Anda di halaman 1dari 1

Pasal 823h

Pengangkatan sita atas barang-barang bergerak atau tidak bergerak tetap, baik seluruhnya
maupun sebagian, diperintahkan oleh hakim yang memeriksa atau seharusnya memeiksa tuntutan
akan pemisahan dengan jaminan yang cukup atas permohonan si suami. Izin untuk menjual atau
menjaminkan barang-barang yang disita dapat diberikan oleh hakim yang sama dengan syarat-syarat
sedemikian yang di pandang perlu olehnya untuk mencegah agar kepentingan istri tidak dirugikan
karenanya.

Sita Marital dapat dipindah tangankan / dijual belikanSeperti yang sudah di terangkan, pasal
197 HIR atau pasal 214 RBG melarang untuk memindahkan atau membebani barang sitaan. Tehitung
sejak tanggal pengumuman (pendaftaran) berita acara sita, undang-undang melarang penjualan,
penghibahan atau menukarkan maupun untuk menyewakan barang sitaan.

Sekarang timbul masalah. Terhadap harta bersama telah diletakan Sita Marital. Misalkan,
selama proses pemeriksaan perkara perceraian, pengadilan telah menetapkan izin pemeliharaan
anak-anak diberikan kepada istri. Pada suatu hari, salah seorang anak menderita sakit, dan harus di
operasi. Setelah istri memberitahukan hal itu kepada pihak suami, ternyata suami tidak mempunyai
uang yang cukup untuk menanggulangi biaya operasi tersebut. Satu-satunya jalan, ialah dengan jalan
menjual sebagian harta bersama.

Berarti penjualannya terbentur pada ketentuan pasal 199 HIR atau pasal 214 RBG di maksud?.
Cara dan upaya menerobos larangan penjualan barang sitaan dalam kasus Sita Marital dapat
ditempuh dengan jalan :

- mengajukan permohonan izin kepada pengadilan (hakim),


- dan pengadilan (hakim) dapat memberi izin penjualan apabila permohonan itu
mempunyai alasan yang kuat dan mendesak.

Begitu cara mencairkan larangan tersebut. Mengajukan permohonan izin kepada pengadilan.
Jika pengadilan memperkenankan, pengadilan mengeluarkan pnetapan izin penjualan. Untuk itu
pengadilan mengeluarkan penetapan izin penjualan. Untuk itu pemberian izin tersebut sesuai
dengan alasan yang diajukan pemohon. Penilaian hakim dalam memberikan izin penjualan yang
demikian, didasarkan atas pertimbangan kepatutan, kemanusiaan dan kepentingan yang sangat
mendesak. Mengenai bentuk permohonan izin, bersifat voluntair. Bukan bersifat contentiosa atau
bersifat partai.

Pemohon tidak mesti menempuh acara yang bersifat sengketa. Cukup dengan permohonan
izin penjualan secara sepihak. Hal ini tidak perlu diingatkan agar pengadilan tidak mempersulit
proses beracara yang diperlukan untuk memeriksa permohonan izin yang seperti itu Apakah sudah
tepat acara yang di pergunakan untuk permohonan izin penjualan barang yang berada dibawah Sita
Marital secara voluntair? Bukankah menurut tata tertib beracara, setiap permohonan voluntair harus
didasarkan atas ketentuan undang-undang atau peraturan? Memang benar demikian! Setiap
permohonan voluntair harus ada landasan aturan perundang-undangannya.

Dalam hal ini landasan perundang-undangannya bersumber dari ketentuan pasal 24 ayat 2
huruf b. yakni dengan jalan menafsirkan ketentuan pasal 24 ayat 2 huruf b secara sistematik dan secara
fungsional atau realistik dengan ayat 2 huruf a dan huruf c. Dengan demikian, makna kalimat yang
dirumuskan dalam ayat 2 huruf b (menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin pemeliharaan dan
pendidikan anak) harus ditafsirkan secara luas, meliputi kewenagan hakim untuk memberi izin
penjualan harta bersama yang berada di bawah Sita Marital, apabila untuk tindakan penjualan itu
benar-benar cukup alasan.

Anda mungkin juga menyukai