Anda di halaman 1dari 12

Five Star Doctor

Dalam era globalisasi ini, tantangan seorang dokter (terutama dokter di Indonesia) mendapat
tantangan multi dimensi, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri dengan semakin
dekatnya sistem perdagangan bebas . Oleh karena itu sistem yang ada dan yang akan berlaku
memang mempunyai nilai ekspektasi yang begitu tinggi terhadap peran dokter masa depan.

Peran dokter diharapkan tidak hanya sekedar mengobati pasien sakit, tetapi lebih dari itu
dokter harus mampu memberikan warna tersendiri baik dalam merubah paradigma mengenai
kesehatan yang salah dimata masyarakat, selain itu juga mampu secara terus menerus
mengikuti kemajuan teknologi kedokteran yang senantiasa berkembang.

Dalam perkembangannya, dokter sebagai agent of change juga diharapkan mempunyai


kompetensi dan berfungsi sebagai care provider, decision maker, communicator, community
leader, dan manager. Kelima ciri diatas dikenal sebagai the Five star doctor.

Dalam dunia kedokteran istilah Five Star Doctor sudah tidak asing lagi, di mana Para
dokter telah terjebak pada rutinitas profesionalisme yang sempit. Banyak dokter yang
akhirnya lebih concern bahwa ilmu kedokteran hanyalah mempelajari segala sesuatu tentang
penyakit. Akibatnya kewajiban untuk menyehatkan rakyat hanya sekadar menganjurkan
minum vitamin, mineral, tonik, dll, serta mengobati pasien yang sakit. Dokter lupa bahwa
selain melakukan intervensi fisik, juga harus berperan dalam intervensi mental dan sosial di
tengah masyarakat.

Dokter dalam kiprah seyogianya menerapkan trias peran dokter sebagai agent of treatment,
agent of change dan agent of development. WHO tahun 1994 baru mengidentifikasi kiprah
ini dan menyebutnya sebagai The Five Star Doctors yaitu Community leader,
Communicator, Manager, Decision Maker dan Care Provider.

Menurut PERSI, dokter yang memiliki kriteria sebagai The Five Star Doctors harus mampu
dan berfungsi sebagai care provider (sebagai bagian dari keluarga, pelaksana pealyanan
kedokteran komprehensif, terpadu, berkesinambungan, pada pelayanan dokter tingkat
pertama, sebagai pelapis menuju ke pelayanan kedokteran tingkat kedua).(2)

Seorang dokter di dalam menjalankan tugas keseharian nya kedepan, tidak hanya
memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien nya saja. Dokter dalam kapasitasnya sebagai
The Five Star Doctor harus mengambil peran lebih yang meliputi fisik, mental dan sosial
sesuai dengan kebutuhan pasien. Mengingat bahwa sistem kesehatan tidak hanya meliputi
aspek pengobatan saja, maka dalam setiap menangani pasien seorang dokter sudah harus
memastikan bahwa penanganan yang mereka berikan adalah penanganan yang total.
Penanganan yang meliputi pengobatan, pencegahan, perawatan dan rehabilitasi kesemuanya
dilakukan secara menyeluruh, berkelanjutan dan terintegrasi. (3)

Pelayanan tersebut juga harus dipastikan bahwa benar-benar pada kualitas yang tertinggi Di
indonesia. The Five Star Doctors harus dapat menjadi decicion maker (sebagai penentu
pada setiap tindakan kedokteran, dengan memperhatikan semua kondisi yang ikut
mempengaruhinya). Dokter sebagai penentu pada setiap tindakan kedokteran dengan
memperhatikan semua kondisi yang ikut mempengaruhinya. Karena kesehatan tidak hanya
meliputi aspek pengobatan saja, maka dokter sebagai penyelenggara kesehatan tidak bisa
lepas dari aspek pembiayaan dan efisiensi yang optimal bagi pasien. Selain itu, seorang
dokter yang baik juga harus mempunyai kemampuan untuk memilih teknologi kedokteran
yang akan digunakan serta harus bisa memilihkan teknologi yang seperti apa yang akan
digunakan sesuai dengan kondisi pasien secara efektif. Oleh karena itu, Five Star Doctor di
tuntut untuk mampu secara terus menerus mengikuti kemajuan teknologi kedokteran yang
senantiasa berkembang.

Dalam kenyataannya, kesehatan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Hal ini menjadi
permasalahan yang serius karena membuat pasien kesulitan dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan yang terbaik bagi mereka. Sedangkan Pemerintah mempunyai keterbatasan dalam
membiayai kesehatan yang memadai bagi masyarakat. Hal ini menjadi tantangan tersendiri
bagi seorang dokter untuk membuat keputusan yang terbaik dari segala kemungkinan yang
ada, untuk memberikan kesehatan yang optimal bagi pasien.

Selain itu, dokter juga harus dapat menjadi seorang communicator (sebagai pendidik,
penyuluh, teman, mediator dan sebagai penasehat keluarga dalam banyak hal dan masalah:
gizi, narkoba, keluarga berencana, seks, HIV, AIDS, sters, kebersihan, pola hidup sehat, olah
raga, olah jiwa, kesehatan lingkungan).

Oleh karena paradigma kesehatan saat ini sudah bergeser dari paradigma sakit menjadi
paradigma sehat. Yang dimaksud dengan Paradima Sehat yaitu Paradigma Sehat adalah cara
pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat
masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor upayanya
lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan Bukan hanya
panyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.

Jadi, Paradigma Sehat merupakan upaya membuat orang sehat tetap sehat. Sehingga hal yang
penting sekarang adalah bagaimana memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk
terbiasa hidup sehat. Sehingga yang pada akhirnya menghindarkan mereka dari resiko sakit.
Keterlibatan tiap individu dalam melindungi dan menjaga kesehatan dirinya merupakan hal
yang sangat vital, karena terpapar tidaknya terhadap resiko terkena penyakit ditentukan oleh
perilakunya sendiri terhadap kesehatan dirinya.

Namun paradigma sehat hanya sebatas fisik saja dan penekanannya masih pendidikan biologi
dan kedokteran, belum pada pola makan dan hidup sehat, ungkap dr Puti dalam acara One
Day training Health Secret beberapa waktu lalu.Dokter masa depan harus mampu menjadi
komunikator yang baik untuk mempengaruhi individu, keluarga dan masyarakat agar mampu
mengadopsi perilaku gaya hidup sehat dan menjadi partner dalam upaya menyehatkan
masyarakat.

Selain itu, seorang dokter yang baik harus dapat mengkomunikasikan tindakan medis yang
akan dilakukan terhadap pasien. Oleh sebab itu, dalam pratik nya, seorang dokter akan
melakukan diskusi dengan pasien nya tentang tindakan medis yang akan diberikan. Contoh
dalam pengambilan keputusan sebuah tindakan medis oleh seorang dokter kepada pasiennya,
tidak sepenuhnya menjadi keinginan dokter, perlu juga diperhatikan apakah pasien tersebut
akan ikut berpartisipasi dalam tindakan medis tersebut atau tidak. Keputusan pasien bisa ikut
maupun tidak. Namun hal ini tidak menjadi sesuatu keputusan yang mutlak bagi respon
pasien terhadap tindakan medis pasien bagi dokter untuk tidak melanjutkan tindakan medis
tersebut, walaupun pasien menolak dokter harus tetap menginformasikan dengan jelas
tindakan medis yang akan dilakukan sebab penolakan sebuah tindakan medis dokter oleh
seorang pasien dapat terjadi karena ketidaktahuan pasien terhadap tindakan medis yang akan
dilakukan terhadapnya.Kemudian dalam kasus bila jawaban pasien adalah positif atau ikut
berpartisipasi dalam tindakan medis yang akan diberikan kepadanya, seorang dokter harus
mengeksplorasi kembali keputusan tersebut. Dalam sesi konsultasi antara dokter dan pasien,
dapat meninggalkan dampak fisikis dan psikologis pada pasien. Apakah pada saat
mengkonsultasikan tindakan medis yang akan diberikan tersebut akan menjadi beban fisik
dan emosional karena harus mengambil tindakan medis yang akan di ambil. Hal ini bisa
dikurangi dengan mendiskusikan resiko serta efek samping dan dengan bagaimana dokter
tersebut akan memperlakukan pasiennya. Selain itu, agar pasien tidak mengalami beban fisik
terutama beban emosional dalam pemilihan tindakan medis yang akan dilakukan maka saat
melakukan penentuan pilihan tindakan medis, dokter harus lebih fokus pada memberikan
motivasi dan respon untuk meminta pasien menjadi partisipan, berikan pasien pengertian dan
pemahaman, serta evaluasi terhadap aspek yang akan ditimbulkan dari tindakan medis
tersebut.

Namun hal ini masih kurang dalam kedokteran di Indonesia sebagai mana pasien yang
berobat ke luar negeri meskipun menggunakan bahasa yang berbeda dengan dokternya, dapat
berkonsultasi hingga satu jam. Sedangkan di Indonesia, di mana pasien dan dokter sama-
sama memakai Bahasa Indonesia, konsultasi dan pelayanan yang diberikan dokter kepada
pasien di ruang kerjanya paling lama hanya berlangsung sekitar 15 menit. (5)

Kemudian, seorang dokter juga harus mampu menjadi seorang community leader
(membantu mengambil keputusan dalan ikhwal kemasyarakatan, utamanya kesehatan dan
kedokteran keluarga, sebagai pemantau, penelaah ikhwal kesehatan dan kedokteran
keluarga). Seorang dokter harus dapat membantu mengambil keputusan dalam hal ikhwal
kemasyarakatan, utamanya kesehatan keluarga dan juga sebagai pemantau dan penelaah
kesehatan keluarga. Tiap Daerah mempunyai karakteristik yang berbeda, mengutip
Hipokrates yang pernah berkata Barang siapa yang ingin melakukan pelayanan dan
penelitian kedokteran dengan baik dan seksama, pertama-tama ia harus memperhatikan
musim, (cuaca) pada tahun itu. Kebutuhan dan permasalahan seluruh masyarakat baik yang
ada di kota maupun di desa, tidaklah sama. Dengan memahami ketergantungan mereka pada
fisik dan lingkungan sosial serta memahami luasnya dari tiap masalah atau resiko kesehatan
yang ada, maka seorang dokter tidak akan secara mudah merawat pasien yang meminta
bantuan tanpa memiliki ketertarikan terhadap apa-apa yang terjadi dikomunitas masyarakat
tersebut. Sehingga dengan demikian dokter itu akan bisa melakukan tindakan yang
memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Terakhir, seorang dokter harus bisa menjadi manager (ia berkemampuan untuk
berkolaborasi dalam kemitraan, dalam ikhwal penanganan kesehatan dan kedokteran
keluarga). Seorang dokter berkemampuan untuk berkolaborasi dalam kemitraan pada
penanganan kesehatan dan kedokteran keluarga.
Untuk membawa semua fungsi diatas secara optimal, maka sangat penting artinya seorang
dokter untuk mempunyai ketrampilan manajerial yang bagus. Dengan kemampuan tersebut,
seorang dokter akan mudah dalam melakukan inisiasi perubahan dari setiap informasi yang
didapat, agar nantinya bisa membuat keputusan yang lebih baik. Kemampuan ini juga
diperlukan manakala bekerja dalam tim dengan berbagai multidisiplin ilmu. yang bersama-
sama bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan dan pengembangan sosial.

Dengan adanya Five Star Doctor, masyarakat lebih diperhatikan sehingga memungkinkan
penanggulan sebuah penyakit akan lebih baik dibandingkan dengan dokter yang hanya
memberikan penanganan medis dan resep obat saja. Oleh karena itu, dalam penerapan Five
Star Doctor di Indonesi ini mutlak dilakukan karena untuk mencapai kesejahteraan kesehatan
masyarakat yang lebih baik sesuai dengan tujuan pemerintah Indonesia.

Sayangnya, sarana untuk melatih kita menjadi five star doctor saat ini terbilang masih kurang,
karena kelima kemampuan dalam five star doctor tersebut tidak cukup hanya dengan
mempelajari teorinya saja, melainkan sebuah keterampilan abstrak atau soft skill yang hanya
bisa didapatkan dan dikembangkan dengan pengalaman. Akan terasa lebih berat jika
penyelenggara pendidikan kedokteran tidak bisa menjembatani mahasiswa untuk
mengembangkan kemampuan mereka ini, dan tidak ada inisiatif dan usaha dari mahasiswa itu
sendiri untuk mengembangkan potensi mereka.

Setidaknya pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan kualitas dokter-dokter sekarang


dengan mengadakan uji kompetensi, yang didalamnya juga terdapat persoalan dari berbagai
aspek, tidak hanya kondisi fisik pasien, tetapi juga keadaan holistik pasien tersebut.

Life Long Learning

Banyak alasan melatarbelakangi manusia menjalani lifelong learning. Perkembangan ilmu


dan teknologi yang cepat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan pendidikan mulai dari
sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas hingga
perguruan tinggi. Meningkatnya kebutuhan akan pendidikan mengakibatkan terjadinya
pergeseran kebutuhan tenaga kerja mengenai standar kemampuan yang dimiliki.

tujuan yang jelas, sebuah visualisasi pencapaian dan perayaan atas prestasi. Secara sederhana
hubungan antara ketiga hal tersebut yaitu manusia harus memiliki motivasi yang mendorong
tindakan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan. Namun dengan motivasi saja usaha tidak
akan maksimal, oleh karena itu manusia juga harus melakukan visualisasi pencapaian agar
semangat belajar semakin terpompa. Setelah mengerahkan semua daya yang dimiliki,
menjadi sangat perlu melakukan perayaan kecil atas setiap prestasi yang telah berhasil kita
capai. Hal ini dimaksudkan agar semangat yang ada kembali tumbuh dan terstimulasi untuk
kembali meraih kesuksesan.
Colin dan Malcolm (2002) menyebutkan bahwa untuk menumbuhkan semangat kita perlu
memikirkan Apa Gunanya Bagiku (AGB). AGB merupakan langkah penting yang pertama
harus diketahui oleh seorang pelajar. Tanpa ada alasan positif mengapa kita mempelajari
sesuatu maka informasi yang disampaikan akan lebih sulit untuk dicerna. Setelah mengetahui
AGB, langkah selanjutnya adalah membuat daftar sukses yang akan dicapai dalam proses
belajar. Lalu berikan penegasan terhadap tujuan yang telah disusun dalam daftar sukses
tersebut. Penegasan dibutuhkan untuk menumbuhkan sikap positif yang dapat memberikan
energi positif kepada pikiran pada proses belajar.
Banyak langkah yang dapat ditempuh agar kegiatan lifelong learning menjadi lebih
menyenangkan. Setiap orang memiliki gaya dan cara pandang yang berbeda agar hasil belajar
yang diperoleh lebih optimal. Oleh karena itu, gaya belajar perlu dikembangkan dengan baik.

Ilmu yang dimiliki oleh seseorang akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya, begitu juga
lifelong learner sejati. Menurut Eikenberry (2007) ada beberapa karekteristik yang secara
umum dimiliki oleh lifelong learner yaitu :
1. Memiliki pola pikir yang tertata. Dalam melakukan kegiatan termasuk belajar kita harus
memiliki pikiran seperti seorang ahli. Pikiran tersebut akan memberi peluang besar untuk
menguasai ilmu pengetahuan.
2. Membuat hubungan. Agar pengetahuan dapat berkembang maka diperlukan penguasaan
pembuatan hubungan antara informasi yang satu dengan yang lain.
3. Fleksibel dan dapat beradaptasi dengan baik. Belajar adalah akibat adanya perubahan,
lifelong learner harus dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi.
4. Selalu mempelajari sesuatu. Lifelong learner menyamakan otaknya dengan otot yang harus
terus dilatih setiap hari secara rutin.
5. Penuh rasa keingintahuan. Satu dari banyak pertanyaan menakjubkan yang sering
dilontarkan oleh seorang lifelong learner adalah `mengapa`. Pertanyaan ini menggambarkan
rasa keingintahuan yang besar.
6. Belajar dengan banyak cara. Ada banyak cara yang dapat ditempuh untuk melakukan
proses belajar. Namun yang terbaik adalah memadukan berbagai langkah misalnya saja
dengan memaksimalkan membaca, mendengar dan berbicara bahkan praktek.
7. Menjadi sumber ilmu. Ada banyak hal yang dapat diperoleh dengan menjadi sumber ilmu.
Selain pemahaman lebih mendalam, ilmu pengetahuan yang dimiliki semakin terasah.

Disamping itu, tujuh karakter seorang lifelong learner lebih singkat diungkapkan oleh Smith
(2007):
Memiliki pengetahuan dengan pemahaman mendalam, Pemikir komplek, Orang yang
kreatif,Aktif dalam mencari informasi, Pembicara efektif,Berpartisipasi dalam berbagai
kegiatan,Pembelajar sendiri yang ulung

Sebenarnya penjelasan rinci mengenai manfaat dari proses belajar tidak diperlukan lagi.
Manfaat itu dengan sendirinya akan dirasakan baik oleh pemiliknya sendiri, orang lain
bahkan masyarakat secara luas. Orang yang terus menggali ilmu hingga pengetahuannya
senantiasa bertambah dari waktu ke waktu akan memperoleh karir dengan prospek gemilang.
Meskipun dunia kerja berubah namun dengan ilmu yang terus berkembang tidak akan ada
kesulitan untuk beradaptasi dan mengembangkan kemampuan individu baru yang lebih
diperlukan. Setelah karir, kemajuan ekonomi yang baik selanjutnya akan mengikuti. Begitu
juga dari aspek sosial yang dianggap sebagai sumber ilmu bagi orang lain, secara tidak
langsung akan menimbulkan citra diri positif di kalangan masyarakat. Sebagaimana telah
diungkapkan Colin dan Malcolm (2002) bahwa kualitas pembelajaran dan kualitas pemikiran
kita akan menghasilkan kualitas kehidupan secara langsung. Orang yang berilmu akan
memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat melebarkan kariernya dimana saja atau
dengan kata lain menjadi orang yang inovatif.

Prinsip Etika Pokok Kedokteran dan Kaidah Dasar Moral

empat kaidah dasar etika dalam praktik kedokteran, dengan prima facie sebagai judge;
penentu kaidah dasar mana yang dipilih ketika berada dalam konteks tertentu (ilat) yang
relevan.

a. Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy). Menghormati martabat


manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang
memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang
otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.
Pandangan Kant : otonomi kehendak = otonomi moral yakni : kebebasan bertindak,
memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi
dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar
(heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari
manusia.

Pandangan J. Stuart Mill : otonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni


kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan kemampuan
melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.

Menghendaki, menyetujui, membenarkan, mendukung, membela, membiarkan pasien demi


dirinya sendiri = otonom (sebagai mahluk bermartabat).

Didewa-dewakan di Anglo-American yang individualismenya tinggi.

Kaidah ikutannya ialah : Tell the truth, hormatilah hak privasi liyan, lindungi informasi
konfidensial, mintalah consent untuk intervensi diri pasien; bila ditanya, bantulah membuat
keputusan penting.

Erat terkait dengan doktrin informed-consent, kompetensi (termasuk untuk kepentingan


peradilan), penggunaan teknologi baru, dampak yang dimaksudkan (intended) atau dampak
tak laik-bayang (foreseen effects), letting die.

b. Berbuat baik (beneficence). Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare).
Pengertian berbuat baik diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar
memenuhi kewajiban.

*Tindakan berbuat baik (beneficence)

General beneficence :melindungi & mempertahankan hak yang lain,mencegah terjadi


kerugian pada yang lain,menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,

Specific beneficence :menolong orang cacat,menyelamatkan orang dari bahaya.

Mengutamakan kepentingan pasien

Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter/rumah


sakit/pihak lain
Maksimalisasi akibat baik (termasuk jumlahnya > akibat-buruk)

c. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence). Praktik Kedokteran haruslah memilih


pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno: first,
do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti.

Sisi komplementer beneficence dari sudut pandang pasien, seperti :

Tidak boleh berbuat jahat (evil) atau membuat derita (harm) pasien

Minimalisasi akibat buruk

Kewajiban dokter untuk menganut ini berdasarkan hal-hal :

- Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting

- Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut

- Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif

- Manfaat bagi pasien > kerugian dokter (hanya mengalami risiko minimal).

Norma tunggal, isinya larangan.

d. Keadilan (justice). Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik,


agama dan faham kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta
perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya.
Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.

Treat similar cases in a similar way = justice within morality.

Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni :

a. Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka
(kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang memerlukan/membahagiakannya)

b. Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan beban
sesuai dengan kemampuan pasien).

Tujuan : Menjamin nilai tak berhingga setiap pasien sebagai mahluk berakal budi
(bermartabat), khususnya : yang-hak dan yang-baik
Jenis keadilan :

a. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)

b. Distributif (membagi sumber) : kebajikan membagikan sumber-sumber kenikmatan dan


beban bersama, dengan cara rata/merata, sesuai keselarasan sifat dan tingkat perbedaan
jasmani-rohani; secara material kepada :

Setiap orang andil yang sama

Setiap orang sesuai dengan kebutuhannya

Setiap orang sesuai upayanya.

Setiap orang sesuai kontribusinya

Setiap orang sesuai jasanya

Setiap orang sesuai bursa pasar bebas

c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bersama


:

Utilitarian : memaksimalkan kemanfaatan publik dengan strategi menekankan efisiensi


social dan memaksimalkan nikmat/keuntungan bagi pasien.

Libertarian : menekankan hak kemerdekaan social ekonomi (mementingkan prosedur adil


> hasil substantif/materiil).

Komunitarian : mementingkan tradisi komunitas tertentu

Egalitarian : kesamaan akses terhadap nikmat dalam hidup yang dianggap bernilai oleh
setiap individu rasional (sering menerapkan criteria material kebutuhan dan kesamaan).

d. Hukum (umum) :

Tukar menukar : kebajikan memberikan / mengembalikan hak-hak kepada yang berhak.

pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan untuk kedamaian hidup bersama) mencapai
kesejahteraan umum.
Prima Facie : dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang dokter harus melakukan pemilihan
1 kaidah dasar etik ter-absah sesuai konteksnya berdasarkan data atau situasi konkrit
terabsah (dalam bahasa fiqh ilat yang sesuai). Inilah yang disebut pemilihan berdasarkan
asas prima facie.

Norma dalam etika kedokteran (EK) :

Merupakan norma moral yang hirarkinya lebih tinggi dari norma hukum dan norma sopan
santun (pergaulan)

Fakta fundamental hidup bersusila :

Etika mewajibkan dokter secara mutlak, namun sekaligus tidak memaksa. Jadi dokter tetap
bebas,. Bisa menaati atau masa bodoh. Bila melanggar : insan kamil (kesadaran moral = suara
hati)nya akan menegur sehingga timbul rasa bersalah, menyesal, tidak tenang.

Sifat Etika Kedokteran :

Etika khusus (tidak sepenuhnya sama dengan etika umum)

Etika sosial (kewajiban terhadap manusia lain / pasien).

Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri)

Etika normatif (mengacu ke deontologis, kewajiban ke arah norma-norma yang seringkali


mendasar dan mengandung 4 sisi kewajiban = gesinnung yakni diri sendiri, umum, teman
sejawat dan pasien/klien & masyarakat khusus lainnya)

Etika profesi (biasa):

bagian etika sosial tentang kewajiban & tanggungjawab profesi

bagian etika khusus yang mempertanyakan nilai-nilai, norma-norma/kewajiban-kewajiban


dan keutamaan-keutamaan moral

Sebagian isinya dilindungi hukum, misal hak kebebasan untuk menyimpan rahasia
pasien/rahasia jabatan (verschoningsrecht)

Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan & pengalaman profesi kedokteran.


Untuk menjawab masalah yang dihadapi (bukan etika apriori); karena telah berabad-abad,
yang-baik & yang-buruk tadi dituangkan dalam kode etik (sebagai kumpulan norma atau
moralitas profesi)

Isi : 2 norma pokok :

sikap bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan dampak praktek profesi bagi orang lain;

bersikap adil dan menghormati Hak Asasi Manusia (HAM).

Etika profesi luhur/mulia :

Isi : 2 norma etika profesi biasa ditambah dengan :

Bebas pamrih (kepentingan pribadi dokter )

Ada idealisme : tekad untuk mempertahankan cita-cita luhur/etos profesi = lesprit de


corpse pour officium nobile

7. Ruang lingkup kesadaran etis : prihatin terhadap krisis moral akibat pengaruh teknologisasi
dan komersialisasi dunia kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai