Anda di halaman 1dari 42

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

STUDI KONDISI SOIL PENYUSUN


POROS KENDARI KOLAKA TIMUR
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

OLEH:

KELOMPOK IV

ASMAWATI HALIK ( R1C116006 )


HAERUL ( R1C116012 )
HAIKAL SAPUTRA T. ( R1C116070 )
HERMAN ( R1C116085 )
INDAH SARLINDA ( R1C116018 )
MARSABAN ( R1C116040 )
MUHAMAD FAUZI WIYONO ( R1C116044 )
MUHAMAD JERNIAWAN ( R1C116067 )
MUHAJIR SAM ( R1C116101 )
REYMON ( R1C116065 )
SABARUDIN (R1C116121 )
WA ODE ASNENI (R1C116057 )

KENDARI
2017
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

HALAMAN TUJUAN

STUDI KONDISI SOIL POROS


KENDARI-KOLAKA TIMUR
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk melulusi mata kuliah geopedologi
Tingkat starata satu (s-1)
Teknik geologi
Universitas halu oleo

OLEH

KELOMPOK IV

KENDARI
2017
KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS HALU OLEO
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

HALAMAN PENGESAHAN

STUDI KONDISI SOIL PENYUSUN


POROS KENDARIKOLAKA TIMUR
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

MENGETAHUI

KETUA KELOMPOK ASISTEN I ASISTEN II

MARSABAN MUH.KHAIRIL RUSMAN ERBIT ASKAR


R1C116040 F1G114047 F1G114010

MENYETUJUI DOSEN PEMBIMBING

Dr.Ir.MUH.CHAERUL,S.T, S.KM, M
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tentang studi kondisi soil

penyusun poros Kendari-Kolaka Timur provinsi sulawesi tenggara.

Ucapan terima kasih yang sebesar besarnya kami ucapkan padadosen pengaruh

mata kuliah geopedologi bapak Dr.Ir.MUH.CHAERUL,S.T,S.KM,M.Sc kepada asisten

yang telah banyak memberi , asisten yang banyak memberi pengarahan selama

dilapangan dan kepada orang tua yang telah banyak berdoa atas keselamatan kami

dilapangan.

Laporan ini belum sepenuhnya sempurna olehnya itu diharapkan kritikan dan

saran dari pembaca.

KENDARI , 2017

penulis
DAFTAR ISI

Halaman sampul..........................................................................................

Halaman tujuan.................................................................................................

Halaman pengesahan........................................................................................

Kata pengantar..................................................................................................

Daftar isi.................................................................................................................

Daftar lampiran..................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................

1.2 Maksud Dan Tujuan.........................................................................................

1.3 Waktu,Letak,Dan Kesampaian Daerah

1.4 Alat Dan Bahan......................................

1.5 Peneliti Terdahulu

1.6 Manfaat Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

2.1 Geomorfologi Regional

2.2 Stratigrafi Regional

2.3 Struktur Geologi Regional

2.4 Geologi Lokal Daerah Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Soil

3.2 Proses Pembentukan Soil


3.3 Jenis-Jenis Soil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Tabel Deskripsi Perstasiun

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kondisi Soil Penyusun Poros Kendari-Kolaka Timur Provinsi Sulawesi

Tenggara

BAB V DISKUSI

5.1 Longsoran Tanah Di Pinggir Jalan Poros Kendari-Kolaka Timur Provinsi Sulawesi

Tenggara

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

6.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

TABEL 1.4.1 ALAT DAN BAHAN

TABEL 4.1 TABEL DESKRIPSI SOIL STASIUN SATU

TABEL 4.2 TABEL DESKRIPSI SOIL STASIUN DUA

TABEL 4.3 TABEL DESKRIPSI SOIL STASIUN TIGA

TABEL 4.4 TABEL DESKRIPSI SOIL STASIUN EMPAT

TABEL 4.5 TABEL DESKRIPSI SOIL STASIUN LIMA

TABEL 4.6 TABEL DESKRIPSI SOIL STASIUN ENAM


DAFTAR LAMPIRAN

HASIL DESKRIPSI PERSTASIUN

PETA LOKASI PENELITIAN


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu

mengenai planet bumi beserta isinya yang pernah ada,dan merupakan kelompok ilmu

yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk

bumi,struktur,proses yang bekerja baik di dalam maupun di atas permukaan bumi

sejak bumi lahir dialam semesta sampai sekarang salah satu bidang ilmu yang dipelajari

dalam geologi adalah geopedologi.

Geopedologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tanah dan tanah menurut

ilmu geologi adalah suatu benda padat berdimensi tiga terdiri dari panjang,lebar,dan

dalam yang merupakan bagian dari kulit bumi.

Berdasarkan latar belakang diatas,maka praktikum geopedologi penting untuk

dilakukan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dilakukannya praktikum geopedologi adalah sebagai syarat utama lulus

mata kuliah geopedologi

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui jenis soil daerah poros kendari-kolaka timur provinsi sulawesi

tenggara

2. Untuk mengetahui batuan asal daerah poros kendari-kolaka timur provinsi sulawesi

tenggara
1.3 Waktu,Letak,dan Kesampaian Daerah

Secara administratif lokasi penelitian terletak di daerah orawa ,kecamatan

tirawuta,kabupaten kolaka timur provinsi sulawesi tenggara yang secara geografis

terletak pada koordinat 12105412,25/40217,45

Lokasi penelitian berdasarkan 110 kendari kota kendari yang dapat ditempuh

dengan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat ,selama 4 jam

perjalanan fieldtrip ini dilaksanakan pada tanggal 20-21 mei 2017.

1.4 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada fieldtrip geopedologi yaitu dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 1.4.1. alat dan bahan serta manfaat

No. Alat dan bahan Manfaat

1. Sendok semen Untuk mengambil sampel

2. Helm Sebagai pelindung kepala

3. Tali nilon Sebagai penolong untuk pengambilan sampel

4. ATG Untuk menulis data, menggambar sketsa serta

mewarnai sketsa

5. Roll meter Untuk mengukur ketinggian dan jarak

6. Kantong sampel Untuk menyimpan sampel

7. GPS Untuk mengukur koordinat

8. Kompas Untuk mengukur arah penggambaran

9 Karung Untuk menyimpan alat dan bahan


10. Peta Untuk mengetahui lokasi

1.5 Peneliti Terdahulu

peneliti yang dilakukan oleh Bothe (1927) dan Rover (1956) dalam Surono (2013),

bahwa sejumlah percontohan batuan malihan dari kompleks batuan malihan di lengan

tenggara bahwa periode pemalihan batuan, tua dan muda. Pemalihan tua

menghasilkan fasies epidot- ampibol dan yang muda menghasilkan fasies sekis

glaukofan. Pemalihan tua berhubungan dengan penimbunan, sedangkan yang muda

diakibatkan sesar naik. Sangat mungkin sesar naik tersebut terjadi pola oligosen awal

miosen, sewaktu kompleks ofiolit tersesar- naikkan ke atas kepingan benua.

Menurut Helmers Dkk (1989) dalam Surono (2013) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa evolusi sekis hijau di lengan tenggara sulawesi, terutama dari

pegunungan mendoke dan pegunungan rumbia adalah suatu pemalihan pertama

adalah rekritalisasi sekis hijau pada akhir penimbunan cepat fast burial yang pernah

mengalami subduksi.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian pada kegiatan fieldtrip kali ini adalah untuk

mengetahui jenis soil dan batuan asal soil daerah penelitian.


BAB 2

GEOLOGI REGIONAL

Simandjuntak dalam Surono (2010), menjelaskan bahwa berdasarkan sifat

geologi regionalnya Pulau Sulawesi dan sekitarnya dapat dibagi menjadi beberapa

mandala geologi yakni salah satunya adalah mandala geologi Sulawesi Timur. Mandala

ini meliputi lengan Tenggara Sulawesi, Bagian Timur Sulawesi Tengah dan Lengan

Timur Sulawesi. Lengan Timur dan Lengan Tenggara Sulawesi tersusun atas batuan

malihan, batuan sedimen penutupnya dan ofiolit yang terjadi dari hasil proses

pengangkatan (Obduction) selama Miosen. Pembagian mandala geologi Sulawesi dapat

dilihat pada gambar

Gambar 1. Pembagian Mandala Geologi Sulawesi (Surono, 2010).


2.1 Geomorfologi Regional

Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di kawasan ini, terdiri

atas pegunungan mekongka, pegunungan tangkelemboke, pegunungan mandoke, dan

pegunungan rumbian yang terpisah di ujung selatan tenggara. Satuan morfologi ini

mempunya topografi yang kasar dengan kemirinngan lereng yang tinggi. Rangkaian

pegunungan dalam satuan ini mempunya pola yang hampir sejajar berarah barat laut-

tenggara arah ini sejajar dengan pola struktur sesar regional kawasan ini. Pola tersebut

mengeindikasikan bahwa pembentukan morfologi pegunungan itu erat dengan sesar

regional.

Ditinjau dari citra IFSAR di bagian Tengah dan Ujung Selatan Lengan Tenggara

Sulawesi, ada lima bagian satuan morfologi yang terdapat di Sulawesi, yaitu satuan

pegunungan, satuan perbukitan rendah, dan satuan dataran.

a. Satuan Pegunungan

Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di kawasan ini, yang

terdiri atas pegunungan Mekongga, Pegunungan Tangkelemboke, Pegunungan

Mendoke, dan Pegunungan Rumbia yang terpisah di ujung Selatan Lengan

Tenggara. Satuan morfologi ini mempunyai topografi yang kasar dengan

kemiringan lereng tinggi. Rangkaian pegunungan dalam satuan ini mempunyai

pola yang hampir sejajar berarah Barat laut-Tenggara. Pola tersebut

mengindentifikasikan bahwa pembentukan morfologi pegunungan itu erat

hubungannya dengan sesar regional. Satuan pegunungan ini di bentuk oleh batuan

malihan dan batuan ofiolit. Ada perbedaaan morfologi yang khas di antara kedua

batuan penyusun itu. Pegunungan yang disusun dari batuan ofiolit mempunyai
punggung gunung yang panjang dan lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta

kemiringan yang tajam. Sementara itu, pegunungan yang dibentuk batuan

malihan, punggung gunungnya terputus pendek-pendek dengan lereng yang tidak

rata walaupun bersudut tajam.

b. Satuan Perbukitan Tinggi

Morfologi perbukitan tinggi menempati bagian selatan Lengan Tenggara. Satuan

ini terdiri atas bukit-bukit yang mencapai ketinggian 500 mdpl dengan morfologi

kasar. Batuan penyusun morfologi ini berupa batuan sedimen klastika

Mesozoikum dan Tersier.

c. Satuan Perbukitan Rendah

Satuan morfologi perbukitan rendah melampar luas di Utara Kendari dan ujung

Selatan Lengan Tenggara. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah dengan

morfologi yang bergelombang. Batuan penyusun satuan ini terutama batuan

sedimen klastik Mesozoikum dan Tersier.

d. Satuan Dataran

Satuan morfologi dataran rendah dijumpai di bagian Tengah ujung Selatan Lengan

Tenggara. Tepi Selatan dataran Wawotobi dan Dataran Sampara berdasarkan

langsung dengan satuan morfologi pegunungan. Penyebaran satuan dataran

rendah ini tampak sangat dipengaruhi sesar geser mengirih (Sesar Kolaka dan

System Sesar Konaweha). Kedua sistem sesar ini diduga masih aktif, yang

ditunjukkan dengan adanya torehan pada endapan alluvial dalam kedua dataran

tersebut (Surono dkk, 1997), sehingga angat mungkin kedua dataran itu terus

mengalami penurunan. Penurunan ini tentu berdampak buruk pada dataran


tersebut, diantarannya pemukinan dan pertanian di kedua dataran itu akan

diterjang banjir yang semakin parah setiap tahunnya.

e. Satuan Karst

Morfologi karst melempar di beberapa tempat secara terpisah. Satuan ini dicirikan

perbukitan kecil dengan sungai di bawah permukaan tanah. Sebagian besar

batuan penyusun sauan ini didominasi oleh batu gamping berumur paleogen dan

selebihnya batugamping Mesozoikum.

Gambar 2. Bagian Selatan Lengan Sulawesi dari Citra IFSAR (Surono, 2013).
2.2 Stratigrafi Regional

Kompleks batuan malihan menempati bagian tengah lengan tenggara sulawesi

membentuk pegunungan mandoke dan ujung selatan membentuk pegunungan

rumbia. Kompleks ini di dominasi batuan malihan yang terdiri dari sekis, kuarsa, sabak

dan marmer (simandjuntak dkk.,1993c; Rusmana dkk., 1993b) dan terobos aplit dan

diabas (Surono,1986). Secara garis besar kedua mendala ini dibatasi oleh Sesar Lasolo .

Batuan yang terdapat di Lajur Tinodo yang merupakan batuan alas adalah batuan

malihan Paleozoikum (Pzm) dan diduga berumur Karbon. Pada Permo-Trias di daerah

ini diduga terjadi kegiatan magma yang menghasilkan terobosan antara lain aplit PTr

(ga), yang menerobos batuan malihan Paleozoikum. Formasi Meluhu (TRJm) ,secara

tak selaras menindih Batuan Malihan Paleozoikum. Pada zaman yang sama

terendapkan Formasi Tokala (TRJt). Hubungan dengan Formasi Meluhu adalah

menjemari. Pada kala Eosen hingga Miosen Tengah, pada lajur ini terjadi pengendapan

Formasi Salodik (Tems); Batuan yang terdapat di Lajur Hialu adalah batuan ofiolit (Ku)

yang terdiri dari peridotit, harsburgit, dunit dan serpentintit. Batuan ofiolit ini tertindih

tak selaras oleh Formasi Matano (Km) yang berumur Kapur Akhir, dan terdiri dari

batugamping berlapis bersisipan rijang pada bagian bawahnya. Batuan sedimen tipe

molasa berumur Miosen Akhir Pliosen Awal membentuk Formasi Pandua (Tmpp).

Formasi ini mendindih takselaras semua formasi yang lebih tua, baik di Lajur Tinodo

maupun di Lajur Hialu. Pada Kala Plistosen Akhir terbentuk batugamping terumbu

koral (Ql) dan Formasi Alangga (Opa) yang terdiri dari batupasir dan konglomerat.
Batuan termuda di lembar peta ini ialah Aluvium (Qa) yang terdiri dari endapan sungai,

rawa dan pantai.

Gambar 3. Peta Geologi Lengan Tenggara Sulawesi (disederhanakan oleh

Rusmana dkk, 1993)

Penelitian yang dilakukan oleh Bothe (1927) dan Rover (1956) dalam Surono

(2013), bahwa sejumlah percontohan batuan malihan dari kompleks batuan malihan di

Lengan Tenggara bahwa periode pemalihan batuan, tua dan muda. Pemalihan tua

menghasilkan fasies epidot-ampibol dan yang muda menghasilkan fasies sekis

glaukofan. Pemalihan tua berhubungan dengan penimbunan, sedangkan yang muda

diakibatkan sesar naik. Sangat mungkin sesar naik tersebut terjadi pola Oligosen Awal

Miosen, sewaktu kompleks ofiolit tersesar-naikkan keatas kepingan benua.

Menurut Helmers dkk. (1989) dalam Surono (2013) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa evolusi sekis hijau di Lengan Tenggara Sulawesi, Terutama dari

pegunungan Mendoke dan Pegunungan Rumbia adalah suatu pemalihan pertama

adalah rekritalisasi sekis hijau pada akhir penimbunan cepat fast burial yang pernah

mengalami subdaksi
Gambar 4. Stratigrafi regional Lengan Tenggara Sulawesi (Rusmana dkk, 1993b;

Simandjuntak dkk, 1993a, b, c, Surono 1994)

2.3 Struktur Regional

Sesar kolaka diberi nama oleh Simandjuntak dkk (1993) berdasarkan kota

Kolaka yang dilaluinya memanjang sekitar 250 km dari pantai barat Teluk Bone

sampai ujung selatan lengan tenggara sulawesi, Sesar Kolaka, yang relatif sejajar

dengan sesar lawanopo, dan sesar konaweha ini nampak jelas pada citra jauh,

udara, landsat dan IFSAR.

Struktur geologi yang dijumpai di daerah kegiatan adalah sesar, lipatan dan

kekar. Sesar dan kelurusan umumnya berarah baratlaut tenggara searah dengan

Sesar geser jurus mengiri Lasolo. Sesar Lasolo aktif hingga kini. Sesar tersebut diduga

ada kaitannya dengan Sesar Sorong yang aktif kembali pada Kala Oligosen

(Simandjuntak, dkk., 1983). Sesar naik ditemukan di daerah Wawo, sebelah barat

Tampakura dan di Tanjung Labuandala di selatan Lasolo; yaitu beranjaknya batuan

ofiolit ke atas Batuan Malihan Mekonga, Formasi Meluhu dan Formasi Matano. Sesar
Anggowala juga merupakan sesar utama, sesar mendatar menganan (dextral),

mempunyai arah baratlaut-tenggara.

Gambar 5. Struktur geologi Sulawesi dan sekitarnya. Disederhanakan dari Silver dkk.

(1983) dan Rehahult dkk (1991).

2.4 . Geologi local daerah penelitian

Geologi local daerah penelitian dengan geomorfologi berupa pegunungan yang

terdiri dari pegunungan mekongga, mendoke, dan rumbia. Perbukitan dengan

morfologi yang bergelombang yang disusun oleh batuan sedimen klastik mesozoikaum

dan tersier . morfologi pedataruang dian dipengaruhi oleh sesar . stuktur yang

dijumpai berupa sesar geser yang berarah barat laut tenggara yaitu sesar

kolaka.kompleks mekongga dengan batuan malihan paleozoikum dijumpai pula

kompleks ofiolit berumur kapur eosen serta batuan sedimen tersier dan kuarter .

kompleks mekongga yang disusun oleh batuan malihan yang disusun oleh batuan

metamorf seperti sekis.


BAB 3

LANDASAN TEORI

3.1 Pengertian Soil

Pengertian Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan

kulit bumi, yang tersusun dari bahan mineral sebagai hasil pelapukan bebatuan dan

bahan organik sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tanaman dan hewan, yang mampu

menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tertentu sebagai akibat pengaruh iklim,

jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan wilayah tertentu

selama jangka waktu tertentu

Tanah adalah laboratorium kimia dari alam dimana terjadi penguraian kimia dan

reaksi sintesis secara tersembunyi , Tanah dianggap tabung reaksi dimana seseorang

dapat mengetahui jumlah dan jenis hara tanaman ,Tanah sebagai bahan yang lepas

dan merupakan akumulasi dan campuran berbagai bahan terutama unsur Si, Al, Ca,

Mg, Fe dan unsur lainnya , Tanah sebagai hasil pelapukan oleh waktu yang mengikis

batuan keras dan lambat laun akan terjadi dekomposisi menjadi masa tanah yang

kompak , Tanah adalah lapisan hitam tipis yang menutupi bahan padat bumi yang

merupakan partikel kecil yang mudah remah, sisa vegetasi dan hewan, dimana

tumbuhan bertempat kedudukan, berakar, tumbuh dan berbuah, Tanah adalah bahan

yang gembur dan lepas dimana tumbuhan dapat memperoleh tempat hidup berkat

adanya zat hara serta syarat lain untuk tumbuh, Tanah sebagai campuran bahan padat
berbentuk tepung, air dan udara, yang karena mengandung zat hara dapat

menumbuhkan tumbu-tumbuhan Pengertian tanah dihubungkan dengan iklim dan

ingkungan tumbuh-tumbuhan dan dapat digambarkan sebagai zone geografi yang luas

dalam skala peta dunia, Tanah adalah bangunan alam tersusun atas horizon- horizon

yang terdiri atas bahan yang berbeda-beda dan dapat dibedakan dari bahan-bahan di

bawahnya dalam hal morfologi, sifat dan susunan fisik, kimia dan biologinya unsur

fisika, kimia, biologi dan morfologi dilibatkan , dalam pengertian ini pengertian Tanah

adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari

bahan mineral sebagai hasil pelapukan bebatuan dan bahan organik sebagai hasil

pelapukan sisa-sisa tanaman dan hewan, yang mampu menumbuhkan tanaman dan

memiliki sifat tertentu sebagai akibat pengaruh iklim, jasad hidup yang bertindak

terhadap bahan induk dalam keadaan wilayah tertentu selama jangka waktu tertentu.

Tanah dalam pandangan Teknik Sipil adalah himpunan mineral, bahanorganik dan

endapan-endapan yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batu dasar (bedrock)

(Hardiyatmo, 2006). Tanah membagi bahan-bahan yang menyusun kerak bumi secara

garis besar menjadi dua kategori : tanah (soil) dan batuan (rock), sedangkan batuan

merupakan agregat mineral yang satu sama lainnya diikat oleh gaya-gaya kohesif yang

permanen dan kuat (Therzaghi, 1991). (Wesley,1973) menekankan bahwa dari sudut

pandang teknis,tanah-tanah itu dapat digolongkan kedalam macam pokok berikut ini :

1. Batu kerikil (Gravel)

2. Pasir (Sand)

3. Lanau (Silt)
4. Lempung Organik (Clay)

Tanah juga didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat(butiran) mineral-

mineral padat yang tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan

organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas

yang mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut (Das, 1991).

Secara umum tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu tanah tak berkohesif dan

tanah berkohesif. Tanah tak kohesif adalah tanah yang berada dalam keadaan basah

akibat gaya tarik permukaan di dalam air, contohnya adalah tanah berpasir. Tanah

berkohesif adalah tanah apabila karakteristik fisis yang selalu terdapat pembasahan

dan pengeringan yang menyusun butiran tanah bersatu sesamanya sehingga sesuatu

gaya akan diperlakukan untuk memisahkan dalam keadaan kering, contohnya pada

tanah lempung (Bowles, 1991).

Difinisi tanah menurut ahli geologi adalah suatu benda padat berdimensi tiga terdiri

dari panjang lebar dan dalam yang merupakan bagian dari kulit bumi. Kata tanah

seperti banyak kata umumnya mempunyai beberapa pengertian. Pengertian

tradisonal, tanah adalah medium alami untuk pertumbuhan tanaman dan merupakan

daratan.

Salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang tanah adalah

geoteknik, dimana cabang ilmu ini sangat penting bagi seorang insinyur sipil pada saat

diperlukan struktur tanah untuk mendisain suatu bangunan. Ada beberapa cara bagi

orang sipil untuk mengetahui karakteristik tanah, baik struktur tanah yang ada

dipermukaan bumi maupun di dalam bumi. Yang lebih menariknya lagi ada pengaruh
dari air permukaan atau mata air yang mempengaruhi sifat dan karakteristik tanah

tersebut. Ahli lain berpendapat bahwa tanah sebagai material agregat (butiran)

mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain

dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk, tanah juga berpartikel padat

disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang kosong diantara partikel padat

tersebut. Pengertian lain, tanah berguna sebagai pendukung pondasi bangunan dan

sebagai bahan bangunan itu sendiri, seperti batu bata, paving blok. Dalam pandangan

teknik sipil, tanah adalahkumpulan mineral bahan organik dan endapan yang relatif

lepas, yang terletak diatas batuan dasar.Proses pelapukan dari batuan dasar atau

proses geologi lainnya yang terjadi didekat permukaan bumi akan membentuk tanah.

Pembentukan tanah dari bahan induknya dapat berupa proses fisik dan kimia. Proses

pembentukan tanah secara fisik yang mengubah batuan menjadi partikel-partikel yang

lebih kecil, terjadi akibat pengaruh erosi, angin, air, es, manusia atau cuaca/suhu

Umumnya pelapukan akibat proses kimia dapat terjadi oleh proses oksigen,

karbondioksida, air yang mengandung asam dan alkali. Jika proses tersebut terjadi

ditempat asalnya maka tanah tersebut disebut tanah residual (residual soil) dan

apabila tanah berpindah tempatnya disebut tanah terangkat (transported soil). Dari

keterangan diatas maka tanah dapat diklasifikasikan secara luas menjadi tanah organic

dan anorganik. Tanah organik adalah campuran yang mengandung bagian-bagian yang

cukup berarti berasal dari lapukan dan sisa tanaman dan kadang dari kumpulan kulit

kerang dan kerangka organisme kecil lainnya. Tanah anorganik berasal dari pelapukan

batuan secara kimia ataupun fisik. Pada umumnya klasifikasi tanah dilakukan terhadap

besar butirannya. Berikut pembagian tanah berdasarkan besaran butirannya.


1) Tanah berbutir kasar (pasir, kerikil, tanah liat)

2) Tanah berbutir halus (lempung, lanau)

3) Tanah campuran.

Berdasarkan klasifikasi tanah dari USDA, tanah terdapat 12 macam tanah utama, 6

(enam) diantarnya meliputi: tanah Prairie, Forest, Tropical, Organic, Dessert dan

Tundra yang masing-masngmemiliki tipe bentangan alam dan lingkungan dimana

tanah tersebut terbentuk.

3.2 Proses Pembentukan Soil

Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara

lain iklim,

organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat

dirumuskan dengan rumus sebagai berikut:

T = f (i, o, b, t, w)

Keterangan:

T=tanah, b=bahan induk, t=topografi, i=iklim w=waktu, o=organisme .

Pelapukan Berubahnya bahan penyusun batuan menjadi bahan penyusun tanah

(Geologi Destruktif)

Contoh : batuan feldsfat mineral lempung batuan besar kerikil Perkembangan Profil

Terbentuknya lapisan tanah yang disebut horizon yang merupakan salah satu ciri
suatu jenis tanah (Pedologis Kreatif) Contoh : terbentuknya horizon tanah akibat

proses pencucian dan pengendapan Iklim temperatur Curah hujan Perbedaan

temperatur yang besar menimbulkan pelapukan fisik. Penguraian mineral secara kimia

dan memperbesar evapotranspirasi Penguraian mineral dan bahan organik yang

menimbulkan pencucian (eluviasi) dalam tanah Berdasarkan Curah Hujan Humid

(Curah Hujan Tinggi) - mempercepat proses penghancuran kimia - vegetasi lebat -

bahan organik tinggi - pelapukan intensif Klimosekwen Arid (Curah Hujan Rendah)

Kurang Subur Hubungan antara pembentukan jenis tanah akibat pengaruh iklim

FAKTOR IKLIM

Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah terutama ada

dua, yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan

bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat

sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh

terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang

cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah). Organisme

(Vegetasi, Jasad renik/mikroorganisme) Organisme sangat berpengaruh terhadap

proses pembentukan tanah dalam hal Membuat proses pelapukan baik pelapukan

organik maupun pelapukan kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang

dilakukan oleh makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), sedangkan pelapukan kimiawi

adalah pelapukan yang terjadi oleh proses kimia seperti batu kapur larut oleh air.

Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan

menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan tanah.


Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jas renik/mikroorganisme yang

ada di dalam tanah. Organisme Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah

sangat nyata terjadi di daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi

hutan dapat membentuk tanah. Vegetasi hutan dapat membentuk tanah hutan

dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah berwarna hitam

karena banyak kandungan bahan organis yang berasal dari akar-akar dan sisa-sisa

rumput. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh

terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis cemara akan memberi unsur-unsur kimia

seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah pohon cemara

derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon jati. Bahan Induk

Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan

batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian

akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan

bumi sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan

induknya. Bahan induk (2) Bahan induknya masih terlihat misalnya tanah berstuktur

pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan kimia dan

mineral bahan induk akan mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi

diatasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk tanah

dengan kadar ion Ca yang banyak pula sehingga dapat menghindari pencucian asam

silikat dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya

bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya

lebih merah. Topografi Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi: Tebal atau

tipisnya lapisan tanah : Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit lapisan
tanahnya lebih tipis karena tererosi, sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya

tebal karena terjadi sedimentasi. Sistem Drainase : Daerah yang drainasenya jelek

seperti sering tergenang menyebabkan tanahnya menjadi asam

FAKTOR WAKTU

Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan

pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan

kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami

pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses

pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut

menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Waktu (2) Tanah Muda ditandai

oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan

organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah

muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah Dewasa ditandai oleh proses

yang lebih lanjut sehingga tanah muda dapat berubah menjadi tanah dewasa, yaitu

dengan proses pembentukan horison B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol,

grumosol. Waktu ( Tanah Tua proses pembentukan tanah berlangsung lebih lanjut

sehingga terjadi proses perubahanperubahan yang nyatapada horizon-horoson A dan

B. Akibatnya terbentuk horizon Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah

podsolik dan latosol tua (laterit) Lamanya waktu yang diperlukan untuk

pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti

abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1000

10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa Warna tanah Warna tanah
merupakan penunjuk untuk menentukan sifat tanah karena warna tanah dipengaruhi

oleh beberapa factor yang terdapat dalam tanah. Perbedaan warna tanah pada

umumnya dipengaruhi oleh kandungan bahan organic. Makin tinggi kandungan bahan

organic maka warna tanah makin gelap. Pada lapisan tanah bagian bawah, kandungan

bahan organic pada umumnya rendah, sehingga warna tanah dipengaruhi oleh

banyaknya senyawa Fe (besi)

Fase pembentukan tanah (menurut MOHR)

1. Taraf Permulaan BI baru mengalami pelapukan & belum ada perkembangan profil

2. Taraf Juvenil Proses perkembangan profil mulai berjalan

3. Taraf Viril Proses perkembangan dalam saat optimum

4. Taraf Senil Proses perkembangan sudah lanjut

5. Taraf Terakhir Proses pelapukan sudah berakhir

Komponen-komponen Pembentukan

a. Bahan mineral

Tanah Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batubatuan. Oleh karena

itu, susunan

Mineral di dalam tanah


berbeda-beda sesuai dengan mineral dan batu-batuan yang telah lapuk. Batuan dapat

dibedakan menjadi batuan beku atau batuan vulkanik (dari gunung berapi), batuan

endapan (sedimen) dan batuan metamorf.

Mineral tanah dibedakan menjadi mineral primer, yaitu mineral yang berasal dari

batuan yang lapuk, dan mineral sekunder yaitu mineral bentukan baru yang terbentuk

selama proses pembentukan tanah berlangsung.

b. Bahan organik

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar,

hanya sekitar 3-5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifatsifat tanah besar sekali, yaitu:

Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah

Sumber unsure hara N, P, S dan unsure mikro

Menambah kemampuan tanah untuk menahan air

Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsure-unsur hara

Sumber energy bagi mikroorganisme

c. Air

Air terdapat di dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh

lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik, baik kelebihan air

ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Manfaat air untuk

pertumbuhan tanaman yaitu :


1) sebagai unsur hara tanaman Tanaman memerlukan air dari tanah dan C0 dari

udara untuk membentuk gula dan karbohidrat dalam proses fotosintesis

2) Sebagai pelarut unsur hara Unsure-unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh

akar-akar tanaman

3) Sebagai bagian dari sel sel tanaman

Air merupakan bagian dari protoplasma. Persediaan air di dalam tanah tergantung

dari :

Banyaknya curah hujan atau air irigasi

Kemampuan tanah menahan air

Besarnya evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan vegetasi)

Tingginya muka air tanah

d. Udara

Udara dan air mengisi pori-pori tanah. Banyak pori-pori di dalam tanah berbeda

dengan susunan udara di atmosfer. Adapun susunan udara dalam tanah yaitu :

Kandungan uap air lebih tinggi

Kandungan CO2 lebih besar daripada atmosfer

Selain itu Tanah terjadi karena pelapukan batuan, ada tiga cara pelapukan batuan

yaitu:
1. Pelapukan Mekanik

Pelapukan mekanik merupakan pelapukan yang terjadi secara mekanik atau melalui

proses fisika. Pelapukan mekanik hanya mengubah bentuk atau wujud bendanya.

Dalam proses pelapukan mekanik susunan kimia batuan tersebut tidak berubah. Hanya

ukurannya saja yang berubah. Pelapukan ini dapat disebabkan oleh perubahan suhu.

2. Pelapukan Kimia

kimia mengalami perubahan kimia secara tetap maupun sementara. Pelapukan ini

dapat kamu amati padaperkaratan besi. Besi berubah warna menjadi kemerah-

merahan dan menjadi rapuh.

3. Pelapukan Biologi

Pernahkah kamu melihat lumut tumbuh di permukaan batuan? Tumbuhnya lumut

pada batuan mengakibatkan batuan pecah dan menjadi hancur kemudian menjadi

butiran kecil yang halus. Pelapukan biologi juga dilakukan oleh bakteri dan organism

kecil yang ada didalam tanah. Jadi pelapukan biologi disebabkan oleh aktivitas makhluk

hidup.andungan O2 lebih kecil daripada atmosfer

3.3 Jenis Jenis Soil

setiap tempat mempunyai jenis tanah yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh

perbedaan iklim, vegetasi, jenis batuan local dan pengaruh lingkungan lainnya. Berikut

adalah jenis tanah di Indonesia


1. Tanah Humus

Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang

pohon di hutan hujan

tropis yang lebat.

2. Tanah Pasir

Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari

batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.

3. Tanah Alluvial

Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di

dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.

4. Tanah Podzolit

Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan

curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.

5. Tanah Vulkanik

Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi

yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di

sekitar lereng gunung berapi.

6. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,

namun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.

Contoh : Kalimantan Barat dan Lampung.

7. Tanah Mediteran

Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan

batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

8. Tanah Gambut

Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang

merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan,

Papua dan Sumatera.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan maka diperoleh hasil sebagai berikut

4.1.1 Tabel deskripsi soil setiap stasiun


4.2. Pembahasan

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang

tersusun dari bahan mineral sebagai hasil pelapukan bebatuan dan bahan organik

sebagai hasil pelapukan sisa-sisa tanaman dan hewan, yang mampu menumbuhkan

tanaman dan memiliki sifat tertentu sebagai akibat pengaruh iklim, jasad hidup yang

bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan wilayah tertentu selama jangka waktu

tertentu.

Stasiun 1 terletak pada daerah Abeli Sawah dengan koordinat E = 122 o 24

51,62 dan S = 3o 58 47, 72 dengan slope 86o. pada Stasiuan di deskripsi soil tiap

lapisan,lapisan pertama yaitu 0-2 M,memiliki tekstur proporsi lanau karena memiliki

ukuran butir 1/16 1/256 dengan bentuk partikel rounded subrounded karena saat

di amati bentuk partikelnya membulat Tingkat pelapukan tinggi karena semuanya

tersusun atas soil kondisi kelembapan sedang karena keadaan soil tidak kering dan

tidak basah , kerapatan relative,rapat karena soilnya sangat padat ,struktur tanah

lamine karena berlapis dengan warnah tanah merah kecoklatan ,dengan kandungan

mineral kuarsa dan plagioklas.Pada stasiun 1 lapisan ke 2 ( 2 4 M),ke 3 ( 4 6 m),ke 4

(6 9 m),ke 5 (8 10),ke 6 (10 11m),memiliki bentuk partikel angular-subangular

karena bentuk butirnya agak lonjong ,pelapukan tinggi,kondisi kelembapan

rendah,kerapatan relative rapat, warnah tanah masing masing adalah abu-abu

kecoklatan,kuning kemrahan dan putih keabuan,dengan ukuran butir 1 1/16 mm

dengan kandungan mineral kuarsa dan ortoklas.Berdasar hasil deskripsi jenis soilnya

adalah soil residual .


Stasiun 2 terletak pada daerah lalonona dengan koordinat E = 122 21 45, 29

dan S = 03 58 52, 04 dengan slope 46o diStasiun 2 ini deskripsi soil tiap lapisan,

lapisan pertama dengan tebal 0 5m tekstur proporsi lanau karena memiliki ukuran

butir 1/64 1/256 mm, berdasarkan skala wenworth bentuk partikel roundad sampai

rounded karena ukuran butirnya sangat kecil.Tingkat pelapukan tinggi karena

semuanya tersusun atas soil,kelembapan sedang karena keadaan soil tidak kering dan

tidak basah.Warnah soil coklat kekuningan,itu berasal dari pelapukan batuan

asalnya.Lapisan ke 2,slop 45 dengan tebal lapisan 5 11m,tekstur proporsi karena

bentuk butirnya menyerupai pasir,tingkat pelapukan sedang karena pelapukan soilnya

belum terlalu halus,warnah coklat kekuningan,dengan kandungan mineral ortoklas dan

mineral kuarsa.lapisan ke 3,dengan slop 39 dengan tebal lapisan 11 16m,berupa

bedrok dengan jenis batuan sedimen klastik,warna lapuk abu-abu,warna segar coklat

kekuningan,tekstur klastik kerena memiliki kesan butir seperti bentuk butir

rounded,ukuran butir pasir sedang,kemas terbuka,nama batuan pasir sedang.soilnya

bersifat residual dengan jenis tanah pedsouk karena memiliki bahan organik yang

tinggi.

Stasiun 3 ini terletak pada daerah pondidaha dengan koordinat E =

1221458,41 dan S 03570892 dengan slope 49 .Di Stasiun 3 dideskripsi soil tiap

lapisan,lapisan pertama yaitu 0 7 meter ,memiliki tekstur proporsi lanau,dengan

bentuk partikel rounded,tingkat pelapukan sedang,kondisi kelembapan sedang

keranah soilnya tidak basa dan tidak kering,kemudian kerapatan relatif tidak

rapat,kemudian struktur tanah lamine,warnah tanah coklat kehitaman,dengan

kandungan mineral kuarsa.Kemudian deskripsi pada lapisan ke 2 ,pada meteran 7 14


meter ,tekstur proporsi yakni pasir sedang dengan bentuk partikel rounded,dengan

tingkat pelapukan sedang,dan kondisi kelembapanya sedang,dengan kerapatan relatif

tidak rapat,struktur tanah lamine,warnah tanah kuning kecoklatan,ukuran butir 1

,dengan kandungan mineral kuarsa.Kemudian lapisan ke 3,yaitu bedrok dengan

warnah lapuk kuning kecoklatan,dan warnah segar hijau kehitaman:tekstur kristalinitas

holokristalin, granularitas faneritik,relik enequigranular,bentuk euhedral

subhedral,dengan struktur massive,kandungan mineral olivin,jadi nama jenis bedrock

tersebut yaitu peridotit.

Stasiun 4 terletak di kecamatan pondidaha dengan koordinat E= 122 14 37, 17

S = 3 57 12, 78 dengan slope 50 Di Stasiun 4, dideskripsi soil tiap lapisan.

Lapisan pertama, adalah OB, dan lapisan kedua adalah saprolit. Untuk tekstur proporsi

lapisan 1 dan 2 adalah pasir, ukuran butir rounded, dan tingkat pelapukan sedang,

kondisi kelembaban pada lapisan pertama sedang, dan pada lapisan kedua rendah.

Kerapatan relatif pada lapisan 1 dan 2 tidak rapat, struktur tanah lamine,warna tanah

pada lapisan 1 merah, dan lapisan ke 2 merah kekuningan.ukuran butir kedua lapisan

tersebut 1- 1/16 . Dan kandungan mineral untuk lapisan pertama oksida besi.

Berdasarkan deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis soil pada lapisan 4 adalah

laterit.

Stasiun 5 terletek pada daerah orawa dengan koordinat E =122o 55 53,20dan

S = 04o 01 53, 20 dengan slope 83o Di stasiun 5, dideskripsikan soil tiap lapisan.

Lapisan pertama pada meteran pertama yaitu 0,3 meter, memiliki tekstur proporsi

pasir dan bentuk partikel rounded. Tingkat pelapukan sedang, kondisi kelembaban

rendah, kerapatan relatif tidak rapat, dan memiliki struktur tanah lamine. Warna tanah
abu-abu kekuningan, ukuran butir 1- mili meter.dan kandungan mineral pada soil ini

adalah kuarsa dan ortoklas. Di jumpai jenis batuan batuan metamorf, warna lapuk abu-

abu kekuningan, warna segar hitam keabu-abuan, tekstur lepidoblastik, dan memiliki

struktur foliasi. Berdasrkan deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa batuan pada

tersebut adalah slate.

Stasiun 6 terletak di desa orawa, kecamatan tirawuta,kabupaten kolaka timur

dengan koordinat E = 121o 54 12,25dan S = 4o 2 17,45. Stasiun 6 dideskripsikan

soil tiap lapisan, lapisan pertama, yaitu 0-2 meter, memiliki tekstur proporsi lanau

dengan bentuk partikel rounded-subrounded. Tingkat pelapukan tinggi,kondisi

kelembaban sedang,kerapatan relatif rapat, struktur tanah lamine, warna tanah merah

kecoklatan, ukuran butir 1/64- 1/125 mm, dan memiliki kandungan mineralkuarsa dan

ortoklas. Pada lapisan kedua, yaitu pada meteran 2-3 m, memiliki ekstur proporsipasir

kasar, bentuk partikel subrounded, tingkat pelaukan sedang, kondisi kelembaban

sedang, kerapatan relatif tidak rapat, dengan strktur lamine, warna tanah coklat,

dengan ukuran butir 2- 1/16 mm, dan memiliki kandungan mineral kuarsa.pada

meteran 3-5 dijumpai badrock dengan deskripsi bedrok batuan metamorf,warna

lapukan kuning kecoklatan, warna segar hitam keabu-abuan, tekstur lapidoblasti,

struktur slaty cleaveage. Berdaarkan deskripsi badrock diatas, dapat disimpulkan

bahwa nama batuan tersebut adalah slate.


BAB V

DISKUSI

5.1 Longsoran Tanah Di Pinggir Jalan Poros Kendari-Kolaka Timur Provinsi Sulawesi

Tenggara

Tanah longsor secara umum adalah perpindahan material pembentuk lereng

berupa material, tanah dan bahan rombakan dari bawah atau keluar lereng tanah

longsor yang terjadi dipinggiran jalan poros kendari-kolaka timur dipengaruhi oleh

beberapa faktor seperti faktor geologi, curah hujan dan faktor manusia. Lereng-lereng

yang longsor disepanjang jalan tersebut terjadi akibat hujan, dan faktor geologis,

dimana longsoran tersebut terjadi akibat adanya lereng yang cukup curam sehingga

masa tanah dapat bergerak meluncur kebawah, kemudian adanya lapisan dibawah

permukaan masa tanah yang kedap air sehingga tanah akan menyerap air dan airnya

jenuh dan masa tanah makin berat sehingga terjadi longsoran.


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut:

1. Kondisi soil sangat menentukan terhadap potensi erosi dan longsor. Tanah yang

gembur karena mudah meloloskan air masuk kedalam penampang tanah akan

lebih berpotensi longsor dibandingkan dengan tanah yang padat (massive)

seperti tanah yang bertekstur tanah liat (clay).

2. Soil terlapukan dari batuan beku pada stasiun tiga, dan empat sedangkan pada

stasiun ke-dua terlapukan dari batuan sedimen sert pada stasiun ke-lima dan

ke-enam terlapukan dari batuan metamorf.

6.2 Saran

Saran yang dapat diajukan yaitu:

1. Sebaiknya peralatan praktikum seperti kompas dan gps serta peralatan

praktikumyang lainnya sebaiknya dilengkapi agar proses pengambilan data

dilapangan dapat berlangsung dengan cepat.

2. Laporan ini belum sepenuhnya sempurna sehingga diperlukan kritik dan saran

yang bersifat membangun dari pembaca.


DAFTAR PUSTAKA

Chaerul. Muh. 2017. Geopedologi .Universitas Halu Oleo : Kendari

Rusmana, e, sukido, sukarna, d., haryono,e., simandjuntak,t.o.1993. Keterangan peta

geologi lembar lasusua-kendari, sulawesi tenggara; skala 1:250.000 . Puslitbang

geologi : Bandung.

Sukamto,R.1975. Srtuktural Of Sulawesi In The Light Of Plate Tectonic. Dept.Of

Mineral dan Energi : Jakarta.

Surono, 2013. Geologi Lengan Tenggara Sulawesi, Badan Geologi, Kementrian Energi

Dan Sumber Daya Mineral : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai