Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki intensitas

sinar matahari yang tinggi. Sinar matahari dapat memberikan efek yang

menguntungkan maupun merugikan terhadap tubuh manusia, tergantung dari

lama dan frekuensi paparan, intensitas sinar matahari, serta sensitivitas tiap

individu. Efek dari pemaparan sinar matahari yang berlebihan adalah eritema,

pigmentasi kulit, penuaan kulit, bahkan dapat menimbulkan kanker kulit

(Wilkinson, 1982 dalam Chauwito, 2015).

Sinar ultraviolet (UV) adalah sinar yang dipancarkan oleh matahari

yang dapat mencapai permukaan bumi selain cahaya tampak dan sinar

inframerah. Sinar UV berada pada kisaran panjang gelombang 200-400 nm.

Spektrum UV terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan panjang gelombang

UV-C (200-290), UV-B (290-320) dan UV-A (320-400). UV-A terbagi lagi

menjadi dua sub bagian yaitu UV-A2 (320-340) dan UV-A1 (340-400). Tidak

semua radiasi sinar UV dari matahari dapat mencapai permukaan bumi. Sinar

UV-C yang memiliki energi terbesar tidak dapat mencapai permukaan bumi

karena mengalami penyerapan di lapisan ozon (Colipa, 2006 dalam

Hairuddin, 2013).

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak

negatif dari sinar matahari, yaitu dengan menggunakan tabir surya.

Kemampuan tabir surya dalam melindungi kulit dan mencegah paparan sinar

1
2

matahari ditunjukkan oleh nilai SPF (Sun Protection Factor). Tabir surya

mencegah kerusakan kulit secara fisik melalui mekanisme kerja memantulkan

dan menyebarkan radiasi sinar UV, sedangkan secara kimia melalui

mekanisme kerja mengabsorbsi radiasi sinar UV. Secara umum tabir surya

mencegah radiasi sinar UV sebelum merusak sel kulit. Semakin tinggi nilai

SPF suatu tabir surya, maka semakin baik pula aktivitas perlindungannya

(Rahmawanty dkk, 2014).

Secara empiris rimpang temulawak dimanfaatkan oleh masyarakat

sebagai salah satu bahan baku pembuatan kosmetik alami berupa bedak

dingin yang dioleskan pada kulit terutama kulit wajah agar terhindar dari

paparan sinar matahari .

Menurut penelitian dari Eni Hayani (2006) tentang analisis kandungan

kimia dalam temulawak secara kualitatif skrining fitokimia terdapat alkaloid,

fenolik, flavonoid, triterpennoid dan glikosida . Senyawa fenolik khususnya

golongan flavonoid yang terdapat dalam tumbuhan dan berfungsi melindungi

jaringan tanaman terhadap kerusakan akibat radiasi sinar matahari. Hal ini

karena flavonoid mempunyai gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal

terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV baik UV-A maupun UV-B

sehingga mengurangi intensitasnya pada kulit (Rahmawanty dkk, 2014).

Berdasarkan penjelasan diatas maka penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui aktivitas tabir surya dari ekstrak etanol rimpang temulawak

(Curcuma xanthorriza Roxb) melalui penentuan nilai SPF secara in vitro.


3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan yaitu :

1. Apakah terdapat aktivitas pada ekstrak rimpang temulawak sebagai tabir

surya berdasarkan penentuan nilai Sun Protection factor (SPF) ?

2. Berapa potensi aktivitas pada ekstrak rimpang temulawak sebagai tabir

surya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui aktivitas pada ekstrak rimpang temulawak sebagai tabir

surya dengan menentukan nilai Sun Protection Factor (SPF).

2. Untuk mengetahui besarnya potensi aktivitas pada ekstrak rimpang

temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) sebagai tabir surya.

D. Manfaat Penelitian

1. Ekstrak rimpang temulawak dapat digunakan sebagai tabir surya dalam

pemanfaatannya di masyarakat.

2. Sebagai bahan refrensi peneliti dalam penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai