I. PENDAHULUAN
Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan yang dilakukan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Higiene yang rendah dapat menjadi faktor
penunjang berkembangnya penyakit kulit, seperti scabies.1
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitifitas terhadap Sarcoptes scabiei var.hominis dan produknya.
Penularannya dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.
Penularan secara langsung dapat terjadi melalui berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual, sedangkan penularan secara tidak
langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal,
selimut dan lain-lain.2
1
asuhan, dan pondok pesantren.3 Maka dari itu sangat penting untuk
diketahui pencegahan, diagnosis dini, dan penanganan scabies.
II. EPIDEMIOLOGI
Scabies dapat ditemukan di semua negara dengan prevalensi yang
cukup bervariasi. Daerah endemik scabies adalah pada daerah tropis dan
subtropis seperti daerah Afrika, Mesir, Amerika Tengah, Amerika Selatan,
Amerika Utara, Australia, Kepulauan Karibia, India, dan juga Asia
Tenggara.4
2
III. ETIOPATOGENESIS
3
oleh yang betina . Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan
dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau
50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya.
Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva
yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan,
tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk: jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh
siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu
antara 8-12 hari.5
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva
meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya
larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau
skabies betina membuat liang di dalam epidermis dan meletakkan telur -
telurnya di dalam liang yang ditinggalkannya, sedangkan tungau skabies
jantan hanya mempunyai satu tugas dalam kehidupannya yaitu kawin
dengan tungau betina, dan setelah melaksanakan tugasnya masing-masing
mereka akan mati.6
4
Gambar 2. Siklus Hidup Sarcoptes scabiei
Sumber:http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/40134/Capter%20II
.pdf?sequence=4
a. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari oleh karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
5
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya ,
sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau
tersebut. Dikenal juga keadaan hiposensitisasi, yaitu seluruh anggota
keluarganya terkena, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat
sebagai pembawa (carrier).
c. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih keabu -abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata -
rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul, atau
vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya
merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu: sela-sela
jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak
bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia
eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang
telapak tangan dan telapak kaki.8
d. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.1
6
Gambar 3. Gejala Klinis Sarcoptes scabiei.
Sumber:
http://img.webmd.com/dtmcms/live/webmd/consumer_assets/site_images/articles/h
ealth_tools/scabies_overview_slideshow/princ_rm_photo_of_scabies_skin_infectio
n.jpg
7
a. Skabies Nodula
b. Skabies Incognito
8
dengan penderita yang memiliki status imun yang normal. Meskipun data
yang ada masih sedikit, tampaknya ada kecenderungan bahwa penderita
dengan AIDS biasanya menderita skabies berkrusta. Selain itu, skabies
pada penderita AIDS biasanya juga menyerang wajah, kulit kepala dan
kuku, suatu hal yang jarang didapatkan pada penderita dengan status
imunologi yang normal. Gambaran yang tidak khas ini kadang
membingungkan dengan diagnosis penyakit Darier White atau keratosis
folikularis, suatu penyakit dengan lesi papular yang berskuama pada area
seboroik termasuk badan, wajah, kulit kepala dan daerah lipatan. Skabies
juga harus dipikirkan sebagai diagnosis banding pada penderita AIDS
dengan lesi psoriasiform, yang terkadang didiagnosis sebagai ekzema.
Pada penderita dengan status imunologi yang normal, pruritus merupakan
tanda khas, sedangkan pada beberapa penderita AIDS pruritus tidak
terlalu dirasakan. Hal ini mungkin disebabkan status imun yang berkurang
dan kondisi ini berhubungan dengan konversi penyakit menjadi bentuk lesi
berkrusta. Pada penderita AIDS, skabies berkrusta juga berhubungan
dengan bakteremia, yang biasanya disebabkan oleh S.aureus dan
streptococcus grup A, streptococcus grup lain bakteri gram negatif seperti
Enterobacter cloacae dan Pseudomonas aeruginosa. Sebagian ahli
menyarankan pemberian antibiotika profilaksis pada penderita AIDS
dengan skabies untuk mencegah sepsis sedangkan sebagian lain
menganjurkan tindakan yang tepat adalah dengan pengawasan yang
ketat.16
9
dengan skabies seharusnya dievaluasi juga untuk penyakit IMS lain
(misalnya Chlamydia atau HIV). Kedua, khususnya pada pasangan
seksual hendaknya dievaluasi dan diobati bila perlu, karena terdapat
kontak yang erat.16
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis pasti skabies ditegakkan dengan ditemukannya tungau
melalui pemeriksaan mikroskop, yang dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain:
diletakkan pada kaca objek, diberi minyak mineral atau minyak imersi,
diberi kaca penutup, dan dengan mikroskop pembesaran 20x atau
terowongan pada bagian yang gelap (kecuali pada orang kulit hitam
dicurigai antara ibu jari dan jari telunjuk, dengan hati-hati diiris
mikroskop.6
10
d. Kuretase terowongan. Kuretase superfisial mengikuti sumbu
e. Tes tinta Burowi. Papul skabies dilapisi dengan tinta pena, ke mudia
kemudian diletakk an di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang
h. Biopsi plong (punch biopsy). Biopsi berguna pada lesi yang atipik,
11
adalah bahwa j umlah tungau hidup pada penderita dewasa hanya
sekitar 12, sehingga biopsi berguna bila diambil dari lesi yang
meradang. Secara umum digunakan punch biopsy, tetapi epidermal
shave biopsy adalah lebih sederhana dan biasanya dilakukan tanpa
anestetik lokal pada penderita yang tidak kooperatif.
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis scabies sebagian besar tergantung pada riwayat dan
pemeriksaan pasien, serta riwayat keluarga dan kontak dekat. Manifestasi
klasik dari scabies meliputi gatal-gatal umum dan intens. Pruritus lebih
buruk di malam hari. Lesi kebanyakan terletak di jaring jari, di permukaan
fleksor pergelangan tangan, di siku, di aksila, di bokong dan alat kelamin,
dan pada payudara wanita. Papula pruritus inflamasi hadir di sebagian
besar lokasi.10,11
a. Pedikulosis corporis
12
Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering daerah
beriklim dingin karena orang memakai baju tebal serta jarang dicuci.
Cara penularannya adalah Melalui pakaian dan Pada orang-orang
yang dadanya berambut terminal kutu ini dapat melekat pada rambut
tersebut dan dapat ditularkan melalui kontak langsung.12
b. Prurigo
Prurigo adalah penyakit kulit kronik dimulai sejak bayi atau
anak. Kelainan kulit terdiri atas papul-papul miliar berbentuk
kubah sangat gatal, lebih mudah diraba daripada dilihat,
terutama didaerah ekstremitas bagian ekstensor. Penyakit ini
sering pada keadaan soasialekonomi yang rendah dan hygine
13
yang buruk. Umumnya terjadi pada anak. Penyebabnya yang
pasti belum diketahui. Umumnya ada saudara yang juga
menderita penyakit ini, karena itu ada yang menganggap
penyakit ini herediter. Didiagnosis banding dengan scabies
dengan perbedaan pada penyakit scabies gatal terutama pada
malam hari, orang-orang yang berdekatan juga terkena.
Kelainan kulit berupa banyak vesikel dan papul pada lipatan-
lipatan kulit.15
Gambar 5. Prurigo
Sumber: https://image.slidesharecdn.com/prurigohebra-130528123403-phpapp01/95/prurigo-hebra-13-
638.jpg?cb=1369744493
VIII. PENATALAKSANAAN
Merupakan hal yang penting untuk menerangkan kepada pasien
dengan sejelas-jelasnya tentang bagaimana cara memakai obat-obatan
yang digunakan, dan lebih baik lagi bila disertai penjelasan tertulis. Semua
anggota keluarga dan orang-orang yang secara fisik berhubungan erat
dengan pasien, hendaknya secara simultan diobati juga. Obat-obat topikal
harus dioleskan mulai daerah leher sampai jari kaki, dan pasien diingatkan
untuk tidak membasuh tangannya sesudah melakukan pengobatan. 14
14
leher, sehingga pemakaian obat perlu diperluas pada daerah itu. Sesudah
pengobatan, rasa gatal tidak dapat segera hilang, tetapi pelan-pelan akan
terjadi perbaikan dalam waktu 2-3 minggu, saat epidermis superfisial yang
mengandung tungau alergenik terkelupas.14
a. Terapi Sistemik
1. Permetrin.
15
3. Sulfur.
4. Monosulfiran.
6. Krotamiton.
16
c. Terapi untuk ibu hamil dan bayi
1. Sulfur
Dalam bentuk parafin lunak, padat dan berwarna, dengan
konsentrasi 10 %, bila kontak dengan jaringan hidup, preparat
ini akan membentuk hidrogen sulfide dan pentathionic acid yang
bersifat germicid dan fungicid. Secara umum sulfur bersifat
aman dan efektif bila digunakan dalam konsentrasi 2,5 % pada
pengobatan skabies pada bayi. Obat ini digunakan setiap
malam hari selama 3 malam, lalu dicuci bersih setelah 24 jam
dan bisa diulangi setelah 1 minggu kemudian. Obat ini aman
digunakan pada bayi, anak-anak, wanita hamil dan menyusui.
Kerugian pemakaian obat ini adalah baunya yang tidak enak,
dapat mewarnai pakaian dan kadang-kadang menimbulkan
iritasi.
2. Crotamition
Crotamiton krim ini diketahui tidak mempunyai efekifitas yang
tinggi terhadap skabies,meskipun demikian obat ini aman
digunakan oleh wanita hamil, bayi dan anak kecil. Cara
penggunaanya yaitu dengan mengoleskannya pada leher lalu
dilanjutkan ke tubuh bagian bawah. Setelah pemakaian kulit
dicuci bersih dan sebaiknya obat ini digunakan selama 5 hari
berturut-turut untuk memperoleh hasil pengobatan yang lebih
baik dibanding hanya 2 hari pemakaian. Efek samping dari obat
ini ialah iritasi jika digunakan dalam waktu yang cukup lama.
IX. PROGNOSIS
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta
syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi (antara lain
higiene), maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang
baik.1
17
X. PENCEGAHAN
XI. KOMPLIKASI
18
Gambar 5. Scabies Norwegia
Sumber: http://scabiespics.com/large/42/Norwegian-Scabies-Pictures-4.jpg
XII. KESIMPULAN
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitifitas terhadap Sarcoptes scabiei var.hominis. Pada orang dewasa,
gejala yang timbul antara lain ada rasa gatal yang hebat pada malam hari,
ruam kulit yang terjadi terutama di bagian sela- sela jari tangan, bawah
ketiak, pinggang, sekeliling siku, areola mammae, permukaan depan
pergelangan tangan, skrotum, dan penis. Pada bayi dan anak-anak, lesi
biasanya mengenai wajah, kepala, leher, kulit kepala, dan telapak kaki.
19
Cara Penularannya adalah Kontak langsung (kontak kulit dengan
kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan berhubungan seksual
dan kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk,
sprei, bantal, dan lain-lain. Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei
betina yang sudah dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal
pula Sarcoptes scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat menulari
manusia, terutama pada mereka yang banyak memelihara binatang
peliharaan, misalnya anjing.
20
DAFTAR PUSTAKA
9. Baur B., Sarkar J.,Manna N., & Bandyopadhyay L. (2013). The Pattern
21
of Dermatological Disorders among Patients Attending the Skin O.P.D
of A Tertiary Care Hospital in Kolkata, India. Journal of Dental and
Medical Sciences 3, 1-6.
22