dan
terjadi paling sering jika fokus epileptik mengenai lobus temporalis dan hemisfer
serebral non dominan. Kepentingan gejala gangguan perasaan pada epilepsi mungkin
diperlihatkan oleh meningkatnya insidensi usaha bunuh diri pada orang dengan
epilepsi.

Retardasi Mental
Definisi
Keterbelakangan mental atau lazim disebut retardasi mental (RM) adalah suatu
keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan
(sejak lahir atau sejak masa anak-anak).Biasanya terdapat perkembangan mental yang
kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang.
Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit danfren = jiwa)
atau tuna mental. Keadaan tersebut ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang
berada dibawah rata-rata dan disertai dengan berkurangnya kemampuan untuk
menyesuaikan diri atau berprilaku adaptif.3
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke-III
(PPDGJ III) adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh hendaya keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia yaitu
kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial.4
Menurut American Association Mental Retardation (AAMR) 2002 adalah suatu
disabilitas yang ditandai dengan suatu limitasi/keterbatasan yang bermakna baik
dalam fungsi intelektual maupun prilaku adaptif yang diekspresikan dalam
keterampilan konseptual, social dan praktis.
Menurut Diagnostic and Scientific Manual IV-TR (DSM IV-TR) adalah sama
dengan definisi AAMR tetapi ditambahkan batas derajat IQ 70.2

Etiologi
a. Kelainan Kromosom
Sindrom Down
Sindrom down adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya kelebihan
kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan retardasi mental serta
anomali fisik yang beragam.1 Untuk seorang ibu usia pertengahan (> 32
tahun), resiko memiliki anak dengan sindroma Down adalah kira-kira 1
dalam 100 kelahiran. Retardasi mental adalah cirri yang menumpang pada
sindrom Down. Sebagian besar pasien berada dlam kelompok retardasi
sedang sampai berat., hanya sebagian kecil yang memiliki IQ di atas 50.
Diagnosis sindrom Down relatif mudah pada anak yang lebih besar tetapi
seringkali sukar pada neonates. Tanda yang paling penting pada neonates
adalah hipotonia umum, fisura palpebra yang oblik, kulit leher yang
berlebihan, tengkorak yang kecil dan datar, tulang pipi yang tinggi, dan lidah
yang menonjol. Dapat dilihat juga tangan tebal dan lebar, dengan garis
transversal tunggal pada telapak tangan, dan jari kelingking pendek dan
melengkung ke dalam.1

Gambar 1. Karakteristik Sindroma Down

Sindrom Fragile X
Sindrom fragile X merupakan bentuk retardasi mental yang diwariskan
dan disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom X. 1 Diyakini terjadi pada
kira-kira 1 tiap 1000 kelahiran laki-laki dan 2000 kelahiran perempuan.
Derajat retardasi mental terentang dari ringan sampai berat.Ciri perilakunya
adalah tingginya angka gangguan defisit atensi/hiperaktivitas, ganguan
belajar, dan gangguan perkembangan pervasive seperti gangguan akuisitik.
Defisit dalam fungsi bahasa adalah pembicaraan yang cepat dan perseveratif
dengan kelainan dalam mengkombinasikan kata-kata membentuk frasa dan
kalimat.1

Sindrom Prader-Willi
Kelianan ini akibat dari penghilangan kecil pada kromosom 15,
biasanya terjadi secara sporadic.Prevalensinya kurang dari 1 dalam
10000.Orang dengan sindrom ini menunjukkan perilaku makan yang
kompulsif dan sering kali obesitas, retardasi mental, hipogonadisme,
perawakan pendek, hipotonia, dan tangan dan kaki yang kecil. Anakanak
dengan sindrom ini seringkali memiliki perilaku oposisional yang
menyimpang.1

Gambar 2. Karakteristik Sindrom Prader-Willi

Sindrom tangisan kucing (cat-cry [cri-du-chat] syndrome)


Anak-anak dengan sindrom tangisa kucing kehilangan bagian dari
kromosom 5.Mereka mengalami retardasi mental berat dan menunjukkan
banyak stigmata yang seringkali disertai dengan penyimpangan kromosom,
seperti mikrosefali, telinga yang letaknya rendah, fisura palpebra oblik,
hipertelorisme, dan mikrognatia.Tangisan seperti kucing yang khas
(disebabkan oleh kelainan laring) yang memberikan nama sindrom secara
bertahap berubah dan menghilang dengan bertambahnya usia.1

Kelainan kromosom lain


Sindrom penyimpangan autosomal lain yang disertai dengan retardasi
mental adalah jauh lebih jarang terjadi dibandingkan Sindrom Down.1

b. Faktor Genetik Lain


Phenylketonuria (PKU) merupakan gangguan yang menghambat
metabolisme asam phenylpyruvic, menyebabkan retardasi mental kecuali bila
pola makan amat dikontrol.3 PKU ditransmisikan dengan trait Mendel
autosomal resesif yang sederhana dan terjadi pada kira-kira yang di institusi
adalah kira-kira 1 persen dalam setiap 10.000 sampai 15.000 kelahiran hidup.
Bagi orang tua yang telah memiliki anak dengan PKU, kemungkinan memiliki
anak lain dengan PKU adalah satu dalam setiap empat sampai lima kehamilan
selanjutnya. Defek metabolisme dasar pada PKU adalah ketidakmampuan
untuk mengubah fenilalanin, suatu asam amino esensial, menjadi paratirosin
karena tidak adanya atau tidak aktifnya enzim fenilalanin hidroksilase, yang
mengkatalisis perubahan tersebut.
Sebagian besar pasien dengan PKU mengalami retardasi yang berat,
tetapi beberapa dilaporkan memiliki kecerdasan yang ambang atau
normal.Walaupun gambaran klinis bervariasi, anak PKU tipikal adalah
hiperaktif dan menunjukkan perilaku yang aneh dan tidak dapat diramalkan,
yang menyebabkan sulit ditangani. Mereka seringkali memiliki temper tantrum
dan seringkali menunjukkan gerakan aneh pada tubuhnya dan anggota gerak
atas dan manerisme memutir tangan, dan perilaku mereka kadang-kadang
meyerupai anak autistic atau skizofrenik. Komunikasi verbal dan nonverbal
biasanya sangat terganggu atau tidak ditemukan. Koordiansi anak adalah buruk,
dan mereka memiliki banyak kesulitan perceptual.1

Gambar 3. Phenylketouria

c. Faktor Prenatal
Beberapa kasus retardasi mental disebabkan oleh infeksi dan
penyalahgunaan obat selama ibu mengandung.Infeksi yang biasanya terjadi
adalah Rubella, yang dapat menyebabkan kerusakan otak.Penyakit ibu juga
dapat menyebabkan retardasi mental, seperti sifilis, cytomegalovirus, dan
herpes genital.Obat-obatan yang digunakan ibu selama kehamilan dapat
mempengaruhi bayi melalui plasenta.Sebagian dapat menyebabkan cacat fisik
dan retardasi mental yang parah.Anak-anak yang ibunya minum alkohol selama
kehamilan sering lahir dengan sindrom fetal dan merupakan kasus paling nyata
sebagai penyebab retardasi mental.Komplikasi kelahiran, seperti kekurangan
oksigen atau cedera kepala, infeksi otak, seperti encephalitis dan meningitis,
terkena racun, seperti cat yang mengandung timah sangat berpotensi
menyebabkan retardasi mental.

d. Faktor Perinatal
Beberapa bukti menunjukkan bahwa bayi premature dan bayi dengan
berat badan lahir rendah berada dalam resiko tinggi mengalami gangguan
neurologis dan intelektual yang bermanifestasi selama tahun-tahun
sekolahnya.Bayi yang menderita pendarahan intrakranial atau tanda-tanda
iskemia serebral terutama rentan terhadap kelainan kognitif. Derajat gangguan
perkembangan saraf biasanya berhubungan dengan beratnya perdarahan
intrakranial.1

