Fungisida berasal dari kata fungus yang berarti jamur, dan sida yang berarti racun. Sehingga pengertian fungisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan jamur penyebab penyakit. Fungisida dapat berbentuk tepung, cair, gas, butiran, dan serbuk. Secara umum, kegunaan fungisida yaitu untuk mengendalikan penyakit atau patogen pada tanaman yang disebabkan oleh jamur atau cendawan. Penggunaan fungisida dapat diberikan melalui injeksi pada batang, semprotan cairan secara langsung, dan dalam bentuk fumigan (fumigasi). Fungisida ada yang terbuat dari bahan alami, dan ada yang terbuat dari bahan sintetis. Fungisida alami atau fungisida organik terbentuk dari bahan-bahan alami seperti kulit randu, minyak rosemary, minyak cengkeh, minyak pohon teh, dan lain-lain. Sedangkan fungisida sintetis dibentuk dari bahan-bahan kimia tertentu. Berdasarkan bahan pembentuknya, fungisida alami lebih aman digunakan karena menggunakan bahan-bahan organik. Kebanyakan fungisida berbahan dasar sulfur dalam konsentrasi yang rendah antara 0.08 sampai 0.5% (jika dalam bentuk cair) hingga 90% (dalam wujud bubuk). Berdasarkan sifatnya, fungisida diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu fungisida selektif dan non selektif. Fungisida selektif digunakan untuk membunuh jamur tertentu namun tidak menyakiti jamur lainnya, contohnya yaitu fungisida sulfur, tembaga, quinon, heterosiklik. Sedangkan fungisida non selektif berguna untuk menghambat sintesis sterol, serta fungsi sistemik lainnya, contohnya yaitu fungisida hidrokarbon aromatik, anti- oomycota, oxathiin, organofosfat (Hriday Chaube, V.S. Pundhir, 2006). Sedangkan berdasarkan cara kerjanya fungisida dikategorikan menjadi fungisida kontak, translaminar, dan sistemik. Fungisida kontak hanya bekerja pada bagian yang tersemprot. Sedangkan fungisida translaminar bekerja dengan cara mengalir dari bagian yang disemprot ke bagian yang tidak disemprot. Fungisida sistemik bekerja dengan cara diserap oleh tumbuhan dan didistribusikan melalui sistem pembuluh tanaman. Berdasarkan fungsi kerjanya, fungisida dibagi menjadi tiga yaitu fungisida, fungistatik, dan genestatik. Fungisida dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan jamur atau cendawan. Fungistatik berfungsi hanya untuk menghambat pertumbuhan jamur atau cendawan. Sedangkan organostatik berfungsi untuk mencegah terjadinya sporulasi. Residu fungisida telah ditemukan pada makanan manusia. Hal ini dikarenakan pemberian fungisida pada pasca panen guna memperpanjang usia simpan hasil pertanian. Fungisida seperti vinclozolin diketahui sangat berbahaya dan saat ini telah dilarang penggunaannya. Sejumlah fungisida pun telah diatur penggunaannya.
2.2 Sifat Fungisida
Secara umum sifat fisik fungisida yaitu: Berbentuk cair, gas atau padat Sedangkan sifat kimia fisik secara spesifik berbeda-beda tergantung dari jenis fungisidanya. Sebagai contoh, fungisida jenis Cupric sulphate-tricupric hydroxide-hemihydrate mempunyai sifat: Rumus Empiris : Cu H O S Berat Molekul : 461,27 Warna : Biru kehijau-hijauan Berat Jenis : 1,27 g/cm pada suhu 20C Kekentalan : 2500 mPas pada suhu 20C Kandungan bahan aktif : 345 g/L copper oxy sulfate pH : 6-8 Flammabilitas : Tidak mudah terbakar Explosivitas : Tidak mudah terbakar Namun, secara umum sifat-sifat fungisida yang baik yaitu: a. meracuni patogen sasaran; b. tidak bersifat fitotoksit; c. efek residunya minimal, agar tidak polusi; d. tidak mudah terbakar; e. tidak merusak alat; f. dapat merata dan melekat pada daun; dan g. aktif dalam waktu yang tidak terlalu lama. dafpus: Hriday Chaube, V.S. Pundhir. 2006. Crop Diseases and Their Management. Prentice-Hall of India Pvt.Ltd. ISBN 978-81-203-2674-3. Page.292-3 http://mitalom.com/pengertian-fungisida-dan-jenis-jenis-fungisida/ (diakses tanggal 12 November pukul 08.37 WIB). http://www.nufarm.com/ID/Kurproxat345 (diakses tanggal 13 November pukul 09.46 WIB).