RESUME
Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Teori Akuntansi Keuangan yang Diampu oleh Bapak
Drs. Imam Subekti, Ak., M.Si., Ph.D.
Disusun Oleh:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PENDAHULUAN
Pada bab ini kami memberikan gambaran tentang perspektif alternatif dari
peran akuntansi. Perspektif ini sering disebut dengan perspektif kritis. Secara eksplisit
mempertimbangkan bagaimana akuntansi cenderung untuk mendukung ekonomi dan sosial
budaya tertentu. Pandangan yang diungkapkan oleh peneliti dari perspektif kritis tentang
akuntansi, jauh dari yang menyediakan gambaran netral atau berisi fakta mendasar tentang
ekonomi, sebenarnya digunakan untuk mempertahankan posisi yang kuat dari beberapa sektor
masyarakat, sambil menahan posisi dan kepentingan mereka tanpa kekayaan. Teori ini
menantang setiap perspektif yang menunjukkan bahwa berbagai hak dan keistimewaan yang
tersebar di seluruh masyarakat.
Bab ini mempertimbangkan berbagai argumen tentang peran negara, peran
penelitian akuntansi, dan peran akuntansi dalam mempertahankan tatanan sosial tertentu yang
sudah ada - tatanan sosial yang beberapa peneliti berpendapat terdapat fungsi atas dasar
ketidakadilan, di mana beberapa individu dengan modal hidup sejahtera dengan mengorbankan
orang-orang yang tidak memiliki modal. Kita akan tahu peneliti yang mengadopsi perspektif
kritis sering tidak memberikan solusi langsung ke ketidakadilan tertentu, melainkan berusaha
untuk menyoroti ketidakadilan dalam masyarakat dan peran akuntansi dalam mempertahankan
dan melegitimasi mereka ketidakadilan yang dirasakan.
Berikut hal-hal yang mempengaruhi Laporan Keuangan yang mendukung Kritikal pada
Laporan Keuangan:
A. Budaya mempengaruhi Laporan Keuangan
Pengertian budaya dalam Websters Dictonary (1991, p.137), merupakan cerminan
nilai-nilai yang diyakini ada pada sekelompok orang dalam wilayah area tertentu, dan
dicerminkan dalam persepsi, pola pikir, keputusan-keputusan, dan tindakan-tindakan nyata
dalam kehidupan keseharian.
Laporan keuangan dapat dipahami dan diterima oleh para pengguna karena dalam
proses penyusunan laporan keuangan terdapat tujuan, standar, kebijakan, dan teknik akuntansi.
Dalam area wilayah yang berbeda seringkali terdapat perbedaan bentuk dan isi laporan
keuangan. Perbedaan itu disebabkan oleh lingkungan akuntansi yang berbeda pada masing-
masing area wilayah tersebut, tujuan, standard, kebijakan, dan teknik tersebut sangat
bergantung dari lingkungan dimana akuntansi dikembangkan.
Akuntansi merupakan produk budaya, karena konsep-konsep, aturan-aturan, dan - yang
dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan merupakan bentuk cerminan perilaku dari
orang-orang dalam sekelompok komunitas dalam wilayah tertentu. Bilamana dalam suatu
masyarakat mempunyai lingkungan budaya yang berbeda, maka akan terjadi perbedaan,
tujuan, standard, kebijakan dan teknik yang berlainan.
B. Ekonomi Kapitalis sebagai Lingkungan Akuntansi Konvensional
Dalam konsep, aturan-aturan, dan - proses penyusunan laporan keuangan tidak lepas
dari kepentingan dari orang-orang yang terkait dengan produk akuntansi yang berupa laporan
keuangan. Akuntansi konvensional tersebut banyak mengandung kepentingan-kepentingan
yang merupakan cerminan budaya kapitalis. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan Kam (1990,
p.3) sebagai berikut
Historically, double entry accounting is inextricably tied to the capitalistic spirit. It is
the motivating force that drives people to form bussiness entities for the sake of making
a profit...
Robert dan Borin (2008, p.3) menyatakan ada 3 esensi utama dalam kapitalisme, yaitu:
1. Modal adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa yang merupakan hasil karya manusia dan
karenanya bisa diproduksi berulangkali (reproducible).
2. Dibawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal masyarakat, alat-alat produksinya,
dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki hak legal untuk mempergunakan hak
miliknya guna untuk meraup keuntungan pribadi.
3. Kapitalisme bergantung pada sistem pasar, yang menentukan distribusi, mengalokasi
sumber daya-sumberdaya dan menetapkan tingkat-tingkat pendapatan, gaji, biaya sewa, dan
keuntungan dari kelas-kelas sosial yang berbeda.
Berdasarkan tiga pernyataan diatas ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
utama dalam sistem kapitalis, yaitu: modal, kepentingan individu, dan sistem pasar.
C. Kegagalan Ekonomi Kapitalis
1) Mekanisme pasar, tidak mampu membatasi kejenuhan pasar. Pada akhir taun 2008,
perekonomian negara Amerika Serikat mengalami depresi, depresi pada tahun 2008 lebih
parah daripada depresi pada tahun 1937. Dampak dari depresi itu adalah gelombang
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di banyak negara. Tidak hanya terjadi di negara
Amerika Serikat, tetapi juga negara Eropa, Jepang, Korea, dan negara-negara berkembang
lainnya yang mempunyai volume ekspor ke negara Amerika Serikat.
Depresi ini terjadi karena sistem ekonomi kapitalis. Dalam ekonomi kapitalis,
perekonomian digerakkan oleh sistem pasar. Dan pelaku-pelaku pasar yang mencari
keuntungan maksimal tidak pernah mampu mengontrol kejenuhan pasar. Produsen selalu
meningkatkan produksi, didorong oleh keinginan memperoleh laba maksimal, sehingga
akan terjadi kelebihan penawaran. Dalam kasus ini, terjadi kelebihan penawaran properti
sehingga produknya tidak laku terjaul, dan sebagai konsekuensinya perusahaan mengalami
kebangkrutan.
Pada sisi lain, perusahaan properti dalam menjalankan usahanya menjalankan usahanya
mengandalkan dana dari masyarakat, melalui penjualan surat berharga. Surat-surat berharga
dari properti tersebut jatuh harganya, sebagai konsekuensinya pasar modal di Amerika
Serikat mengalami kegoncangan. Para pemegang surat berharga secara keseluruhan
mengalami panik, karena harga-harga surat berharga yang dimilikinya nilainya jatuh, ini
ditunjukkan dengan nilai indeks surat berharga yang turun drastis. Kepanikan inilah akan
berdampak pada mekanisme ekonomi secara keseluruhan.
2) Penindasan Kaum Buruh
Bentuk penindasan buruh terjadi karena dorongan ingin memperoleh laba sebanyak-
banyaknya. Salah satu cara memperoleh laba adalah dengan menekan gaji buruh, selain itu juga
pemberian fasilitas-fasilitas kerja yang minimal namun menginginkan produktifitas yang
maksimal. Selain itu, penerapan sistem jam kerja yang melebihi batas kemampuan, sering
melakukan jam lembur. Buruh yang tidak mengikuti jam lembur tidak akan memperoleh
penghasilan yang layak. Kebijakan jam buruh sebetulnya didorong oleh usaha meminimalkan
beban tetap perusahaan.
3) Ketimpangan Ekonomi
Dalam kapitalis, masyarakat akan terpolarisasi dalam dua kutub kelompok komunitas,
yaitu komunitas buruh dan komunitas pemilik modal. Sebagian besar masyarakat termasuk
dalam golongan komunitas buruh, dan hanya sebagian kecil yang termasuk dalam golongan
pemilik modal. Kedua golongan komunitas tersebut kemampuan ekonomi sangat jauh berbeda,
kelompok buruh kemampuan ekonomi terbatas dan sebaliknya komunitas pemilik modal
menguasai aktivitas ekonomi.
4) Resiko Sosial terlalu Tinggi akibat akumulasi ketimpangan ekonomi
Dalam jangka panjang, sistem ekonomi kapitalis akan mencapai titik kejenuhan dan
setelah itu akan terjadi depresi ekonomi, konsekuensinya penjualan mengalami penurunan dan
tindakan pemutusan hubungan kerja buruh tidak terelakkan, dan konsekuensinya akan terjadi
kerusuhan-kerusuhan sosial. Adanya pengangguran yang tiba-tiba akibat proses pemutusan
hubungan kerja akan berdampak pada kerusuhan sosial, bahkan akan menjurus pada krisis
politik.
D. Akuntansi Konvensional : Akuntansi Kapitalis
Seperti telah disebutkan diatas, sistem kapitalis meletakkan kepentingan individu
menjadi titik awal sistem penggerak ekonomi. Individu yang menjadi perhatian utama dalam
sistem kapitalis adalah para pemilik modal, pemilik modal menguasai akses ekonomi.
Dalam akuntansi konvensional, khususnya akuntansi yang dikembangkan di negara
Amerika Serikat, pemilik modal juga menjadi titik fokus laporan keuangan. Hal ini dapat
dilihat dari:
1. Tujuan laporan keuangan
2. Konsep entitas: Proprietary theory
3. Definisi elemen laporan keuangan
4. Jenis laporan keuangan:laporan keuangan ekuitas
5. Asumsi teori akuntansi positif