Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii


RINGKASAN ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB 2 PROBLEMATIKA WILAYAH ................................................................. 3
2.1 Erosi Tanah ................................................................................................. 3
2.2 Masalah dalam Praktek Budidaya di Wilayah ............................................ 4
2.3 Kurangnya Pemahaman Petani dalam Mengelolah Lahannya .................... 5
2.4 Fluktuasi Harga Buah Jeruk ........................................................................ 6
2.5 Irigasi dan Drainase ..................................................................................... 6
2.6 Analisis Pendapatan .................................................................................... 7
2.7 Analisis Kesesuaian Lahan.......................................................................... 8
2.8 Daya Dukung dan Analisis Agrekoteknologi .............................................. 8
BAB 3 PELAKSANAAN DAN PRAKTEK BUDIDAYA .................................... 9
3.1 Analisis Kesesuaian Lokasi Untuk Tanaman Jeruk Berdasar Komponen
Biotik dan Abiotik Suatu Kawasan ............................................................. 9
3.2 Metode Pelaksanaan Budidaya Tanaman .................................................. 10
BAB 4 ANALISIS USAHATANI ........................................................................ 13
BAB 5 KESIMPULAN ......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15
LAMPIRAN .......................................................................................................... 16

ii
RINGKASAN

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jeruk merupakan salah satu buah yang banyak dikonsumsi masyarakat
dunia. Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia.
Cina dipercaya sebagai tempat pertama kali jeruk tumbuh. Sejak ratusan tahun
lalu, jeruk sudah tumbuh di Indonesia baik secara alami dan dibudidayakan.
Tanaman jeruk yang ada di Indonesia adalah peninggalan orang Belanda.
Sehingga Indonesia dikenal sebagai salah satu Negara penghasil jeruk. Jenis
jeruk yang ada di Indonesia adalah jeruk manis dan jeruk keprok.
Malang merupan daerah sentra penghasil Jeruk Manis, Jeruk Keprok,
Jeruk Pontianak. Jeruk asal Malang dikenal degan rasa yang manis, tekstur
buah yang lunak, segar, dan aroma jeruk yang lembut. Daerah Malang yang
sejuk, dingin dan penyinaran matahari yang cukup sesuai dengan tempat hidup
tanaman jeruk. Letak Malang yang berada diantara beberapa Gunung dengan
jenis tanahnya subur menjadi salah satu faktor yang mendukung untuk
budidaya jeruk.
Cara mengembangbiakkan tanaman jeruk secara vegetatif merupakan
cara terbaik dan banyak dilakukan oleh petani, karena teknik ini cepat dapat
menghasilkan buah yang baik. Budidaya jeruk di Indonesia dalam
pemeliharaannya cukup bervariasi dan belum optimal serta pengelolaan
pascapaen yang sederhana dan pemasaran yang kurang berpihak kepada
petani. Rendahnya pengetahuan teknologi dan pengetahuan oleh petani
merupakan salah satu hal yang dihadapi untuk meningkatkan produksi dan
mutu jeruk. Daerah Malang yang dingin dan cukup lembab tentu mendukung
berkembangnya hama dan penyakit tanaman Jeruk.
Untuk mengatasi permasalahan petani tersebut maka diperlukan
Manajemen Agroekosistem untuk merancang, mengelola, dan mengevaluasi
sistem pertanian yang produktif dan lestari, yang disana akan dipelajari
tentang agroekosistem. Dengan meningkatkan produksi diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan yang diperoleh petani. Petani harus dapat

1
meningkatkan produksi dan menekan biaya variabel. Sedangkan untuk
permasalahan belum optimalnya pengelolaan pascapanen yang sederhana dan
pemasaran dapat diketahui dengan menggunakan indikator efisiensi
pemasaran.

1.2 Tujuan

1.3 Manfaat

2
BAB 2
PROBLEMATIKA WILAYAH

Jeruk merupakan tanaman perkebunan yang berpotensi besar dalam


pemasarannya. Dau merupakan salah satu sentral perkebunan jeruk. Dau terletak
di antara 1123311 1123563 BT dan 75775 75494 LS dan berada
pada ketinggian 800 hingga 1200 meter dpl. Kecamatan dau terdiri dari 10 desa
dan 3 desa diantaranya mempunyai potensi sebagai perkebunan jeruk. Ketiga desa
tersebut adalah Desa Selorejo, Tegalweru dan Gading Kulon.
Kami melakukan wawancara pada salah satu pemilik perkebunan jeruk di
Jalam Raya Gumuk, yaitu Bapak Suroso. Luas lahan yang dimiliki oleh Bapak
Suroso yaitu 2 hektar. Varietas jeruk yang ditanam adalah jeruk keprok, jeruk
Pontianak, jeruk palmsia, jeruk pacitan dan jeruk batu 55. Varietas jeruk tersebut
telah berumur kurang lebih 15 tahun. Selain jeruk pada lahan tersebut juga
ditanami tanaman lain sebagai tanaman pagar seperti kopi yang hasil panennya
dikosumsi secara pribadi dan jahe sebagai penunjang pendapatan dalam
kehidupan sehari-hari. Dari wawancara yang kami lakukan terdapat beberapa
masalah atau kendala pada proses budidaya jeruk. Masalah-masalah tersebut
adalah sebagai berikut:

2.1 Erosi Tanah


Tanaman jeruk menghendaki tanah yang gembur dan subur dengan
keadaan air tanah yang dangkal tapi tidak tergenang. Dengan demikian
penanaman tanaman jeruk pada lahan yang miring akan lebih baik dibanding
tanah yang datar. Tanah yang bersifat porous adalah kurang baik (Barus,
1992). Hal tersebut telah sesuai dengan budidaya yang telah dilakukan bapak
Suroso, karena lahan milik bapak Suroso terletak pada kelerengan yang tinggi
serta berada di dataran tinggi. Hal tersebut menunjang dalam proses
pembudidayaan tanaman jeruk.
Pada petani yang kami wawancarai, di dalam melakukan budidaya
tanaman jeruk dilakukann secara terasering. Pada lahan yang di terasering

3
tersebut, diberi tanaman pembatas yakni pohon kopi. Pohon kopi tersebut
bermanfaat dalam menahan erosi tanah pada lahan terasering tersebut.

2.2 Masalah dalam Praktek Budidaya di Wilayah


Kendala yang di hadapi adalah masalah organisme pengganggu
tanaman pada tanaman jeruk antara lain hama dan penyakit. Hama dan
penyakit yang terdapat di lahan perkebunan jeruk adalah sebagai berikut:
1. Lalat Buah
Pada lahan petani yang kami wawancarai, terdapat hama yang
sering menyerang pada tanaman-tanaman jeruk yaitu lalat buah. Menurut
Sukarmin (2008), bahwa intensitas serangan hama lalat buah dapat
mencapai 90%, apabila tidak ada upaya pengendalian akan mengganggu
pencapaian produksi bahkan gagal panen yang mengakibatkan kerugian
bagi petani. Lalat buah (Bactrocera sp.) merupakan salah satu hama utama
tanaman buah di Indonesia. Hama ini menyerang sekitar 75% tanaman
buah. Jenis lalat buah yang ada di Indonesia termasuk dalam genus
Bactrocera. pesies Bactrocera dorsalis Hendel dapat menyebabkan
kehilangan hasil hingga 100%.
2. Thrips
Gejala yang ditimbulkan adalah daun mula-mula bernoda putih
mengkilat seperti perak, kemudian menjadi kecoklat-coklatan dengan
bintik hitam. Hama biasanya akan lebih menyerang jika suhu diatas
normal, dan kelembaban diatas 70% (Indartono, 2006). Suhu optimum
untuk perkembangan serangga ini antara 26-28 dan kelembaban 85%
(Kalshoven, 1981). Pada lahan petani, juga ditemukan hama Thrips. Petani
mengatasi hama dengan cara penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida
tersebut diharapkan dapat mengurangi hama yang menyerang pada
tanaman.
3. Tungau atau Cabuk Merah (Panochyus ulmi)
Kerusakan pertama kali tampak pada tunas merekah sehingga pucuk-
pucuk dan daun-daun tidak tumbuh dengan normal, dan akhirnya
menunjukkan adanya lubang-lubang kecil pada bagian tepi yang terang

4
(Kalshoven, 1981). Pada lahan petani terdapat juga Cabuk merah yang
menyerang tanaman jeruk. Pengendalian yang dilakukan yaitu dengan
penggunaan pestisida untuk mengurangi serangan Cabuk merah.
4. Penyakit Blendok
Salah saatu penyakit yang banyak menyerang pada perkebunan
jeruk adalah penyakit blendok atau penyakit diplodia. Penyakit blendok
disebabkan oleh cendawan yang bernama Botryodipoda theobromae.
Cendawan ini biasanya menyerang tanaman yang rentan serta berada pada
kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi pathogen (Triwiratno 2011
dalam Sugiyatno 2014). Petani menyebut penyakit blendok dengan
penyakit busuk kulit batang.
Faktor yang mempengarui persebaran penyakit blendok adalah
kondisi lahan yang kekeringan, terjadi pelukaan, perbedaan suhu siang dan
malam hari yang tinggi, pemeliharaan yang tidak optimal dan kurangnya
kebersihan lahan. Pada lahan petani, pengendaliannya menggunakan
pestisida untuk mencegah penyakit menyerang.

2.3 Kurangnya Pemahaman Petani dalam Mengelolah Lahannya


Jeruk cocok ditanam pada dataran rendah hingga dataran tinggi
dengan elevasi lahan minimal 700 meter dpl. Sehingga jeruk keprok, jeruk
Pontianak, jeruk palmsia, jeruk pacitan dan jeruk batu 55, banyak di
budidayakan dan berpotensi dikembangkan di kecamatan Dau yang berada
800 meter dpl. Jeruk memerlukan sinar matahari penuh, tanpa penaung serta
cocok ditanam pada daerah yang memiliki kedalaman lapisan tanah hingga
150 cm. Jarak tanam yang dianjurkan oleh Balitjestro (2015), adalah 5 x 5
meter atau 5 x 6 meter.
Namun, pada petani yang kami wawancarai, jarak tanam yang
digunakan pada lahan seluas 2 ha tersebut adalah 4 x 4 meter. Hal ini jelas
menyimpang dari anjuran Balitjestro (2015). Petani beranggapan bahwa
semakin banyak pohon jeruk maka keuntungan akan semakin banyak pula,
padahal penanaman yang tidak sesuai dengan kriteria kultur teknis yang baik
hanya akan mengganggu pertumbuhan dari tanaman jeruk itu sendiri.

5
Penanaman yang terlalu rapat akan mengakibatkan kurang optimalnya
tanaman dalam menyerap unsur hara. Selain persaingan unsur hara, kanopi
tanaman juga akan saling bertemu dan menutupi sehingga terjadi persaingan
cahaya matahari. Kanopi tanaman yang terlalu rapat dapat mempengaruhi
iklim mikro lahan. Iklim mikro yang lembab akan menguntungkan bagi
penyakit tanaman dan mempercepat persebarannya.

2.4 Fluktuasi Harga Buah Jeruk


Perkembangan harga penjualan produksi jeruk di Kecamatan Dau
sering mengalami pasang dan surut. Fluktuasi harga pertanian yang
berpengaruh pada nilai komoditas pertanian serta besarnya korbanan atau
biaya yang dikeluarkan untuk bisa mendapatkan produksi yang optimum,
menjadi risiko tersendiri terhadap pendapatan yang diharapkan petani.
Adanya fluktuasi harga tentunya menyebabkan pendapatan petani sulit untuk
diramalkan.
Harga produksi jeruk di Kecamatan Dau mencapai Rp. 5000/kg nya
bahkan lebih, sehingga pada saat itu petani mempunyai pilihan untuk
menjualnya. Hal ini tentunya berpengaruh besar terhadap peningkatan
perekonomian petani sendiri serta daerahnya. Peningkatan produksi
disebabkan oleh peningkatan produktivitas. Namun ketika harga di masyrakat
menjadi Rp. 3000/kg nya, petani yang kami wawancarai yakni Bapak Suroso
tetap menjual produksi jeruknya untuk mendapatkan penghasil seperti
biasanya.

2.5 Irigasi dan Drainase


Untuk sarana irigasi dan drainase dilahan petani yang telah kami
wawancarai didapatkan bahwa terdapat sungai yang menjadi sarana irigasi
utama pada lahan yang digunakan. Aliran air sungai digunakan untuk
melakukan irigasi pada saat musim hujan. Namun, ketika pada musim
kemarau digunakan bantuan diesel untuk melakukan irigasi dengan menarik
air ke atas lahan terasering. Sehingga diperlukannya biaya operasional
tambahan ketika melakukan irigasi di lahan budidayanya.

6
2.6 Analisis Pendapatan
Rincian mengenai analisi pendapatan pada perkebunan jeruk milik
Bapak Suroso yang menggunakan 5 jenis varietas dan ditanam dengan cara
tumpang sari dengan tanaman kopi dan jahe, sebagai tanaman sampingan.
Perkebunan jeruk ini ditanam pada lahan seluas 2 ha dengan jarak tanam 4 x
4 meter yang dapat dipanen setelah tanaman berumur 4 tahun serta dapat
berkelanjutan panennya setiap tahun sampai dua kali masa panen. Adalah
sebagai berikut:

No Uraian Modal Jumlah (Rp)


1. Bibit Jeruk @Rp. 15.000.000,- Rp. 15.000.000,-
2. Pupuk Anorganik (Rp. 800.000,-/ 100 bibit) Rp. 8.000.000,-
3. Pupuk Organic (Rp. 750.000,-/100 bibit) Rp. 30.000.000,-
4. Upah Kerja @Rp. 30.000,00 ( 2 orang / 100 Rp. 600.000,-
bibit)
Total Rp. 53.600.000,-

Pendapatan
Hasil panen 12 ton atau 12.000 kg, serta dapat 2 kali panen setiap tahun.
Maka hasil yang diperoleh = 12.000 kg x Rp. 6.000,- (musim panen 1)
= Rp. 72.000.000,-
= 12.000 kg x Rp. 3.500,- ( musim panen 2)
= Rp. 42.000.000,-
Jadi total pendapatan adalah Rp. 114.000.000,-

Keuntungan = Pendapatan Biaya Pengeluaran (Modal)


= Rp. 114.000.000 Rp. 53.600.000
= Rp. 60.400.000,-

7
Analisis
Retrun and Cost Ratio (R/C ratio) = Pendapatan
Total Biaya
= Rp. 114.000.000
Rp. 53.600.000
= 2,13
Jika nilai R/C ratio lebih besar dari satu, maka usahatani tersebut layak.
Jika sebaliknya nilai R/C ratio kurang dari satu maka usahatani tersebut tidak
layak. Maka, hasil analisa diatas menunjukkan bahwa nilai R/C ratio 2,13 > 1
berarti usahatani tersebut layak.

2.7 Analisis Kesesuaian Lahan


Untuk kesesuaian lahan pada daerah Dau bahwa daerah lereng dan
perbukitan yang memiliki ketinggian 800-1200 meter dpl dan kemiringan
lahan sekitar 300. Di mana terdapat banyak tanaman ataupun lahan
agroforestri serta lahan tahunan dan lahan semusim. Hal tersebut sesuai
dengan syarat tumbuh bagi tanaman jeruk, yang mana jeruk dapat tumbuh
optimal pada ketinggian hingga 1400 meter dpl (TPPS, 1999), dan
kemiringan lahan sekitar 300 (Anonimus, 2010) Sehingga kecamatan Dau
dapat menjadi lahan yang sesuai untuk dijadikan sentral perkebunan jeruk.

