Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENYEBAB
Krisis tiroid merupakan kasus yang jarang, namun dapat terjadi pada
pasien yang mengidap hipertiroidisme yang lama dan tidak diobati misalnya pada
penyakit graves, struma multinodular toksis, adenoma toksik soliter. Beberapa
kasus jarang yang dapat menimbulkan krisis tiroid adalah karsinoma hipersekresi
tiroid, adenoma hipofisis yang mensekresi tirotropin, struma ovarii/teratoma,
human chorionic gonadotropin yang disekresi mola hidatidosa. Interferon alfa dan
interleukin 2 yang menginduksi tirotoksikosis selama pengobatan penyakit lain,
seperti hepatitis virus dan HIV. Hipertiroid dengan penyebab seperti tersebut dapat
1
berkembang menjadi krisis tiroid dipicu oleh suatu peristiwa akut seperti operasi
tiroid atau non tiroid, trauma, infeksi berat, stres fisik maupun psikologik, infark
miokard, tromboemboli pulmonal, diabetik ketoasidosis, melahirkan, penghentian
obat-obat antitiroid, konsumsi berlebihan atau pemberian yodium intravena
(misalnya zat perwarna radiokontras, amiodarone), terapi radioiodium, dan
bahkan pemberian pseudoefedrin dan salisilat.1,3,5
PATOFISIOLOGI
2
Meskipun patogenesis krisis tiroid tidak sepenuhnya dipahami, teori
berikut ini telah diajukan untuk menjawabnya. Pasien dengan krisis tiroid
dilaporkan memiliki kadar hormon tiroid yang lebih tinggi daripada pasien dengan
tirotoksikosis tanpa komplikasi meskipun kadar hormon tiroid total tidak
meningkat. Pengaktifan reseptor adrenergik adalah hipotesis lain yang muncul.
Saraf simpatik menginervasi kelenjar tiroid dan katekolamin merangsang sintesis
hormon tiroid. Berikutnya, peningkatan hormon tiroid meningkatkan kepadatan
reseptor beta-adrenergik sehingga menamnah efek katekolamin. Respon dramatis
krisis tiroid terhadap beta-blockers dan munculnya krisis tiroid setelah tertelan
obat adrenergik, seperti pseudoefedrin, mendukung teori ini. Teori ini juga
menjelaskan rendah atau normalnya kadar plasma dan kecepatan ekskresi urin
katekolamin. Namun, teori ini tidak menjelaskan mengapa beta-blockers gagal
menurunkan kadar hormon tiroid pada tirotoksikosis.
3
Pada anamnesis biasanya penderita akan mengeluh adanya kehilangan
berat badan sebesar 15% dari berat badan sebelumnya, nyeri dada, menstruasi
yang tidak teratur pada wanita, sesak nafas, mudah lelah, banyak berkeringat,
gelisah dan emosi yang tidak stabil. Dapat juga menimbulkan keluhan
gastrointestinal seperti mual, muntah, nyeri perut.
Karena tingkat mortalitas krisis tiroid amat tinggi, maka kecurigaan krisis
saja cukup menjadi dasar mengadakan tindakan agresif. Kecurigaan akan terjadi
krisis apabila terdapat triad :
4
Pilihan terapi pada pasien krisis tiroid adalah sama dengan pengobatan
yang diberikan pada pasien dengan hipertiroidisme hanya saja obat yang diberikan
lebih tinggi dosis dan selang waktu pemberiannya. Pada pasien dengan krisis
tiroid harus segera ditangani ke instalasi gawat darurat atau ICU. Diagnosa dan
terapi yang sesegera mungkin pada pasien dengan krisis tiroid adalah penting
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari kelainan ini.7,8,9
Pada kasus krisis tiroid, hyperpyrexia harus segera diatasi secara cepat.
