Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan
dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman
hidup.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan
seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama.
Salah satu usaha pemerintah dalam menyadarkan masyarakat tentang hidup sehat dan pelaksanaanya
bagaimana cara hidup sehat adalah dengan cara melakukan pendidikan kesehatan yang tidak hanya
didapat dibangku sekolah tapi juga bisa dilakukan dengan cara penyuluhan oleh tim medis. Yang biasa
disebut dengan promosi kesehatan ataupun penyuluhan kesehatan.
Mengingat tugas kita sebgai tim medis adalah salah satunya memperkanalkan bagaimana cara hidup
sehat dengan masyarakat maka didalam makalah ini kami akan membahas tentang Promosi Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Dalam konstitusi
Organisasi Kesehatan Dunia tahun 1948 disepakati antara lain bahwa diperolehnya derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya adalah hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama,
politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan
telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih
dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan
kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya reformasi di bidang kesehatan untuk mengatasi
ketimpangan hasil pembangunan kesehatan antar daerah dan antar golongan, derajat kesehatan yang
masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan kurangnya kemandirian dalam
pembangunan kesehatan. Reformasi di bidang kesehatan perlu dilakukan mengingat lima fenomena yang
berpengaruh terhadap pembangunan kesehatan. Pertama, perubahan pada dinamika kependudukan.
Kedua, Temuan-temuan ilmu dan teknologi kedokteran. Ketiga, Tantangan global sebagai akibat dari
kebijakan perdagangan bebas, revolusi informasi, telekomunikasi dan transportasi. Keempat, Perubahan
lingkungan .Kelima, Demokratisasi.
Perubahan pemahaman konsep akan sehat dan sakit serta semakin maju IPTEK dengan informasi
tentang determinan penyebab penyakit telah menggugurkan paradigma pembangunan kesehatan yang
lama yang mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif. Paradigma
pembangunan kesehatan yang baru yaitu Paradigma Sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan
kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan
yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga
kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif.Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif
bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi
lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan
serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia
Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta
berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa
promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan
meningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control
over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran
di dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang
akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.Untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau
mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan adalah sebuah
konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya
pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor
kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO,1986).
Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak
hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur
dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang
menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif
(Taylor, 2003).
B. Rumusan Masalah
4. Bagaimana kepedulian dengan determinan sosial dan hubungan terhadap kesehatan dalam etika
promosi kesehatan?
C. Tujuan Penulisan
4. Untuk mengetahui kepedulian dengan determinan sosial dan hubungan terhadap kesehatan dalam
etika promosi kesehatan.
BAB II
ISI
A. Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses
pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Menolong diri sendiri artinya
bahwa masyarakat mampu berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah dan gangguan kesehatan,
memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila
masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Banyak
masalah kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh KLB Diare dimana penyebab
utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar
yang belum benar (tidak di jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang
tidak sehat, dan lain-lain. Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau
pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-
upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program
kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri
maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya).
Atau dengan kata lain promosi kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan,
sikap dan perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik dan non-
fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Umumnya ada empat faktor yang dapat mempengaruhi masyarakat agar merubah perilakunya, yaitu
a. Fasilitasi, yaitu bila perilaku yang baru membuat hidup masyarakat yang melakukannya menjadi lebih
mudah, misalnya adanya sumber air bersih yang lebih dekat;
b. Pengertian yaitu bila perilaku yang baru masuk akal bagi masyarakat dalam konteks pengetahuan
lokal,
c. Persetujuan, yaitu bila tokoh panutan (seperti tokoh agama dan tokoh agama) setempat menyetujui
dan mempraktekkan perilaku yang di anjurkan dan
d. Kesanggupan untuk mengadakan perubahan secara fisik misalnya kemampuan untuk membangun
jamban dengan teknologi murah namun tepat guna sesuai dengan potensi yang di miliki.
2) Bersama dengan masyarakat fasilitator menyediakan alternatif yang menarik untuk perilaku yang
beresiko misalnya jamban keluarga sehingga buang air besar dapat di lakukan dengan aman dan nyaman
serta
3) Bersama dengan masyarakat petugas merencanakan program promosi kesehatan dan memantau
dampaknya secara terus-menerus, berkesinambungan.
Pembangunan sarana air bersih, sarana sanitasi dan program promosi kesehatan dapat dilaksanakan
secara terpadu dan berkesinambungan apabila :
Program tersebut direncanakan sendiri oleh masyarakat berdasarkan atas identifikasi dan analisis
situasi yang dihadapi oleh masyarakat, dilaksanakan, dikelola dan dimonitor sendiri oleh masyarakat.
Ada pembinaan teknis terhadap pelaksanaan program tersebut oleh tim teknis pada tingkat
Kecamatan.
Ada dukungan dan kemudahan pelaksanaan oleh tim lintas sektoral dan tim lintas program di tingkat
Kabupaten dan Propinsi.
Strategi untuk meningkatkan program promosi kesehatan, perlu dilakukan dengan langkah kegiatan
sebagai berikut :
Pada tingkat Propinsi dan tingkat Kabupaten dalam pelaksanaan Proyek PAMSIMAS telah dibentuk Tim
Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupten. Anggota Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupaten, adalah
para petugas fungsional atau structural yang menguasai teknis operasional pada bidang tugasnya dan
tidak mempunyai kendala untuk melakukan tugas lapangan. Advokasi dilakukan agar lintas sektor, lintas
program atau LSM mengetahui tentang Proyek PAMSIMAS termasuk Program
Promosi Kesehatan dengan harapan mereka mau untuk melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mendukung rencana kegiatan promosi kesehatan. Dukungan yang dimaksud bisa berupa dana,
Melalui wadah organisasi tersebut Tim Fasilitator harus lebih aktif menjalin kemitraan dengan TKC
untuk :
mengintegrasikan program promosi kesehatan dengan program lain yang dilaksanakan oleh Sektor dan
Program lain, terutama program usaha kesehatan sekolah, dan program lain di PUSKESMAS.
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat mengelola program promosi kesehatan, mulai dari
perencanaan, implementasi kegiatan, monitoring dan evaluasi harus dilaksanakan sendiri oleh
masyarakat, dengan menggunakan metoda MPA-PHAST. Untuk meningkatkan keterpaduan dan
kesinambungan program promosi kesehatan dengan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi, di
tingkat desa harus dibentuk lembaga pengelola, dan pembinaan teknis oleh lintas program dan lintas
sector terkait.
Pesan perubahan perilaku yang terlalu banyak sering membuat bingung masyarakat, oleh karena itu
perlu masyarakat memilih dua atau tiga perubahan perilaku terlebih dahulu. Perubahan perilaku
beresiko diprioritaskan dalam program higiene sanitasi pada Proyek PAMSIMAS di sekolah dan di
masyarakat :
Pengelolaan sampah
Setelah masyarakat timbul kesadaran, kemauan / minat untuk merubah perilaku buang kotoran ditempat
terbuka menjadi perilaku buang kotoran di tempat terpusat (jamban), masyarakat dapat
mulaimembangun sarana sanitasi (jamban keluarga) yang harus dibangun oleh masing-masing
anggotarumah tangga dengan dana swadaya. Masyarakat harus menentukan kapan dapat mencapai
agarsemua rumah tangga mempunyai jamban.Pembangunan sarana jamban sekolah, tempat cuci tangan
dan sarana air bersih di sekolah, menggunakan dana hibah desa atau sumber dana lain. Fasilitator harus
mampu memberikan informasipilihan agar masyarakat dapat memilih jenis sarana sanitasi sesuai dengan
kemampuan dan kondisilingkungannya (melalui pendekatan partisipatori).
Ada 2 unit utama di tingkat Pusat yang terkait dalam Promosi Kesehatan, yaitu:
Pengelolaan promosi kesehatan khususnya terkait program Pamsimas di tingkat Pusat perlu
mengembangkan tugas dan juga tanggung jawab antara lain:
a. Mengembangkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang terkait dengan kegiatan
promosi kesehatan secara nasional
b. Mengkaji metode dan teknik-teknik promosi kesehatan yang effektif untuk pengembangan model
promosi kesehatan di daerah
Sebagai unit yang berada dibawah secara sub-ordinasi Pusat, maka peran tingkat Provinsi, khususnya
kegiatan yang diselenggrakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi antara lain sebagai berikut:
a. Menjabarkan kebijakan promosi kesehatan nasional menjadi kebijakan promosi kesehatan local
(provinsi) untuk mendukung penyelenggaraan promosi kesehatan dalam wilayah kerja Pamsimas
c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat pada level provinsi
d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta mengintegrasikan
penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam pencapaian
PHBS dalam level Provinsi
Promosi Kesehatan yang diselenggarakan di tingkat Kabupaten, khususnya yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, dapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
c. Membangun suasana yang kondusif dalam upaya melakukan pemberdayaan masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat.
d. Menggalang dukungan dan meningkatkan kemitraan dari berbagai pihak serta mengintegrasikan
penyelenggaraan promosi kesehatan dengan lintas program dan lintas sektor terkait dalam pencapaian
PHBS.
Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang mempunyai dua
sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni.
Dilihat dari sisi seni, yakni aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-
program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya
pemberantasan penyakit menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan,
upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang
serta didukung oleh adanya promosi kesehatan
Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik,
sosial budaya dan sebagainya).
Menurut Australian Health Foundansion Promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang
dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam
organisasi dan lingkungannya.
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan
dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan
(Green dan Ottoson,1998).
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri
ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat
optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial,
spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan
pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang
sehat.
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa
pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah
adaptasisukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.
Perhatian utama dalam promosi kesehatan adalah mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam konteks
promosi kesehatan Visi merupakan sesuatu atau tujuan apa yang ingin dicapai dalam promosi
kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan lainnya.
Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor
Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO(World Health
Organization).
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut : Meningkatnya kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga
produktif secara ekonomi maupun sosial.
Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi
lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara
pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun masyarakat.
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus dilakukan dan
lebih dikenal dengan istilah Misi . Misi promosi kesehatan merupakan upaya yang harus dilakukan dan
mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.
1.Advokasi(Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan
dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan
suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat mempercayai
dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan
atau keputusan-keputusan.
2.Menjembatani(Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan program lain di
lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan
menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki
kaitannya dengan kesehatan.Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor
kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut.Oleh
karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau
kemitraan ini.
3.Kemampuan/Keterampilan(Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan
kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah
dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi
keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
1. Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan.
2. Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada
pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada
penyebaran informasi.
4. Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi
lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang berwawasan kesehatan (melalui upaya
legislasi atau pembuatan peraturan, dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai
keadaan).
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi
kesehatan dapat dilihat dari 2 dimensi yaitu:
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni:
promotif,
preventif,
kuratif, dan
rehabilitatif.
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang
memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit.
Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan dikelompok menjadi dua yaitu :
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima
tingkat pencegahan (five level of prevention) dari Leavel and Clark.
a. Promosi Kesehatan.
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
e. Rehabilitasi (rehabilitation).
G. Komunikasi dalam Pendidikan Kesehatan.
Advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat pertama
kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Pendidikan atau Promosi
Kesehatan.WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif
menggunakan 3 strategi pokok,yaitu :
1).Advocacy,
3). Empowerment.
Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi
sasaran advokasi adalah para pemimpin atau pengambil kebijakan( policy makers) atau pembuat
keputusan(decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta.
Dalam advokasi peran komunikasi sangat penting,sehingga komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan
memerlukan kiat khusus agar komunikasi efektif.Kiat-kiatnya antara lain sebagai berikut :
1. Jelas ( clear )
2. Benar ( correct )
3. Konkret ( concrete )
4. Lengkap ( complete )
5. Ringkas ( concise )
6. Meyakinkan ( Convince )
7. Konstekstual ( contexual )
8. Berani ( courage )
Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,tetapi mencakup kegiatan
persuasif ,memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau tekanan kepada para
pemimpin institusi.
Tujuan advokasi yaitu :
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk mendukung atau
mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat,misalnya untuk
pembahasan kenaikan anggaran kesehatan,contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh
presiden. Untuk meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik.
Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti dengan advokasi lagi agar
dikeluarkan kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.
Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu program kesehatan yang
telah memperoleh komitmen dan dukungan kebijakan,maka langkah selanjutnya adalah
mensosialisasikan program tersebut untuk memperoleh dukungan masyarakat.
Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur kerja yang jelas
mendukung.
Metode atau cara dan teknik advokasi untuk mencapai tujuan ada bermacam-macam, yaitu :
2. Seminar/presentasi
3. Media
4. Perkumpulan
5. Membangun koalisi
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa
5. Membangun kapasitas.
LANGKAH-LANGKAH ADVOKASI
1. Tahap Persiapan
Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan/materi atau instrumen advokasi.Bahan
advokasi adalah: data- informasi bukti yang dikemas dalam bentuk tabel,grafik atau diagram yang
mnjelaskan besarnya masalah kesehatan,akibat atau dampak masalah, dampak ekonomi, dan program
yang diusulkan/proposal program.
