Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH OSEANOGRAFI KIMIA

Efek Dari Pengasaman Laut (Ocean Acidification) Terhadap Terumbu


Karang

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Studi tentang kelautan merupakan salah satu wahana untuk lebih
memperdalam ilmu lingkungan karena besarnya peran serta laut terhadap siklus
dan dinamika lingkungan hidup. Laut merupakan sumber kontribusi terbesar
dalam tata sistem hidrologi. Namun, tidak hanya sampai pada batasan itu karena
laut memiliki keunikan dibandingkan dengan sumber air lain yaitu komponen
dasar penyusun air laut berupa zat-zat kimia mikro maupun makro. Oleh karena
itu perlu suatu kajian tentang laut, komponen penyusunnya, dan pergeseran
stabilitas kelautan.
Salah satu pergeseran stabilitas kelautan yaitu akibat terjadinya pemanasan
global yang menyebabkan laut menjadi lebih asam. Hal ini sering di sebut dengan
peristiwa Ocean Acidification. Akibat yang di timbulkan dari pengasaman laut ini
berdampak bagi kehidupan laut seperti karang dan kerang untuk membentuk
cangkang yang keras yang diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka, dan
terumbu karang menyediakan rumah bagi lebih dari 25% dari semua spesies
laut. Makhluk kecil yang disebut pteropods yang terletak di dasar rantai-rantai
makanan laut juga dapat berdampak serius. Degradasi spesies ini di dasar
ekosistem laut dapat menyebabkan runtuhnya lingkungan ini dengan implikasi
menghancurkan jutaan orang di populasi manusia yang bergantung pada
mereka.
IAP juga menyatakan bahwa, jika CO2 di atmosfer mencapai 550 bagian per
sejuta (ppm) di sepanjang kenaikan yang cepat saat ini dari tingkat masa pra-
industri sebesar 280 ppm, terumbu karang di seluruh dunia terancam hancur.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Ocean Acidification ?


2. Penyebab Ocean Acidification?
3. Bagaimana mekanisme terjadinya Ocean Acidification dan dampaknya
terhadap terumbu karang ?
4. Apa dampak Ocean Acidification ?
5. Bagaimana upaya meminimalisir Ocean Assidificatio?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu Osean Acidification.


2. Mengetahui dampak Ocean Acidification pada terumbu karang
3. Menanggulangi dampak Ocean Acidification.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Ocean Acidification


Ocean acidification (Peningkatan Asam) adalah istilah yang diberikan untuk
proses turunnya kadar pH air laut yang kini tengah terjadi akibat penyerapan
karbon dioksida di atmosfer yang dihasilkan dari kegiatan manusia (seperti
penggunaan bahan bakar fosil). pH di permukaan laut diperkirakan turun dari
8,25 menjadi 8,14 dari tahun 1751 hingga 2004 (Kambey, 2013).

Proyeksi Perubahan Pengasaman Lautan pada Tahun 2099


Air laut bersifat sedikit basa dengan derajat keasaman (pH) sekitar 8,2 di
dekat permukaan air laut. sejauh ini sejumlah emisi karbon dioksida yang terlarut
dalam lautan menurunkan pH air laut sekitar 0,1 (berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh National Research Council). Penurunan pH 0,1 berarti air menjadi
30 persen lebih asam dari kondisi sebelumnya. Jika karbon dioksida terakumulasi
secara terus-menerus, diperkirakan tingkat keasaman laut akan turun menjadi
7,8 pada tahun 2100. Pada saat itu air akan menjadi 150 persen lebih asam
dibandingkan pada tahun 1800. Tidak ada negosiasi dalam perjanjian
pembahasan khusus efek penyerapan karbon di lautan, di mana hasil studi
menunjukkan absorbsi karbon adalah kunci yang merusak makhluk berkerangka
keras di lautan (Sunarsih, 2013).

2.2 Penyebab Ocean Acidification


Menurut Mahardika (2012), pemanasan global atau biasa disebut global
warming merupakan suatu fenomena yang terjadi sejak ditemukannya mesin
uap oleh James Watt sehingga menyulut sebuah revolusi besar di Inggris, yaitu
Revolusi Industri. Secara singkat pemanasan global dapat diartikan sebagai
fenomena meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat gas rumah kaca
yang terus terakumulasi di atmosfer.
Pada tahun 1990-an tim ilmuan internasional melakukan proyek penelitian
dengan mengumpulkan dan menganalisis lebih dari 77.000 sampel air laut dari
berbagai kedalaman dan lokasi di seluruh dunia yang memakan waktu 15 tahun.
Dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa laut menyerap lebih dari 1/3
karbon dioksida yang ada di udara. Peneliti juga mengestimasikan bahwa sekitar
1 juta ton karbon dioksida diserap oleh laut tiap jamnya. Peter Brewer, ilmuwan
senior di Institut Riset Air Monterey Bay (inilah.com) mengungkapkan bahwa
"Total jumlah karbon dioksida yang telah dimasukkan ke dalam lautan saat ini
adalah sekitar 530 miliar ton"(Awaluddin, 2014).
Ini merupakan berita baik bagi kita yang berada di daratan; artinya lautan
membantu mengurangi emisi rumah kaca yang begitu banyak sehingga
membantu menurunkan laju pemanasan global. Tapi bagi organisme laut, ini
merupakan malapetaka, terutama bagi organisme kunci di lautan seperti karang
dan pteropods (hewan bercangkang) karena kedua organisme ini merupakan
bagian dari rantai makanan.

2.3 Mekanisme terjadinya Ocean Acidification dan dampaknya terhadap


terumbu karang
Menurut Sahabuddin (2015), kontributor terbesar pemanasan global saat ini
adalah karbon dioksida(CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan
peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen
Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin
ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai
penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang
mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer.
Menurut Mahardika (2013), global warming dan pengasaman laut mempunyai
hubungan yang sangat erat, dapat diibaratkan seperti ini global warning
membawa malapetaka di daratan, dan asidifikasi (pengasaman laut) membawa
malapetaka bagi spesies laut. Global warming juga berkontribusi terhadap
meningkatnya permukaan air laut dan suhu rata-rata air laut.
Karbon dioksida (CO2) merupakan sumber utama yang menyebabkan laut
kian asam. Oksida asam yang satu ini dapat berasal dari berbagai aktifitas,
diantaranya hasil buangan industri, peternakan, kendaraan, pembukaan lahan;
dapat dikatakan bahwa sesuatu yang sifatnya menghasilkan energi sepertinya
menghasilkan gas ini. Bahkan manusia juga menyuplai CO2 melalui proses
pernafasan (Kambey, 2013)
Menurut Sunarsih (2013), peningkatan suhu permukaan laut menyebabkan
daya larut (solubilitas)nya semakin berkurang. Dalam prosesnya, apabila tekanan
parsial gas karbon dioksida di atmosfer lebih tinggi dari tekanan di dalam air laut,
maka laut akan menyerap karbon. Artinya, bila suhu permukaan laut lebih
rendah dari atmosfer (konsentrasi gas CO2 lebih besar/jenuh di atmosfer, maka
pergerakan CO2 adalah dari atmosfer menuju laut. Sebaliknya, laut akan melepas
karbon bila tekanan parsial (tekanan yang diberikan oleh komponen-komponen
gas dalam campuran gas) gas karbon dioksida di dalam air laut lebih tinggi dari
tekanan di atmosfer.
Karbon dioksida (CO2) masuk dari atmosfer ke lautan melalui bubble (media
penghubung pertukaran gas-gas antara laut dan atmosfer). Bubble ialah
gelembung-gelembung air yang terbentuk akibat deburan ombak. Banyak
sedikitnya gelembung-gelembung dipengaruhi oleh kecepatan angin. Hal inilah
yang membuat kecepatan angin berpengaruh terhadap interaksi pertukaran CO 2
antara laut dan atmosfer. Kelarutan CO2 di laut dipengaruhi oleh suhu
permukaan air laut dan salinitasnya. Kecepatan pertukaran gas antara lautan
degan atmosfer dipengaruhi oleh suhu permukaan laut dan kecepatan angin
(Awaluddin, 2014).
Menurut Sunarsih (2013), Karbon dioksida (CO2) yang diserap oleh lautan
dapat menjadi asam ketika bereaksi dengan air (H2O) sehingga disebut oksida
asam. Reaksi tersebut menghasilkan senyawa asam karbonat (H2CO3) yang
merupakan asam lemah.
CO2(g) + H2O(l) > H2CO3(aq)
Seperti semua asam, asam karbonat kemudian melepaskan ion hidrogen (H+)
ke dalam lautan (spesi yang mengindikasikan larutan bersifat asam menurut teori
Asam Basa Arrhenius).
H2CO3(aq) <> H+(aq) + HCO3-(aq)
Keasaman air laut ditentukan oleh konsentrasi ion hidrogen. Oleh karena itu,
peningkatan ion hidrogen dari penyerapan karbon dioksida menurunkan pH laut
dan meningkatkan keasamannya. Selain melepaskan ion hidrogen, asam
karbonat juga membentuk ion bikarbonat (HCO3-).
Karbonat dan ion bikarbonat sebenarnya berada dalam kesetimbangan satu
sama lainnya. Namun saat CO2 berlebih memasuki lautan, maka akan
menghasilkan banyak ion bikarbonat sehingga terjadi pergeseran kesetimbangan
pada ion karbonat. Proses ini menghabiskan jumlah ion karbonat yang tersedia
bagi kehidupan laut.
Air laut menjadi kekurangan persediaan karbonat akibat pembentukan ion
bikarbonat. Padahal ion karbonat merupakan zat yang digunakan oleh puluhan
ribu spesies hewan laut untuk membentuk cangkang dan tulang (kerangka) serta
karang. Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut menjadi korosif dan
melarutkan cangkang, melemahkan pertumbuhan hewan laut dan terumbu
karang beserta jutaan spesies yang bergantung padanya.
Menurut Kambey (2013), Reaksi pembentukan karang dan cangkang adalah
sebagai berikut :

Ca2+ +CO32- > CaCO3 (kalsium karbonat/ zat kapur)


Jika suplai karbonat berkurang, maka karang harus mengeluarkan energi yang
lebih banyak untuk mengumpulkan ion tersebut. Bahkan bukan hanya
melemahkan pertumbuhan karang, jika keasaman laut cukup tinggi, air laut akan
menjadi korosif , dan melarutkan cangkang.
Terumbu karang begitu rentan untuk mengalami kerusakan bahkan
kematian. Dengan banyaknya karbon dioksida, peningkatan penyerapan karbon
dioksida oleh lautan terutama di laut Indonesia tidak dapat dihindarkan lagi.
inilah yang meyebabkan pengasaman laut semakin menjadi dan merusak
ekosistem terumbu karang di lautan nusantara.

2.4 Dampak Ocean Acidification


Menurut Awaluddin (2014), pengasaman laut, tidak dapat disangkal lagi,
adalah bencana lingkungan yang secara diam-diam dapat menghancurkan
ekosistem laut dan mengancam produktivitas perikanan. Berikut dampak yang
dapat ditimbulkan akibat Pengasaman Laut:

Jika keasaman lautan cukup tinggi, air laut menjadi korosif dan
melarutkan cangkang, melemahkan pertumbuhan hewan laut dan
terumbu karang beserta jutaan spesies hewan laut yang bergantung
kepadanya. Pada akhirnya bencana Pengasaman Laut yang dahsyat ini
akan memusnahkan mereka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
karang-karangan (Gattuso et al., 1998), alga coccolithophore (Riebesell et
al., 2000) dan pteropods (Orr et al., 2005) akan mengalami pengurangan
kalsifikasi atau peningkatan pemutusan (maksudnya dissolution) ketika
terpapar oleh naiknya kadar CO2.
Pteropoda Limacina helicina yang memegang peranan penting dalam
rantai makanan dan fungsi ekosistem Laut Artik, dan cangkangnya yang
mengandung kalsium karbonat merupakan pelindung yang penting bagi
hewan ini. Namun, studi yang dilakukan LOV (Laboratorium
dOcanographie at Villefranche) menunjukkan bahwa pertumbuhan
cangkang hewan ini diprediksi akan melambat hingga 30% dan pada
karang yang hidup pada daerah dingin, Lophelia pertusa --pteropod
lainnya-- pertumbuhannya akan melambat hingga 50%. Terumbu karang
tropis dibangun oleh sejumlah besar spesies sedangkan pada daerah
dingin dibangun oleh satu atau dua spesies namun menyediakan banyak
tempat bagi banyak spesies lain. Penurunan pertumbuhan karang akibat
pengasaman karang ini akan mengancam struktur biologis tersebut.
Tingkat keasaman yang tinggi juga menggangu pendengaran beberapa
spesies laut sehingga sulit baginya untuk mendapatkan makanan maupun
menghindari predator.
Pengasaman Laut mengganggu efektifitas organisme laut dalam
bereproduksi
Pengasaman dapat mengganggu indra penciuman spesies laut salah
satunya ikan giru berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti
Australia
Pengasaman Laut juga memberikan dampak komersial yaitu mengancam
sumber makanan bagi ratusan juta orang dan industri perikanan,
pariwisata serta penangkapan ikan yang telah menampung lebih dari 38
juta orang secara langsung dan sekitar 162 juta orang yang bergantung
secara tidak langsung

2.5 Upaya Meminimalisir Ocean Acidification

Menurut Awaluddin (2014), Pemangkasan emisi CO2 merupakan satu-


satunya cara yang dapat dilakukan untuk memperlambat efek Ocean
Acidification dengan mengurangi aktivitas yang bisa menghasilkan gas CO2. Tidak
mungkin untuk menaikan derajat keasaman laut dengan cara menetralkannya
seperti teori netralisasi asam basa. Karena butuh berton-ton basa yang harus
dilarutkan untuk mencapai pH sedikit basa yang memungkinkan organisme untuk
hidup lebih baik.

BAB III
KESIMPULAN

1. Peningkatan emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida merupakan


penyebab utama pengasaman laut.
2. Pengasaman laut terjadi akibat penyerapan karbon dioksida yang semakin
meningkat sehingga menaikkan konsentrasi ion H+ di laut.
3. Pengasaman laut menyebabkan kerusakan terumbu karang karena ion
bikarbonat yang jenuh menghambat pembentukan karang dengan
mengurangi ion karbonat (CO32-).
4. Upaya yang harus dilakukan untuk membenahi kerusakan ini ialah dengan
pengurangan emisi gas rumah kaca (khususnya karbon dioksida) dan
konservasi terumbu karang terhadap terumbu karang yang terlanjur
mengalami kerusakan.

DAFTAR PUSTAKA

Awaluddin.2014. Pengaruh Derajat Keasaman (Ph) Air Laut Terhadap Konsentrasi


Kalsium Dan Laju Pertumbuhan Halimeda Sp.UNHAS.Makassar

Kambey, Alex.2013. The Growth of Hard Coral (Acropora sp.) Transplants in Coral
Reef of Malalayang Waters, North Sulawesi, Indonesia. Universitas Sam
Ratulangi.Manado

Mahardika,2012.Laut Makin Asam.ILMU HAYAT.Jakarta

Sahabuddin.2015. Peningkatan Konsentrasi Karbondioksida dan Suhu Terhadap


Pertumbuhan dan Histopatologi Makroalga Tropik Halimeda Sp.
.UNHAS. Makkassar
Sunarsih.2013. Pengaruh Pengasaman Pada Spesiasi Cu(Ii) Dalam Sistem Asam
Humat-Air.UGM.Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai