Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Waham merupakan salah satu gangguan orientasi realitas. Gangguan orientasi realitas
adalah ketidakmampuan klien menilai dan berespons pada realitas. Klien tidak dapat
membedakan rangsangan internal dan eksternal, tidak dapat membedakan lamunan dan
kenyataan. Klien tidak mampu memberi respons secara akurat, sehingga tampak perilaku
yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
Gangguan orientasi realitas disebabkan oleh fungsi otak yang terganggu yaitu fungsi
kognitif dan isi fikir; fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial.
Gangguan pada fungsi kognitif dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik
terganggu. Gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial mengakibatkan kemampuan
berespons terganggu yang tampak dari perilaku non verbal (ekspresi muka, gerakan tubuh)
dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Oleh karena gangguan orientasi realitas
terkait dengan fungsi otak maka gangguan atau respons yang timbul disebut pula respons
neurobiologik.
Perilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan lingkungan
yang ditandai denganperasaan tidak percaya dan ragu-ragu. Perilaku tersebut tampak jelas
saat individu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Megetahui apa definisi dari waham curiga ?
2. Mengetahui apa saja faktor penyebab dari waham curiga ?
3. Mengetahui apa saja tanda dan gejala dari waham curiga ?
4. Mengetahui apa saja kalsifikasi dari waham curiga ?
5. Mengetahui apa saja strategi keperawatan dari waham curiga ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi waham curiga.
2. Mengetahui faktor penyebab waham curiga.
3. Mengetahui tanda dan gejala waham curiga.
4. Mengetahui klasifikasi waham curiga.
5. Mengetahui strategi keperawatan

1
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
klien (Aziz R, 2003).
Waham curiga adalah suatu yaitu keyakinan bahwa orang lain atau lingkungan
memusuhi atau mencurigai dirinya. Misalnya merasa ada orang yang ingin
membunuhnya, memata-matai, atau membicarakan kejelekannya.
2.2 Faktor penyebab
2.2.1 Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya waham yang dijelaskan oleh
Towsend 1998 adalah :
a. Teori Biologis
Teori biologi terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
waham:
Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam
perkembangan suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki
anggota keluarga dengan kelainan yang sama (orang tua, saudara
kandung, sanak saudara lain).
Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan
sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan
memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak
dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
b. Teori Biokimia
Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin
neurotransmiter yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan
aktivitas yang berlebihan dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya
diobservasi pada psikosis.

2
c. Teori Psikososial
Teori sistem keluarga Bawen dalam Towsend (1998 : 147)
menggambarkan perkembangan skizofrenia sebagai suatu
perkembangan disfungsi keluarga. Konflik diantara suami istri
mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu
kondsi yang lebih stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan
yang saling mempengaruhi yang berkembang antara orang tua dan
anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan diri kepada
orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana
dimasa ini anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan
dewasanya.
Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami
psikosis akan menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh
akan kecemasan. Anak menerima pesan-pesan yang membingungkan
dan penuh konflik dari orang tua dan tidak mampu membentuk rasa
percaya terhadap orang lain.
Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari
suatu ego yang lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu
hubungan saling mempengaruhi antara orang tua, anak. Karena ego
menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan ego pada
waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan
perilakunya sering kali merupakan penampilan dan segmen id dalam
kepribadian.
2.2.2 Faktor Presipitasi
a. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif
termasuk gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur
perubahan isi informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi rangsangan. Pada pasien dengan waham, pemeriksa MRI
menunjukkan bahwa derajat lobus temporal tidak simetris. Akan tetapi
perbedaan ini sangat kecil, sehingga terjadinya waham kemungkinan

3
melibatkan komponen degeneratif dari neuron. Waham somatic terjadi
kemungkinan karena disebabkan adanya gangguan sensori pada sistem saraf
atau kesalahan penafsiran dari input sensori karena terjadi sedikit perubahan
pada saraf kortikal akibat penuaan (Boyd, 2005 dalam Purba dkk, 2008).
b. Stres Lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang
berinterasksi dengan sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan prilaku.
c. Pemicu Gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu,
seperti : gizi buruk, kurang tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau
lingkungan yang penuh kritik, masalah perumahan, kelainan terhadap
penampilan, stres gangguan dalam berhubungan interpersonal, kesepain,
tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.
d. Sumber Koping
Ada beberapa sumber koping individu yang harus dikaji yang dapat
berpengaruh terhadap gangguan otak dan prilaku kekuatan dalam sumber
koping dapat meliputi seperti : modal intelegensi atau kreativitas yang tinggi.
Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anaknya, dewasa muda tentang
keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dan
pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit,
finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga dan kemampuan untuk
memberikan dukungan secara berkesinambungan.
2.3 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala menurut Purba, 2008 yaitu :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
kenyataan
Klien tampak tidak mempunyai orang lain
Curiga
Bermusuhan
Merusak (diri, orang lain, lingkungan)

4
Takut, sangat waspada
Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
Ekspresi wajah tegang
Mudah tersinggung

2.4 Klasifikasi Waham (Wiramihardja, 2007) :


Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat
supranatural
Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh
Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa
Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dengan
orang lain
Siar pikir: percaya bahwa pikirannya disiarkan ke dunia luar
Sisip pikir: percaya ada pikiran orang lain yang masuk dalam pikirannya
Kontrol pikir: merasa perilakunya dikendalikan oleh pikiran orang lain

2.5 Strategi Pelaksanaan


Masalah : Perubahan proses pikir: waham curiga
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Klien mengatakan ia curiga kepada keluarganya kalau keluarganya iri kepadanya
karena ia seorang pengusaha sukses . Klien mengatakan ia curiga kepada
keluarganya dan menganggap keluarga ingin membunuhnya.
2. Diagnosis keperawatan
Perubahan proses pikir: waham curiga.
3. Tujuan khusus/ SP1
Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai berikut.
a. Ekspresi wajah bersahabat.
b. Menunjukkan rasa senang.
c. Bersedia berjabat tangan.
d. Bersedia menyebutkan nama.
e. Ada kontak mata.
f. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat.

5
g. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
h. Klien mampu berorientasi kepada realitas secara bertahap.
4. Tindakan keperawatan.
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.
b. Perkenalkan diri dengan sopan.
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
d. Jelaskan tujuan pertemuan.
e. Jujur dan menepati janji.
f. Tunjukkan sifat empati dan menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian pada klien khususnya pada kebutuhan dasar klien.
Identifikasi kebutuhan klien.
Bicara pada konteks realita (tidak mendukung atau membantah waham klien).
Latih klien untuk memenuhi kebutuhannya.
Masukkan dalam jadwal harian klien.
B. Strategi komunikasi dan pelaksanaan SP 1
1. Orientasi
Salam terapeutik
Assalamualaikum perkenalkan nama saya Iqbal dan teman saya Roni . Saya
perawat yang dinas pagi ini diruang ini . Saya dinas dari pukul 07.00 14.00. saya
akan merawat Ibu hari ini. Nama ibu siapa? Senang dipanggil apa?
Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan Ibu S hari ini? Tidurnya semalam nyenyak tidak?
Sekarang masih ada keluhan tidak? Ada rasa pusing tidak?
Kontrak
Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang ibu rasakan sekarang? Berapa
lama ibu kita mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit? Dimana
sebaiknya kita berbincang-bincang?

6
2. Kerja
Saya mengerti ibu S merasa jika keluarga tidak menyukai ibu tapi sulit
bagi saya untuk mempercayainya karena ibu mertua bu S sudah tidak ada lagi.
Bisa kita lanjutkan pembicaraan yang terputus tadi ? Tampaknya ibu kelihatan
sedih, bisa ibu ceritakan apa yang membuat ibu sedih? Oh jadi ibu merasa bahwa
barang-barang ibu dicuri oleh suami dan ibu mertua. Biasanya pada pukul berapa
barang-barang ibu hilang? Jadi biasanya barang ibu hilang pada pukul 11.00
siang. Lalu suami ibu bekerja pada pukul berapa? Oh, jadi suami ibu bekerja pada
pukul 08.00-17.00 wib. Jadi setiap hari dari pukul 08.00 17.00 suami berada
dimana? Iya bu suami ibu pada pukul 11.00 berarti tidak dirumah ya. Ibu hobinya
apa selama dirumah? O jadi ibu suka memasak. Karena Ibu E suka memasak mari
kita masukan ke jadwal kegiatan sehari-hari.
3. Terminasi
Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap?
Evaluasi objektif
Jadi apa saja yang kita bicarakan tadi bu? Bisakah ibu ulangi lagi yang kita
bicarakan tadi
Rencana tindak lanjut
setelah kita berbincang-bincang tadi, bagaimana kalau nanti 2 jam lagi saya
datang untuk bercakap-cakap tentang potensi atau kemampuan lain
yang ibu miliki?
Kontrak yang akan datang
a. Topic
Bagaimana kalau nanti kita ngobrol tentang potensi atau kemampuan
yang ibu miliki. Selanjutnya kita pilih mana yang bisa kita lakukan
disini, ibu setuju?
b. Waktu
Kira-kira nanti kita bertemu jam berapa? Bagaimanakalau jam 13.00
wib saja? Sampai ketemu nanti ya.
c. Tempat
Bagaimana kalau ditempat biasa kita ngobrolnya?

7
C. Strategi komunikasi dan pelaksanaan SP 2
1. Orientasi
Assalmualaikum ibu E, sesuai dengan janji saya tadi sekarang saya datang lagi.
Apakah ibu sudah mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran ibu? Bagaimana
kalau kita bicarakan tentang hobi tersebut sekarang? Dimana enaknya kita
berbincang-bincang tentang hobi tersebut? Berapa lama kita mau berbincang-bincang
tentang hal tersebut?

2. Kerja
Apa saja hobi ibu E ? Wah... rupanya ibu E pandai memasak ya, tidak semua
orang bisa seperti itu loh bu. Bisa ibu E ceritakan kepada saya kapan pertama
kali ibu belajar memasak, siapa dulu yang mengajarkannya kepada ibu, dimana?
Bisa ibu masakan kepada saya? Wah...enak sekali ya bu.Bagaimana kalau
sekarang ibu meneruskan kemampuan seudati tersebut. Coba kita buat jadwal untuk
kemampuan ibu E ini ya,berapa kali sehari/seminggu ibu mau memasak? Apa
yang ibu E harapakan dari kemampuan memasak ini? Ada tidak hobi atau
kemampuan selain memasak?
3. Kerja
Apa saja hobi ibu E ? Wah... rupanya ibu E pandai memasak ya, tidak semua
orang bisa seperti itu loh bu. Bisa ibu E ceritakan kepada saya kapan pertama
kali ibu belajar memasak, siapa dulu yang mengajarkannya kepada ibu, dimana?
Bisa ibu masakan kepada saya? Wah...enak sekali ya bu. Bagaimana kalau
sekarang ibu meneruskan kemampuan seudati tersebut. Coba kita buat jadwal untuk
kemampuan ibu E ini ya,berapa kali sehari/seminggu ibu mau memasak? Apa
yang ibu E harapakan dari kemampuan memasak ini? Ada tidak hobi atau
kemampuan selain memasak?
4. Terminasi
Bagaimana perasaan ibu E setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan
kemampuan ibu E? Setelah ini coba ibu E mulai latihan menari seudati sesuai dengan
jadwal yang telah kita buat ya dan coba ibu E ingat-ingat apa saja obat yang selama
ini ibu E minum. Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi ibu E ya? Bagaimana
kalau waktunya seperti sekarang ini saja, setuju? Nanti kita akan membicarakan
tentang obat yang harus ibu E minum,setuju?

8
D. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan SP 3
1. Orientasi
Assalamualikum ibu E, sesuai dengan janji saya dua hari yang lalu,sekarang
saya datang lagi. Bagaimana ibu E sudah ingat apa saja obat yang selama ini ibu
E minum? Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang obat yang ibu E minum? Di mana kita mau berbicara? Berapa
lama ibu E mau kita berbicara?

2. Kerja
ibu E perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang,dan tidurnya juga
tenang. Obatnya ada tiga macam ibu E, yang warnanya orenye namanya CPZ, yang
putih ini namanya THP, dan yang merah jambu ini namanya HLP. semuanya
ini harus ibu E minum 3 kali sehari,setiap jam 7 pagi, dan 7 malam. Bila nanti setelah
minum obat mulut ibu E terasa kering,untuk mengatasinya ibu E bisa negisap-isap es
batu. Bila terasa mata berkunang-kunang, ibu E setidaknya istirahat dan jangan
beraktivitas dulu. Sebelum minum obat ini, ibu E lihat dulu label di kontak
obat. Apakah benar nama ibu Etertulis di sana, berapa dosis yang harus diminum,jam
berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar. ibu
E, obat-obat ini harus di minum secara teratur dan kemungkinan besar harus ibu
E minum dalam watu yang lama.Sebaiknya ibu E tidak menghentikan sendiri obat
yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.
3. Terminasi
Bagaimana perasaan ibu E setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang ibu
E minum? Setelah ini coba ibu E minum obat sesuai dengan yang saya ajarkan tadi.
Dua hari lagi saya akan kembali mengunjungi ibu E ya? Nanti saya akan bicara
dengan suami ibu E. (dengan suami)
Bagaimana pak,bisa kita ketemu dua hari lagi untuk membicarakan cara merawat ibu
E di rumah? Bagaiman kalau waktunya seperti sekarang ini saja, Bapak setuju?

9
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perilaku curiga merupakan gangguan berhubungan dengan orang lain dan
lingkungan yang ditandai denganperasaan tidak percaya dan ragu-ragu. Perilaku
tersebut tampak jelas saat individu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan .
Apabila masalah curiga tidak diatasi, maka akan menimbulkan maslah-
masalah lain seperti : menarik diri, kurang minat dalam kebersihan diri yang dapat
menyebabkan penampilan diri kurang adekuat. Dapat juga menyebabkan
pengungkapan marah yang tidak konstruktif, sehingga dapat melukai diri sendiri dan
orang lain. Kelompok juga sulit menemukan literatur yang membahas tentang
perilaku curiga.
masalah curiga, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a) Membina hubungan saling percaya merupakan kunci hubungan perawat - klien
yang terapeutik. Berbicara dengan jelas, tidak berhenti bicara saat klien datang,
tidak mendebat.
b) Support sistem keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku klien curiga.
c) Terapi akitifitas kelompok : sosialisasi dan gerak merupakan bentuk terapi
kelompok yang dapat membantu menyelesaikan masalah curiga dan menarik diri.
d) Cara mengungkapkan marah yang kostruktif sangat diperlukan pada klien curiga.
3.2 Saran
Dari kesimpulan di atas dapat kami memberikan beberapa saran sebagai berikut :
a) Sebaiknya perawat banyak berlatih cara membina hubungan saling percaya.
b) Lebih banyak melibatkan keluarga dalam mengatasi perilaku klien melalui
kunjungan rumah, menganjurkan keluarga untuk lebih sering menengok klien.
c) Terapi aktifitas kelompok (TAK) hendaknya dilakukan secara rutin dan teratur
karena merupakan suatu terapi yang dapat mempercepat proses penyembuhan.
(dapat mengurangi perasaan curiga).
d) Klien dengan curiga hendaknya diajarkan cara-cara marah yang konstruktif,
agar tidak membahayakan diri sendiri, orang lain atau lingkungan

10
Daftar Pustaka

Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta : EGC

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : RSJD Dr.
Amino Gunohutomo

Purba, dkk, ( 2008 ). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah. Psikososial dan
Gangguan jiwa. Medan : USU Press

Wiramihardja, Sutardjo. 2007. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung : PT. Refika. Aditama

11

Anda mungkin juga menyukai