2. Tahap pelaksanaan
3. Tahap Penilaian
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala keluarga untuk
masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
serta anak sekolah untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan
strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,
serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan,
dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali
memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar dapat menjadi
model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat keputusan (decission
maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-
kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta
pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi
(advocacy)
I. ETIKA
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan
antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim
juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut
ini:
Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut
ukuran dan nilai yang baik.
Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan
manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma
moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia
orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika
membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika
pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan
dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi
kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek
atau sisi kehidupan manusianya.
Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan Etika, sebagai
berikut :
Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan
yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang
melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian baik dan
buruk suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:
Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The
principles of morality, including the science of good and the nature of the right).
Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan
manusia (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions).
Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The science of human
character in its ideal state, and moral principles as of an individual).
Macam-macam Etika
Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan kesusilaan atau etis, yaitu
sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia disebut etis, ialah manusia secara utuh dan
menyeluruh mampu memenuhi hajat hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan
pribadi dengan pihak yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri
sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilai atau norma-norma yang
dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai berikut:
1. Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia, serta apa yang dikejar
oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut
berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu
fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang
kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan
kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2. Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau
apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika
Normatif merupakan normanorma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di
masyarakat.
Membahas dan mengkaji ukuran baik buruk tindakan manusia, yang biasanya dikelompokkan menjadi :
1. Etika umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi manusia untuk
bertindak etis dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
2. Etika khusus; terdiri dari Etika sosial, Etika individu dan Etika Terapan.
Etika sosial menekankan tanggungjawab sosial dan hubungan antarsesama manusia dalam
aktivitasnya,
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat diklasifikasikan menjadi tiga (3)
jenis definisi, yaitu sebagai berikut:
1. Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan tentang nilai baik
dan buruk dari perilaku manusia.
2. Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik buruknya perilaku
manusia dalam kehidupan bersama.Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman
norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif
dan lebih bersifat sosiologik.
3. Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang
hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu
menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih
bersifat informatif, direktif dan reflektif.
Pada tahun 2002, American Public Health Association secara resmi mengadopsi dua belas prinsip praktek
kode etik untuk umum. Dua belas prinsip yang diuraikan:
1. Kesehatan masyarakat terutama harus membahas penyebab dasar penyakit dan persyaratan untuk
kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan.
2. Kesehatan masyarakat harus mencapai kesehatan masyarakat dengan cara yang menghormati hak-
hak individu dalam masyarakat.
3. Kebijakan kesehatan masyarakat, program, dan prioritas harus dikembangkan dan dievaluasi melalui
proses yang menjamin kesempatan untuk masukan dari anggota masyarakat.
4. Kesehatan masyarakat harus mengadvokasi dan bekerja untuk pemberdayaan dari pemuda anggota
masyarakat, yang bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya dasar dan kondisi diperlukan untuk
kesehatan dapat diakses oleh semua.
5. Kesehatan masyarakat harus mencari informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan
yang efektif dan program yang melindungi dan mempromosikan kesehatan.
6. Institusi kesehatan umum harus menyediakan masyarakat dengan informasi yang mereka miliki yang
diperlukan untuk keputusan tentang kebijakan atau program-program dan harus mendapatkan
persetujuan masyarakat untuk pelaksanaannya.
7. Lembaga kesehatan publik harus bertindak secara tepat waktu pada informasi yang mereka miliki
dalam sumber daya dan mandat yang diberikan kepada mereka oleh masyarakat.
8. Program kesehatan umum dan kebijakan harus menggabungkan berbagai pendekatan yang
mengantisipasi dan menghormati nilai-nilai yang beragam, keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.
9. Program kesehatan umum dan kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang paling meningkatkan
lingkungan fisik dan sosial.
10. Lembaga kesehatan publik harus melindungi kerahasiaan informasi yang dapat membawa kerugian
bagi individu atau komunitas jika dibuat publik. Pengecualian harus dibenarkan
11. Atas dasar kemungkinan tinggi membahayakan signifikan terhadap individu atau orang lain.
12. Lembaga kesehatan publik harus memastikan kompetensi profesional karyawan mereka. Institusi
kesehatan umum dan karyawan mereka harus terlibat dalam kolaborasi dan afiliasi dengan cara yang
membangun kepercayaan publik dan efektivitas lembaga.
Kerangka kerja ini menekankan pentingnya hubungan yang kompleks antara orang-orang. Hubungan
tersebut adalah inti dari masyarakat, dan mendukung sejumlah prinsip etika.
Apa tujuan kesehatan masyarakat dari program yang diusulkan, yaitu, dibingkai dalam bentuk tujuan
akhir dari mengurangi morbiditas dan kematian, bukan tujuan terdekat, misalnya, mengubah perilaku
Seberapa efektif program dalam mencapai tujuannya dinyatakan, yaitu, apakah Program akhirnya
menurunkan morbiditas dan mortalitas;
Apa yang diketahui atau beban potensial program ini, termasuk risiko privasi dan kerahasiaan, risiko
atas kebebasan dan otonomi dan risiko ke pengadilan.
Contoh dari Pedoman Perilaku Etis dalam Penelitian Kesehatan Aborigin dan Penduduk Pribumi Selat
Torres. Dokumen ini menggaris bawahi enam nilai pusat:
Timbal balik: harus ada keuntungan yang dihargai oleh masyarakat, memberikan kontribusi untuk
masyarakat persatuan dan kemajuan kepentingan mereka;
Respect: harus ada rasa hormat terhadap, dan penerimaan dari, nilai-nilai yang beragam;
Kesetaraan: semua orang harus diperlakukan sama, dan harus ada pemerataan manfaat;
Kelangsungan Hidup dan Perlindungan: menghindari merugikan Aborigin dan Torres Strait Islander
(ATSI) keunikan budaya dan pengakuan dari sejarah dan pengalaman masyarakat ATSI;
Tanggung jawab: menjamin bahwa mereka tidak melakukan kerusakan kepada individu atau
komunitas ATSI, atau untuk hal-hal yang mereka hargai dan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat;
Semangat dan Integritas: menghargai kedalaman dan kesatuan warisan budaya masa lalu,
kontemporer dan generasi masa depan; dan menunjukkan integritas dalam semua tindakan.
Meskipun ditulis bagi para peneliti, pedoman ini juga memberikan panduan yang berharga untuk praktisi
promosi kesehatan melaksanakan program-program di dalam masyarakat ATSI.
J. MENETAPKAN SASARAN
1. Sasaran primer
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau promosi kesehatan.
Sesuai dengan permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan menjadi kepala keluarga
untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (kesehatan ibu dan anak),
anak sekolah untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasaran
primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empow-erment).
2. Sasaran sekunder
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran sekunder karena
dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini diharapkan untuk selanjutnya kelompok
ini akan memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat disekitarnya. Disamping itu dengan
perilaku sehat para tokoh masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para
tokoh masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat sekitarnya.
Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi
dukungan sosial (social support).
3. Sasaran tersier
Para pembuat keputusan atau penentuan kebijakan baik ditingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran
tersier pendidikan kesehatan dengan kebijakan kebijakan atau keputusan yang dikeluarkan oleh
kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder),
dan juga kepada masyarakat umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada
sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.
K. MENETAPKAN TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku
dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang
bermutu adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia.
Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang dinilai penting untuk
mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan 10 pogram unggulan
kesehatan(DepKes RI, 1999) :
Merancang program komunikasi, pada tahap ini telah dapat menentukan perubahan perilaku dan
menempatkan pesan dengan tepat dengan memadukan semua informasi yang telah dikumpulkan,
selanjutnya dikomunikasikan dengan dukungan seperti audio visual (video, film), oral (radio), cetak
(poster, leaflet), visual (flip charts).
N. MENETAPKAN KEGIATAN OPERASIONAL
Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua, maka yang terpenting adalah menetapkan kegiatan
operasional yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar:
5. Imunisasi
7. Oleh karena pelayanan kesehatan dasar merupakan kunci untuk mencapai derajat kesehatan yang
layak bagi semua, maka perencanaan, pengorganisasian dan penyelenggaraan yang efisien mutlak
diperlukan disamping harus berdasarkan : Perikemanusiaan, Kesehatan sebagai hak asasi, Pemberdayaan
dan kemandirian masyarakat
12. Dalam mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010, telah ditetapkan misi pembangunan kesehatan
(DepKes RI, 1999)
14. Untuk dapat terwujudnya Indonesia Sehat 2010, para penanggung jawab program pembangunan
harus memasukkan pertimbangan-pertimbangan kesehatan dalam semua kebijakan pembangunannya.
Oleh karena itu seluruh elemen dari Sistem Kesehatan Nasional harus berperan sebagai penggerak
utama pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
16. Perilaku sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan.
17. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
18. Salah satu tanggung jawab sektor kesehatan adalah menjamin tersedianya pelayanan kesehatan
yang bermutu, merata dan terjangkau oleh masyarakat. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak
hanya berada ditangan pemerintah, melainkan mengikutsertakan masyarakat dan potensi swasta.
19. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya
20. Untuk terselenggaranya tugas penyelenggaraan upaya kesehatan yang harus diutamakan adalah
bersifat promotif dan preventif yang didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif.
22. Strategi pembangunan nasional harus berdasarkan pada kebijakan nasional, mencakup garis besar
kegiatan dimana semua sektor yang terlibat untuk mewujudkan kebijaksanaan tersebut. Beberapa hal
penting yang harus diterapkan adalah (DepKes RS, 1999): pembangunan berwawasan kesehatan
23. Setiap program pembangunan nasional yang diselenggarakan di Indonesia harus memberikan
konstribusi positif terhadap kesehatan, yaitu terbentuknya lingkungan sehat dan pembentukan perilaku
sehat.
1. Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku Program promosi Hygiene Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), yang merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit diare
melalui pengadopsian perubahan perilaku oleh masyarakat secara meluas. Program ini dimulai dari apa
yang diketahui, diinginkan, dan dilakukan masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene
untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan diatas atau bekerjasama dengan
pihak yang terlibat, untuk itu diperlukan pesan-pesan sederhana, positif, menarik yang dirancang untuk
dikomunikasikan lewat sarana lokal seperti poster, leaflet.
2. Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat, dalam tahap ini akan dilakukan identifikasi
perilaku beresiko melalui pengamatan terstruktur. Sehingga dapat ditentukan cara pendekatan baru
terhadap perbaikan hygiene sehingga diharapkan anak-anak terhindar dari lingkungan yang
terkontaminasi.
4. Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut melalui diskusi
terfokus, wawancara dan melalui uji coba perilaku
5. Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku.
6. Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok
sasaran.
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan
pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam merubah perilaku masyarakat menuju hidup
bersih dan sehat.
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan
pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan
perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan
masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997;
UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan kelompok yang mempunyai
kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan
mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang
sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu
mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat
untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk
dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.
Perilaku adalah resultan antar stimulus (faktor eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam subjek
atau orang yang berperilaku tersebut. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh
faktor faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk
perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan ada 3 teori yang sering menjadi acuan
dalam penelitian penelitian kesehatan yaitu :
Ada 2 determinan masalah kesehatan tersebut yaitu Behavioral factor (faktor perilaku) dan Non
Behavioral factor (faktor non perilaku). Dan faktor tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :
a. Faktor faktor predisposisi, yaitu faktor faktor yang mempermudah atau mempredisposisi
terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai nilai,
tradisi dan sebagainya.
b. Faktor faktor pemungkin, yaitu faktor faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku
atau tindakan.
c. Faktor faktor penguat, yaitu faktor- faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus diluar
dirinya.
c. Terjangkaunya informasi, yaitu tersedianya informasi informasi terkait dengan tindakan yang akan di
ambil oleh seseorang
3. Teori WHO
a.Pemikiran dan perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
c.Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat
R. PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN ETIS
1. Promotor kesehatan tidak akan secara sengaja menunda pelayanan atau informasi, dilihat dari
status pengetahuan sekarang yang dapat memberikan manfaat kepada klien, mereka berusaha
mengikuti perkembangan promosi kesehatan
2. Promotor kesehatan akan menghargai kerahasiaan informasi yang dapat mereka akses kecuali atas
permintaan hokum dan demi kepentingan klien
3. Promotor kesehatan harus tidak melakukan kegiatan promosi kesehatan yang tidak kompoten bisa
kerjakan.
S. PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN
1. Pendekatan Medik
Tujuan dari pendekatan ini adalah kebebasan dari penyakit dan kecacatan yang didefinisikan secara
medic, seperti penyakit infeksi, kanker, dan penyakit jantung. Pendekatan ini melibatkan kedokteran
untuk mencegah atau meringankan kesakitan, mungkin dengan metode persuasive maupun
paternalistic. Sebagai contoh, memberitahu orang tua agar membawa anak mereka untuk imunisasi,
wanita untuk memanfaatkan klinik keluarga berencana dan pria umur pertengahan untuk dilakukan
screening takanan darah. Pendekatan ini memberikan arti penting dari tindakan pencegahan medic dan
tanggung jawab profesi kedokteran untuk membuat kepastian bahwa pasien patuh pada prosedur yang
dianjurkan.
Tujuan dari pendekatan ini adalah mengubah sikap dan perilaku individu masyarakat, sehingga mereka
mengambil gaya hidup sehat . Contohnya antara lain mengajarkan orang bagaimana menghentikan
merokok, pendidikan tentang minum alcohol wajar , mendorong orang untuk melakukan latihan
olahraga, memelihara gigi, makan makanan yang baik dan seterusnya. Orang-orang yang menerapkan
pendekatan ini akan merasa yakin bahwa gaya hidup sehat merupakan hal paling baik bagi kliennya
dan akan melihatnya sebagai tanggung jawab mereka untuk mendorong sebanyak mungkin orang untuk
mengadopsi gaya hidup sehat yang menguntungkan.
3. Pendekatan Edukasional
Tujuan dari pendekatan ini adalah memberikan informasi dan memastikan pengetahuan dan
pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat keputusan yang ditetapkan atas dasar informasi
yang ada. Informasi tentang kesehatan disajikan dan orang dibantu untuk menggali nilai dan sikap, dan
membuat keputusan mereka sendiri. Bantuan dalam melaksanakan keputusan-keputusan itu dan
mengadopsi praktek kesehatan baru dapat pula ditawarkan, program pendidikan kesehatan sekolah,
misalnya menekankan membantu murid mempelajari ketrampilan hidup sehat, tidak hanya memperoleh
pengetahuannya. orang-orang yang mendukung pendekatan ini akan memberi arti tinggi bagi proses
pendidikan, akan menghargai hal individu untuk memilih perilaku mereka sendiri, dan akan melihatnya
sebagai tanggung jawab mereka mengangkat bersama persoalan-persoalan kesehatan yang mereka
anggap menjadi hal yang paling baik bagi klien mereka.
Tujuan dari pendekatan ini adalah bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka mengidentifikasi
apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai
dengan kepentingan dan nilai mereka. Peran promotor kesehatan adalah bertindak sebagai fasilitator,
membantu orang mengidentifikasi kepedulian-kepedulian mereka dan memperoleh pengetahuan serta
ketrampilan yang mereka butuhkan agar memungkinkan terjadi perubahan. Pemberdayaan diri sendiri
klien dilihat sebagai central dari tujuan ini. Klien dihargai sama yang mempunyai pengetahuan,
ketrampilan dan kemampuan berkontribusi dan siapa yang mempunyai hak absolute untuk mengontrol
tujuan kesehatan mereka sendiri.
Tujuan dari pendekatan ini adalah melakukan perubahan-perubahan pada lingkungan fisik, social dan
ekonomi, supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaan yang sehat. Contohnya adalah
mengubah masyarakat, bukan pada pengubahan perilaku individu-individunya. Orang-orang yang
menerapkan pendekatan ini memberikan nilai penting bagi hak demokrasi mereka mengubah
masyarakat, mempunyai komitmen pada penempatan kesehatan dalam agenda politik di berbagai
tingkat dan pada pentingnya pembentukan lingkungan yang sehat daripada pembentukan kehidupan
individu-individu orang yang tinggal di tempat itu.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses
pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri,
serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya
setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan
antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim
juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan
ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
Tenaga kesehatan masyarakat berhubungan erat dengan klien/masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan
pentingnya peran tenaga kesehatan masyarakat dalam merubah perilaku masyarakat menuju hidup
bersih dan sehat.
Program promosi perilaku hidup bersih dan sehat yang biasa dikenal PHBS/Promosi Higiene merupakan
pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular yang lain melaui pengadopsian perubahan
perilaku oleh masyarakat luas. Program ini dimulai dengan apa yang diketahui, diinginkan dan dilakukan
masyarakat setempat dan mengembangkan program berdasarkan informasi tersebut (Curtis V dkk, 1997;
UNICEF, WHO. Bersih, Sehat dan Sejahtera).
Program promosi PHBS harus dilakukan secara profesional oleh individu dan kelompok yang mempunyai
kemampuan dan komitmen terhadap kesehatan masyarakat serta memahami tentang lingkungan dan
mampu melaksanakan komunikasi, edukasi dan menyampaikan informasi secara tepat dan benar yang
sekarang disebut dengan promosi kesehatan. Tenaga kesehatan masyarakat diharapkan mampu
mengambil bagian dalam promosi PHBS sehingga dapat melakukan perubahan perilaku masyarakat
untuk hidup berdasarkan PHBS. Tenaga kesehatan masyarakat telah mempunyai bekal yang cukup untuk
dikembangkan dan pada waktunya disumbangkan kepada masyarakat dimana mereka bekerja.
Perilaku adalah resultan antar stimulus (faktor eksternal) dengan respons (faktor internal) dalam subjek
atau orang yang berperilaku tersebut. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh
faktor faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau membentuk
perilaku ini disebut determinan. Dalam bidang perilaku kesehatan ada 3 teori yang sering menjadi acuan
dalam penelitian penelitian kesehatan yaitu :
Ada 2 determinan masalah kesehatan tersebut yaitu Behavioral factor (faktor perilaku) dan Non
Behavioral factor (faktor non perilaku). Dan faktor tersebut ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu :
Faktor faktor predisposisi, yaitu faktor faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya
perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai nilai, tradisi dan
sebagainya.
Faktor faktor pemungkin, yaitu faktor faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku
atau tindakan.
Faktor faktor penguat, yaitu faktor- faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
a. Adanya niat (intention) seseorang untuk bertindak sehubungan dengan objek atau stimulus diluar
dirinya.
c. Terjangkaunya informasi, yaitu tersedianya informasi informasi terkait dengan tindakan yang akan
di ambil oleh seseorang
Teori WHO
a. Pemikiran dan perasaan yaitu merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku
b. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
c. Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku seseorang atau
masyarakat
1. Bidan
Dalam melakukan promosi kesehatan bidan harus menjaga hubungan dengan klien, agar isi dari promosi
kesehatan yang disampaikan dapat diterima dan diterapkan oleh klien.
2. Klien
Dalam menerima promosi kesehatan klien harus berperan dalam menentukan keputusan untuk dirinya
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Novita, Nesi. 2011. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
http://id.wikipedia.org/wiki/Promosi_kesehatan
http://www.scribd.com/doc/71379835/Etika-Promosi-Kesehatan-Bagian-1
http://penerbitsalemba.com/v2/product/view/731
oktioktaviani36.blogspot.co.id/2013/05/makalah-promosi-kesehatan.html?m=1
4. tempat umum :dengan cara memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat
umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan
tempat-tempat umum
yang sehat.PHBS di tempat-tempat umum dapat diwujudkan melalui tersedianya sumber air bersih,
jamban, tempat pembuangan sampah, adanya larangan untuk tidak merokok, serta anjuran untuk
menutup makanan dan minuman yang terhidang (untuk penjaga makanan).
Di tempat umum juga perlu diadakan promosi kesehatan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang
dapat mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya, misalnya cuci tangan, kantin dan lain-lain.
Tersedianya poster, penyediaan laflet atu selebaran yang berisi cara-cara menjaga kesehatan atau
kebersihan adalah juga merupakan bentuk promosi kesehatan.
diskusifkm.blogspot.co.id/2015/10/13-promosi-kesehatan-berdasarkan-tatanan.html?m=1
Lolita Sary
PHBS ditempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola
tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktekkan PHBS dan berperan aktif
dalam mewujudkan tempat-tempat umum sehat.
Tempat-tempat umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta atau
perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi,
sarana ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.
a. PHBS di Pasar
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak merokok di
pasar, Tidak meludah Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak merokok di
tempat ibadah, Tidak meludah Sembarangan, Memberantas Jentik nyamuk
Menggunakan air bersih, Membuang sampah pada tempatnya, Menggunakan jamban, Tidak merokok di
angkutan umum, Tidak meludah Sembarangan
Manfaat:
a. Bagi masyarakat:
Masyarakat menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan
sehat, serta mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi
Lingkungan menjadi lebih bersih, indah dan sehat sehingga meningkatkan citra tempat umum,
Meningkatkan pendapatan bagi tempat-tempat umum sebagai akibat dari meningkatnya kunjungan
pengguna tempat-tempat umum
Peningkatan presentase tempat umum sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah kabupaten/kota
yang baik Kabupaten /kota dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS
di tempat-tempat umum
husnhy.blogspot.co.id/2013/11/makalah-promosi-kesehatan-phbs_18.html?m=1