Anda di halaman 1dari 77

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO BAHAYA


KEBISINGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN EARPLUG
PADA TENAGA KERJA DIBAGIAN BLASTING
PT.GUNANUSA UTAMA FABRICATOR
CILEGON - BANTEN

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun Oleh :
Yudhi Marsidi
2005-31-006

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL
JAKARTA
2009

i
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Yudhi Marsidi

NIM : 2005-31-006

Program Studi : Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Universitas Indonusa Esa Unggul

Peminatan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam menulis skripsi saya

yang berjudul Hubungan Pengetahuan Tentang Resiko Bahaya Kebisingan dengan

Kepatuhan Penggunaan Earplug Pada Tenaga Kerja dibagian Blasting

PT.Gunanusa Utama Fabricator Cilegon Banten Tahun 2009

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan

menerima sanksi yang akan ditetapkan.

Demikian surat ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Jakarta, Juli 2009

YUDHI MARSIDI

ii
UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, 10 Oktober 2009

Yudhi Marsidi
2005-31-006

Hubungan Pengetahuan Tentang Risiko Bahaya Kebisingan dan Kepatuhan


Penggunaan Earplug Pada Tenaga Kerja di Bagian Blasting PT.Gunanusa Utama
Fabricator Cilegon-Banten.

6 Bab, 61 Halaman, 18 Tabel, 5 Grafik

ABSTRAK
Salah satu bahaya fisik di lingkungan kerja adalah kebisingan. Kebisingan yaitu bunyi
yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dan dalam tingkat dan waktu tertentu
dapat menimbulkan gangguan kesehatan, keselamatan kerja dan kenyamanan lingkungan.
Salah satu upaya untuk mencegah atau mengurangi salah satu risiko yang dapat
ditimbulkan oleh kebisingan yaitu dengan menggunakan earplug. Earplug adalah salah
satu alat pelindung diri berupa sumbat telinga yang mampu mengurangi tingkat
kebisingan hingga 20 dB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan tentang risiko bahaya kebisingan dengan kepatuhan penggunaan earplug
pada tenaga kerja dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator. Metode Penelitian
bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan desain penelitian
korelasional dengan menggunakan uji Pearson Product Moment. Jumlah sampel
sebanyak 33 orang dan merupakan sampel jenuh. Pengetahuan tenaga kerja tentang risiko
bahaya kebisingan meliputi risiko penyakit akibat kerja dan mengetahui manfaat alat
pelindung pendengaran. Kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan eaplug meliputi
durasi penggunaan earplug, menguji kefektifan earplug dan menggunakan earplug.
Semua responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dengan umur berkisar 19
sampai 50 tahun, berpendidikan terbanyak SMK dan masa kerja lebih dari 1 tahun kerja.
Hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata kepatuhan penggunaan earplug = 59.94 (
8.314) dan nilai rata-rata pengetahuan tenaga kerja tentang risiko bahaya kebisingan =
47.21 ( 4.285) serta nilai p = 0.371 (p>0.05). Jadi tidak ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan tentang risiko bahaya kebisingan dengan kepatuhan dalam
penggunaan earplug pada tenaga kerja dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator.

Daftar Pustaka : 21 (1987 2009)

iii
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Tim penguji Skripsi Fakultas Ilmu-Ilmu

Kesehatan Universitas Indonusa Esa Unggul dan diterima untuk Memenuhi sebagian

persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana

Jakarta, Oktober 2009

IDRUS JUSAT, Ph.D

Dekan

TIM PENGUJI SKRIPSI

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Affan Ahmad, SKM, MKKK ------------------ ------------

Sekretaris Drs. Mulyo wiharto, MM, MHA ------------------ ------------

Anggota Dr.Farid Budiman ------------------ ------------

iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS

A. Data Diri

Nama : Yudhi Marsidi

Tempat / Tanggal Lahir : Serang, 05 Oktober 1986

Alamat : Link.Telu Rt 06/04 No.70 Jombang Wetan,

Cilegon Banten 42411

Telepon / Hp : 083890431115, 085697555305

B. Pendidikan

1. 1992 1998 MI AL-Masturiyah Sukabumi

2. 1998 2001 MTS AL-Khairiyah Rawa Arum Cilegon

3. 2001 2004 SMA PRISMA Sanjaya Serang .