e. Gangguan Didapat Pada Masa Anak-anak


Kadang-kadang status perkembangan seorang anak dapat berubah secara
dramatik akibat penyakit atau trauma fisik tertentu.Secara retrospektif, kadang-
kadang sulit untuk memastikan gambaran kemajuan perkembangan anak secara
lengkap sebelum terjadinya gangguan, tetapi efek merugikan pada
perkembangan atau keterampilan anak tampak setelah gangguan. Beberapa
penyebab yang didapat pada masa anak-anak antara lain :1
Infeksi
Infeksi yang paling serius mempengaruhi interitas serebral adalah
ensefalitis dan meningitis.
Trauma kepala
Penyebab cedera kepala yang terkenal pada anak-anak yag
menyebabkan kecacatan mental, termasuk kejang, adalah kecelakaan
kendaraan bermotor. Tetapi, lebih banyak cedera kepala yang disebabkan
oleh kecelakaan di rumah tangga, seperti terjatuh dari tangga. Penyiksaan
anak juga suatu penyebab cedera kepala.
Masalah lain
Cedera otak dari henti jantung selama anesthesia jarang terjadi.Satu
penyebab cedera otak lengkap atau parsial adalah afiksia yang berhubugan
dengan nyaris tenggelam.Pemaparan jangka panjang dengan timbal adalah
penyebab gangguan kecerdasan dan keterampilan belajar. Tumor intracranial
dengan berbagai jenis dan asal, pembedahan, dan kemoterapi juga dapat
merugikan fungsi otak

f. Faktor Lingkungan dan Sosiokultural


Suatu bentuk retardasi mental dipengaruhi oleh lingkungan dengan
sosioekonomi rendah. Faktor-faktor psikososial, seperti lingkungan rumah atau
sosial yang miskin, yaitu yang memberi stimulasi intelektual, penelantaran atau
kekerasan dari orang tua, dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi
dalam perkembangan retardasi mental pada anak-anak.3 TIdak ada penyebab
biologis yang telah dikenali pada kasus tersebut.
Anak-anak dalam keluarga yag miskin dan kekurangan secara
sosiokultural adalah sasaran dari kondisi merugikan perkembangan dan secara
potensial patogenik. Lingkungan prenatal diganggu oleh perawatan medis yang
buruk dan gizi maternal yang buruk.Kehamilan remaja sering disertai dengan
penyulit obstetric, prematuritas, dan berat badan lahir rendah.Perawatan medis
setelah kelahiran buruk, malnutrisi, pemaparan dengan zat toksin tertentu
seperti timbale dan trauma fisik adalah serig terjadi.Ketidakstabilan keluarga,
sering pindah, dan pengasuh yang berganti-ganti tetapi tidak adekuat sering
terjadi.Selain itu, ibu dalam keluarga tersebut sering berpendidikan rendah dan
tidak siap memberikan stimulasi yang sesuai bagi anak-anaknya.
Masalah lain yang tidak terpecahkan adalah pengaruh ganguan mental
parental yang parah. Gangguan tersebut dapat menganggu pengasuhan dan
stimulasi anak dan aspek lain dari lingkungan mereka, dengan demikian
menempatkan anak pada resiko perkembangan. Anak-anak dari orang tua
dengan gagguan mood dan skizofrenia diketahui berada dalam resiko
mengalami gangguan tersebut dan gangguan yang berhubungan. Penelitian
terakhrir menunjukkan tingginya prevalensi gangguan keterampialan motorik
dan gangguan perkembangan lainnya tetapi tidak selalu disertai retardasi
mental.1

2.1 Diagnosis
Menurut pedoman diagnostik PPDGJ III intelegensia bukan merupakan
karakteristik yang berdiri sendiri, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar
ketrampilan khusus yang berbeda. Meskipun ada kecenderungan umum bahwa semua
ketrampilan ini akan berkembang ke tingkat yang serupa pada setiap individu, tetapi
ada ketimpangan (discrepancy) yang luas, terutama pada penyandang RM. Orang
yang demikian mungkin memperlihatkan hendaya berat dalam satu bidang tertentu
(misalnya bahasa) atau mungkin mempunyai suatu area ketrampilan tertentu yang
lebih tinggi (misalnya tugas visuospasial sederhana) pada RM berat. Keadaan ini
akan menimbulkan kesluitan dalam menentukan kriteria diagnostik dimana seorang
penyandang RM harus diklasifikasikan.
Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia,
termasuk temuan klinis, perilaku adaptif (yang dinilai dalam kaitan dengan latar
belakang budayanya), dan hasil tes psikometrik.
Untuk diagnosis pasti, harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang
meningkatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan
sosial biasa sehari hari.Gangguan jiwa dan fisik yang menyertai retardasi mental
mempunyai pengaruh besar pada gambaran klinis dan penggunaan dari semua
keterampilannya.Oleh karena itu kategori diagnostik yang dipilih harus berdasarkan
penilaian kemampuan global dan bukan atas suatu hendaya atau ketrampilan
khusus.Tingkat IQ yang ditetapkan hanya merupakan petunjuk dan seharusnya tidak
ditetapkan secara kaku dalam memandang keabsahan permasalahan lintas budaya.
Kriteria diagnostik untuk RM menurut DSM IV TR adalah sebagai berikut:
1. Fungsi intelektual dibawah rata rata (IQ 70 atau kurang) yang telah diperiksa
secara individual.
2. Kekurangan atau gangguan dalam perilaku adaptif (sama dengan kekurangan
individu untuk memenuhi tuntutan standar perilaku sesuai dengan usianya dari
lingkungan budayanya) dalam sedikitnya 2 hal, yaitu komunikasi, self-care,
kehidupan rumah-tangga, ketrampilan sosial/interpersonal, menggunakan sarana
komunitas, mengarahkan diri sendiri, ketrampilan akademis fungsional,
pekerjaan, waktu senggang, kesehatan dan keamanan
3. Awitan terjadi sebelum usia 18 tahun
Kode diagnostik dan derajat RM menurut DSM IV TR adalah sebagai
berikut :4
317 Retardasi mental ringan, IQ 50 55 sampai 70
318 Retardasi mental sedang, IQ 35 40 sampai 50 55
318.1 Retardasi mental berat, IQ 20 25 sampai 35 40
318.2 Retardasi mental sangat berat, IQ dibawah 20 atau 25
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan tes fungsi kecerdasan dan hasilnya
dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ. Dapat dihitung dengan :
IQ = MA/CA x 100%
MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil tes
CA = Chronological Age, umur yang didapat berdasarkan perhitungan tanggal lahir
Diagnosis retardasi mental dapat dibuat setelah riwayat penyakit, pemeriksaan
intelektual yang baku, dan pengukuran fungsi adaptif menyatakan bahwa perilaku
anak sekarang adalah secara bermakna di bawah tingkat yang diharapakan. Diagnosis
sendiri tidak menyebutkan penyebab ataupun prognosisnya. Suatu riwayat psikiatrik
adalah berguna untuk mendapatkan gambaran longitudinal perkembangan fungsi
anak, dan pemeriksaan stigma fisik, kelainan neurologis, dan tes laboratorium dapat
digunakan untuk memastikan penyebab dan prognosis.1
a. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit paling sering didapatkan dari orang tua atau pengasuh,
dengan perhatian khusus pada kehamilan ibu, persalinan, dan kelahiran.Terdapat
riwayat keluarga retardasi mental, hubungan darah pada orangtua, dan gangguan
herediter. Juga dapat menilai latar belakang sosiokultural pasien, iklim emosional
di rumah, dan fungsi intelektual pasien.1
b. Wawancara Psikiatrik
Dua faktor yang sangat penting saat jika mewawancarai pasien adalah
sikap pewawancara dan cara berkomunikasi dengan pasien. Kemampuan verbal
pasien, termasuk bahasa reseptif dan ekspresif, harus dinilai sesegera mungkin
dengan mengobservasi komunikasi verbal dan nonverbal antara pengasuh dan
pasien dan dari riwayat penyakit.Sangat membantu jika memeriksa pasien dan
pengasuhnya bersama-sama.Jika pasien menggunakan bahasa isyarat, pengasuh
dapat sebagai penerjemah.
Orang terertardasi mengalami kegagalan seumur hidup dalam berbagai
bidang, dan mereka mungkin mengalami kecemasan sebelum menjumpai
pewawancara. Pewawancara dan pengasuh harus berusaha untuk memberikan
pasien suatu penjelasan yang jelas, suportif, dan konkret tentang proses
diagnostik, terutama pasein dengan bahasa reseptif yang memadai. Dukungan
dan pujian harus diberikan dalam bahasa yang sesuai dengan usia dan pengertian
pasien.
Pengendalian pasien terhadap pola motilitas harus dipastikan, dan bukti
klinis adanya distraktibilitas dan distorsi dalam persepsi dan daya ingat harus
diperiksa.Pemakaian bahasa, tes realitas, dan kemampuan menggali dan
pengalaman penting untuk dicatat.Sifat dan maturitas pertahanan pasien
(menundukkan diri sendiri menggunakan penghindaran, represi, penyangkalan,
introyeksi, da isolasi) harus diamati.Potensi sublimasi, toleransi frustasi, dan
pengendalian impuls (terutama terhadap dorongan motorik, agresif, dan seksual)
harus dinilai.Juga penting adalah citra diri dan peranannya dalam perkembangan
keyakinan diri, dan juga penilaian keuletan, ketetapan hati, keingintahuan, dan
kemauan menggali hal yang tidak diketahui.
Pada umumnya pemeriksaan psikiatrik pasien yang teretardasi harus
mengungkapkan bagaimana pasien mengalami stadium perkembangan.Dalam hal
kegagalan atau regresi, juga dapat mengembangkan sifat kepribadian yang
memungkinkan perencanaan logis dari penatalaksanaan dan pendekatan
pengobatan. 1
c. Pemeriksaan Fisik
Berbagai bagian tubuh memiliki karakteristik tertentu yang sering
ditemukan pada orang retardasi mental dan memiliki penyebab prenatal. Sebagai
contoh, konfigurasi dan ukuran kepala memberikan petunjuk terhadap berbagai
kondisi seperti mikrosefali, hidrosefalus, dan sindroma Down. Wajah pasien
mungkin memiliki beberapa stigmata retardasi mental yang sangat
mempermudah diagnosis. Tanda fasial tersebut adalah hipertelorisme, tulang
hidung yang datar, alis mata yang menonjol, lipatan epikantus, opasitas kornea,
perubahan retina yag letaknya rendah atau bentuknya aneh, lidah yang menonjol,
dan gangguan gigi geligi. Lingkaran kepala harus diukur sebagai bagian dari
pemeriksaan klinis. Warna dan tekstur kulit dan rambut, palatum dengan
lengkung yang tinggi, ukuran kelenjar tiroid, dan ukuran anak dan batang tubuh
dan ekstremitasnya adalah bidang lain yang digali. 1
d. Pemeriksaan Neurologis
Gangguan sensorik sering terjadi pada orang retardasi mental, sebagai
contoh sampai 10 persen orang retardasi mental mengalami gangguan
pendengaran empat kali lebih tinggi dibandingkan orang normal.Gangguan
sensorik dapat berupa gangguan pendengaran dan gangguan visual.Gangguan
pendengaran terentang dari ketulian kortikal sampai deficit pendengaran yang
ringan.Gangguan visual dapat terentang dari kebutaan sampai gangguan konsep
ruang, pengenalan rancangan, dan konsep citra tubuh.
Gangguan dalam bidang motorik dimanifestasikan oleh kelainan pada
tonus otot (spastisitas atau hipotonia), refleks (hiperefleksia), dan gerakan
involunter (koreoatetosis). Derajat kecacatan lebih kecil ditemukan dalam
kelambanan dan koordinasi yang buruk.1
e. Tes Laboratorium
Tes laboratorium yang digunakan pada kasus retardasi mental adalah
pemeriksaan urin dan darah untuk mencari gangguan metabolik.Penentuan
kariotipe dalam laboratorium genetic diindikasikan bila dicurigai adanya
gangguan kromosom.
Amniosintesis, di mana sejumlah kecil cairan amniotic diambil dari ruang
amnion secara transabdominal antara usia kehamilan 14 dan 16 minggu, telah
berguna dalam diagnosis berbagai kelainan kromosom bayi, terutama Sindroma
Down. Amniosintesis dianjukan untuk semua wanita hamil berusia di atas 35
tahun.
Pengambilan sampel vili korionik (CVS; chorionic villi sampling) adalah
teknik skrining yang baru untuk menentukan kelainan janin. Cara ini dilakukan
pada usia kehamilan 8 dan 10 minggu. Hasilnya tersedia dalam waktu singkat
(beberapa jam atau hari), dan jika kehamilan adalah abnormal, keputusan untuk
mengakhiri kehamilan dapat dilakukan dalam trimester pertama.Prosedur
memiliki resiko keguguran antara 2 dan 5 persen. 1
f. Pemeriksaan Psikologis
Tes psikologis, dilakukan oleh ahli psikologis yang berpengalaman, adalah
bagian standar dari pemeriksaan untuk retardasi mental.Pemeriksaan psikologis
dilakukan untuk menilai kemampuan perceptual, motorik, linguistik, dan
kognititf. Informasi tentang factor motivasional, emosional, dan interpersonal
juga penting.1

Klasifikasi
Menurut PPDGJ-III retardasi mental dibagi menjadi :4
F70 Retardasi Mental Ringan
Bila menggunakan tes IQ baku yang tepat, maka IQ berkisar antara 50 69
menunjukkan retardasi mental ringan.
Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai
tingkat, dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi perkembangan
kemandirian dapat menetap sampai dewasa.Walaupun mengalami keterlambatan
dalam kemampuan bahasa, tapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan bicara
untuk keperluan sehari hari.Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat
diri sendiri dan mencapai ketrampilan praktis dan ketrampilan rumah tangga,
walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal.
Kesulitan utama biassanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat
akademis dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis.
Etiologi organik hanya dapat diidentifikasikan pada sebagian kecil penderita.
Keadaan lain yang menyertai, seperti autisme, gangguan perkembangan lain, epilepsi,
gangguan tingkah laku, atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam berbagai
proporsi. Bila terdapat gangguan demikian, maka harus diberi kode diagnosis
tersendiri.
F71 Retardasi Mental Sedang
IQ biasanya berada dalam rentang 35-49.Umumnya ada profil kesenjangan dari
kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam ketrampilan
visuo-spasial daripada tugas tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan yang
lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan
sederhana.
Tingkat perkembangan bahasa bervariasi, ada yang dapat mengikuti percakapan
sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk
kebutuhan dasar mereka.
Suatu etiologi organik dapat diidentifikasikan pada kebanyakan penyandang
retardasi mental sedang.Autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif
lainnya terdapat pada sebagian kecil kasus, dan mempunyai pengaruh besar pada
gambaran klinis dan tipe penatalaksanaan yang dibutuhkan.Epilepsi, disabilitas
neurologik dan fisik juga lazim ditemukan meskipun kebanyakan penyandang
retardasi mental sedang mampu berjalan tanpa bantuan.
Kadang kadang didapatkan gangguan jiwa lain, tetapi karena tingkat
perkembangan bahasanya yang terbatas sehingga sulit menegakkan diagnosis dan
harus tergantung dari informasi yang diperoleh dari orang lain yang mengenalnya.
Setiap gangguan penyerta harus diberi kode diagnosis tersendiri.
F72 Retardasi Mental Berat
IQ biasanya berada dalam rentang 20-34. Pada umumnya mirip dengan
retardasi mental sedang dalam hal :
- Gambaranklinis
- Terdapatnyaetiologiorganik
- Kondisi yang menyertainya
- Tingkat prestasi yang rendah
- Kebanyakanpenyandangretardasi mental beratmenderitagangguanmotorik yang
mencolokataudefisit lain yang menyertainya,
menunjukkanadanyakerusakanataupenyimpanganperkembangan yang
bermaknasecaraklinisdarisusunansarafpusat.

F73 Retardasi Mental Sangat Berat


IQ biasanya dibawah 20.Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, hanya
mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana.Keterampilan
visuospasial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan mencocokkan
mungkin dapat dicapainya dan dengan pengawasan dan petunjuk yang tepat,
penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga.
Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus. Biasanya
ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang mempengaruhi mobilitas,
seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan daya dengar. Sering ada gangguan
perkembangan pervasif dalam bentuk sangat berat khususnya autisme yang tidak khas
(atypical autism) terutam pada penderita yang dapat bergerak.
F78 Retardasi Mental Lainnya
Kategori ini hanya digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena
adanya gangguan sensorik atau fisik, misalnya buta, bisu, tuli dan penderita yang
perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.
F79 Retardasi Mental YTT
Jelas terdapat retardasi mental, tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk
menggolongkannya dalam salah satu kategori tersebut diatas.

Penatalaksanaan
Retardasi mental berhubungan dengan beberapa gangguan heterogen dan
berbagai faktor psikososial. Terapi yang terbaik untuk retardasi mental adalah
pencegahan primer, sekunder, dan tersier.1
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkan perkembangan
gangguan yang disertai dengan retardasi mental. Tindakan tersebut termasuk :
Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
umum tentang retardasi mental.
Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk menjaga dan
memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang
optimal.
Eradikasi gangguan yang diketahui disertai dengan kerusakan system saraf
pusat.
Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi retardasi
mental dalam keluarga dengan riwayat gangguan genetic yang berhubungan
dengan retardasi mental.Untuk anak-anak dan ibu dengan sosioekonomi rendah,
pelayanan medis prenatal dan perinatal yang sesuai dan berbagai program
pelengakap dan bantuan pelayanan social dapat menolong menekan komplikasi
medis dan psikososial.
b. Pencegahan Sekunder dan Tersier
Jika suatu gangguan yang disertai dengan retardasi mental telah dikenali,
gangguan harus diobati untuk mempersingkat perjalanan penyakit (pencegahan
sekunder) dan untuk menekan sekuele atau kecacatan yang terjadi setelahnya
(pencegahan tersier).
Gangguan metabolik dan endokrin herediter, seperti PKU dan
hipotiroidisme, dapat diobati dalam stadium awal dengan control diet atau
dengan terapi penggantian hormone.
Anak retardasi mental seringkali memiliki kesulitan emosional dan perilaku
yang memerlukan terapi psikiatrik.Kemampuan kognitif dan sosial yang terbatas
yang dimiliki anak tersebut memerlukan modalitas terapi psikiatrik yang
dimodifikasi berdasarkan tingkat kecerdasan anak.
1) Pendidikan untuk anak
Lingkungan pendidikan untuk anak-anak dengan retardasi mental
harus termasuk program yang lengkap yang menjawab latihan keterampilan
adaptif, latihan keterampilan sosial, dan latihan kejujuran.Perhatian khusus
harus dipusatkan pada komunikasi dan usaha untuk meningkatkan kualitas
hidup.Terapi kelompok seringkali merupakan format yang berhasil dimana
anak-anak dengan retardasi mental dapat belajar dan mempraktekkan situasi
hidup nyata dan mendapatkan umpan balik yang mendukung.
2) Terapi perilaku, kognitif, dan psikodinamika
Kesulitan dalam beradaptasi di antara orang retardasi mental adalah
luas dan sangat bervariasi sehingga sejumlah intervensi sendiri atau dalam
kombinasi mungkin berguna.
Terapi perilaku telah digunakan selama bertahun-tahun untuk
membentuk dan meningkatkan perilaku sosial dan untuk mengendalikan dan
menekan perilaku agresif dan destruksi pasien.Dorongan positif untuk
