Dokter pembimbing :
dr. Eko Djunaedi Sp.KJ
Kelompok 37H :
Monica 2007.04.0.0051
Rizky Apriyansyah 2009.04.0.0055
Yaleswari Hayu Pertiwi 2009.04.0.0056
Rizka Amalia 2009.04.0.0057
Maria Nindya Prawita 2009.04.0.0058
Andri Jaya Atmaja 2009.04.0.0060
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MAS
Umur : 15 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl.Lahir : Ampel Gading/17 Maret 1999
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Status Marital : Belom Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
II. ANAMNESA
A. Keluhan Utama
Kejang
B. Hetero Anamnesis
Pasien dibawa ke UGD RSJ dr Radjiman Malang dengan kejang dan
mata melirik keatas. Keluarga mengaku sudah 4 hari ini sering
mengalami kejang seperti ini. 4 hari ini pasien tampak gelisah dan
sering jalan mondar-mandir dan teriak-teriak. Sejak 9 bulan yang lalu
pasien sering marah-marah dan sering bicara kotor. Pasien juga sering
bicara sendiri dan senyum-senyum sendiri. Pasien masih nyambung
jika diajak berbicara dan bisa tidur dengan baik tetap sering terbangun.
Pasien makan secara teratur. Kurang lebih 2 hari yang lalu pasien
jatuh dari sepeda montor, pasien mengeluh pusing dan leher sulit
untuk ditekuk. Sejak jatuh pasien menjadi sulit berbicara
C. Keluhan dan keterangan penderita (autoanamnesa)
Anak datang ke rumah sakit dikarenakan lehernya sulit untuk ditekuk,
merasa pusing dan sulit berbicara setelah jatuh dari sepeda montor
kemarin.
Pasien jarang bermain dengan teman-teman disekitar rumahnya.
Semenjak tidak naik kelas pada kelas 3 SD pasien jadi jarang bermain
dengan teman-teman sekitarnya. Semenjak sakit ini pasien semakin
jauh dari keluarganya dan sering marah-marah
D. Riwayat perkembangan anak
Lahir cukup bulan dan normal. Lahir di bidan dekat rumah, selama
kehamilan ibu pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat-
obatan atau jamu. Pasien menggunakan ASI hingga umur 16 bulan.
Pasien mulai diajarkan toilet training pada umur 4 tahun. Pasien dapat
duduk, berjalan, bicara sama seperti usia teman sebayanya
E. Riwayat sakit sebelumnya
Kejang
F. Riwayat sekolah
Bersekolah hingga kelas 3 SD lalu tidak melanjutkan sekolah karena
tidak naik kelas
G. Riwayat Keluarga
Pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandung. Perkawinan mereka sudah
25 tahun dan tidak ada masalah yang serius.
Pasien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara
III. PEMERIKSAAN
Tensi : 140/90 mmhg Nadi : 92 x/menit
Respirasi : 20 x/menit suhu : 36,2C
oedem -/-
-/-
GCS : 4-5-6
Meningeal Sign : kaku kuduk (-)
Refleks Fisiologik : BPR +2/+2 APR +2/+2 KPR +2/+2
TPR +2/+2
Refleks Patologik : Babinski (-) / (-) Tromer (-) / (-)
Chaddock (-) / (-)
Psikoterapi
Memotivasi pasien agar dapat menjalani pengobatan sesuai yang
dianjurkan
Memotivasi pasien untuk kembali tenang dan memperhatikan sekitarnya
Sosial Terapi
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai keadaan pasien,
mengenai faktor pencetus,perjalan penyakit dan pengobatan
Menjelaskan dan memberi pengarahan tentang sikap yang harus
dilakukan kepada pasien terbuka
Monitoring
Keluhan pasien
Observasi vital sign dan keadaan umum
Efek samping obat
VI. PROGNOSIS
Dubia at malam
BAB 2
Gangguan Mental Organik
I. Definisi
Gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan dengan
penyakit atau gangguan baik pada otak ataupun penyakit sistemik yang
menyebabkan disfungsi otak.
Beberapa kondisi yang diduga mempengaruhi area sistem limbik di otak
mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku, seperti epilepsi, trauma kepala,
tumor otak, gangguan demielinasi, penyakit infeksi, gangguan imunitas,
gangguan endokrin dan lain lain.
Menurut PPDGJ III gangguan mental organik meliputi berbagai gangguan jiwa
yang dikelompokkan atas dasar penyebab yang lama dan dapat dibuktikan
adanya penyakit, cedera atau ruda paksa otak, yang berakibat disfungsi otak
Disfungsi ini dapat primer seperti pada penyakit, cedera, dan ruda paksa yang
langsung atau diduga mengenai otak, atau sekunder, seperti pada gangguan
dan penyakit sistemik yang menyerang otak sebagai salah satu dari beberapa
organ atau sistem tubuh4
PPDGJ II membedakan antara Sindroma Otak Organik dengan Gangguan
Mental Organik. Sindrom Otak Organik dipakai untuk menyatakan sindrom
(gejala) psikologik atau perilaku tanpa kaitan dengan etiologi. Gangguan Mental
Organik dipakai untuk Sindrom Otak Organik yang etiolognnya (diduga) jelas
Sindrom Otak Organik dikatakan akut atau menahun berdasarkan dapat atau
tidak dapat kembalinya (reversibilitas) gangguan jaringan otak atau Sindrom
Otak Organik itu dan akan berdasarkan penyebabnya, permulaan gejala atau
lamanya penyakit yang menyebabkannya. Gejala utama Sindrom Otak Organik
akut ialah kesadaran yang menurun (delirium )dan sesudahnya terdapat
amnesia, pada Sindrom Otak Organik menahun (kronik) ialah demensia
Menurut PPDGJ III, klasifikasi gangguan mental organik adalah sebagai berikut :
1.3.Demensia pada penyakit Alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran.
2. Demensia Vaskular
3.6. Demensia pada penyakit lain yang ditentukan (YDT) dan YDK
4. Demensia YTT.
Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada 1-4 sebagai
berikut :
5. Sindrom amnestik organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
6. 3. Delirium lainya.
6.4 DeliriumYTT.
7. Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik.
7.9. Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik lain
YDT.
7.10. Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik YTT.
8. Gangguan keperibadian dan prilaku akibat penyakit, kerusakan dan fungsi otak
8.5. Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan
disfungsi otak YTT.
1. Delirium
2. Demensia.
3. Gangguan amnestik
Delirium
Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran
yang biasanya tampak dalam bentuk hambatan pada fungsi kognitif. 1,3
Etiologi
Penyebab Delirium
Penyakit intrakranial
1. Gangguan vaskular
Penyebab ekstrakranial
1. Racun
Usia
Kerusakan otak
Riwayatdelirium
Ketergantungan alkohol
Diabetes
Kanker
Gangguan panca indera
Malnutrisi.3
Diagnosis
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan standar
a. Kimia darah (termasuk elektrolit, indeks ginjal dan hati, dan glukosa)
g. Elektrokardiogram (EKG)
h. Elektroensefalogram (EEG)
i. Sinar X dada
Gambaran klinis
Kesadaran (Arousal)
Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien dengan delirium,
satu pola ditandai oleh hiperaktivitas yang berhubungan dengan peningkatan
kesiagaan. Pola lain ditandai oleh penurunan kesiagaan. Pasien dengan delirium
yang berhubungan dengan putus zat seringkali mempunyai delirium hiperaktif, yang
juga dapat disertai dengan tanda otonomik, seperti kemerahan kulit, pucat,
berkeringat, takikardia, pupil berdilatasi, mual, muntah, dan hipertermia. Pasien
dengan gejala hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan sebagai depresi, katatonik
atau mengalami demensia.1
Orientasi
Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang harus diuji pada seorang pasien dengan
delirium. Orientasi terhadap waktu seringkali hilang bahkan pada kasus delirium
yang ringan. Orientasi terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali orang lain
(sebagai contohnya, dokter, anggota keluarga) mungkin juga terganggu pada kasus
yang berat Pasien delirium jarang kehilangan orientasi terhadap dirinya sendiri.
Persepsi
Suasana Perasaan
Tidur pada pasien delirium secara karakteristik adalah tergangga Paling sedikit
mengantuk selama siang hari dan dapat ditemukan tidur sekejap di tempat tidurnya
atau di ruang keluarga. Seringkali keseluruhan siklus tidur-bangun pasien dengan
delirium semata mata terbalik. Pasien seringkali mengalami eksaserbasi gejala
delirium tepat sebelum tidur, situasi klinis yang dikenal luas sebagai sundowning. 1
Gejala neurologis
Diagnosis Banding
a. Demensia
Pengobatan
DEMENSIA
Epidemiologi
Penyebab
1. Penyakit Alzheimer
2. Demensia Vaskular
3. Infeksi
4. Gangguan nutrisional
5. Gangguan metabolik
6. Gangguan peradangan kronis
Diagnosis
c. Defisit tidak terjadi semata-mata hanya selama perjalanan suatu delirium dan
menetap melebihi lama yang lazim dari intoksikasi atau putus zat.
d. Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium
bahwa defisit secara etiologis berhubungan dengan efek menetap dari pemakaian
zat (misalnya suatu obat yang disalahgunakan).
Defisit tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis I lainnya (misalnya,
gangguan depresif berat, skizofrenia)
1. Dengan onset dini : jika onset pada usia 65 tahun atau kurang
2. Dengan delirium : jika delirium menumpang pada demensia
3. Dengan waham : jika waham merupakan ciri yang menonjol
c. Tanda dan gejala neurologis fokal (misalnya, peninggian refleks tendon dalam,
respon ekstensor plantar, palsi pseudo bulbar, kelainan gaya berjalan, kelemahan
pada satu ekstremitas) atau tanda-tanda laboratorium adalah indikatif untuk penyakit
serebrovaskular (misalnya, infark multipel yang mengenai korteks dan substansia
putih di bawahnya) yang berhubungan secara etiologi dengan gangguan.
Pemeriksaan lengkap :
1. Pemeriksaan fisiologis
1. Elektrolit, glukosa, Ca , Mg.
2. Tes fungsi hati, ginjal
3. SMA -12 atau kimia serum yang ekuivalen
4. Urinalisa
5. Hit sel darah lengkap dan sel deferensial
6. Tes fungsi tiroid
7. FTA ABS
8. B12
9. Kadar folat
10. Kortikosteroid urine
11. Laju endap eritrosit
12. Antibodi antinuklear, C3C4, anti DSDNA
13. Gas darah Arterial
14. Skrining H I V
15. Porpobilinogen Urin.
7. Sinar-X dada
8. Elektrokardiogram (EKG)
9. Pemeriksaan neurologis
b. SPECT
c. Pungsi lumbal
d. EEG
Gambaran Klinis
Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal don menonjol pada
demensia, khususnya pada demensia yang mengenai korteks, seperti demensia tipe
Alzheimer. Pada awal perjalanan demensia, gangguan daya ingat adalah ringan dan
paling jelas untuk peristiwa yang baru terjadi
Orientasi
Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap orang, waktu dan tempat,
orientasi dapat terganggu secara progresif selama perialanan penyaki Demensia.
Sebagai contohnya, pasien dengan Demensia mungkin lupa bagaimana kembali ke
ruangannya setelah pergi ke kamar mandi. tetapi, tidak masalah bagaimana
beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan gangguan pada tingkat kesadaran.
Gangguan Bahasa
Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe Alzheimer dan
demensia vaskular, dapat mempengaruhi kemampuan berbahasa pasien. Kesulitan
berbahasa ditandai oleh cara berkata yang samar-samar, stereotipik tidak tepat,
atau berputar-putar.
Perubahan Kepribadian
Psikosis
Gangguan Lain
Psikiatrik
Pasien demensia juga menunjukkan tertawa atau menangis yang patologis yaitu,
emosi yang ekstrim tanpa provokasi yang terlihat.
Neurologis
Disamping afasia, apraksia dan afmosia pada pasien demensia adalah sering.
Tanda neurologis lain adalah kejang pada demensia tipe Alzheimer clan demensia
vaskular.
Ditandai oleh mengantuk, konfusi, ataksia, dan terjatuh secara tidak disengaja.
Keadaan ini terjadi pada pasien lanjut usia yang mengalami sedasi berat dan pada
pasien demensia yang bereaksi secara menyimpang bahkan terhadap dosis kecil
obat psikoaktif.
Diagnosis Banding
1. Delirium
Pengobatan
Perjalanan klasik dan demensia adalah onset pada pasien usia 50 60 tahun
dengan pemburukan bertahap selama 5 10 tahun, yang akhirnya menyebabkan
kematian. usia saat onset dan kecepatan pemburukannya adalah bervariasi diantara
tipe demensia yang berbeda dan dalam kategori diagnostik individual.
GANGGUAN AMNESTIK
Gangguan amnestik ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu gangguan daya
ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan.
Diagnosis gangguan amnestik tidak dapat dibuat jika mempunyai tanda lain dari
gangguan kognitif, seperti yang terlihat pada demensia, atau jika mempunyai
gangguan perhatian (attention) atau kesadaran, seperti yang terlihat pada delirium.
Epidemiologi
Penyebab
b. Hipoglikemia
1. Kejang
2. Trauma kepala (tertutup dan tembus)
3. Tumor serebrovaskular (terutama thalamik dan lobus temporalis)
4. Prosedur bedah pada otak
5. Ensefalitis karena herpes simpleks
6. Hipoksia (terutama usaha pencekikan yang tidak mematikan dan keracunan
karbonmonoksida)
7. Amnesia global transien
8. Terapi elektrokonvulsif
9. Sklerosis multipel
b. Neurotoksin
Diagnosis
Sebutkan jika :
Transien : jika gangguan daya ingat berlangsung selama 1 bulan atau kurang
Catatan penulisan: Masukkan juga nama kondisi medis umum pada Aksis I,
misalnya, gangguan amnestik karena trauma kepala, juga tuliskan kondisi pada
Aksis III. 1
Gambaran Klinis
Pusat gejala dan gangguan amnestik adalah perkembangan gangguan daya ingat
yang ditandai oleh gangguan pada kemampuan untuk mempelajari informasi baru
(amnesia anterograd) dan ketidakmampuan untuk mengingat pengetahuan yang
sebelumnya diingat (amnesia retrograd). Periode waktu dimana pasien terjadi
amnesia kemungkinan dimulai langsung pada saat trauma atau beberapa saat
sebelum trauma. Ingatan tentang waktu saat gangguan fisik mungkin juga hilang.
Daya ingat jangka pendek (short-term memory) dan daya ingat baru saja (recent
memory) biasanya terganggu. Daya ingat jangka jauh (remote post memory) untuk
informasi atau yang dipelajari secara mendalam (overlearned) seperti pengalaman
maka anak-anak adalah baik, tetapi daya ingat untuk peristiwa yang kurang lama (
Iewat dart 10 tahun) adalah terganggu.
Diagnosis Banding
2. Penuaan normal
3. Gangguan disosiatif
4. Gangguan buatan
Pengobatan
Onset mungkin tiba-tiba atau bertahap; gejala dapat sementara atau menetap dan
hasil akhir dapat terentang dari tanpa perbaikan sampai pemulihan lengkap. 1
GANCGUAN MENTAL ORGANIK LAIN
EPILEPSI
Definisi
Klasifikasi
Dua kategori utama kejang adalah parsial dan umum (generalized). Kejang parsial
melibatkan aktivitas epileptiformis di daerah otak setempat; kejang umum melibatkan
keseluruhan otak. Suatu sistem klasifikasi untuk kejang.
Kejang umum
Kejang tonik klonik umum mempunyai gejala klasik hilangnya kesadaran, gerakan
tonik klonik umum pada tungkai, menggigit lidah, dan inkotinensia. Walaupun
diagnosis peristiwa kilat dari kejang adalah relatif langsung, keadaan pascaiktal yang
ditandai oleh pemulihan kesadaran dan kognisi yang lambat dan bertahap kadang-
kadang memberikan suatu dilema diagnostik bagi dokter psiktatrik di ruang gawat
darurat. Periode pemulihan dan kejang tonik klonik umum terentang dari beberapa
menit sampai berjam-jam. Gambaran klinis adalah delirium yang menghilang secara
bertahap. Masalah psikiatrik yang paling sering berhubungan dengan kejang umum
adalah membantu pasien menyesuaikan gangguan neurologis kronis dan menilai
efek kognitif atau perilaku dan obat antiepileptik.
Suatu tipe kejang umum yang sulit didiagnosis bagi dokter psikiatrik adalah absence
atau kejang petitmal. Sifat epileptik dari episode mungkin berjalan tanpa diketahui,
karena manifestasi motorik atau sensorik karakteristik dari epilepsi tidak ada atau
sangat ringan sehingga tidak membangkitkan kecurigaan dokter. Epilepsi petit mal
biasanya mulai pada masa anak-anak antara usia 5 dan 7 tahun dan menghilang
pada pubertas. Kehilangan kesadaran singkat, selama mana pasien tiba-tiba
kehilangan kontak dengan hngkungan, adalah karakteristik untuk epilepsi petit mal;
tetapi, pasien tidak mengalami kehilangan kesadaran atau gerakan kejang yang
sesungguhnya selama episode. Elektroensefalogerafi ( EEG) menghasilkan pola
karakteristik aktivitas paku dan gelombang (spike and wave) tiga kali perdetik Pada
keadaan yang jarang, epilepsi petitmal dengan onset dewasa dapat ditandai oleh
episode psikotik atau delirium yang tiba-tiba dan rekuren yang tampak dan
menghilane secara tiba-tiba Gejala dapat disertai dengan riwayat terjatuh atau
pingsan.
Gejala praiktal
Peristiwa praiktal (aura) pada epilepsi parsial kompleks adalah termasuk sensasi
otonomik (sebagai contohnya rasa penuh di perut, kemerahan, dan perubahan pada
pernafasan), sensasi kognitif(sebagai contohnya, deja vu, jamais vu, pikiran
dipaksakan, dan keadaan seperti mimpi). keadaan afektif (sebagai contohnya, rasa
takut, panik, depresi, dan elasi) dan secara klasik. automatisme (sebagai contohnya,
mengecapkan bibir, menggosok, dan mengayah)
Gejala Iktal
Gejala Interiktal
Gangguan kepribadian Kelainan psikiatrik yang paling sering dilaporkan pada pasien
epileptik adalah gangguan kepribadian, dan biasanya kemungkinan terjadi pada
pasien dengan epilepsi dengan asal lobus temporalis. Ciri yang paling sering adalah
perubahan perilaku seksual, suatu kualitas yang biasanya disebut viskositas
kepribadian, religiositas, dan pengalaman emosi yang melambung. Sindroma dalam
bentuk komplitnya relatif jarang, bahkan pada mereka dengan kejang parsial
kompleks dengan asal lobus temporalis. Banyak pasien tidak mengalami perubahan
kepribadian, yang lainnya mengalami berbagai gangguan yang jelas berbeda dari
sindroma klasik.
Gejala psikotik
Keadaan psikotik interiktal adalah lebih sering dari psikosis iktal. Episode
interpsikotik yang mirip skizofrenia dapat terjadi pada pasien dengan epilepsi,
khususnya yang berasal dan lobus temporalis Diperkirakan 10 sampal 30 persen
dari semua pasien dengan apilepsi partial kompleks mempunyai gejala psikotik
Faktor risiko untuk gejala tersebut adalah jenis kelamin wanita kidal onset kejang
selama pubertas, dan lesi di sisi kiri.
Onset gelala psikotik pada epilepsi adalah bervariasi. Biasanya, gejala psikotik
tarnpak pada pasien yang telah menderita epilepsi untuk jangka waktu yang lama,
dan onset gejala psikotik di dahului oleh perkembangan perubahan kepribadian yang
berhubungan dengan aktivitas otak epileptik gejala psikosis yang paling karakteristik
adalah halusinasi dan waham paranoid. Biasanya. pasien tetap hangat dan sesuai
pada afeknya, berbeda dengan kelainan yang sering ditemukan pada pasien
skizofrenik Gejala gangguan pikiran pada pasien epilepsi psikotik paling sering
merupakan gejala yang melibatkan konseptualisasi dan sirkumstansialitas,
ketimbang gejala skizofrenik klasik berupa penghambatan (blocking) dan
kekenduran (looseness), kekerasan. kekerasan episodik merupakan masalah pada
beberapa pasien dengan epilepsi khususnya epilepsi lobus temporalis dan frontalis.
Apakah kekerasan merupakan manifestasi dan kejang itu sendiri atau merupakan
psikopatologi interiktal adalah tidak pasti. Sampai sekarang ini, sebagian besar data
menunjukkan sangat jarangnya kekerasan sebagai suatu fenomena iktal. Hanya
pada kasus yang jarang suatu kekerasan pasien epileptik dapat disebabkan oleh
kejang itu sendiri.
Gejala gangguan perasaan, seperti depresi dan mania, terlihat lebih jarang pada
epilepsi dibandingkan gejala mirip skizofrenia. Gejala gangguan mood yang terjadi
cenderung bersifat episodik dan terjadi paling sering jika fokus epileptik mengenai
lobus temporalis dan hemisfer serebral non dominan. Kepentingan gejala gangguan
perasaan pada epilepsi mungkin diperlihatkan oleh meningkatnya insidensi usaha
bunuh diri pada orang dengan epilepsi.
Diagnosis
Diagnosis epilepsi yang tepat dapat sulit khususnya jika gejala iktal dan interiktal dari
epilepsi merupakan manifestasi berat dari gejala psikiatrik tanpa adanya perubahan
yang bemakna pada kesadaran dan kemampuan kognitif Dengan demikian, dokter
psikiatrik harus menjaga tingkat kecurigaan yang tinggi selama memeriksa seorang
pasien baru dan harus mempertimbangkan kemungkman gangguan epileptik,
bahkan jika tidak ada tanda dan gejala klasik. Diagnosis banding lain yang
dipertimbangkan adalah kejang semu (psudoseizure), dimana pasien mempunyai
suatu kontrol kesadaran atas gejala kejang yang mirip.
Pengobatan