Praktikum 1 : Kelompok 3
1. Suratman J3P115007
2. Siti Sarah J3P115010
3. Alfiandy Basyari J3P115035
4. Rara Nopita Sari J3P115040
5. Dini Alfina J3P115057
6. Irvan Mardi J3P215062
PARAMEDIK VETERINER
PROGRAM DIPLOMA
2016
I. PENDAHULUAN
Seiring dengan berkembangnya teknologi pertanian, di zaman yang serba canggih ini sering
kita jumpai berbagai macam pupuk untuk tanaman. Berdasarkan bahan penyusunnya pupuk
dapat dikelompokan menjadi pupuk kimia dan pupuk organik. Pupuk kimia merupakan pupuk
yang umum dipakai oleh para petani di Indonesia karena memiliki efektivitas dalam
penggunaannya. Meskipun demikian, pupuk kimia jika digunakan secara terus menerus akan
berdampak buruk bagi tanah seperti tekstur tanah menjadi keras, hilangnya unsur hara tanah, dan
tidak adanya kehidupan organisme pengurai. Dalam upaya menyelesaikan masalah ini petani
dapat memilih jenis pupuk yang tidak merusak tanah atau membuat kerugian petani. Penggunaan
pupuk organik adalah solusi untuk menyelesaikan masalah ini.
Pupuk organik umumnya dihasilkan dari proses pengomposan sehingga sering disebut pupuk
kompos. Pengomposan merupakan proses dimana bahan-bahan organik mengalami penguraian
secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang dapat memanfaatkan bahan organik
sebagai sumber energi. Menurut J.H Crawford (2003), kompos adalah hasil penguraian tidak
lengkap dan dapat dipercepat secara artifical oleh populasi berbagai macam mikroba dalam
kondisi lingkungan yang hangat, lembab, aerobik, dan anaeorobik. Pupuk organik berasal dari
bahan-bahan limbah peternakan, seperti feses sapi, kerbau, kambing, domba dan kelinci.
Peternak masih jarang yang memanfaatkan limbah peternakan mereka untuk membuat pupuk
organik.
Berdasarkan bentuknya pupuk organik yang beredar dilapangan adalah pupuk organik cair
dan pupuk organik padat. Pupuk organik padat biasanya diperoleh dari proses pengomposan.
Pengomposan sebenarnya terjadi secara alami, namun untuk mempercepat proses pengomposan
dapat dilakukan dengan cara menambahkan starter atau mikroba yang sudah diinokulasi, seperti
Starbio, EM Lestari, StarDec, dan EM4.
Pupuk kompos memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan pupuk kimia
sehingga petani dapat memilih pupuk ini sebagai pengganti pupuk kimia. Namun, pengetahuan
petani ataupun peternak dalam memanfaatkan limbah peternakan mereka menjadi pupuk organik
masih minim. Oleh karena itu, peternak ataupun petani sebaiknya mengetahui tata cara membuat
pupuk organik atau kompos dari limbah ternak mereka.
II. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui tata cara pembuatan pupuk kompos
2. Mahasiswa dapat melakukan tahap-tahap pembuatan pupuk kompos
3. Mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip pembuatan pupuk kompos
III. ALAT DAN BAHAN
Alat : Bahan :
1 karung goni 30 kg feses sapi
1 terpal 2 kg dedak
1 buah ember dan gayung 2 Liter tetes tebu (mengandung
1 sekop EM4)
1 cangkul Sekam 20 kg
1 toples berskala
IV. HASIL
a. Hasil pengukuran suhu.
Hari ke- Suhu
1 40,3OC
2 37,5OC
3 32,5OC
4 37,5OC
b. Tekstur
Dari hasil pembuatan pupuk kompos kelompok kami didapatkan pupuk dengan
tekstur yang baik yaitu tidak menggumpal, tidak basah, dan tidak berjamur.
V. PEMBAHASAN
a. Proses pembuatan pupuk
Cara pembuatan pupuk yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertama, siapkan terpal yang masih bagus (tidak berlubang) sebagai alas atau tempat
proses fermentasi. Kedua, siapkan bahan-bahan seperti feses sapi 30 kg, sekam, dan
tetes tebu. Kemudian masukkan feses sapi di terpal yang akan digunakan untuk
fermentasi dan hancurkan bentuk feses sapi yang masih berbentuk bongkahan
(menggumpal) dengan cara meremasnya menggunakan tangan. Ketiga, masukkan
sekam yang telah disiapkan sedikit demi sedikit lalu aduk sampai rata dengan
menggunakan tangan. Fungsi sekam ini adalah sebagai penyerap kandungan air yang
terdapat pada feses sapi sehingga dapat menghasilkan pupuk kompos yang kering dan
baik. Setelah sekam dan feses tercampur rata dan sudah tidak menggumpal serta
sedikit kering, campurkan tetes tebu yang mengandung starter (EM4) dengan cara
memercikkannya sedikit demi sedikit dengan tujuan agar tidak membuat bahan pupuk
tidak basah pada bagian tertentu. Aduk hingga rata dan jangan sampai ada yang
menggumpal. Setelah sudah bertekstur agak kering, kumpulkan bahan pupuk menjadi
satu bagian lalu tutup dengan karung goni. Lipat dan gulung dengan rapi terpal yang
menjadi alas pembuatan pupuk lalu letakkan pembeban pada tiap ujung-ujung terpal
agar posisi lipatan tidak membuka.
b. Pengukuran temperatur (suhu)
VI. KESIMPULAN
Dalam proses pembuatan pupuk kompos dengan menggunakan feses sapi dan
menggunakan metode anaerob fakultatif maka akan didapatkan hasil pupuk kompos yang
bagus apabila dalam proses pembuatannya dilakukan dengan prosedur yang tepat. Setiap
hari pupuk harus diukur suhunya. Apabila suhu melebihi batas normal maka harus diaduk
agar panasnya merata.