Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lembaga Pemasyarakatan

2.1.1. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga pemasyarakatan adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan

terhadap orang-orang yang dijatuhi hukuman penjara atau kurungan berdasarkan

keputusan pengadilan. Dengan kata lain, pelaku kejahatan tersebut telah

melakukan kejahatan dan pelanggaran (Manik, 2007).

Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) adalah unit pelaksana teknis

pemsyarakatan yang menampung, merawat dan membina narapidana. Lembaga

Pemasyarakatan merupakan sebuah tempat dimana ruang gerak narapidana

dibatasi dan mereka terisolasi dari masyarakat. Keadaan terbatasi dan terisolasi

dapat menjadi stressor yang menyebabkan stres pada narapidana (Segarahayu,

2013).

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dapat diumpamakan sebagai sebuah

sanggar yaitu sebagai rumah atau ruangan yang diatur baik baik untuk

mengerjakan sesuatu. Lembaga pemasyarakatan (LAPAS) adalah suatu tempat

yang dahulu dikenal dengan sebutan rumah penjara, yakni tempat di mana orang -

orang yang telah di jatuhi dengan pidana tertentu oleh hakim itu harus

menjalankan pidana mereka (Widyastuti, 2013).

Menurut pendapat-pendapat yang telah dipaparkan diatas maka dapat ditarik

kesimpulan, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah suatu tempat atau lembaga

7
8

yang menampung narapidana yang melakukan tindak kejahatan yang ruang

geraknya dibatasi dan akan dilakukakan pembinaan.

2.1.2. Pengertian Lembaga pemasyarakatan anak

Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan,

yang disebut anak didik pemasyarakatan adalah seseorang yang dinyatakan

sebagai anak berdasarkan putusan pengadilan sehingga dirampas kebebasannya

dan ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan khusus yaitu Lembaga

Pemasyarakatan Anak. Anak Didik Pemasyarakatan adalah terdiri atas Anak

pidana, anak negara, dan anak sipil. Anak pidana yaitu anak yang berdasarkan

keputusan pengadilan menjalani pidana di lembaga pemasyarakatan Anak, paling

lama sampai umur 18 (Delapan belas) tahun. Anak negara yaitu anak yang

berdasarkan keputusan pengadilan diserahkan pada negara dan dididik dan

ditempatkan di Lembaga Pemasyarakatan Anak, paling lama sampai berumur 18

(delapan belas) tahun. Anak Sipil yaitu, anak yang atas permintaan orang tua atau

walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di Lembaga

Pemasyarakatan Anak, paling lama sampai berumur 18 tahun.

Menjalani kehidupan dilembaga pemasyarakatan anak, berbagai masalah

yang dialami anak dalam menjalani kehidupannya di lembaga pemasyarakatan

diantaranya yaitu perubahan hidup, hilangnya kebebasan dan hak-hak yang

semakin terbatas, dan mereka berpikir bahwa mereka dikenal sebagai seorang

penjahat. Mengingat usia mereka masih anak-anak maka mereka tentunya masih

membutuhkan arahan, bimbingan, serta pendampingan orang tua agar

berkembang ke arah yang positif. Namun keberadaan mereka di Lembaga


9

Pemasyarakatan anak membuat mereka harus terpisah dari orang tua dan harus

hidup bersama narapidana lain. Kesejahteraan psikologis menjadi kondisi yang

sangat penting untuk anak-anak yang ada dilembaga pemasyarakatan agar tetap

bisa menjalani kehidupannya dengan baik.

Menggunakan istilah anak didik pemasyarakatan tersebut merupakan

ungkapan halus yang untuk menggantikan istilah narapidana anak yang sangat

menyinggung perasaan dan mensugestikan sesuatu yang tidak mengenakan bagi

anak.

2.2. Pengertian Stres

Stres merupakan keadaan yang dihasilkan ketika individu dengan

lingkungan bertransaksi, dimana keadaan tersebut dinilai oleh seseorang sebagai

beban atau sesuatu yang melebihi kemampuannya dan membahayakan bagi

kesehatannya, sehingga memberikan dampak pada fisiologis, emosional,kognitif,

dan perilaku (Segarahayu, 2013).

Menurut Wijayaningsih (2014), istilah stres dan depresi seringkali tidak

dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Setiap permasalahan kehidupan yang

menimpa diri seseorang (stressor psikososial ) dapat mengakibatkan gangguan

fungsi organ tubuh. Reaksi tubuh (fisik) ini dinamakan stres dan manakala fungsi

organ-organ tubuh sampai terganggu dinamakan stres. Stres sebagai ciri-ciri dari

stimulus lingkungan yang dalam beberapa hal dianggap mengganggu atau

merusak, model yang digunakan pada dasarnya adalah stressor eksternal akan

menimbulkan reaksi stres atau strain sebagai dalam diri individu. Pendekatan ini

menepatkan stres sebagai sasuatu yang dipelajari dan menekan pada stimulus apa
10

yang merupakan diagnosa stres. Hal ini memandang stres tanpa suatu tuntutan

yang berasal, pasti mendatangkan stres tanpa memandang bagaiman sumber daya

individu.

Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan,

perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain yang dipengaruhi oleh lingkungan

maupun penampilan individu dalam lingkungan tersebut (Sumiati,dkk, 2010).

Stres dapat menjadi motivator yang penting dan bermanfaat dalam mencapai

tujuan atau cita-cita tertentu sehingga kita berusaha keras untuk mencapainya

(Sunaryo, 2013). Individu yang mengalami stres akan berperilaku berbeda

dibandingkan dengan tujuannya yang tidak mengalami stres. Oleh karena itu,

kondisi individu yang mengalami stres gejala-gejalanya dapat dilihat baik secara

fisik maupun secara psikologis.

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa stres adalah keadaan individu yang mengalami

gangguan pikiran ataupun reaksi tubuh terhadap tekanan mental atau beban

kehidupan yang dapat ditimbulkan dari tekanan dari dalam maupun luar,

perubahan, ketegangan emosi dan lain-lain yang dipengaruhi oleh lingkungan.

2.3. Tanda Dan Gejala Stres


Menurut Segarahayu (2013) dapat disimpulkan bahwa tanda-tanda atau

gejala stres pada umumnya dapat dikelompokkan sebagai berikut di bawah ini

yaitu :
11

2.3.1. Aspek Emosional (Perasaan)

Meliputi merasa cemas (feeling anxious), merasa ketakutan (feeling scared),

merasa mudah marah (feeling irratable), merasa suka murung (feeling moody),

dan merasa tidak mampu menanggulangi (feeling of inability to cope)

2.3.2. Aspek Kognitif (Pikiran)

Meliputi Penghargaan atas diri rendah (low self esteem), takut gagal (fear

failure), tidak mampu berkonsentrasi (inability to concentrate), mudah bertindak

memalukan (embarrassing easily), khawatir akan masa depannya (worrying about

the future), Mudah lupa (forgetfulness), dan emosi tidak stabil (emotional

instability)

2.3.3. Aspek perilaku sosial

Meliputi Jika berbicara gagap atau gugup dan kesukaran bicara lainnya

(stuttering and other speech difficulties), enggan bekerja sama (uncooperative

activities), tidak mampu rileks (inability to relax), menangis tanpa alasan yang

jelas (crying for no apparent reason), bertindak impulsif atau bertindak sesuka

hati (acting impulsively), mudah kaget atau terkejut (startling easily),

menggertakkan gigi (grinding teeth), frekuensi merokok meningkat (increasing

smoking), penggunaan obat-obatan dan alkohol meningkat (increasing use of

drugs and alcohol), mudah celaka (being accident prone), dan kehilangan nafsu

makan atau selera makan berlebihan (losing appetite or overeating)

2.3.4. Aspek fisiologis

Meliputi Berkeringat (perspiration/sweaty), detak jantung meningkat

(increasedheart beat), menggigil atau gemetaran (trembling), gelisah atau gugup


12

(nervous), mulut dan kerongkongan kering (dryness of throat and mouth), mudah

letih (tiring easily), sering buang air kencing (urinating frequently), mempunyai

masalah dengan tidur (sleeping problems), diare/ ketidaksanggupan mencerna/

muntah (diarrhea/indigestion/ vomiting), perut melilit atau sembelit (coil arround

in stomach), sakit kepala (headaches), tekanan darah tinggi (high blood preasure),

dan sakit pada leher dan atau punggung bawah (pain in the neck and or lower

back).

2.4. Faktor Penyebab Stres


Banyak faktor yang dapat menimbulkan stres, faktor-faktor yang dapat

menimbulkan stres ini disebut stressor. Faktor-faktor psikososial cukup

mempunyai arti bagi terjadinya stress pada diri seseorang. Manakala tuntutan

pada diri seseorang itu melampauinya, maka keadaan demikian disebut distress.

Stres dalam kehidupan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari. Masalahnya

adalah bagaimana manusia hidup dengan stress tanpa harus mengalami stres.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sholichatum (2011) dan

Musradinur (2016) mengungkapkan bahwa penyebab stres yang terjadi pada anak

didik lembaga pemasyaraktan sebagai berikut :

2.4.1. Masa tahanan

Lama masa hukuman yang dijalani merupakan salah satu faktor penyebab

stres, bila seseorang tidak dapat bertahan dan menerima kenyataan, maka akan

rentan sekali terjadi masalah gangguan jiwa (Asnita, 2015). Putusan yang

diberikan oleh kejaksaan dapat menjadikan narapidana anak menjadi lebih stres

atau sebaliknya. Jika putusan kejaksaan sesuai dengn tuntutan dan putusannya
13

tinggi, maka narapidana akan menjadi stres dan keadaan ini akan berlangsung

lama jika seorang anak yang ada di lembaga pemasyarakatan tidak dapat bangkit

dari keterpurukan dan penyesuaian diri dengan lingkungan barunya. Stres pada

narapidana dalam menghadapi masa tahanannya adalah suatu keadaan dimana

narapidana merasa tidak dapat menyeimbangkan antara situasi yang menuntut

dengan perasaannya. Dan merasa bahwa dia berada dalam keadaan yang terburuk

dan memandang keadaan terburuk tersebut sebagai beban yang melebihi

kemampuannya.

Dalam sidang pengadilan, anak kembali menghadapi keadaan yang tidak

dikenalnya, merasa asing dengan orang-orang yang tidak dikenalnya, merasa

asing dengan orang-orang yang tidak dikenal sebelumnya. Hal ini semacam

keadaan yang menakutkan dan mengancam dirinya. Dalam hal ini, anak merasa

tidak aman dan tidak bebas berekspresi seperti yang diharapkan.

2.4.2. Hubungan personal

Keterpisahan dengan keluarga merupakan stressor utama dalam kehidupan

para penghuni lembaga pemasyarakatan. Pengembangan hubungan pertemanan

juga merupakan aspek penting dalam adaptasi kehidupan di lembaga

pemasyarakatan. Anak didik lapas menunjukkan kebutuhan akan dukungan sosial

dari sebaya sehingga kemampuan untuk berteman di lembaga pemasyarakatan

merupakan indikator penting dari kesejahteraan psikologisnya. Respon terhadap

stress dipengaruhi latar belakang dan pengalaman subjektif.

Dukungan keluarga merupakan variabel lingkungan yang diasumsikan

memiliki hubungan positif dengan kesehatan mental. Anak narapidana akan


14

membutuhkan dukungan yang lebih dari keluarga dan cara-cara yang efetif dalam

menghadapi masalah yang dihadapi. Dukungan tersebut diharapkan berasal dari

keluarga merupakan lingkungan pertama dn lingkungan yang terdekat dengan

narapidana. Dukungan sosial keluarga bagi narapidana diperlukan untu

menghilangkan rasa ketakutan dan kecemasan akan masalah-masalah yang

dihadapi.Upaya yang dilakukan keluarga yang berada disekitar narapidana untuk

memberikan semaangat dapat menjadi salah satu jalan keluar yang positif bagi

narapidana untuk menerima dengan tenang atas beban penderitaan yang dialami

(Bukhori, 2007).

2.4.3. Lingkungan

Hal-hal yang termasuk dalam stres lingkungan di sini yaitu sikap

lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu memiliki nilai negatif

dan positif terhadap prilaku masing-masing individu sesuai pemahaman kelompok

dalam masyarakat tersebut. Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut

harus selalu berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat di lingkungan

tersebut (Musradinur, 2016).

Ketika harus tinggal di Lembaga Pemasyarakatan, ruang gerak narapidana

anak dibatasi dan mereka terisolasi dari masyarakat. Keadaan terbatasi dan

terisolasi dapat menjadi stressor yang dapat menyebabkan stres pada narapidana

anak. Beberapa lingkungan fisik dapat menimbulkan stress seperti suara

gaduh/bising, ribut, berantakan, tidak teratur. Kondisi penuh sesak, temperatur

ruangan yang tinggi (gerah), pencahayaan yang menyilaukan, polusi udara,

penataan ruangan yang tidak nyaman.


15

Sedangkan penyebab stres yang ada di lingkungan lembaga yaitu Perlakuan

dan perlindungan terhadap anak-anak. Anak-anak di lembaga pemasyarakatan

merupakan masalah yang sangat penting, yakni dengan pemberian perlakuan dan

perlindungan yang baik selama berada di dalam lingkungan lembaga

pemasyarakatan, hal ini dikarenakan bahwa pada dasarnya perlakuan dan

perlindungan tersebut menyangkut soal fisik dan psikis dari orang yang

bersangkutan terlebih dalam hal anak-anak (Nasir, 2013). Perlakuan dan

perlindungan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks untuk terjadinya

stress. Lingkungan akan mempengaruhi jiwanya yang sedang berkembang kearah

kedewasaan dan akan membentuk kepribadian bagi masa depan depannya.

Sewaktu anak sedang berada di dalam penahanan hendaknya anak diperlakukan

sebagai seorang anak dan jangan sampai menimbulkan kesan terhadap anak

bahwa dirinya adalah seorang penjahat atau seorang anak nakal.

2.4.4. Diri sendiri

Diri sendiri, terdiri dari Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap

keinginan yang ingin dicapai. Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu

untuk terus menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan

perkembangan.

2.4.5. Pikiran

Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan pengaruhnya

pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan berkaitan dengan cara penilaian

diri tentang cara penyesuaian yang biasa dilakukan oleh individu yang

bersangkutan.
16

Penyebab-penyebab diatas tentu tidak akan langsung membuat seseorang

menjadi stres. Hal ini dikarenakan setiap orang berbeda-beda untuk menyikapi

setiap masalah yang dihadapi, selain itu stressor yang menjadi penyebab juga

dapat mempengaruhi stres (Musradinur, 2016). Dampak stressor dipengaruhi oleh

berbagai faktor yaitu:

2.4.5.1. Sifat stressor

Pengetahuan individu tentang bagaimana cara mengatasi dan darimana

sumber stressor tersebut serta besarnya pengaruh stressor pada individu tersebut,

membuat dampak stres yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda.

2.4.5.2. Jumlah stressor

Jumlah stressor yaitu banyaknya stressor yang diterima individu dalam

waktu bersamaan. Jika individu tersebut tidak siap menerima akan menimbulkan

perilaku yang tidak baik. Misalnya marah-marah pada hal-hal yang kecil.

2.4.5.3. Lama stressor

Seberapa sering individu menerima stressor yang sama. Semakin sering

individu mengalami hal yang sama maka akan timbul kelelahan dalam mengatasi

masalah tersebut.

2.4.5.4. Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu yaitu pengalaman individu yang terdahulu

mempengaruhi cara individu menghadapi masalahnya.

2.4.5.5. Tingkat perkembangan

Artinya setiap individu memiliki tingkat perkembangan yang berbeda-beda.


17

2.5. Tingkatan respon terhadap stres

Sebenarnya stres tidak selalu bersifat negatif. Menurut Sumiati,dkk, (2010),

membagi stres menjadi tiga, yaitu :

2.5.1. Eustress

Eustress adalah respon stres ringan yang menimbulkan rasa senang,

bahagia, menantang, dan menggairahkan. Dalam hal ini tekanan yang terjadi

bersifat positif.

2.5.2. Optimal stres/neustres

Optimal stres/neustres adalah respon yang berada antara eustress dan

distress, merupakan respon stres yang menekan namun masih seimbang, sehingga

seseorang merasa tertantang untuk menghadapi masalah dan memacu untuk lebih

bergairah, berprestasi, meningkatkan produktivitas kerja dan bersaing.

2.5.3. Distress

Distress merupakan respon stres yang negatif dan menyakitkan, sehingga

tidak mampu lagi diatasi

2.6. Tingkatan/tahapan Stres


Stres dapat mengancam kesejahteraan anak-anak yang ada dilembaga

pemasyarakatan. Stres yang mengancam kesejahteraannya tergantung pada

dirinya yang ditentukan oleh sejauh mana tingkat dan lamanya stres anak tersebut

dapat menyesuaikan diri pada kondisi lingkungannya yang baru, baik kondisi

fisik, psikologis, maupun sosialnya.


18

2.6.1. Stres tahapan pertama (paling ringan)

Stres tahapan pertama yaitu stres yang paling ringan dan biasanya disertai

dengan perasaan semangat yang besar, nafsu bekerja yang besar dan berlebihan,

mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki

sehingga penglihatan menjadi tajam, energi dan gugup berlebihan.

2.6.2. Stres tahap kedua

Stres tahap kedua yaitu stres yang disertai keluhan, seperti bangun pagi

tidak segar atau letih, cepat capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah

makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfornt),

jantung berdebar otot tengkuk dan punggng tegang. Hal tersebut karena cadangan

tenaga tidak memadai.

2.6.3. Stres tahap ketiga

Stres tahap ketiga yaitu tahapan stres dengan keluhan, seperti defekasi tidak

teratur atau kadang-kadang diare, otot semakin tegang, emosional, insomnia, udah

terjaga dan sulit tidur kembali (middle insomnia), bangun terlalu pagi, dan sulit

tidur kembali (late insomnia), koordinasi tubuh terganggu, dan ingin jatuh

pingsan.

2.6.4. Stres tahap keempat

Stress tahap keempat stres yang tahapannya disertai keluhan seperti tidak

mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan,

respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering

menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan

kecemasan
19

2.6.5. Stres tahap kelima

Stres tahap kelima yaitu tahapan stres yang ditandai dengan kelelahan fisik

dan mental (physical and phychologi exhaustion), ketidakmampuan

menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat,

meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung dan panik.

2.6.6. Stres tahap keenam (paling berat)

Stres tahap keenam yaitu tahapan stres dengan tanda-tanda seperti jantung

berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin dan banyak keluar keringat,

lesu, serta pingsan atau kolaps.

2.7. Sumber Stres


Banyak hal yang dapat menimbulkan stres psikologis. Stres psikologis dapat

terjadi karena adanya beberapa sumber. Ada empat sumber atau penyebab stres

psikologis, yaitu frustasi, konflik, tekanan, dan krisis.

2.7.1. Frustasi.

Frustasi terjadi akibat gagalnya individu dalam mencapai tujuan karena ada

aral melintang.

2.7.2. Konflik

Konflik terjadi karena tidak dapat memilih antara dua macam atau lebih

keinginan kebutuhan, atau tujuan. Bentuk konflik berupa approach-approach

conflict, approach-avoidance conflict, atau avoidance-avoidance-conflict.


20

2.7.3. Tekanan

Tekanan terjadi sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat

berasal dari dalam individu (misalnya, cita-cita atau norma yang terlalu tinggi)

dan luar diri individu.

2.8. Manajemen Stres

2.8.1. Cara mengendalikan stres

Stress dapat menimbulkan masalah yang merugikan individu sehigga

diperlukan beberapa cara untuk mengendalikannya. Ada beberapa kiat untuk

mengendalikan sres menurut Wijayaningsih (2014) yaitu :

2.8.1.1. Positifkan sikap, keyakinan, dan pikiran; Bersikaplah fleksibel,rasional,

dan adaptif terhadap orang lain. Artinya, jangan terlebih dahulu menyalahkan

orang lain sebelum melakukan intropeksi diri dengan pengendalian internal.

2.8.1.2. Kendalikan faktor-faktor penyebab stress dengan cara mengasah

kemampuan menyadari (awareness skills), kemampuan untuk menerima

(acceptance skills), kemampuan untuk menghadapi (coping skils), kemampuan

untu bertindak (action skils)

2.8.1.3. Perhatikan diri sendiri, proses interpersonal dan interaktif, serta

lingkungan

2.8.1.4. Kembangkan sikap efisien

2.8.1.5. Lakukan relaksasi

2.8.1.6. Lakukan visualisasi (angan-angan terarah)

2.8.1.7. Melalui kebiasaan setiap orang mempunyai kebiasaan yang unik dalam

meyelesaikan kegiatan sehari-hari.


21

2.8.1.8. Menghindari perubahan

Menghindari perubahan dengan membatasi perubahan yang tidak

diperlukan dan yang dapat dihindari. Ada orang yang stress setelah menjalani

kehidupan yang baru ataupun mudah ditemukannya kondisi-kondisi yang

berantakan.

2.8.1.9. Time bloccking

Alokasi atau membatasi waktu atau menyediakan kurun waktu tertentu

untuk memfokuskan diri untuk beradaptasi dengan stressor. Keuntungan alokasi

waktu adalah mengembangkan atau membangun dalam mencapai tujuan.

Seseorang menggunakan waktu dan sumber lebih efektif, misalnya setelah

tertunda beberapa lama laporan-laporan yang belum selesai maka ia luangkan

waktu khusus untuk menyelesaikannya

2.8.1.10. Time management

Teknik ini berguna untuk seseorang yang tidak dapat mengerjakan

berbagai hal pada waktu yang sama. Mereka diminta untuk membuat daftar tugas

yang harus dilaksanakan dan membuat prioritas tugas yang lebih penting.

2.8.1.11. Modifikasi lingkungan

Memodifikasi lingkungan yang merupakan sumber stress secara realistis

akan mengurangi stress. Jika individu dapat mengendalikan atau mengontrol

stress di lingkungannya maka stres tersebut dapat diatasi.

2.8.1.12. Mengurangi respon fisiologis dengan latihan teratur atau olahraga

Olahraga yang teratur dapat meningkatkan tonus otot, stabilitas berat

badan, mengurangi ketegangan dan relaksaasi. Program latihan berguna untuk


22

mengurangi dampak stres seperti hipertensi, kelebihan berat badan, ketegangan,

sakit kepala, keletihan mental atau sensitif dan depresi.

2.8.1.13. Diet atau nutrisi

Nutrisi dan latihan (olahraga) sangat berhubungan. Makanan memberi

tenaga untuk melakukan kegiatan dan latihan atau olahraga meningkatkan

sirkulasi dan distribusi makanan ke jaringan. Makanan yang buruk meningkatkan

respon stres

2.8.2. Cara pencegahan stres


Pencegahan stres dapat dilakukan dengan cara yaitu sebagai berikut :

2.8.2.1. Perhatikan lingkungan sekitar

Mungkin ada sesuatu yang benar-benar dapat dirubah atau dikendalikan

dalam situasi tersebut.

2.8.2.2. Jauhkan diri dari situasi-situasi yang menekan

Beri kesempatan pada diri sendiri untuk beristirahat biarpun hanya untuk

beberapa saat setiap hari.

2.8.2.3. Jangan mempermasalahkan hal-hal yang mudah

Cobalah untuk memprioritaskan beberapa hal yang benar-benar penting

dan biarkan yang lainnya mengikuti

2.8.2.4. Rubahlah cara bereaksi secara selektif

Tapi jangan terlalu banyak sekaligus. Fokuskan pada satu masalah dan

kendalikan reksi diri terhadap hal tersebut.

2.8.2.5. Tidur secukupnya

Kurang tidur hanya akan memperburuk stress.

2.8.2.6. Belajarlah cara terbaik untuk merelaksasikan diri sendiri


23

Meditasi dan latihan pernafasan telah terbukti efektif dalam

mengendalikan stress. Berlatihlah untuk menjernihkan pikiran dari pikiran-pikiran

yang mengganggu.

2.8.2.7. Tentukan tujuan yang realistis bagi diri sendiri

Dengan mengurangi jumlah kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup,

maka dapat mengurangi beban yang berlebihan.

2.8.2.8. Jangan membebani diri sendiri secara berlebihan

Jangan mengeluh mengenai seluruh beban pekerjaan. Tangani setiap

tugas sebagaimana mestinya atau tangani secara selektif dengan memperhatikan

beberapa prioritas.

2.8.2.9. Ubahlah cara pandang

Belajarlah untuk mengenali stress. Tingkatkan reaksi tubuh dan buatlah

pengaturan diri terhadap stress.

2.8.2.10. Hindari stress

Dengan kegiatan-kegiatan fisik, misalnya jogging, tennis ataupun berkebun.


24

2.9. Kerangka Teori

Berdasarkan teori yang dipaparkan dan berdasarkan literatur, dapat

diketahui faktor yang berhubungan dengan stress pada anak didik lembaga

pemasyarakatan. Maka peneliti membuat kerangka teori penelitian sebagai

berikut:

Anak Didik Mengalami gangguan


Lembaga Pemasyarakatan kesehatan mental

Faktor penyebab

Masa Tahanan
Hubungan Personal
Lingkungan
Diri Sendiri
Pikiran

Stres

Gambar 2.1 : Skema kerangka teori


Sumber: Sholicatun (2011) dan Musradinur (2016)

2.10. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan antara dua atau

lebih variabel yang di harapkan bisa menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian

Ha : ada faktor yang berhubungan dengan stres pada anak didik lapas

Ho : tidak ada faktor yang berhubungan dengan stres pada anak didik lapas
23

Anda mungkin juga menyukai