perilaku yang diharapkan dan memulai hukuman (seperti mencabut hak
istimewa) untuk perilaku yang tidak diinginkan telah banyak menolong.
Terapi kognitif seperti menghilangkan keyakinan palsu dan latihan
relaksasi dengan instruksi dari diri sendiri, juga telah dianjurkan untuk
pasien retardasi mental yang mampu mengikuti instruksi pasien.
Terapi psikodinamika telah digunakan pada pasien retardasi mental
dan keluarganya untuk menurunkan konflik tentang harapan yang
menyebabkan kecemasan, kekerasan, dan depresi yang menetap.
3) Pendidikan keluarga
Satu bidang yang penting dalam pendidikan keluarga dari pasien
dengan retardasi mental adalah tentang cara meningkatkan kompetensi dan
harga diri sambil mempertahnkan harapan yang realistic untuk pasien.
Keluarga seringkali merasa sulit untuk menyeimbangkan antara mendorong
kemandirian dan memberikan lingkungan yang mengasuh dan suportif bagi
anak retardasi mental, yang kemungkinan mengalami suatu tingkat
penolakan dan kegagalan di luar konteks keluarga.
Orang tua mungkin mendapatkan manfaat dari konseling yang terus-
menerus datau terpai keluarga. Orang tua harus diberikan kesempatan untuk
mengekspresikan perasaan bersalah, putus asa, kesedihan, penyangkalan
yang terus-menerus timbul, dan kemarahan tentang gangguan dan masa
depan anak. Dokter psikiatrik harus siap untuk memberikan semua informasi
medis dasar dan terakhir tentang penyebab, terapi, dan bidang lain yang
berhubungan (seperti latihan khusus dan perbaikna defek sensorik).
4) Intervensi farmakologis
Pendekatan farmakologis dalam terpai gangguan mental komorbid
pada pasien retardasi mental adalah banyak kesamaannya seperti untuk
pasien yang tidak mengalami retardasi mental.Semakin banyak data yang
mendukung pemakaian berbagai medikasi untuk pasien dengan gangguan
mental yang tidak retardasi mental. Beberapa penelitian telah memusatkan
perhatian pada pemakaian medikasi untuk sindrom perilaku berikut ini yang
sering terjadi di antara retardasi mental:
Agresi dan perilaku melukai diri sendiri
o Beberapa bukti dari penelitian telah menyatakan bahwa lithium
(Eskalith) berguna dalam menurunkan agresi dan perilaku melukai
diri sendiri.
o Antagonis narkotik seperti naltrexone (Trexan) telah dilaporkan
menurunkan perilaku melukai diri sendiri pada pasien retardasi
mental yang juga memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan
austik infantile. Satu hipotesis yang diajukan sebagai mekanisme
kerja terapi naltrexone adalah bahwa obat mempengaruhi pelepasan
opioid endogen yang dianggap berhubungan dengan melukai diri
sendiri.
o Carbamazepine (Tegretol) dan valproic acid (Depakene) adalah
medikasi yang juga bermanfaat pada beberapa kasus perilaku
melukai diri sendiri.
Gerakan motorik stereotipik
Medikasi antipsikotik, seperti haloperidol (Haldol) dan chlorpromazine
(Thorazine), menurunkan perilaku stimulasi diri yang berulang pada
pasien retardasi mental, terapi medikasi tersebut tidak meningkatkan
perilaku adaptif.Beberapa anak dan orang dewasa (sampai sepertiga)
dengan retardasi mental menghadapi resiko tinggi mengalami tardive
dyskinesia dengan pemakaian kontinu medikasi antipsikotik.
Perilaku kemarahan eksplosif
Penhambat-, seperti propranolol dan buspirone (BuSpar), telah
dilaporkan menyebabkan penurunan kemarahan ekspolasif di antara
pasien dengan retardasi mental dan gangguan autistik.Penelitian
sistematik diperlukan sebelum obat dapat ditetapkan sebagai manjur.
Gangguan defisit atensi/hiperaktivitas
Penelitian terapi methylphenidate pada pasien retardasi mental ringan
dengan gangguan defisit atensi/hiperaktivitas telah menunjukkan
perbaikan bermakna dalam kemampuan mempertahankan perhatian dan
menyelesaikan tugas.Penelitian terapi metylphenidate tida menunjukkan
bukti adanya perbaikan jangka panjang dalam keterampilan sosial atau
belajar.

Anda mungkin juga menyukai