A. EMPLOYEE FRAUD
1. Cash
a. Larceny uang dicuri sebelum tercatat dalam sistem akuntansi.
b. Skimming uang dicuri ketika sudah tercatat dalam pembukuan.
2. Inventory and All Other Assets
a. Misuse penyalahgunaan, meliputi : pinjaman lama tidak kembali, pemakaian
pribadi, dan menyewakan ke pihak lain.
Penggunaan aset pada jam kantor untuk kepentingan pribadi;
Cost-nya biasanya tidak material namun bisa juga material;
Berdalih pinjaman.
b. Larceny pencurian
Mengambil inventory tanpa mencoba untuk menyembunyikannya;
Pelanggaran oleh karyawan yang memiliki akses ke persediaan;
Mengirimkan persediaan atau membuat penjualan palsu.
Mencakup aktivitas:
3. Fraudulent Disbursement
a. Billing Schemes menyerang fungsi pembelian, diincar karena sebagian besar
pengeluaran perusahaan adalah melalui mekanisme pembelian barang/ jasa.
Antara lain terdiri dari :
1) Tagihan melalui shell company,
2) Tagihan melalui pemasok yang tidak sesuai, dan
3) Pembelian pribadi menggunakan uang perusahaan.
b. Payroll Schemes
Pelaku biasanya menyalahgunakan timecard atau mengubah informasi pada
payroll records.
Terjadi pada pembayaran gaji karyawan.
Modus-modusnya antara lain: ghost employee schemes, falsified hours and
salary schemes, dan commission schemes.
c. Expense Reimbursement
1) mischaracterized expenses,
2) overstated expenses,
3) fictitious expenses, dan
4) multiple reimbursements.
d. Check Tampering
1) Forged Maker/ Endorsement,
2) Altered Payee,
3) Check Kosong/Palsu, dan
4) Authorized Maker.
Dalam upaya menemukan dan memberantas kecurangan, kita perlu mengetahui profil
pelaku. Profil berbeda dengan foto yang menggambarkan fisik seseorang. Profil memberi
gambaran mengenai berbagai ciri (traits) dari suatu kelompok orang, seperti : umur,
jenjang pendidikan, kelompok sosial (kelas atas, menengah, bawah), bahkan kelompok
etnis, dan seterusnya.
Employee Fraud; Profil Pelaku, Korban dan Perbuatan Fraud; Siapa Pelaku Kecurangan dan Mengapa
Profiling
Upaya untuk mengidentifikasi profil, dalam bahasa Inggris disebut profiling. Profiling
dalam memberantas kejahatan bukanlah upaya yang baru. Dalam kriminologi Cesare
Lombroso dan rekan-rekannya penganut criminal anthropology percaya bahwa faktor
keturunan merupakan penyebab tingkah laku kriminal. Profiling juga berkembang sampai
kepada ciri psikologis dan psikiatris.
Berikut adalah contoh profiling yang dilakukan Association of Certified Fraud Examiners
di Amerika Serikat untuk profil pelaku kejahatan kerah putih.
1. Dalam profil tersebut secara spesifik disebutkan bahwa pelaku adalah orang berkulit
putih. Untuk dapat melakukan kejahatan kerah putih, seseorang musti menduduki
jabatan kerah putih yang pada umumnya di dunia bisnis di Amerika Serikat,
mereka adalah orang kulit putih sedangkan kaum minoritas yang tidak berpendidikan
dan tidak mempunyai lapangan pekerjaan melakukan kejahatan seperti perampokan,
pembunuhan dan kejahatan lain dengan kekerasan.
2. Hal yang sama menjelaskan mengapa pelaku berasal dari kelompok berpenghasilan
menengah ke atas. Malah, kejahatan kerah putih, setidak-tidaknya di Amerika Serikat,
sering dihubungkan dengan ketamakan atau greed.
3. Sejalan dengan argumen yang menjelaskan profil etnis dan kelompok penghasilan
menengah ke atas, kita dapat memaklumi profil pendidikan mereka.
Serupa dengan profiling yang dilakukan di Indonesia, menemukan bahwa penerima suap
(bribe) adalah pejabat, pegawai negeri sipil dan militer, di pemerintah pusat atau daerah.
Sedangkan profil pemberi suap adalah pengusaha.
Profiling bersifat penting dan bermanfaat, hanya kita perlu memahami makna dari profil
yang dihasilkan. Di pasar uang dan pasar modal profil pelaku fraud seringkali
mengagumkan. Mereka cerdas, mempunyai track record yang luar biasa, pekerja keras,
dan cenderung menjadi informal leader dengan karisma yang melampaui wewenang yang
diberikan jabatan.
forensik dari kantor pajak (internal revenue service) Amerika Serikat, kemudian
membahas beberapa cirri penjahat dari etnis Asia. Menurut Manning :
Peringatan dari Manning ini mengingatkan pada beberapa kebijakan KPK yang
merupakan kewajiban bagi pimpinan KPK, yakni :
Penulis-penulis Barat mengamati ciri-ciri unik bangsa Asia tertentu yang merupakan
cerminan kelemahan good corporate governance bisnis di Asia.
sebagian besar pegawai, pelanggan, pemasok, dan mitra serta rekan bisnis dapat
memenuhi kriteria sebagai seorang pelaku kecurangan dan memiliki kemungkinan
untuk melakukannya; dan
sangat tidak mungkin untuk memprediksi lebih lanjut pegawai, pemasok, klien,
pelanggan, dan pihak lain mana yang akan bertindak tidak jujur.
Faktanya, ketika kecurangan terjadi, reaksi yang umum dalam lingkungan yang
mengandung kecurangan adalah penyangkalan. Korban tidak dapat mempercayai kolega
atau teman yang telah berlaku tidak jujur.
kuat tekanan yang dirasakan, semakin sedikit rasionalisasi yang dibutuhkan untuk
memotivasi seseorang melakukan kecurangan. Demikian juga, semakin tidak jujur pelaku
kecurangan, semakin sedikit kesempatan dan/atau tekanan yang diperlukan untuk
melakukan kecurangan.
1. Elemen Tekanan
a. Tekanan keuangan
Merupakan tipe tekanan yang paling umum untuk melakukan kecurangan.
Umumnya terkait dengan kecurangan yang menguntungkan pelaku secara
langsung, termasuk beberapa hal seperti : sifat serakah; hidup di atas rata-rata
gaya hidup orang-orang pada umumnya; tagihan yang tinggi (utang pribadi);
kredit yang tidak menguntungkan; kerugian keuangan secara pribadi;
kebutuhan keuangan yang tidak terduga.
b. Tekanan untuk melakukan perbuatan jahat
Motivasi yang timbul karena tekanan ini merupakan permasalahan yang
terkait erat dengan tekanan keuangan. Perbuatan jahat seperti : judi, obat-
obatan terlarang, alkohol, dan hubungan di luar pernikahan yang cukup mahal
inilah yang memotivasi seseorang untuk melakukan kecurangan.
Merupakan jenis tekanan terburuk untuk melakukan kecurangan.
c. Tekanan terkait pekerjaan
Beberapa tindakan kecurangan bahkan dilakukan terhadap atasan mereka sendiri,
hal ini termotivasi oleh faktor-faktor terkait pekerjaan antara lain sebagai berikut :
sedikitnya pengakuan terhadap kinerja,
adanya perasaan tidak puas terhadap pekerjaan,
ketakutan akan kehilangan pekerjaan,
keinginan mendapat promosi, dan
merasa dibayar tidak semestinya.
d. Tekanan lainnya
Tekanan lain yang memotivasi kecurangan yaitu suami/istri yang bersikukuh
pada gaya hidup yang berlebihan, atau tantangan untuk menerobos sistem.
Sebagian besar orang mengalami tekanan dalam hidup dan mempunyai
kebutuhan keuangan tertentu, namun sering kali kesulitan untuk membedakan
antara keinginan dan kebutuhan.
Employee Fraud; Profil Pelaku, Korban dan Perbuatan Fraud; Siapa Pelaku Kecurangan dan Mengapa
Bagi beberapa orang, menjadi orang yang sukses lebih penting daripada
menjadi orang yang jujur.
2. Elemen Kesempatan
Kesempatan untuk melakukan kecurangan dapat terjadi disebabkan beberapa hal
antara lain sebagai berikut :
a. Kurangnya pengendalian yang mencegah dan/atau mendeteksi perilaku
kecurangan;
Untuk mengurangi kesempatan bagi pegawai atau pihak lain untuk melakukan
kecurangan, diperlukan adanya struktur pengendalian internal yang baik meliputi :
Aktivitas atau Prosedur
Lingkungan Pengendalian Sistem Akuntansi Pengendalian
1) Filosofi manajemen dan gaya 1) Transaksi yang valid. 1) Pemisahan tugas.
operasional, serta contoh 2) Otorisasi yang sesuai. 2) Prosedur otorisasi yang
keteladanan. 3) Kelengkapan. sesuai.
2) Prosedur perekrutan yang efektif. 4) Klasifikasi yang 3) Dokumentasi dan
3) Struktur organisasi yang jelas dari sesuai. pencatatan yang memadai.
contoh keteladanan dan 5) Waktu yang sesuai. 4) Pengendalian fisik terhadap
pencitraan yang sesuai. 6) Penilaian yang sesuai. aset dan pencatatan.
4) Departemen audit internal yang 7) Peringkasan yang 5) Pengecekan independen
efektif. benar. terhadap kinerja.