Dalam hal ini pemberian obat jenis asetaminopen lebih dipilih dibandingkan
aspirin yang dapat meningkatkan kadar konsentrasi T3 dan T4 bebas dalam
serum.7,8,9
5
intravena dengan diencerkan oleh saline isotonis dibuat alkali (pH 9,25) dengan
sodium hidroksida. 7,8,9
6
PENYAKIT JANTUNG TIROID
Manifestasi klinis yang terjadi akibat penyakit hipertiroid ini lebih banyak
mempengaruhi fungsi kerja jantung, dimana jantung dipacu untuk bekerja lebih
cepat sehingga mengakibatkan otot jantung berkontraksi lebih cepat karena efek
ionotropik yang langsung dari hormon tiroid yang keluar secara berlebihan
sehingga meningkatkan rasio ekspesi rantai panjang : , dengan otot jantung
berkontraksi lebih cepat juga mengakibatkan cardiac output yang dihasilkan
menurun dan meningkatkan tekanan darah, iktus kordis terlihat jelas,
kardiomegali, bising sitolik serta denyut nadi. Pada hipertiroid dapat
menyebabkan kelainan jantung seperti prolaps katup mitral yang sering terjadi
pada penyakit Graves or Hashimoto, dibandingkan populasi normal. Aritmia
jantung hampir tanpa terkecuali supraventricular, khusunya pada penderita muda.
Antara 2 % dan 20% penderita dengan hipertiroid dengan atrial fibrilasi, dan 15 %
penderita dengan atrial fibrilasi tidak terjelaskan. Atrial fibrilasi menurunkan
effisiensi respon jantung untuk meningkatkan kebutuhan sirkulasi dan dapat
menyebabkan gagal jantung.
7
Tabel 1. Efek hormon tiroid terhadap sistem kardiovaskular.
GEJALA KLINIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
Elektrokardiografi
8
Pada EKG sering ditemui gangguan irama atau gangguan hantaran.
Biasanya dengan sinus takikardi, atrium fibrilasi ditemui 10-20 % kasus. Pada
kasus berat bisa ditemui pembesaran ventrikel kiri, kadang-kadang ditemui
pelebaran dan pemanjangan gelombang P dan pemanjangan PR interval,
gelombang T yang prominen, peninggian voltase, perubahan gelombang ST-T dan
pemendekan interval QT.
PEMERIKSAAN EKOKARDIOGRAFI
PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
Secara non medikamentosa berupa: istirahat tirah baring (bed rest), diet
jantung dengan tujuan untuk mengurangi beban jantung dengan diet yang lunak,
rendah garam dan kalori, serta mengurangai segala bentuk stres baik fisik maupun
psikis yang dapat memperberat kerja jantungnya.
Medikamentosa
9
Golongan beta blocker, ditujukan untuk mengurangi kerja jantung serta
melawan kerja hormone tiroid yang bersifat inotropik dan kronotropik negatif.
Golongan beta blocker akan mengistirahatkan jantung dan memberi waktu
pengisian diastolik yang lebih lama sehingga akan mengatasi gagal jantungnya.
Propanolol juga penting untuk mengatasi efek perifer dari hormon tiroid yang
bersifat stimulator beta-adrenergik reseptor. Beta blocker juga bersifat menekan
terhadap system saraf sehingga daapt mengurangi palpitasi, rasa cemas, dan
hiperkinesis. Beta blocker tidak mempengaruhi peningkatan konsumsi oksigen.
Dosis 40-160 mg/ hari bila belum ada dekompensasio kordis.13
ILUSTRASI KASUS
10
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 60 tahun di bagian Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 29 Juni 2017 dengan :
11
BAB encer sejak 1 hari yang lalu, frekuensi 4-5 kali/hari, jumlah 3-5 sendok
makan, tidak berlendir dan tidak berdarah.
Batuk tidak ada.
Suara serak tidak ada.
Sulit menelan tidak ada.
Buang air kecil warna dan frekuensi seperti biasa.
12
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : sedang Tinggi badan : 150 kg
Kesadaran : CMC Berat badan : 40 kg
Tekanan darah : 140/80 mmHg IMT : 17,77 kg/m2
Nadi : 120 x/menit, reguler, (underweight)
pengisian cukup. Edema :-
Nafas : 38 x/menit Anemis :-
Suhu : 39,5 C Ikterus :-
Kulit : Halus, turgor normal, perabaan lembab dan hangat, purpura (-).
KGB : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher, axila dan
inguinal.
Kepala : Normocephal
Rambut : Tidak mudah tercabut
Mata : Eksoftalmus (-), Rosenbach (-), Stellwaag (-), Von Graefe (-),
Moebius (-), Joffroy (-), Dalrymple (-)
Sklera ikterik (-), Konjungtiva anemis (-)
Reflek cahaya (+/+), Diameter pupil 3mm/3mm
Telinga : Deformitas (-)
13
Hidung : Deviasi septum (-), Epistaksis (-)
Tenggorokan : T1-T1, tidak hiperemis
Gigi & Mulut : Caries (+)
Leher
Inspeksi : tampak pembesaran kelenjar tiroid, warna sama dengan sekitar
Palpasi : teraba kelenjar tiroid lobus kiri dan kanan berukuran 3 x 4 x 3 cm,
simetris, permukaan tidak rata (nodus), batas tegas, konsistensi
kenyal padat, bergerak saat menelan, nyeri tekan (-), fluktuasi (-),
transiluminasi (-), JVP 5+2 cmH2O
Auskultasi : bruit (-)
Dada :
Paru depan
o Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
o Palpasi : fremitus kiri = kanan
o Perkusi : sonor, batas pekak hepar di RIC V
o Auskultasi : vesikular, ronki -/-, wheezing -/-
Paru belakang
o Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
o Palpasi : fremitus kiri = kanan
o Perkusi : sonor, peranjakan paru 2 jari
o Auskultasi : vesikular, ronki -/-, wheezing -/-
Jantung
o Inspeksi : iktus kordis terlihat 1 jari lateral LMCS RIC VI
o Palpasi : iktus kordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC VI, kuat
angkat, luas 1 ibu jari
o Perkusi : batas kanan LSD, batas atas RIC II, batas kiri 1 jari lateral
LMCS RIC VI, pinggang jantung menghilang
o Auskultasi : irama reguler, bising (-), M1> M2, P2 < A2
14
Abdomen
o Inspeksi : tidak tampak membuncit
o Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba
o Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
o Auskultasi : bising usus normal. Bruit (-).
Palpitasi +2 Bruit +2 -2
Capai/lelah +2 Eksoftalmus +2 -
15
Nafsu makan menurun - < 11 Hipotiroid
BB naik - 11 18 Eutiroid
Fibrilasi atrium -
KLINIS SKOR
Psychological precipitant 0
Frequent checking 0
Tiroid teraba +3
Bruit 0
Eksoftalmus 0
Lid retraction 0
16
Hiperkinesis 0
Tremor halus +4
Nadi
> 90 +16
80 90
< 80 +8
0
TOTAL 44
Interpretasi :
-11 23 = Eutiroid
24 39 = Ragu-ragu
40 80 = Hipertiroid
17
Sedang : diare, mual, muntah, nyeri perut 10
Berat : Ikterik
20
4 Gangguan Kardiovaskular
Takikardi 90 109 5
110 119
120 129 10
130 139
15
140
20
CHF
Tidak ada 25
Ringan : udem
Sedang : ronchi basal kedua paru
Berat : udem paru
0
Atrium Fibrilasi
Tidak Ada 5
Ada 10
15
0
10
5 Riwayat Pencetus
Tidak Ada 0
Ada 10
TOTAL 70
Laboratorium :
Hb : 10,4 g/dl Trombosit : 258.000/mm3
Ht : 30 % LED : 23 mm/jam
Leukosit : 8260 /mm3 Hitung jenis : 0/0/0/46/46/8
Gambaran darah tepi
Eritrosit : Anisositosis, normokrom
Lekosit : jumlah normal, morfologi normal
18
Trombosit : jumlah cukup, morfologi normal.
Kesan : hasil dalam batas normal
Urinalisis:
Makroskospis
Warna : Kuning
Feses :
Makroskospis : Mikroskospis :
Warna : kuning Leukosit : 1-2 /LPB
Konsistensi : cair Eritrosit : 0-1 /LPB
Darah : (-) negatif Amuba : (-) negatif
Lendir : (-) negatif Telur cacing : (-) negatif
Kesan : dalam batas normal
EKG :
Irama : regular SV1 + RV6 : > 35
Heart rate : 215 kali / menit R/S di V1 : < 1 detik
Axis : normal QRS complex : 0.08 detik
Gelombang P : tidak ada ST segmen : isoeletrik
PR interval : tidak dapat dinilai T inverted : tidak ada
Kesan : Supra Ventrikular Takikardi (Atypical AVNRT) dengn LVH
Masalah
Krisis Tiroid
Struma nodosa toksik
Penyakit jantung tiroid
19
Supra venticular takikardia
Kardiomegali
Underweight
Diagnosis Kerja
Struma nodosa toksik dengan krisis tiroid
CHF fc II LVH RVH irama supra ventrikular takikardia ec penyakit jantung
tiroid
Diagnosis Differensial
Adenoma toksik
CHF fc II LVH RVH irama supra ventrikular takikardia ec penyakit jantung
hipertensi
Terapi
Istirahat/ML TKTP 1700 kkal (karbohidrat 1020 kkal, protein 40 gram dan
lemak 28 gr) / O2 3L/menit
IVFD NaCL 0,9% 24 jam/kolf
Lugol 4 x 10 tetes p.o
Loading PTU 600 mg dilanjutkan dengan dosis 4 x 200 mg p.o
Propanolol 4 x 20 mg p.o
Dexametason 4 x 10 mg IV
Paracetamol 3 x 500 mg p.o
Inj. Diltiazem 12.5 mg IV (ekstra)
Balance cairan negatif
Pemeriksaan Anjuran
T3, FT4 dan TSH Elektrolit (Natrium, Kalium,
Chlorida, Calsium)
20
Faal Ginjal (ureum, kreatinin) Echocardiografi
Faal hepar (SGOT, SGPT) Konsul mata
Ro thorax PA Scintigrafi tiroid
USG Tiroid
Follow Up
29 Juni 2017 Jam 20.00
S/ berdebar-debar (+), nyeri dada (-), demam (-)
O/
KU Kes TD Nadi Nafas Suhu
sedang CMC 120/60mmHg 125x/i, regular 28 x/i 37 0C
30 Juni 2017
S / berdebar-debar (+), nyeri dada (-), demam (-)
O/
KU Kes TD Nadi Nafas Suhu
sedang CMC 110/60mmHg 122x/i, regular 24 x/i 36.5 0C
Index Burch and Wartofsky : 45
EKG : AF rapid ventricular respon
21
Konsul Konsultan Kardiologi
Kesan : AF rapid ventricular respon
3 Juli 2017
S / berdebar-debar (-), nyeri dada (-), demam (-)
O/
KU Kes TD Nadi Nafas Suhu
sedang CMC 120/60mmHg 100x/i, regular 20 x/i 36 0C
Index Burch and Wartofsky : 10
EKG : Sinus takikardia
22
Initial dose : PTU 2 x 100 mg p.o
Propanolol 2 x 10 mg p.o
4 Juli 2017
S/ sesak nafas (-), BAB encer (-)
23
O/
KU Kes TD Nadi Nafas Suhu
sedang CMC 120/70mmHg 105x/i, regular 20 x/i 37 0C
Konsul Mata
Kesan : Saat ini tidak ditemukan tanda-tanda Ophtalmopati Graves
Anjuran :
Observasi
7 Juli 2017
O/
KU Kes TD Nadi Nafas Suhu
sedang CMC 110/60mmHg 100x/i, regular 18 x/i 37 0C
A/
Struma Multinodosa Toksik dengan krisis tiroid teratasi
CHF fc II LVH RVH irama sinus ec penyakit jantung tiroid
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 60 tahun di bagian Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 29 Juni 2017 dengan :
Diagnosis krisis tiroid pada pasien ini ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Kriteria Burch dan Wartofsky digunakan untuk
memudahkan diagnosis yang mana didapatkan skor 45 merupakan suatu krisis
tiroid. Penggnaan skor kriteria ini sebagai petunjuk diagnosis untuk menilai
keberhasilan resusitasi. Diagnosis krisis tiroid dapat ditunjang dengan hasil
pemeriksaan fungsi tiroid yaitu hormon TSH dan peningkatan kadar T3 dan FT4