2.8 Daya Dukung dan Analisis Agrekoteknologi


Daya dukung serta analisis agroekoteknologi yang terdapat pada lahan
yang digunakan oleh petani berupa bantuan alat pertanian untuk pengairan
dan penggunaan pestisida. Untuk pengairan ketika musim kemarau, air ditarik
dari sungai ke atas lahan dengan bantuan diesel. Pestisida diberikan dengan
cara menyemprotkannya ke udara dan menjatuhkannya di sekitar tanaman
seperti hujan dengan bantuan diesel. Hal ini dilakukan untuk memudahkan
dalam penyebaran pestisida pada lahan perkebunan yang cukup luas agar
lebih efisien dan menghemat penggunaan pestisida. Selain itu juga dapat
menghemat tenaga kerja.

8
BAB 3
PELAKSANAAN DAN PRAKTEK BUDIDAYA

3.1 Analisis Kesesuaian Lokasi Untuk Tanaman Jeruk Berdasar Komponen


Biotik dan Abiotik Suatu Kawasan
Lokasi yang dijadikan objek pengamatan ialah lahan seluas 2 Ha, yang
terletak di Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Pamekasan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat diketahui bahwa lahan
tersebut termasuk daerah pegunungan. Setalah dicari data, pengamatan
tersebut sesuai yang dibuktikan bahwa daerah tersebut berada pada ketinggian
800 hingga 1200 meter dpl. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa
lokasi ini sesuai untuk ditanami Jeruk. Hal ini sesuai dengan literatur yang
dijleaskan oleh Badan Perijinan dan Penanaman Modal (2009) bahwa jeruk
dapat tumbuh pada dataran rendah dan tinggi, tetapi banyak varietas jeruk
keprok tumbuh dengan baik pada ketinggian 800-1.500 dpl.
Ditinjau dari aspek abiotik lainnya seperti suhu, bahwa suhu yang
diperlukan untuk penanaman jeruk berkisar pada 25 30 0C (Ismal, 2009).
Hal tersebut sesuai dengan data yang dperoleh, bahwa didaerah Dau tersebut
juga memiliki kisaran suhu yakni 18 30 0C (KUD, 2008). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa daaerah Dau ini memang sesuai untuk ditanami jeruk,
sehingga berakibat baik pada produksinya.
Untuk data kelembaban hujan (RH) pada daerah ini sebesar 40 88 %
(Astro,2011). Sedangkan untuk penanaman jeruk, nilai kelembaban yang
diperlukan ialah 70 80 % (Ismal, 2009). Sehingga pada kisaran tersebut,
daerah Dau ini masih bisa termasuk sesuai dan cocok untuk ditanami jeruk
didukung dengan data nilai RH ini.
Menurut Pendapat Yanuari (2014), dijelaskan bahwa nilai curah hujan
didaerah Desa Selorejo, Kecamatan Dau ini berkisar 2000 mm/ tahun. Dan
dibandingakn dengan kondisi yang sesuai untuk penanaman jeruk ialah
dengan daerah yang memiliki nilai curah hujan berkisar 1000 3.000 mm/
tahun (Rizal,dkk, 2011). Sehingga secara rata- rata untuk nilai curah hujan ini
Daerah Dau yang menjadi objek pengamatan untuk ditanamai jeruk ini

9
memiliki kecocokan untuk ditanami jeruk dan berpotensi untuk menghasilkan
produksi jeruk yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas.

3.2 Metode Pelaksanaan Budidaya Tanaman


Metode budidaya yang dapat dilakukan pada lahan diderah ini ialah
dengan Polyculture atau Tumpang sari. Hal tersebut dikarenakan dengan
menggunakan metode ini dapat memberikan berbagai kelebihan seperti Dapat
mencegah dan mengurangi pengangguran musim, mampu memperbaiki
keseimbangan gizi masyarakat petani, adanya pengolahan tanah yang
minimal sehingga tidak banyak membuang tenaga, waktu dan fikiran, Jika
tanaman tumpang sari berhasil semua, masih dapat diperoleh nilai tambah.
Serta keuntungan lainnya ialah mampu mengurangi erosi dan jika salah satu
tanaman gagal panen, dapat diperoleh tanaman yang satu lagi (Anindita,
Y.A, 2013).
Rekomendasi yang dapat dilakukan untuk tumpang sari jeruk ini ialah
dengan mengkombinasikan dengan tanaman cabai, atau dapat juga
mengkombinasikan tanaman jruk dengan tanaman jagung, karena antara
tanaman jeruk dan tanaman cabai dan juga anatara jeruk dan jagung tersebut
memiliki persebaran perakaran yang berbeda. Sedangkan yang dilakukan oleh
bapak Suroso di Lapangan ialah dengan menanam jeruk dengan tumpang sari
Kopi dan Jahe. Kombinasi tersebut memiliki kekurangan, karena anatara
Jeruk dan Kopi sama sama merupakan tanaman Tahunan dan memiliki
sistem perakaran yang sama. Hal tersebut kurang baik untuk sistem
penanaman polykultur, karena dapat menyebabkan persaingan unsur hara
antara keduanya. Berdasarkan literatur yang dikemukakan oleh Anindita,
Y.A, 2013 bahwa pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan
dikombinasikan antara tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan
tanaman yang mempunyai perakaran relatif dangkal.
Masalah lainnya yang muncul pada lahan yang diamati tersebut ialah
penggunaan jarak tanam yang kurang sesuai untuk penanaman jeruk. Pada
lahan tersebut digunakan jarak tanam sebesar 4m x 4m, sedangkan menurut
Rizal, dkk (2011) bahwa jarak tanam yang sesuai untuk tanaman jeruk ialah 5

10
x 4 m (kel. jeruk keprok), 5 x 6 m (kel. jeruk manis), 6 x 7 m (kel. Jeruk
pamelo). Maka rekomendasi yang dapat dilakukan ialah dengan mengubah
besarnya jarak tanam yang dilakukan oleh bapak Suroso pada lahannya
tersebut menjadi jarak tanam yang sesuai untuk penanaman jeruk agar dapat
berdampak baik pada produksi jeruk yang dapat optimal. Penanaman jeruk
dengan mengubah jarak tanam ini dapat berpengaruh juga terhadapt tanaman
nantinya apabila sudah besar, karena kanopinya akan saling menaungi jika
jarak tanam tidak diperlebar. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Noor,
Hidayat dkk bahwa Jarak tanam jeruk yang dianjurkan adalah 5 m, agar
ujung-ujung kanopi daun dari satu pohon tidak bertemu dengan yang lainnya
jika pohon sudah besar.
Selanjutnya ialah mengenai adanya masalah organisme pengganggu
tanaman (OPT) pada lahan jeruk tersebut. Pada lahan ditemukan OPT yakni
lalat buah (Bactrocera sp.) dan penyakit blendok oleh cendawan yang
bernama Botryodipoda theobromae. Permasalahan munculnya OPT ini tidak
dilakukan penanganan yang tepat oleh bapak Suroso, dikarenakan hanya
menggunakan bahan kimia berupa insektisida dan fungisida. Hal tersebut
sangat tidak dianjurkan, dikarenakan penggunaan bahan kimia dapat menyita
waktu serta tenaga, terutama pada pertanaman yang luas sedangkan
penyemprotan insektisida sintetik dapat berpengaruh buruk terhadap
konsumen karena residu pada buah dapat ikut termakan. Selain itu, sifat
serangga yang selalu bergerak sehingga banyak aplikasi penyemprotan
pestisida yang tidak tepat sasaran dan mengakibatkan semakin meningkatkan
biaya aplikasi pestisida (Sunarno,2011). Sehingga rekomedasi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah OPT tersebut ialah dengan tidak
menggunakan bahan kimia seluruhnya, mnamun dapat dikombinasikan
dengan perlakuan lain agar penggunaan baha kimia tersebut dapat
diminimalisir. Rekomendasi yang dapat dilakukan ialah dengan pemberian
PGPR diawal penanaman, selain itu dapat dilakukan pula dengan
memberikan yellow trap di lahan lahan jeruk tersebut. Upaya lain yang
dapat dilakukan untuk pengendalian lalat buah yang aman bagi lingkungan
dan efisien adalah menggunakan bahan kairomon seperti metil eugenol

11
sebagai atraktan untuk memerangkap lalat buah jantan. Penggunaan atraktan
dengan menggunakan bahan metil eugenol merupakan cara pengendalian
yang ramah lingkungan dan telah terbukti efektif . Pengendalian lalat buah
juga dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam bentuk dan
warna perangkap, (Kardinan dalam Sunarno, 2011).

12
BAB 4
ANALISIS USAHATANI

Harga bibit buah jeruk ialah Rp. 15.000,-/bibit, yang diperlukan dalam
penanaman ialah sebanyak 100 bibit jeruk sehingga diperlukan Rp. 15.000.000,-.
Pupuk anorganik seharga Rp. 800.000,-/100 bibit sehingga membutuhkan Rp.
8.000.000,- untuk 100 bibit dan juga pupuk organik seharga Rp. 750.000,- setiap
100 bibit sehingga dibutuhkan Rp. 30.000.000,-. Untuk upah tenaga kerja
diperlukan Rp. 30.000,- untuk 2 orang/100 bibit sehingga mengeluarkan biaya Rp.
600.000,- yang mana total modal yang dibutuhkan untuk usaha tani jeruk oleh
Bapak Suroso ialah sebesar Rp. 53.000.000,-.

Berdasarkan modal dan keterangan dari Bapak Suroso yang telah didapat
bahwa hasil panen yang diperoleh pada musim panen 1 ialah sebesar Rp.
72.000.000,- dan pada musim panen 2 ialah sebesar Rp. 42.000.000,- sehingga
total pendapatan Bpk Suroso ialah sebesar Rp. 114.000.000,-. Keuntungan yang
didapat oleh bapak Suroso ialah sebesar Rp. 60.400.000,-. Dalam hal ini bapak
Suroso mengalami keuntungan karena keuntungan yang didapat melebihi modal
atau dapat balik modal kembali. Serta berdasarkan analisa Return and Cost Ratio
(R/C ratio) menunjukkan bahwa nilai R/C ratio tersebut 2,13 yang mana jika nilai
R/C ratio lebih dari 1 maka usahatani tersebut layak.

13
BAB 5
KESIMPULAN

14
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2010. Jeruk. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan


Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp.

Balitjestro. 2015. Teknik Budidaya Jeruk Manis Pacitan. Balai Penelitian


Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. Malang

Barus, A. 1992, Pengaruh Tinggi Penempelan Dan Diameter Batang Bawah


Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Jeruk. Lembaga Penelitian USU,
Medan.

Indartono Y S. 2006. Alternative Energy for Better Life.

Kalshoven. 1981. Pests of Crops in Indonesia. Terjemahan dari De Plagen van de


Cultuurgewassen in Indonesie Van Der Laan P A. Penerjemah. PT Ichtiar
Baru-Van Hoeve. Jakaarta.

Sugiyatno, Agus. 2014. Proses Invensi Menuju inovasi Jeruk Keprok Batu 55.
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika- Inovasi
Hortikultura Pengungkit Peningkatan Pendapatan Rakyat 91-99

Sukarmin dan F. Ihsan. 2008. Teknik persilangan jeruk (Citrus sp.) untuk
perakitan varietas unggul baru. Buletin Teknik Pertanian. 13(1):12-15.

TPPS, 1999

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai