Anda di halaman 1dari 3

Serangga Sebagai penyebab penyakit

Serangga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan secara llangsung melalui beberapa
cara yaitu : (1) pengaruh mekanis, (2) pengaruh racun, (3) pengaruh alergi dan (4) pengaruh
kejiwaan/psikis
Pengaruh mekanis
akibat serangga dewasa oleh gigitan, hisapan, cucukan, juga karena gerak larva dalam jaringan
tubuh dan lain lain. Sehubungan dengan pengaruh mekanisme ini, dikenal beberapa istilah yaitu
Endoparasit, serangga hidup sebagai parasit dan bersarang didalam jaringan tubuh tuan rumah,
misalnya larva lalat menyebabkan myasis pada jaringan tubuh manusia. Ektoparasit, serangga
menjadi parasit dan hidup pada permukaan/ diluar tubuh tuan rumah, misalnya kutu kepala. Parasit
permanen, serangga menjadi parasit seumur hidup dan menggantungkan hidupnya selamanya pada
tuan rumah secara permanen. Ia bisa berpindah pindah tuan rumah tetapi tidak bisa hidup dialam
bebas misalnya pinjal, tuma. Parasit periodik pada jenis ini, serangga pada periode tertentu dari
siklus hidupnya
Pengaruh racun (toxin)
Disini arthopoda dapat mengeluarkan racun/toxin yang masuk kedalam tubuh hospes misalnya
melalui kontak langsung ( ulat bulu), gigitan ( laba laba), sengatan (lebah), atau tusukan
(kalajengking). Toxin itu dapat menimbulkan gejala gejala antara lain gatal-lepuh-urticaria (
misalnya oleh nyamuk,ulat bulu dan sebagainya). Dapat juga menimbulkan gangguan kelumpuhan
saraf oleh scorpion atau hemolysis oleh kalajengking/ scorpion
Pengaruh alergi
Pada orang orang yang rentan terhadap bulu bulu dari ulat bulu, dapat timbul reaksi alergi pada
kulit. Demikian pula sejenis protein yang dihasilkan dari metabolisme kecoa banyak diduga
meenimbulkan asma pada anak anak. Asma juga dapat ditimbulkan oleh reaksi terhadap
Dermatophagoides, yaitu tunggau debu rumah
Pengaruh kejiwaan/psikis
Entomopbia yaitu rasa takut yang berlebihan dan tidak berdasar, saat melihat serangga tertentu
seperti misalya melihat laba laba
Serangga sebagai pengganggu kesehatan
Aspek klinik/ peranan serangga arthopoda terhadap ganguan kesehatan, ditimbulkan akibat
peranya sebagai penyebab/vektor/transmitter/penular bibit penyakit ata sebagai penyebab
langsung gangguan kesehatan misalnya akibat gigitan yang merusak kulit permukaan tubuh,oleh
racun yang ditimbulkanya (misalnya sengatan lebah atau kalajengking) atau akibat hidupnya larva
serangga pada jaringan tubuh (penyakit myasis).
Serangga sebagai vektor
Serangga dapat menularkan penyakit dengan 2 cara, yaitu penularan mekanis, sering pula
vektornya disebut sebagai vektor mekanik. Pada cara ini, bibit penyakit tidak mengalami
pertumbuham atau pembiakan lebih dahulu dalam tubuh vektor. Bibit penyakit sekedar
dipindahkan atau disebarkan secara mekanis karena kebetulan melekat pada bagian bagian tubuh
serangga misalnya pada bulu atau rambut kaki,proboscis,badan maupun sayap. Contoh : bakteri
Salmonnela atau Shigela penyebab diare secara mekanis disebarkan oleh lalat dan kecoa dari
tempat yang kotor ke makanan atau minuman. Cara kedua penularan biologis, vektor arthopodanya
disebut vektor biologis dikenal beberapa pengertian yaitu (1) penularan secara propagatif (2)
sikliko-propagatif; (3) sikliko developmental dan (4) transvarial (herediter)
Penularan secara propagatif
Penularan didahului dengan perkembangbiakan penyebab penyakit didalm tubuh vektor sebelum
ditularkan, artinya terjadi perbanyakan ( multiplikasi) dalam jumlah penyebab penyakit sebelum
disebarluaskan, misalnya penyakit pes oleh pinjal
Sikliko propagatif
Penularan didahului oleh pertumbuhan dan pembiakan penyebab penyakit dalam tubuh vektor
sebelum ditularkan, dengan perkataan lain, penyebab penyakit terlebih dahulu menjalani proses
siklus hidup sambil memperbanyak diri di dalam tubuh vektor misalnya plasmodium penyebab
malaria di dalam tubuh nyamuk Anopheles barbirostis
Sikliko development
Didalam tubuh vektor, penyabab penyakit terlebih dahulu mengalami proses pendewasaan tanpa
perkembanagnbiakan sebelum ditularkan, misalnya Culex mengalai perubahan/pendewasaan dari
bentuk mikrofiliria menjadi makrofiliria
Transovorial ( Herediter)
Selain menularkan penyebab penyakit secara horizontal dari manusia ke manusia, vektor serangga
yang mengandung penyebab penyakit dapat juga menurunkan penyebab penyakit tersebut secara
vertikal yaitu diurunakan melalui ovarium pada telur yang ditetaskan sehingga larva yang keluar
dari telur telah bersifat inefektif mengandung penyakit. Jadi penularan dapat berlangsung melalui
generasi berikutnya, misalnya : virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti dapat diturunkan
secara transovorial melalui telur yang ditetaskanya.
Siklus hidup serangga
Dalam proses pertumbhan dan siklus hidup sejak stadium telur, arthopoda mengalami beberapa
fase proses perubahan bentuk tubuh yang disebut metamorfosis ada dua macam yaitu
metamorfosis lengkap ( sempurna) terjadi perubahan dari telur, larva, pupa dan akhirnya dewasa.
Metamorfosis tidak lengkap terjadi perubahan dari telur, lympha dan akhirnya dewasa.
Stadium stadium pertumbuhan tersebut lazim dikenal dengan istilah instar seperti misalnya pada
larva atau jentik nyamuk dikenal pertumbuhan dari larva instar 1 yang baru keluar dari stadium
telur hingga larva instar 4 yang akan masuk ke dalam stadium pembentukan kepompong atau pupa.
Perlu diketahui pula bahwa dalam siklus perjalanan hidupnya, serangga selain mengalami
perubahan bentuk juga sering mengalami perubahan ukuran ( membesar) yang ditandai dengan
proses pelepasan dan pengantian kulit luar yang disebut proses ekdisis.

Anda mungkin juga menyukai