Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

Dokter pembimbing :
dr. Eko Djunaedi Sp.KJ

Kelompok 37H :

Monica 2007.04.0.0051
Rizky Apriyansyah 2009.04.0.0055
Yaleswari Hayu Pertiwi 2009.04.0.0056
Rizka Amalia 2009.04.0.0057
Maria Nindya Prawita 2009.04.0.0058
Andri Jaya Atmaja 2009.04.0.0060

SMF JIWA RSJ dr. RADJIMAN WIDIODININGRAT LAWANG


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
BAB 1
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MAS
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl.Lahir : Ampel Gading/17 Maret 1999
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Status Marital : Belom Menikah
Pendidikan Terakhir : SD

II. ANAMNESA
A. Keluhan Utama
Kejang
B. Hetero Anamnesis
Pasien dibawa ke UGD RSJ dr Radjiman Malang dengan kejang dan
mata melirik keatas. Keluarga mengaku sudah 4 hari ini sering
mengalami kejang seperti ini. 4 hari ini pasien tampak gelisah dan
sering jalan mondar-mandir dan teriak-teriak. Sejak 9 bulan yang lalu
pasien sering marah-marah dan sering bicara kotor. Pasien juga sering
bicara sendiri dan senyum-senyum sendiri. Pasien masih nyambung
jika diajak berbicara dan bisa tidur dengan baik tetap sering terbangun.
Pasien makan secara teratur. Kurang lebih 2 hari yang lalu pasien
jatuh dari sepeda montor, pasien mengeluh pusing dan leher sulit
untuk ditekuk. Sejak jatuh pasien menjadi sulit berbicara
C. Keluhan dan keterangan penderita (autoanamnesa)
Anak datang ke rumah sakit dikarenakan lehernya sulit untuk ditekuk,
merasa pusing dan sulit berbicara setelah jatuh dari sepeda montor
kemarin.
Pasien jarang bermain dengan teman-teman disekitar rumahnya.
Semenjak tidak naik kelas pada kelas 3 SD pasien jadi jarang bermain
dengan teman-teman sekitarnya. Semenjak sakit ini pasien semakin
jauh dari keluarganya dan sering marah-marah
D. Riwayat perkembangan anak
Lahir cukup bulan dan normal. Lahir di bidan dekat rumah, selama
kehamilan ibu pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat-
obatan atau jamu. Pasien menggunakan ASI hingga umur 16 bulan.
Pasien mulai diajarkan toilet training pada umur 4 tahun. Pasien dapat
duduk, berjalan, bicara sama seperti usia teman sebayanya
E. Riwayat sakit sebelumnya
Kejang
F. Riwayat sekolah
Bersekolah hingga kelas 3 SD lalu tidak melanjutkan sekolah karena
tidak naik kelas
G. Riwayat Keluarga
Pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandung. Perkawinan mereka sudah
25 tahun dan tidak ada masalah yang serius.
Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara

III. PEMERIKSAAN
Tensi : 140/90 mmhg Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 20 x/menit suhu : 36,2C

Keadaan Umum : Compos Mentis


Kepala/Leher : a/ic/d -/-/-/-
Thorax : Cor : S1 S2 tunggal Reguler
Murmur (-)
Pulmo :Vesiculer +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : Supel, Bising usus (+), meteorismus (-)
Ekstremitas : akral hangat +/+
+/+

oedem -/-
-/-
GCS : 4-5-6
Meningeal Sign : kaku kuduk (-)
Refleks Fisiologik : BPR +2/+2 APR +2/+2 KPR +2/+2
TPR +2/+2
Refleks Patologik : Babinski (-) / (-) Tromer (-) / (-)
Chaddock (-) / (-)

Kesan Umum : pasien 4nampak gelisah dan tidak kooperatif dalam


pemeriksaan, roman muka sesuai usia dan tampak tidak
rapi
Kontak : Verbal (+) relevan tidak lancar
Non verbal (+)
Kesadaran : berubah kualitatif
Orientasi : W/T/O +/+/+
Daya ingat : Tidak ada gangguan
Persepsi : Halusinasi auditorik (+)
Proses berpikir : bentuk: non realistic, Arus : inkoheren , Isi : Pikiran tidak
memadai
Afek/emosi : datar
Kemauan : ADL (menurun) social (menurun) pekerjaan (menurun)
Psikomotor : Meningkat

IV. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Axis I : (F.06.9 + F 71.1) Gangguan mental YTT akibat kerusakan dan
disfungsi otak dan penyakit fisik dan retardasi mental sedang
terdapat hendaya perilaku yang bermakna dan memerlukan
perhatian atau terapi
Axis II : Retardasi mental sedang
Gangguan kepribadian organik
Axis III : belom diketemukan (observasi cedera pada otak dan observasi
hipertensi)
Axis IV : masalah primary support group
Axis V : GAF saat ini 20 11
GAF tertinggi 1 tahun terakhir 40 31
V. TATA LAKSANA
Obat terapi : Risperidon 1mg 2 x 1
Asam folat 3x 1
Clobazam 5mg 0 0 1

Psikoterapi
Memotivasi pasien agar dapat menjalani pengobatan sesuai yang
dianjurkan
Memotivasi pasien untuk kembali tenang dan memperhatikan sekitarnya
Sosial Terapi
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai keadaan pasien,
mengenai faktor pencetus,perjalan penyakit dan pengobatan
Menjelaskan dan memberi pengarahan tentang sikap yang harus
dilakukan kepada pasien terbuka
Monitoring
Keluhan pasien
Observasi vital sign dan keadaan umum
Efek samping obat

VI. PROGNOSIS
Dubia at malam
BAB 2
Gangguan Mental Organik

I. Definisi
Gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan dengan
penyakit atau gangguan baik pada otak ataupun penyakit sistemik yang
menyebabkan disfungsi otak.
Beberapa kondisi yang diduga mempengaruhi area sistem limbik di otak
mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku, seperti epilepsi, trauma kepala,
tumor otak, gangguan demielinasi, penyakit infeksi, gangguan imunitas,
gangguan endokrin dan lain lain.

Gangguan otak organik didefinisikan sebagai gangguan dimana terdapat


suatu patologi yang dapat diidentifikasi (contohnya tumor otak. penyakit
cerebrovaskuler, intoksifikasi obat).1,2,3 Sedangkan gangguan fungsional adalah
gangguan otak dimana tidak ada dasar organik yang dapat diterima secara
umum (contohnya Skizofrenia. Depresi) Dari sejarahnya, bidang neurologi telah
dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut organik dan Psikiatri
dihubungkan dengan pengobatan gangguan yang disebut fungsional.1

Didalam DSM IV diputusakan bahwa perbedaan lama antara gangguan


organik dan fungsional telah ketinggalan jaman dan dikeluarkan dari tata nama.
Bagian yang disebut Gangguan Mental Organik dalam DSM III-R sekarang
disebut sebagai Delirium, Demensia, Gangguan Amnestik Gangguan Kognitif
lain, dan Gangguan Mental karena suatu kondisi medis umum yang tidak dapat
diklasifikasikan di tempat lain.1

Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa
yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan
adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak
Disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang
langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan
dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa
organ atau sistem tubuh4
PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan
Mental Organik. Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom
(gejala) psikologik atau perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Mental
Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang etiolognnya (diduga) jelas
Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau
tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau Sindrom
Otak Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala atau
lamanya penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik
akut ialah kesadaran yang menurun (delirium )dan sesudahnya terdapat
amnesia, pada Sindrom Otak Organik menahun (kronik) ialah demensia

PERBANDINGAN PENGGOLONGAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL


ORGANIK

Menurut PPDGJ III, klasifikasi gangguan mental organik adalah sebagai berikut :

l. Demensia pada penyakit Alzheimer

1.1 Demensia pada penyakit Alzheimer dengan onset dini.

1.2.Demensia pada penvakit Alzheimer dengan onset lambat.

1.3.Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran.

1.4. Demensia pada penyakit Alzheimer Yang tidak tergolongkan ( YTT).

2. Demensia Vaskular

2.1.Demensia Vaskular onset akut.

2.2. Demensia multi-infark

2.3 Demensia Vaskular subkortikal.

2.4. Demensia Vaskular campuran kortikal dan subkortikal

2.5. Demensia Vaskular lainnya


2.6. Demensia Vaskular YTT

3. Demensia pada penyakit lain yang diklasifikasikan di tempat lain (YDK)

3.1. Demensia pada penyakit Pick.

3.2. Demensia pada penyakit Creutzfeldt Jakob.

3. 3. Demensia pada penyakit huntington.

3.4. Demensia pada penyakit Parkinson.

3.5. Demensia pada penyakit human immunodeciency virus (HIV).

3.6. Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT) dan YDK

4. Demensia YTT.

Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada 1-4 sebagai
berikut :

1. Tanpa gejala tambahan.

2. Gejala lain, terutama waham.

3. Gejala lain, terutama halusinasi

4. Gejala lain, terutama depresi

5. Gejala campuran lain.

5. Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya

6. Delirium bukan akibat alkohol dan psikoaktif lain nya

6.1. Delirium, tak bertumpang tindih dengan demensia

6.2. Delirium, bertumpang tindih dengan demensia

6. 3. Delirium lainya.
6.4 DeliriumYTT.

7. Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik.

7.1. Halusinosis organik.

7.2. Gangguan katatonik organik.

7.3. Gangguan waham organik (lir-skizofrenia)

7.4. Gangguan suasana perasaan (mood, afektif) organik.

7.4.1. Gangguan manik organik.

7.4.2. Gangguan bipolar organik.

7.4.3. Gangguan depresif organik.

7.4.4. Gangguan afektif organik campuran.

7.5. Gangguan anxietas organik

7.6. Gangguan disosiatif organik.

7.7. Gangguan astenik organik.

7.8. Gangguan kopnitif ringan.

7.9. Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik lain
YDT.

7.10. Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik YTT.

8. Gangguan keperibadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan fungsi otak

8.1. Gangguan keperibadian organik

8.2. Sindrom pasca-ensefalitis

8.3. Sindrom pasca-kontusio


8.4. Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak lainnya.

8.5. Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak YTT.

9. Gangguan mental organik atau simtomatik YTT

Menurut Maramis, klasifikasi gangguan mental organik adalah sebagai berikut:

1. Demensia dan Delirium


2. Sindrom otak organik karena rudapaksa kepala.
3. Aterosklerosis otak
4. Demensia senilis
5. Demensia presenilis.
6. Demensia paralitika.
7. Sindrom otak organik karena epilepsi.
8. Sindrom otak organik karena defisiensi vitamin, gangguan metabolisme dan
intoksikasi.
9. Sindrom otak organik karena tumor intra kranial.

Menurut DSM IV, klasifikasi gangguan mental organik sebagai berikut:

1. Delirium

1.1. Delirium karena kondisi medis umum.

1.2. Delirium akibat zat.

1.3. Delirium yang tidak ditentukan (YTT)

2. Demensia.

2.1. Demensia tipe Alzheimer.

2.2. Demensia vaskular.

2.3. Demensia karena kondisi umum.


2.3.1. Demensia karena penyakit HIV.

2.3.2. Demensia karena penyakit trauma kepala.

2.3.3. Demensia karena penyakit Parkinson.

2.3.4. Demensia karena penyakit Huntington.

2.3.5. Demensia karena penyakit Pick

2.3.6. Demensia karena penyakit Creutzfeldt Jakob

2.4. Demensia menetap akibat zat

2.5. Demensia karena penyebab multipeL

2.6. Demensia yang tidak ditentukan (YTT)

3. Gangguan amnestik

3.1.Gangguan amnestik karena kondisi medis umum.

3.2 Gangguan amnestik menetap akibat zat

3.3 Gangguan amnestik yang tidak ditentukan ( YTT )

4. Gangguan kognitif yang tidak ditentukan.

Delirium

Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran
yang biasanya tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif. 1,3

Etiologi

Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya mempunyai pola gejala


serupa yang berhubungan dengan tingkat kesadaran dan kognitif pasien. Penyebab
utama dapat berasal dari penyakit susunan saraf pusat seperti ( sebagai contoh
epilepsi ), penyakit sistemik, dan intoksikasi atau reaksi.3 putus obat maupun zat
toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak di luar sistem pusat, misalnya gagal
ginjal dan hati. Neurotransmiter yang dianggap berperan adalah asetilkolin,
serotonin, serta glutamat Area yang terutama terkena adalah formasio retikularis. 1

Penyebab Delirium

Penyakit intrakranial

1. Epilepsi atau keadaan pasca kejang


2. Trauma otak (terutama gegar otak)
3. Infeksi (meningitis.ensetalitis).
4. Neoplasma.

1. Gangguan vaskular

Penyebab ekstrakranial

1. Obat-obatan (di telan atau putus),

Obat antikolinergik, Antikonvulsan, Obat antihipertensi, Obat antiparkinson. Obat


antipsikotik, Cimetidine, Klonidine. Disulfiram, Insulin, Opiat, Fensiklidine, Fenitoin,
Ranitidin, Sedatif(termasuk alkohol) dan hipnotik, Steroid.

1. Racun

Karbon monoksida, Logam berat dan racun industri lain.

1. Disfungsi endokrin (hipofungsi atau hiperfungsi)

Hipofisis, Pankreas, Adrenal, Paratiroid, tiroid

1. Penyakit organ nonendokrin.

Hati (ensefalopati hepatik), Ginjal dan saluran kemih (ensefalopati uremik),

Paru-paru (narkosis karbon dioksida, hipoksia), Sistem kardiovaskular (gagal


jantung, aritmia, hipotensi).
1. Penyakit defisiensi (defisiensi tiamin, asam nikotinik, B12 atau asain folat)
2. Infeksi sistemik dengan demam dan sepsis.
3. Ketidakseimbangan elektrolit dengan penvebab apapun
4. Keadaan pasca operatif
5. Trauma (kepala atau seluruh tubuh)
6. Karbohidrat: hipoglikemi.1,3,4

Faktor predisposisi terjadinya delirium, antara lain:

Usia
Kerusakan otak
Riwayatdelirium
Ketergantungan alkohol
Diabetes
Kanker
Gangguan panca indera
Malnutrisi.3

Diagnosis

Kriteria Diagiostik untuk Delirium Karena Kondisi Medis Umum:

1. Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran terhadap


lingkungan) dengan penurunan kemampuan untuk memusatkan,
mempertahankan, atau mengalihkan perhatian.
2. Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat (biasanya
beberapa jam sampai hari dan cenderung berfluktuasi selama perjalanan hari.

1. Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi, gangguan bahasa)


atau perkembangan gangguan persepsi yang tidak lebih baik diterangkan
demensia yang telah ada sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang
sedang timbul.

1. Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan


Iaboratorium bahwa gangguan adalah disebabkan oleh akibat fisiologis
langsung dan kondisi medis umum.
Catatan penulisan : Masukkan nama kondisi medis umum dalam Aksis I, misalnya,
delirium karena ensefalopati hepatik, juga tuliskan kondisi medis umum pada Aksis
III

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan standar

a. Kimia darah (termasuk elektrolit, indeks ginjal dan hati, dan glukosa)

b. Hitung darah lengkap (CBC) dengan defensial sel darah putih

c. Tes fungsi tiroid

d. Tes serologis untuk sifilis

e. Tes antibodi HIV (human Immunodeficiency virus) f Urinalisa

g. Elektrokardiogram (EKG)

h. Elektroensefalogram (EEG)

i. Sinar X dada

j. Skrining obat dalam darah dan urin

Ies tambahan jika diindikasikan :

1. Kultur darah, urin, dan cairan serebrospinalis


2. Konsentrasi B 12, asam folat
3. Pencitraan otak dengan tomografi komputer (CT) atau pencitraan resonansi
magnetik (MRI)
4. Pungsi lumbal dan pemetiksaan cairan serebrospinalis

Gambaran klinis

Kesadaran (Arousal)
Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan delirium,
satu pola ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan dengan peningkatan
kesiagaan. Pola lain ditandai oleh penurunan kesiagaan. Pasien dengan delirium
yang berhubungan dengan putus zat seringkali mempunyai delirium hiperaktif, yang
juga dapat disertai dengan tanda otonomik, seperti kemerahan kulit, pucat,
berkeringat, takikardia, pupil berdilatasi, mual, muntah, dan hipertermia. Pasien
dengan gejala hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan sebagai depresi, katatonik
atau mengalami demensia.1

Orientasi

Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang harus diuji pada seorang pasien dengan
delirium. Orientasi terhadap waktu seringkali hilang bahkan pada kasus delirium
yang ringan. Orientasi terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain
(sebagai contohnya, dokter, anggota keluarga) mungkin juga terganggu pada kasus
yang berat Pasien delirium jarang kehilangan orientasi terhadap dirinya sendiri.

Bahasa dan Kognisi

Pasien dengan delirium seringkali mempunyai kelainan dalam bahasa. Kelainan


dapat berupa bicara yang melantur, tidak relevan, atau membingungkan (inkoheren)
dan gangguan kemampuan untuk mengerti pembicaraan Fungsi kognitif lainnya
yang mungkin terganggu pada pasien delirium adalah fungsi ingatan dan kognitif
umum Kemampuan untuk menyusun, mempertahankan dan mengingat kenangan
mungkin terganggu, walaupun ingatan kenangan yang jauh mungkin dipertahankan.
Disarnping penurunan perhatian, pasien mungkin mempunyai penurunan kognitif
yang dramatis sebagai suatu gejala hipoaktif delirium yang karakteristik. Pasien
delirium juga mempunyai gangguan kemampuan memecahkan masalah dan
mungkin mempunyai waham yang tidak sistematik, kadang kadang paranoid.

Persepsi

Pasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidak mampuan umum untuk


membedakan stimuli sensorik dan untuk mengintegrasikan persepsi sekarang
dengan pengalaman masa lalu mereka. Halusinasi relatif sering pada pasien
delirium. Halusinasi paling sering adalah visual atau auditoris walaupun halusinasi
dapat taktil atau olfaktoris. Ilusi visual dan auditoris adalah sering pada delirium.

Suasana Perasaan

Pasien dengan delirium mempunyai kelainan dalam pengaturan suasana Gejala


yang paling sering adalah kemarahan, kegusaran, dan rasa takut yang tidak
beralasan. Kelainan suasana perasaan lain adalah apati, depresi, dan euforia.

Gejala Penyerta : Gangguan tidur-bangun

Tidur pada pasien delirium secara karakteristik adalah tergangga Paling sedikit
mengantuk selama siang hari dan dapat ditemukan tidur sekejap di tempat tidurnya
atau di ruang keluarga. Seringkali keseluruhan siklus tidur-bangun pasien dengan
delirium semata mata terbalik. Pasien seringkali mengalami eksaserbasi gejala
delirium tepat sebelum tidur, situasi klinis yang dikenal luas sebagai sundowning. 1

Gejala neurologis

Gejala neurologis yang menyertai, termasuk disfagia, tremor, asteriksis,


inkoordinasi, dan inkontinensia urin.

Diagnosis Banding

a. Demensia

b. Psikosis atau Depresi

Pengobatan

Tujuan utama adalah mengobati gangguan dasar yang menyebabkan delirium.


Tujuan pengobatan yang penting lainnya adalah memberikan bantuan fisik, sensorik,
dan lingkungan. Dua gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan
pengobatan farmakologis adalah psikosis dan insomnia Obat yang terpilih untuk
psikosis adalah haloperidol (Haldol), suatu obat antipsikotik golongan butirofenon,
dosis awal antara 2 10 mg IM, diulang dalam satu jam jika pasien tetap teragitasi,
segera setelah pasien tenang, medikasi oral dalam cairan konsentrat atau bentuk
tablet dapat dimulai, dosis oral +I,5 kali lebih tinggi dibandingkan dosis parenteral
Dosis harian efektif total haloperidol 5 50 mg untuk sebagian besar pasien
delirium. Droperidol (Inapsine) adalah suatu butirofenon yang tersedia sebagai suatu
formula intravena alternatif monitoring EKG sangat penting pada pengobatan ini

Insomnia diobati dengan golongan benzodiazepin dengan waktu paruh pendek,


contohnva. hidroksizine (vistaril) dosis 25 100 mg.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Onset delirium biasanya mendadak, gejala prodromal (kegelisahan dan ketakutan)


dapat terjadi pada hari sebelum onset gejala yang jelas. Gejala delirium biasanya
berlangsung selama faktor penyebab yang relevan ditemukan, walaupun delirium
biasanya berlangsung kurang dari I minggu setelah menghilangnya faktor penyebab,
gejala delirium menghilang dalam periode 3 7 hari, walaupun beberapa gejala
mungkin memerlukan waktu 2 minggu untuk menghilang secara lengkap. Semakin
lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama
waktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang. Terjadinya delirium
berhubungan dengan angka mortalitas yang tinggi pada tahun selanjutnya, terutama
disebabkan oleb sifat serius dan kondisi medis penyerta.1

DEMENSIA

Demensia merupakan suatu gangguan mental organik yang biasanya diakibatkan


oleh proses degeneratif yang progresif dan irreversible yang mengenai arus pikir.
Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan fungsi
kognitif tanpa gangguan kesadaran. Fungsi kognitif yang dipengaruhi pada
demensia adalah inteligensia umum, belajar dan ingatan, bahasa, memecahkan
masalah, orientasi, persepsi, perhatian, dan konsentrasi, pertimbangan, dan
kemampuan sosial. Kepribadian pasien juga terpengaruh.

Epidemiologi

Demensia sebenarnya adalah penyakit penuaan. Dan semua pasien demensia, 50


60% menderita demensia tipe Alzheimer yang merupakan ripe demensia yang
paling sering. Kira-kira 5% dari semua orang yang mencapai usia 65 tahun
menderita demensia tipe Alzhermer, dibandingkan 15 25% dan semua orang yang
berusia 85 tahun atau lebih. Tipe demensia yang paling sering kedua adalah
demensia vaskular yaitu demensia yang secara kausatif berhubungan dengan
penyakit serebrovaskular, berkisar antara 15 30% dari semua kasus demensia,
sering pada usia 60 70 tahun terutama pada laki-laki. Hipertensi merupakan faktor
predisposisi terhadap penyakit demensia vaskular.

Penyebab

1. Penyakit Alzheimer
2. Demensia Vaskular
3. Infeksi
4. Gangguan nutrisional
5. Gangguan metabolik
6. Gangguan peradangan kronis

1. Obat dan toksin (termasuk demensia alkoholik kronis)


2. Massa intrakranial : tumor, massa subdural, abses otak
3. Anoksia
4. Trauma (cedera kepala, demensia pugilistika (punch-drunk syndrome))
5. Hidrosefalus tekanan normal

Diagnosis

Kriteria Diagnostik untuk Demensia Tipe Alzheimer :

a. Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan oleh baik

1. Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru


dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya).

2. Satu (atau lebih) gangguan kogntif berikut :

a. Afasia (gangguan bahasa)

b. Apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas motorik walaupun


fungsi motorik adalah utuh)
c. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentitikasi benda walaupun
fungsi sensorik adalah utuh)

d. Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu, merencanakan, mengorganisasi,


mengurutkan, dan abstrak)

b. Defisit kognitif dalam kriteria al dan a2 masing-masing menyebabkan gangguan


yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu
penurunan bermakna dari tingkat fungsi sebelumnya.

c. Defisit tidak terjadi semata-mata hanya selama perjalanan suatu delirium dan
menetap melebihi lama yang lazim dari intoksikasi atau putus zat.

d. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
bahwa defisit secara etiologis berhubungan dengan efek menetap dari pemakaian
zat (misalnya suatu obat yang disalahgunakan).

Kondisi akibat zat

Defisit tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis I lainnya (misalnya,
gangguan depresif berat, skizofrenia)

Kode didasarkan pada tipe onset dan ciri yang menonjol :

1. Dengan onset dini : jika onset pada usia 65 tahun atau kurang
2. Dengan delirium : jika delirium menumpang pada demensia
3. Dengan waham : jika waham merupakan ciri yang menonjol

1. Dengan suasana perasaan terdepresi : jika suasana perasaan terdepresi


(termasuk gambaran yang memenuhi kriteria gejala lengkap untuk episode
depresif berat) adalah ciri yang menonjol. Suatu diagnosis terpisah gangguan
suasana perasaan karena kondisi medis umum tidak diberikan.
2. Tanpa penyulit : jika tidak ada satupun diatas yang menonjol pada gambaran
klinis sekarang

Sebutkan jika : Dengan gangguan perilaku.


Catatan penulisan juga tuliskan penyakit Alzheimer pada aksis III.

Kriteria Diagnostik untuk Demensia Vaskular :

a. Perkembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan oleh baik,

1. Gangguan daya ingat (ganguan kemampuan untuk mempelajari informasi


baru dan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya)
1. Afasia (gangguan bahasa)
2. Apraksia (gangguan untuk mengenali atau melakukan aktivitas motorik
ataupun fungsi motorik adalah utuh)
3. Agnosia (kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda
walaupun fungsi sensorik adalah utuh)
4. Gangguan dalam fungsi eksekutif (yaitu, merencanakan,
mengorganisasi, mengurutkan, dan abstrak)

1. Satu (atau lebih) gangguan kognitif berikut :

b. Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 masing-masing menyebabkan gangguan


yang bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan dan menunjukkan suatu
penurunan bermakna dan tingkat fungsi sebelumnya.

c. Tanda dan gejala neurologis fokal (misalnya, peninggian refleks tendon dalam,
respon ekstensor plantar, palsi pseudo bulbar, kelainan gaya berjalan, kelemahan
pada satu ekstremitas) atau tanda-tanda laboratorium adalah indikatif untuk penyakit
serebrovaskular (misalnya, infark multipel yang mengenai korteks dan substansia
putih di bawahnya) yang berhubungan secara etiologi dengan gangguan.

d. Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan delirium

Kode didasarkan pada ciri yang menonjol

1. Dengan delirium :jika delirium menumpang pada demensia


2. Dengan waham jika waham merupakan ciri yang menonjol
3. Dengan suasana perasaan terdepresi : jika suasana perasaan terdepresi
(termasuk gambaran yang memenuhi kriteria gejala lengkap untuk episode
depresif berat) adalah ciri yang menonjol. Suatu diagnosis terpisah gangguan
suasana perasaan karena kondisi medis umum tidak diberikan.
4. Tanpa penyulit : jika tidak ada satupun di alas yang menonjol pada gambaran
klinis sekarang.

Sebutkan jika : Dengan gangguan perilaku

Catalan penulisan : juga tuliskan kondisi serebrovaskular pada Aksis III.

Pemeriksaan lengkap :

1. Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan neorologis lengkap


2. Tanda vital
3. Mini mental state exemenation ( MMSE )
4. Pemeriksaan medikasi dan kadar obat
5. Skrining darah dan urin untuk alkohol

1. Pemeriksaan fisiologis
1. Elektrolit, glukosa, Ca , Mg.
2. Tes fungsi hati, ginjal
3. SMA -12 atau kimia serum yang ekuivalen
4. Urinalisa
5. Hit sel darah lengkap dan sel deferensial
6. Tes fungsi tiroid
7. FTA ABS
8. B12
9. Kadar folat
10. Kortikosteroid urine
11. Laju endap eritrosit
12. Antibodi antinuklear, C3C4, anti DSDNA
13. Gas darah Arterial
14. Skrining H I V
15. Porpobilinogen Urin.

7. Sinar-X dada
8. Elektrokardiogram (EKG)

9. Pemeriksaan neurologis

a. CT atau MRI kepala

b. SPECT

c. Pungsi lumbal

d. EEG

10. Tes neuropsikologis

Gambaran Klinis

Gangguan Daya Ingat

Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal don menonjol pada
demensia, khususnya pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe
Alzheimer. Pada awal perjalanan demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan
paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi

Orientasi

Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, waktu dan tempat,
orientasi dapat terganggu secara progresif selama perialanan penyaki Demensia.
Sebagai contohnya, pasien dengan Demensia mungkin lupa bagaimana kembali ke
ruangannya setelah pergi ke kamar mandi. tetapi, tidak masalah bagaimana
beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan gangguan pada tingkat kesadaran.

Gangguan Bahasa

Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer dan
demensia vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Kesulitan
berbahasa ditandai oleh cara berkata yang samar-samar, stereotipik tidak tepat,
atau berputar-putar.
Perubahan Kepribadian

Perubahan kepribadian merupakan gambaran yang paling mengganggu bagi


keluarga pasien yang terkena. Pasien demensia mempunyai waham paranoid.
Gangguan frontal dan temporal kemungkinan mengalami perubahan keperibadian
yang jelas, mudah marah dan m eledak ledak.

Psikosis

Diperkirakan 20 -30% pasien demensia tipe Alzheimer, memiliki halusinasi, dan 30


40% memiliki waham, terutama dengan sifat paranoid atau persekutorik dan tidak
sistematik.

Gangguan Lain

Psikiatrik

Pasien demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang patologis yaitu,
emosi yang ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.

Neurologis

Disamping afasia, apraksia dan afmosia pada pasien demensia adalah sering.
Tanda neurologis lain adalah kejang pada demensia tipe Alzheimer clan demensia
vaskular.

Pasien demensia vaskular mempunyai gejala neurologis tambahan seperti nyeri


kepala, pusing, pingsan, kelemahan, tanda neurologis fokal, dan gangguan tidur.
Palsi serebrobulbar, disartria, dan disfagia lebih sering pada demensia vaskular.

Reaksi yang katastropik

Ditandai oleh agitasi sekunder karena kesadaran subjektif tentang defisit


intelektualnya di bawah keadaan yang menegangkan, pasien biasanya berusaha
untuk mengkompensasi defek tersebut dengan menggunakan strategi untuk
menghindari terlihatnya kegagalan dalam daya intelektual, seperti mengubah subjek,
membuat lelucon, atau mengalihkan pewawancara dengan cara lain.
Sindroma Sundowner

Ditandai oleh mengantuk, konfusi, ataksia, dan terjatuh secara tidak disengaja.
Keadaan ini terjadi pada pasien lanjut usia yang mengalami sedasi berat dan pada
pasien demensia yang bereaksi secara menyimpang bahkan terhadap dosis kecil
obat psikoaktif.

Diagnosis Banding

1. Serangan iskemik transien


2. Depresi
3. Penuaan normal

1. Delirium

1. Gangguan Buatan (Factitious Disorders)


2. Skizofrenia

Pengobatan

Pendekatan pengobatan umum adalah untuk memberikan perawatan medis suportit,


bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis
untuk gejala spesifik (perilaku yang mengganggu). Pengobatan farmakologis dengan
obat yang mempunyai aktivitas antikolinergik yang tinggi harus dihindari. Walaupun
thioridazine (Mellaril), yang mempunyai aktivitas antikolinergik yang tinggi,
merupakan obat yang efektif dalam mengontrol perilaku pasien demensia jika
diberikan dalam dosis kecil. Benzodiazepim kerja singkat dalam dosis kecil adalah
medikasi anxiolitik dan sedatif yang lebih disukai untuk pasien demensia. Zolpidem
(Ambient) dapat digunakan untuk tujuan sedatif. TetrahidroaminoKridin (Tacrine)
sebagai suatu pengobatan untuk penyakit Alzheimer, obat ini merupakan inhibitor
aktivitas antikolinesterase dengan lama kerja yang agak panjang.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Perjalanan klasik dan demensia adalah onset pada pasien usia 50 60 tahun
dengan pemburukan bertahap selama 5 10 tahun, yang akhirnya menyebabkan
kematian. usia saat onset dan kecepatan pemburukannya adalah bervariasi diantara
tipe demensia yang berbeda dan dalam kategori diagnostik individual.

GANGGUAN AMNESTIK

Gangguan amnestik ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu gangguan daya
ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan.
Diagnosis gangguan amnestik tidak dapat dibuat jika mempunyai tanda lain dari
gangguan kognitif, seperti yang terlihat pada demensia, atau jika mempunyai
gangguan perhatian (attention) atau kesadaran, seperti yang terlihat pada delirium.

Epidemiologi

Beberapa penelitian melaporkan insiden atau prevalensi gangguan ingatan pada


gangguan spesifik (sebagai contohnya sklerosis multipel). Amnesia paling sering
ditemukan pada gangguan penggunaan alkohol dan cedera kepala.

Penyebab

1. Kondisi medis sistemik

a. Defisiensi tiamin (Sindroma Korsakoff)

b. Hipoglikemia

2. Kondisi otak primer

1. Kejang
2. Trauma kepala (tertutup dan tembus)
3. Tumor serebrovaskular (terutama thalamik dan lobus temporalis)
4. Prosedur bedah pada otak
5. Ensefalitis karena herpes simpleks
6. Hipoksia (terutama usaha pencekikan yang tidak mematikan dan keracunan
karbonmonoksida)
7. Amnesia global transien
8. Terapi elektrokonvulsif
9. Sklerosis multipel

3. Penyebab berhubungan dengan zat

a. Gangguan pengguanan alkohol

b. Neurotoksin

c. Benzodiazepin (dan sedatif- hipnotik lain)

d. Banyak preparat yang dijual bebas.

Diagnosis

Kriteria Diagnosis untuk Gangguan Amnestik Karena Kondisi Medis Umum.

1. Perkembangan gangguan daya ingat seperti yang dimanifestasikan oleh


gangguan kemampuan untuk mempelajari informasi baru atau ketidak
mampuan untuk mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
2. Ganguan daya ingat menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial
atau pekerjaan dan merupakan penurunan bermakna dan tingkat fungsi
sebelumnya.
3. Gangguan daya ingat tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu
delirium atau suatu demensia.
4. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis langsung dari kondisi
medis umum (termasuk trauma fisik)

Sebutkan jika :

Transien : jika gangguan daya ingat berlangsung selama 1 bulan atau kurang

Kronis : jika gangguan daya ingat berlangsung lebih dari 1 bulan.

Catatan penulisan: Masukkan juga nama kondisi medis umum pada Aksis I,
misalnya, gangguan amnestik karena trauma kepala, juga tuliskan kondisi pada
Aksis III. 1
Gambaran Klinis

Pusat gejala dan gangguan amnestik adalah perkembangan gangguan daya ingat
yang ditandai oleh gangguan pada kemampuan untuk mempelajari informasi baru
(amnesia anterograd) dan ketidakmampuan untuk mengingat pengetahuan yang
sebelumnya diingat (amnesia retrograd). Periode waktu dimana pasien terjadi
amnesia kemungkinan dimulai langsung pada saat trauma atau beberapa saat
sebelum trauma. Ingatan tentang waktu saat gangguan fisik mungkin juga hilang.
Daya ingat jangka pendek (short-term memory) dan daya ingat baru saja (recent
memory) biasanya terganggu. Daya ingat jangka jauh (remote post memory) untuk
informasi atau yang dipelajari secara mendalam (overlearned) seperti pengalaman
maka anak-anak adalah baik, tetapi daya ingat untuk peristiwa yang kurang lama (
Iewat dart 10 tahun) adalah terganggu.

Diagnosis Banding

1. Demensia dan Delirium

2. Penuaan normal

3. Gangguan disosiatif

4. Gangguan buatan

Pengobatan

Pendekatan utama adalah mengobati penyebab dasar dari gangguan amnestik


Setelah resolusi episode amnestik, suatu jenis psikoterapi (sebagai contohnya,
kognitif, psikodinamika, atau suportif dapat membantu pasien menerima
pangalaman amnestik kedalam kehidupannya.

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Onset mungkin tiba-tiba atau bertahap; gejala dapat sementara atau menetap dan
hasil akhir dapat terentang dari tanpa perbaikan sampai pemulihan lengkap. 1
GANCGUAN MENTAL ORGANIK LAIN

EPILEPSI

Definisi

Suatu kejang (seizure) adalah suatu gangguan patologis paroksismal sementara


dalam gangguan patologis paroksismal sementara dalam fungsi cerebral yang
disebabkan oleh pelepasan neuron yang spontan dan luas Pasien dikatakan
menderita epilepsi jika mereka mempunyai keadaan kronis yang ditandai dengan
kejang yang rekuren.

Klasifikasi

Dua kategori utama kejang adalah parsial dan umum (generalized). Kejang parsial
melibatkan aktivitas epileptiformis di daerah otak setempat; kejang umum melibatkan
keseluruhan otak. Suatu sistem klasifikasi untuk kejang.

Kejang umum

Kejang tonik klonik umum mempunyai gejala klasik hilangnya kesadaran, gerakan
tonik klonik umum pada tungkai, menggigit lidah, dan inkotinensia. Walaupun
diagnosis peristiwa kilat dari kejang adalah relatif langsung, keadaan pascaiktal yang
ditandai oleh pemulihan kesadaran dan kognisi yang lambat dan bertahap kadang-
kadang memberikan suatu dilema diagnostik bagi dokter psiktatrik di ruang gawat
darurat. Periode pemulihan dan kejang tonik klonik umum terentang dari beberapa
menit sampai berjam-jam. Gambaran klinis adalah delirium yang menghilang secara
bertahap. Masalah psikiatrik yang paling sering berhubungan dengan kejang umum
adalah membantu pasien menyesuaikan gangguan neurologis kronis dan menilai
efek kognitif atau perilaku dan obat antiepileptik.

ABSENCES (Petit Mal)

Suatu tipe kejang umum yang sulit didiagnosis bagi dokter psikiatrik adalah absence
atau kejang petitmal. Sifat epileptik dari episode mungkin berjalan tanpa diketahui,
karena manifestasi motorik atau sensorik karakteristik dari epilepsi tidak ada atau
sangat ringan sehingga tidak membangkitkan kecurigaan dokter. Epilepsi petit mal
biasanya mulai pada masa anak-anak antara usia 5 dan 7 tahun dan menghilang
pada pubertas. Kehilangan kesadaran singkat, selama mana pasien tiba-tiba
kehilangan kontak dengan hngkungan, adalah karakteristik untuk epilepsi petit mal;
tetapi, pasien tidak mengalami kehilangan kesadaran atau gerakan kejang yang
sesungguhnya selama episode. Elektroensefalogerafi ( EEG) menghasilkan pola
karakteristik aktivitas paku dan gelombang (spike and wave) tiga kali perdetik Pada
keadaan yang jarang, epilepsi petitmal dengan onset dewasa dapat ditandai oleh
episode psikotik atau delirium yang tiba-tiba dan rekuren yang tampak dan
menghilane secara tiba-tiba Gejala dapat disertai dengan riwayat terjatuh atau
pingsan.

Kejang parsial liziane parsial diklasitikasikan sebagai sederhana (tanpa perubahan


kesadaran) atau kompleks (dengan perubahan kesadaran) Sedikit lebih banyak dari
setengah semua pasien dengan kelane parsial mengalami kejang parsial kompleks;
istilah lain yang digunakan untuk kejang parsial kompleks adalah epilepsi lobus
temporalis, kejang psikomotor, dan epilepsi limbik tetapi istilah tersebut bukan
merupakan penjelasan situasi klinis yang akurat. Epilepsi parsial kompleks adalah
bentuk epilepsi pada orang dewasa yang paling senngcang mengenai 3 dan 1.000
orang.

Gejala praiktal

Peristiwa praiktal (aura) pada epilepsi parsial kompleks adalah termasuk sensasi
otonomik (sebagai contohnya rasa penuh di perut, kemerahan, dan perubahan pada
pernafasan), sensasi kognitif(sebagai contohnya, deja vu, jamais vu, pikiran
dipaksakan, dan keadaan seperti mimpi). keadaan afektif (sebagai contohnya, rasa
takut, panik, depresi, dan elasi) dan secara klasik. automatisme (sebagai contohnya,
mengecapkan bibir, menggosok, dan mengayah)

Gejala Iktal

Perilaku yang tidak terinhibisi, terdisorganisasi, dan singkat menandai serangan


iktal. Walaupun beberapa pengacara pembela mungkin mengklaim yang sebaliknya,
jarang sesorang menunjukkan perilaku kekerasan yang terarah dan tersusun selama
episode epileptik Gejala kognitif adalah termasuk amnesia untuk waktu selama
kejang dan suatu periode delirium yang menghilang setelah kejang. Pada pasien
dengan epilepsi parsial kompleks, suatu fokus kejang dapat ditemukan pada
pemeriksaan EEG pada 25 sampai 50 % dari semua pasien. Penggunaan elektroda
sfenoid atau temporalis anterior dan EEG pada saat tidak tidur dapat meningkatkan
kemungkinan ditemukannya kelainan EEG. EEG normal multipel seringkali
ditemukan dart seorang pasien dengan epilepsi parsial kompleks; dengan demikian
EEG normal tidak dapat digunakan untuk mneyingkirkan diagnosis epilepsi parsial.
kompleks- Penggunaan perekaman EEG jangka panjang (24 sampai 72 jam) dapat
membantu klinisi mendeteksi suatu fokus kejang pada beberapa pasien. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lead nasofaring tidak menambah
banyak kepekaan pada EEG, dan yang jelas menambahkan ketidaknyamanan
prosedur bagi pasien.

Gejala Interiktal

Gangguan kepribadian Kelainan psikiatrik yang paling sering dilaporkan pada pasien
epileptik adalah gangguan kepribadian, dan biasanya kemungkinan terjadi pada
pasien dengan epilepsi dengan asal lobus temporalis. Ciri yang paling sering adalah
perubahan perilaku seksual, suatu kualitas yang biasanya disebut viskositas
kepribadian, religiositas, dan pengalaman emosi yang melambung. Sindroma dalam
bentuk komplitnya relatif jarang, bahkan pada mereka dengan kejang parsial
kompleks dengan asal lobus temporalis. Banyak pasien tidak mengalami perubahan
kepribadian, yang lainnya mengalami berbagai gangguan yang jelas berbeda dari
sindroma klasik.

Perubahan pada perilaku seksual dapat dimanifestasikan sebagai hiperseksualitas;


penyimpangan dalam minat seksual, seperti fetihisme dan transfetihisme; dan yang
paling sering, hiposeksualitas Hiposeksualitas ditandai oleh hilangnya minat dalam
masalah seksual dan dengan menolak rangsangan seksual Beberapa pasien
dengan onset epilepsi parsial kompleks sebelum pubertas mungkin tidak dapat
mencapai tingkat minat seksual yang normal setelah pubertas, walaupun
karakteristik tersebut mungkin tidak mengganggu pasien. Untuk pasien dengan
onset epilepsi parsial kompleks setelah pubertas. perubahan dalam minat seksual
mungkin mengganggu dan mengkhawatirkan.
Gejala viskositas kepribadian biasanya paling dapat diperhatikan pada percakapan
pasien, yang kemungkinan adalah lambat serius, berat dan lamban, suka
menonjolkan keilmuan, penuh dengan rincian-rincian yang tidak penting, dan
seringkali berputar-putar. Pendengar mungkin menjadi bosan tetapi tidak mampu
menemukan cara yang sopan dan berhasil untuk melepaskan diri dari percakapan.
Kecenderungan pembicaraan seringkali dicerminkan dalam tulisan pasien, yang
menyebabkan suatu gejala yang dikenal sebagai.

hipergrafia yang dianggap oleh beberapa klinisi sebagai patognomonik untuk


epilepsi parsial komplaks.

Religiositas mungkin jelas dan dapat dimanifestasikan bukan hanya dengan


meningkatny peran serta pada aktivitas yang sangat religius tetapi juga oleh
permasalahan moral dan etik yang tidak umum, keasyikan dengan benar dan salah,
dan meningkatnya minat pada perlahamasalahan global dan filosofi Ciri hiperreligius
kadang-kadang dapat tampak seperti gejala prodromal skizofrenia dan dapat
menyebabkan mnasalah diagnositik pada seorang remaja atau dewasa muda.

Gejala psikotik

Keadaan psikotik interiktal adalah lebih sering dari psikosis iktal. Episode
interpsikotik yang mirip skizofrenia dapat terjadi pada pasien dengan epilepsi,
khususnya yang berasal dan lobus temporalis Diperkirakan 10 sampal 30 persen
dari semua pasien dengan apilepsi partial kompleks mempunyai gejala psikotik
Faktor risiko untuk gejala tersebut adalah jenis kelamin wanita kidal onset kejang
selama pubertas, dan lesi di sisi kiri.

Onset gelala psikotik pada epilepsi adalah bervariasi. Biasanya, gejala psikotik
tarnpak pada pasien yang telah menderita epilepsi untuk jangka waktu yang lama,
dan onset gejala psikotik di dahului oleh perkembangan perubahan kepribadian yang
berhubungan dengan aktivitas otak epileptik gejala psikosis yang paling karakteristik
adalah halusinasi dan waham paranoid. Biasanya. pasien tetap hangat dan sesuai
pada afeknya, berbeda dengan kelainan yang sering ditemukan pada pasien
skizofrenik Gejala gangguan pikiran pada pasien epilepsi psikotik paling sering
merupakan gejala yang melibatkan konseptualisasi dan sirkumstansialitas,
ketimbang gejala skizofrenik klasik berupa penghambatan (blocking) dan
kekenduran (looseness), kekerasan. kekerasan episodik merupakan masalah pada
beberapa pasien dengan epilepsi khususnya epilepsi lobus temporalis dan frontalis.
Apakah kekerasan merupakan manifestasi dan kejang itu sendiri atau merupakan
psikopatologi interiktal adalah tidak pasti. Sampai sekarang ini, sebagian besar data
menunjukkan sangat jarangnya kekerasan sebagai suatu fenomena iktal. Hanya
pada kasus yang jarang suatu kekerasan pasien epileptik dapat disebabkan oleh
kejang itu sendiri.

Gejala Gangguan perasaan.

Gejala gangguan perasaan, seperti depresi dan mania, terlihat lebih jarang pada
epilepsi dibandingkan gejala mirip skizofrenia. Gejala gangguan mood yang terjadi
cenderung bersifat episodik dan terjadi paling sering jika fokus epileptik mengenai
lobus temporalis dan hemisfer serebral non dominan. Kepentingan gejala gangguan
perasaan pada epilepsi mungkin diperlihatkan oleh meningkatnya insidensi usaha
bunuh diri pada orang dengan epilepsi.

Diagnosis

Diagnosis epilepsi yang tepat dapat sulit khususnya jika gejala iktal dan interiktal dari
epilepsi merupakan manifestasi berat dari gejala psikiatrik tanpa adanya perubahan
yang bemakna pada kesadaran dan kemampuan kognitif Dengan demikian, dokter
psikiatrik harus menjaga tingkat kecurigaan yang tinggi selama memeriksa seorang
pasien baru dan harus mempertimbangkan kemungkman gangguan epileptik,
bahkan jika tidak ada tanda dan gejala klasik. Diagnosis banding lain yang
dipertimbangkan adalah kejang semu (psudoseizure), dimana pasien mempunyai
suatu kontrol kesadaran atas gejala kejang yang mirip.

Pada pasien yang sebelumnya mendapatkan suatu diagnosis epilepsi, timbulnya


gejala psikiatrik yang baru harus dianggap sebagai kemungkinan mewakili suatu
evolusi, timbulnya gejala epileptiknya. timbulnya gejala psikotik, gejala gangguan
mood, perubahan kepribadian, atau gejala kecemasan (sebagai contohnya,
serangan panik) harus menyebabkan klinisi menilai pengendalian epilepsi pasien
dan memeriksa pasien untuk kemungkinan adanya gangguan mental yang
tersendiri. Pada keadaan tersebut klinisi harus menilai kepatuhan pasien terhadap
regimen obat antiepileptik dan harus mempertimbangkan apakah gejala psikotik
merupakan efek toksik dari obat antipileptik itu sendiri. Jika gejala psikotik tampak
pada seorang pasien yang pernah mempunyai epilepsi yang telah didiagnosis atau
dipertimbangkan sebagai diagnosis di masa lalu, klinisi harus mendapatkan satu
atau lebih pemeriksaan EEG.

Pada pasien yang sebelumnya belum pernah mendapatkan diagnosis epilepsi.


empat karakteristik hams menyebabkan klinisi mencurigai kemungkinan tersebut;
onset psikosis yang tiba-tiba pada seseorang yang sebelumnya dianggap sehat
secara psikologis, onset delirium yang tiba-tiba tanpa penyebab yang diketahui,
riwayat episode yang serupa dengan onset yang mendadak dan pemulihan spontan,
dan riwayat terjatuh atau pingsan sebelumnya yang tidak dapat dijelaskan.

Pengobatan

karbamazepin ( tegretol) dan Asam valproik (Depakene) mungkin membantu dalam


mengendalikan gejala iritabilitas dan meledaknya agresi, karena mereka adalah obat
antipsikotik tipikal Psikoterapi, konseling keluarga, dan terapi kelompok mungkin
berguna dalam menjawab masalah psikososial yang berhubungan dengan epilepsi.
Disamping itu, klinisi haru; menyadari bahwa banyak obat antiepileptik mempunyai
suatu gangguan kognitif derajat ringan sampai sedang dan penyesuaian dosis atau
penggantian medikasi harus dipertimbangkan jika gejala gangguan kognitif
merupakan suatu masalah pada pasien tertentu.1

Anda mungkin juga menyukai