4. 2004 2005 S1 Ilmu Pemerintahan UNIKOM Bandung

5. 2005 - 2009 S1 Kesehatan Masyarakat Fikes UIEU Jakarta

C. Pelatihan

1. Fire Fighting Hydrant & Fire Extingusher

2. Behaviour Based Safety

3. Hazardous Substance

4. OHSAS

5. Dan lain-lain

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan inayahnya,

Penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini dengan judul

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG RISIKO BAHAYA KEBISINGAN

DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN EARPLUG PADA TENAGA KERJA

DIBAGIAN BLASTING PT. GUNANUSA UTAMA FABRICATORS CILEGON.

Adapun proposal skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana pada Program Studi Kesehatan Masyarakat, Universitas INDONUSA Esa Unggul

Jakarta. Dalam penyusunan proposal skripsi ini Penulis mendapatkan banyak bantuan

dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang Penulis tidak

dapat sebutkan satu persatu. Oleh karena itu pada kesempatan ini, Penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :

1. Idrus Jusat, PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu - Ilmu Kesehatan (FIKES).

2. Intan Silviana Mustikawati, MPH selaku Ketua Jurusan Kesehatan

Masyarakat.

3. Affan Ahmad, SKM, MKKK. selaku Pembimbing I atas bantuan dan

bimbingannya.

4. Drs. Mulyo Wiharto, MM, MHA selaku Pembimbing II atas bantuan dan

bimbingannya.

5. Ir. M. Natsir selaku HSE Corporate Manager atas bantuan dan bimbingannya.

6. Papa, Mama, Ira tercinta dan Keluarga Besar H.Kurtubi atas dukungan dan

doanya.

vi
7. Teman-teman jurusan Kesehatan Masyarakat angkatan 2005 atas dukungan

dan doanya.

8. Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis tanpa pamrih.

Penulis menyadari betul bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan banyak

kekurangan, oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi perbaikan-perbaikan ke depan. Mudah-mudahan skripsi ini bisa memberikan

informasi atau pengetahuan baru yang bermanfaat, baik bagi perusahaan, teman-teman

mahasiswa program studi kesehatan masyarakat UIEU, khususnya peminatan

keselamatan dan kesehatan kerja, maupun pembaca lainnya.

Jakarta, Juni 2009

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..i
SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIATii
ABSTRAK.............iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN..iv
RIWAYAT HIDUP PENULIS.....v
KATA PENGANTAR..vi
DAFTAR ISIviii
DAFTAR TABELxi
DAFTAR GRAFIK.xii
DAFTAR LAMPIRAN...xiii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang1
B. Identifikasi Masalah2

C. Pembatasan Masalah...5

D. Perumusan Masalah5
E. Tujuan Penelitian6
1. Tujuan Umum.6
2. Tujuan Khusus6
F. Manfaat Penelitian..6

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS....8


A. Kepatuhan Penggunaan Earplug.8
1. Pengertian Kepatuhan..8
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan.....................................9
3. Pengertian Penggunaan Earplug................................................10
4. Prosedur Penggunaan Earplug...................................................11

viii
B. Pengetahuan Tentang Risiko Bahaya Kebisingan.............................14
1. Definisi Pengetahuan................................................................14
2. Tingkat Pengetahuan.16
3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan.17
4. Cara Mengukur Pengetahuan....................................................18
5. Pengertian Risiko Bahaya Kebisingan......................................18
6. Klasifikasi Kebisingan..............................................................20
7. Sumber Kebisingan ..................................................................21
8. Faktor yang mempengaruhi Kebisingan...................................22
9. Nilai Ambang Batas (NAB)......................................................24
10. Dampak-dampak Kebisingan...................................................26
11. Pengendalian Kebisingan Melalui Alat Pelindung Pendengaran

C. Kerangka Berpikir.............................................................................31

D. Kerangka Konsep.............................................................................32

E. Hipotesis Penelitian..........................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN ... 34


A. Tempat dan Waktu Penelitian .. 34
1. Tempat Penelitian34
2. Waktu Penelitian.34
B. Jenis Penelitian . 34
C. Teknik Pengambilan Sampel. 34
1. Populasi..34
2. Sampel34
D. Instrumen Penelitian...34
1. Variabel Independen...35
2. Variabel Dependen..36
E. Teknik Analisis Data...38
1. Analisis Univariat..39
2. Analisis Bivariat39

ix
3. Hipotesis Statistik.40

BAB IV HASIL PENELITIAN..41


A. Deskripsi Data41
B. Uji Persyaratan Analisis.48
C. Pengujian Hipotesis....49

BAB V PEMBAHASAN54
A. Pengetahuan Tenaga Kerja Tentang Risiko Bahaya Kebisingan di
Bagian Blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator....54
B. Kepatuhan Penggunaan Earplug dibagian Blasting PT.Gunanusa
Utama Fabricator.....56
C. Hubungan Pengetahuan Risiko Bahaya Kerja dengan Perilaku Kerja
Aman Tenaga Kerja di Bagian Pengelasan PTG.....58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.60


A. Kesimpulan......................................................................................60
B. Saran... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 NAB Kebisingan Menurut Kep. Menaker No. KEP-15 MEN/1999..25
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Independen.....................................36
Tabel 3.2 Alternatif Jawaban dan Skor Variabel Dependen..........................................36
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Dependen......37
Tabel 3.4 Alternatif Jawaban dan Skor Variable Dependen..37
Tabel 3.7 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r...40
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden di Bagian Blasting PTG Tahun
200841
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Bagian Blasting PTG
Tahun 2009.............................................42
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Lama Kerja Responden di Bagian Blasting PTG Tahun
2009....44
Tabel 4.4 Distribusi Skor Pengetahuan Risiko Bahaya Kebisingan Di Bagian Blasting
PT.Gunanusa Utama Fabrcator Tahun 2009..45
Tabel 4.5 Distribusi Skor Kepatuhan Penggunaan Earplug di Bagian Blasting
PT.Gunanusa Utama Fabricator tahun 2009..47
Tabel 4.6 Hasil Analisis Korelasi Pengetahuan Tentang Risiko Bahaya Kebisingan
dengan Kepatuhan Penggunaan Earplug Pada Tenaga Kerja di Bagian Blasting
PT.Gunanusa Tahun 2009.49
Tabel 4.7 Hasil Analisis Korelasi Umur tenaga kerja dengan Kepatuhan Penggunaan
Earplug Pada Tenaga Kerja di Bagian Blasting PT.Gunanusa Tahun 2009.50
Tabel 4.8 Hasil Analisis Korelasi Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Penggunaan
Earplug Pada Tenaga Kerja di Bagian Blasting PT.Gunanusa Tahun 2009.................51
Tabel 4.9 Hasil Analisis Korelasi Lama Kerja dengan Kepatuhan Penggunaan Earplug
Pada Tenaga Kerja di Bagian Blasting PT.Gunanusa Tahun 2009...............................52

xi
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Distribusi Umur Responden di Bagian Pengelasan PTG Tahun 2009.........42
Grafik 4.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden di Bagian Blasting PTG Tahun
2009.......43
Grafik 4.3 Distribusi Lama Kerja Responden di Bagian Blasting PTG Tahun 200944
Grafik 4.4 Skor Pengetahuan Risiko Bahaya Kebisingan di Bagian Blasting
PT.Gunanusa Utama Fabricator Tahun 200945
Grafik 4.5 Skor Kepatuhan Penggunaan Earplug di Bagian Blasting PT.Gunanusa
Utama Fabricator tahun 2009....48

xii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian

2. Rekapitulasi Skor Pengetahuan Tentang Risiko Bahaya Kebisingan di Bagian


Blasting PT.GUF
3. Rekapitulasi Skor Kepatuhan Penggunaan Earplug Pada Tenaga Kerja di Bagian
Blasting PT.GUF
4. Tabel Distribusi Frekuensi & Tabel Hasil Analisis Korelasi di PT.GUF
5. Formulir Bimbingan Skripsi UIEU
6. Data Sekunder Tingkat Kebisingan dibagian blasting PT.Gunanusa

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk perlindungan

terhadap pekerja dari resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang terjadi di tempat

kerja sehingga tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan produktif menuju

peningkatan produktivitas nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 1

tahun 1970 tentang keselamatan kerja.

Peranan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) belakangan ini semakin dirasa

penting, terutama pada era industrialisasi seperti sekarang ini dimana penggunaan mesin-

mesin, pesawat-pesawat instalasi serta bahan-bahan berbahaya semakin meningkat. Hal

tersebut akan meningkatkan jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja, dan

mempengaruhi peningkatan jumlah maupun keseriusan terhadap terjadinnya kecelakaan

kerja, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan. Gejala ini dapat dilihat dari

angka kecelakaan kerja yang meningkat setiap tahunnya, baik secara kuantitas maupun

kualitas.

Secara umum kecelakaan kerja disebabkan oleh tindakan manusia yang tidak

memenuhi keselamatan (unsafe human acts) dan keadaan-keadaan lingkungan yang tidak

aman (unsafe condition). Dari penyelidikan-penyelidikan, ternyata faktor manusia dalam

timbulnya kecelakaan kerja sangat penting. Selalu ditemui dari hasil-hasil penelitian,

bahwa 80-85 % kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia. 1

1
Sumakmur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1987), Hal.9

1
2

Pengetahuan merupakan domain terpenting untuk terbentuknya tindakan

seseorang dan salah satu faktor yang dapat mendorong tenaga kerja untuk bertindak

secara aman dalam melakukan setiap proses pekerjaannya.

Salah satu bahaya fisik di lingkungan kerja adalah kebisingan (noise). Kebisingan

yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu

tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan, keselamatan kerja dan kenyamanan

lingkungan 2

Kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan efek jangka pendek dan jangka

panjang pada pendengaran. Kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan :

hilangnya pendengaran sementara atau permanen. pusing, kantuk, tekanan darah tinggi,

tegang dan stress, yang diikuti oleh sakit maag, kesulitan tidur, dan sakit jantung,

hilangnya konsentrasi, alarm atau teriakan peringatan tidak terdengar. 3

Gangguan pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat

menyebabkan ketulian. Ketulian yang timbul pada awalnya bersifat sementara dan akan

pulih kembali bila segera menghindar dari tempat kerja bising. Namun apabila bekerja

secara terus menerus, maka daya dengar akan menghilang secara menetap dan tidak akan

pulih kembali. Apabila hal ini terjadi dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja

hingga kematian akibat gangguan komunikasi dari kehilangan daya dengar.

Berdasarkan hal diatas, kebisingan merupakan salah satu bahaya yang perlu

dilakukan pengendalian serta dilakukan pencegahan terhadap risiko yang mungkin

ditimbulkan. Salah satu upaya untuk mencegah atau mengurangi salah satu risiko yang

dapat ditimbulkan oleh kebisingan yaitu dengan menggunakan earplug. Earplug adalah
2
Ricky M Mulia, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta:Penerbit Graha Ilmu, 2005) h.111
3
Labor Ocupational Health Program U.C. Berkeley Program Kesehatan Kerja University of California
Berkeley, http://library.usu.ac.id/download/ft/07002749.Pdf., Tanggal Akses 14 Maret 2009
3

salah satu alat pelindung diri berupa sumbat telinga yang mampu mengurangi tingkat

kebisingan hingga 20 dB.

Pemakaian alat pelindung diri earplug sangat diperlukan saat bekerja

dilingkungan kerja bising karena mampu mengurangi tingkat kebisingan langsung pada

penerimanya selain itu kelebihan earplug adalah mampu menekan biaya tidak terlalu

mahal dibandingkan dengan pengendalian cara teknis (engineering control). Pada

kenyataannya pengendalian secara teknis tidak selalu dapat dilaksanakan dikarenakan

banyaknya sumber bising ditempat kerja.

PT. Gunanusa Utama Fabricator telah menyediakan dan mengharuskan tenaga

kerjanya untuk menggunakan earplug pada saat bekerja di dekat sumber bising,

khususnya dibagian produksi seperti yang memiliki potensi bahaya kebisingan yang

berisiko menimbulkan gangguan pada kesehatan tenaga kerja. Meskipun terkadang masih

ada saja pekerja yang mengabaikan penggunaan dari earplug.

Ketidakpatuhan tenaga kerja dalam penggunaan earplug bukan hanya disebabkan

karena kurangnya pengawasan dari atasan saja, tetapi bisa juga disebabkan karena

ketidaktahuan tenaga kerja tentang risiko yang ditimbulkan dari kebisingan. Karena

kepatuhan sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan pengetahuan seseorang.

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, membuat penulis tertarik untuk meneliti

hubungan pengetahuan tentang Risiko Bahaya Kebisingan dengan Kepatuhan

penggunaan earplug pada tenaga kerja dibagian blasting PT. Gunanusa Utama

Fabricator.
4

B. Identifikasi Masalah

Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang dan

atau memiliki potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja wajib

menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). Salah satu hal

yang diatur dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana

tercantum dalam UU No.1 tahun 1970 pasal 14 yakni setiap perusahaan wajib

menyediakan dan memberikan alat perlindung diri pada pekerja. Itu merupakan hak dan

kewajiban tenaga kerja untuk menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan

pekerjaannya.

Pengetahuan merupakan domain terpenting untuk terbentuknya tindakan

seseorang, selain pengetahuan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan

tenaga kerja dalam penggunaan earplug antara lain adalah pengawasan,

ketidaknyamanan, reward (pemberian hadiah), sanksi dan hukuman.

Pengawasan dilakukan sebagai pengendalian agar tidak terjadi tindakan-tindakan

tidak aman (unsafe acts) yang berpotensi menimbulkan resiko bahaya didalam setiap

proses pekerjaan yang dilakukan oleh setiap tenaga kerja. Pengawasan pada hakikatnya

bukan mencari kesalahan, akan tetapi meyakinkan setiap proses pekerjaan berjalan

dengan lancar dan aman agar terhindar dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja

Reward atau hadiah adalah salah satu strategi atau upaya untuk meningkatkan

kepatuhan tenaga kerja terhadap resiko bahaya pekerjaannya. Dengan reward diharapkan

tenaga kerja dapat termotivasi untuk melaksanakan budaya selamat dan sehat dalam

setiap aktivitas yang akan dikerjakannya.


5

Sanksi atau hukuman sebagai peraturan dan kebijakan perusahaan adalah salah

satu upaya untuk meningkatkan kepatuhan tenaga kerja terhadap resiko bahaya

pekerjaannya. Dengan demikian tenaga kerja takut akan melanggar peraturan-peraturan

yang telah diterapkan diperusahaan tersebut.

Selain faktor-faktor diatas, ketidaknyamanan penggunaan earplug juga merupakan

faktor yang mempengaruhi kepatuhan penggunaan earplug. Earplug dianggap benda

asing yang menempel pada anggota tubuh yang dianggap mengganggu. Untuk mencegah

hal ini terjadi diperlukan pendidikan dan pelatihan secara berlanjut agar mereka

memahami dan mengetahui manfaat dari penggunaan earplug serta terhindar dari resiko

bahaya akibat lingkungan kerja bising.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat bahwa kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga kerja dipengaruhi

oleh banyak faktor dan penulis menyadari akan keterbatasan pengetahuan, waktu, dan

dana yang dimiliki, maka penulis membatasi pada masalah hubungan pengetahuan

tentang resiko bahaya kebisingan dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga

kerja dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian

ini adalah Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan tentang risiko bahaya

kebisingan dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga kerja dibagian blasting

PT.Gunanusa Utama Fabricator?.


6

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang risiko bahaya kebisingan

dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga kerja dibagian blasting

PT.Gunanusa Utama Fabricator.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tenaga kerja tentang resiko bahaya

kebisingan dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator

b. Untuk mendapatkan gambaran kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga

kerja dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Perusahaan

a. Sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi pihak perusahaan dalam

meningkatkan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.

b. Dapat membuat kebijakan serta mengambil langkah-langkah untuk mencegah

terjadinya gangguan kesehatan pada tenaga kerja.

2. Manfaat Bagi Peneliti

a. Sebagai media untuk mengasah dan belajar memecahkan permasalahan

dengan menerapkan teori yang didapatkan di bangku kuliah.

b. Menambah wawasan serta pengalaman


7

3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kontribusi dalam menambah wawasan serta bahan bacaan

ilmiah dalam bidang kesehatan masyarakat, khususnya keselamatan dan

kesehatan kerja serta memberikan sumbangan pikiran dan informasi yang dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.


BAB II

KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kepatuhan Penggunaan Earplug

1. Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan

sebagai sifat patuh dan ketaatan. 4 Jadi kepatuhan adalah sikap patuh atau perilaku

taat, mengikuti, dan mematuhi semua kebijakan atau peraturan-peraturan yang

berlaku. Menurut kelman ( 1958 ) kepatuhan adalah sebagai bentuk perilaku

manusia yang di ikuti dengan identifikasi dan internalisasi

Lingkup kepatuhan bisa menjadi lebih luas. Kepatuhan tidak hanya

mencakup kepatuhan kepada peraturan, tetapi juga mencakup aspek corporate,

governance, etika, dan praktik terbaik. Tantangan terbesar kepatuhan selama ini

adalah mematuhi, mengikuti, menerjemahkan, dan memasukkan berbagai

peraturan kedalam kebijakan dan prosedur internal. Salah satu hambatan bagi

perusahaan, terutama yang baru menerapkan adalah kultur perusahaan.

Tugas yang paling berat saat ini adalah menerapkan kesadaran dan budaya

kepatuhan. Unit kepatuhan tidak bisa menangani semuanya, setiap orang harus

bertanggung jawab untuk kepatuhan.Bila kita bisa mengembangkan budaya

kepatuhan, pencegahan akan menjadi lebih baik. Menerapkan proses kepatuhan

dan memastikannya dilakukan oleh karyawan, merupakan tantangan yang bersifat

terus-menerus. Apabila tidak tersedia prosedur yang jelas dan praktis, karyawan tidak

4
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta :
Balai Pustaka, 2005), h.838

8
9

akan mengerjakannya. Tantangannya terletak pada usaha untuk memastikan

seluruh proses bisa business friendly namun memenuhi ketentuan dan hukum. Pada

saat bersamaan, pengendalian dan pemantauan terhadap kepatuhan dan bisnis secara

seimbang harus bisa berjalan efektif.

Fungsi kepatuhan menjadi fasilisator dalam proses pemenuhan kepatuhan

terhadap peraturan dan pengembangan kebijakan pengawasan. Kekuasaan untuk

menjalankan inisiatif kepatuhan ada pada manajemen puncak. Pejabat kepatuhan dan

unit kepatuhan tidak boleh dipandang sebagai kekuatan penghambat, tetapi sebagai

pembantu dan fasilisator terhadap bisnis, yaitu membantu baik untuk memenuhi

kepatuhan dan mempertahankan bisnis dalam jangka panjang.

Perubahan cara pandang harus dimulai dari atas. Manajemen perubahan harus

disertai dengan pelatihan teratur dan pendidikan kepatuhan. Karyawan harus

memahami tujuan pengawasan, dan harus ada penanggung jawab operasional,

pengawasan yang terpusat dan efektif, juga ada kultur yang baik, dengan kebijakan

dan prosedur yang didokumentasikan. Harus ada pemantauan dan pelaporan yang

teratur. Seluruh karyawan harus bekerja sama untuk mencapai kepatuhan.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan

Kepatuhan sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, dan pengetahuan itu

sendiri dapat mempengaruhi prilaku atau tindakan seseorang. Kepatuhan itu

sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu diantaranya pengetahuan,

peraturan-peraturan atau kebijakan, sanksi atau hukuman dan pemberian hadiah /

reward.

Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan

seseorang. Dari pengalaman dan penelitian, terbukti bahwa kepatuhan seseorang


10

akan sesuatu yang didasari oleh pengetahuan akan bertahan lebih lama daripada

kepatuhan yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Peraturan atau kebijakan merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kepatuhan seseorang, karena disetiap peraturan atau kebijakan

mempunyai batasan-batasan atau aturan tertentu yang harus ditaati dan dipatuhi. Di

karenakan apabila suatu kebijakan atau peraturan itu tidak dipatuhi atau dilanggar

maka akan mendapatkan sanksi atau hukuman. Maka dengan adanya peraturan atau

sanksi membuat kepatuhan seseorang akan menjadi lebih baik.

Dari uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan,

bahwa kepatuhan adalah sikap patuh atau perilaku taat, mengikuti, dan mematuhi

semua kebijakan atau peraturan-peraturan yang berlaku dilingkungan dimana

tenaga kerja itu bekerja.

3. Pengertian Penggunaan Earplug

Menurut Webster`s New World Dictionary kata guna mengandung arti

sebagai aksi. 5 Menurut kamus Bahasa Indonesia kata guna berarti manfaat atau

memakai. 6 Dalam Macmillan Student`s Dictionary gunamempunyai arti sesuatu

yang untuk dipakai suatu tujuan. 7

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Penggunaan merupakan suatu

kegiatan memakai atau mengenakan sesuatu.yang dipakai dalam suatu kegiatan.

5
Webster`s New World Dictionary, (New York : prentice Hall., 1991)
6
J S Badudu, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.,1996)
7
Macmillan Student`s Dictionary, (London : Macmillan Publisher.,1988)
11

Earplug adalah alat pelindung telinga yang digunakan untuk menyumbat

telinga dengan tujuan melindungi, mengurangi paparan kebisingan yang masuk

kedalam telinga. 8

Earplug adalah alat yang dipakai dengan cara dimasukkan kedalam telinga

biasanya terbuat dari karet yang lunak, dicetak menurut kontur telinga pemakai,

dapat mengurangi 30-40 dB. 9

Ear plug dapat terbuat dari kapas (wax), plastik karet alami dan sintetik,

menurut cara penggunannya, di bedakan menjadi disposible ear plug, yaitu

sumbat telinga yang digunakan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang,

misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian cara pengguanan yang lain yaitu,

non dispossible ear plug yang digunakan waktu yang lama terbuat dari karet

atau plastik cetak.

4. Prosedur penggunaan earplug (non disposible ear plug) 10

a. Pastikan tangan dalam keadaan bersih saat memegang earplug (jika perlu

cuci tangan yang kemudian dikeringkan sebelum memegang earplug).

b. Kemudian pastikan tidak ada bagian earplug yang robek, retak,berlubang,

atau patah.

c. Durasi penggunaan earplug berbeda dengan canal caps. Pemakai earplug

tidak diperkenankan melepas dan memasang earplug seenaknya di tempat

bising, hal ini yang sering digunakan oleh pengguna canal caps.

8
http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/07/alat-pelindung-telinga, diakses tanggal 6 April 2009
9
M.Natsir, Hearing Conservation Program. HSE Department PT.GUF, hal 47
10
Sihar Tigor Benjamin, Ibid.,hal.131
12

d. Selanjutnya, peganglah earplug dengan menggunakan ibu jari dan

telunjuk, putar perlahan sambil ditekan ke arah garis tengah silinder

hingga earplug menjadi lebih kecil dan dapat dimasukan ke dalam saluran

telinga dengan mudah. Usahakan agar bentuk earplug tetap halus.

e. Setelah mendapatkan ukuran yang dikehendaki, tarik daun telinga dengan

tangan yang lain ke arah atas. Hal ini dimaksudkan untuk meluruskan

saluran telinga (ear canal) agar penempatan earplug didalam saluran

telinga lebih efektif. Kemudian segera masukan earplug secara pelahan.

Setelah beberapa saat, antara 15-25 detik, earplug akan mengembang

dengan sendirinya sesuai bentuk saluran dalam telinga.

f. Ujilah keefektifan earplug tersebut di tempat bising dengan cara menutup

kedua telinga dengan kedua belah tangan selama beberapa saat, kemudian

tangan dibuka. Lakukan beberapa kali. Jika tidak terdapat perbedaan pada

tingkat kebisingan yang didengar saat menutup dan membuka tangan,

berarti earplug terpasang dengan sempurna.

g. Selain daun telinga yang tidak tertarik ke atas saat memasang earplug,

kemungkinan penyebab tidak tepatnya penempatan earplug adalah jarak

waktu diam setelah pengecilan pemasangan earplug terlalu lama, sehingga

earplug sempat mengembang diluar telinga. Cara mengeluarkan earplug

juga harus diperhatikan. Lakukan secara perlahan sambil memutar earplug

dengan telunjuk dan ibu jari.

h. Saat memasuki tempat kerja, tenaga kerja diwajibkan menggunakan alat

pelindung telinga earplug.


13

i. Earplug yang telah selesai digunakan dibersihkan dengan kain lap yang
bersih, basah dan hangat.
j. Kemudian keringkan dengan kain lap yang bersih dan kering.
k. Setelah bersih dan kering, simpan dalam kotaknya.
l. Simpan kotak tersebut di atas, di almari atau tempat penyimpanan yang

lain.

Sumbat telinga yang baik adalah yang bisa menahan atau mengabsorbsi bunyi

atau suara dengan frekuensi tertentu saja, sedangkan bunyi atau suara dengan frekuensi

untuk bicara (komunikasi) tetap tidak terganggu. Dalam pemakaiannya, earplug (sumbat

telinga) mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari pemakaian sumbat

telinga yaitu: 11

a. melindungi indera pendengaran (telinga) akibat kebisingan dan melindungi

telinga dari percikan api atau logam-logam yang panas

b. Mudah dibawa karena ukurannya kecil

c. Relatif lebih nyaman dipakai ditempat kerja yang panas

d. Tidak membatasi gerak kepala

e. Harga relatif murah daripada tutup telinga

f. Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakaian kacamata,

tutup kepala, anting-anting dan rambut

Sedangkan Kerugiannya antara lain adalah :

a. Memerlukan waktu yang lama dari tutup telinga untuk pemasangan yang tepat

b. Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga (earmuff)

11
http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/07/alat-pelindung-telinga, diakses tanggal 6 April 2009
14

c. Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah sudah menggunakan alat

pelindung telinga karena sukar dilihat oleh pengawas

d. Hanya dapat dipakai oleh saluran telinga yang sehat

e. Bila tangan yang digunakan untuk memasang earplug yang kotor, maka

saluran telinga akan mudah terkena infeksi karena iritasi.

Dari uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa, kepatuhan penggunaan earplug adalah sikap patuh atau perilaku taat

dalam menggunakan earplug sesuai dengan prosedur penggunaan agar

mendapatkan hasil yang maksimal dari penggunaan earplug dan terhindar dari

resiko bahaya yang disebabkan oleh kebisingan yang dapat menggangu sistem

pendengaran dan gangguan kesehatan pada tenaga kerja meliputi, kondisi tangan

dalam keadaan bersih, memastikan kondisi bagian earplug, memperhatikan durasi

penggunaan earplug, menguji kefektifan earplug, mengunakan earplug dan

merawat earplug setelah selesai digunakan.

B. Pengetahuan Tentang Risiko Bahaya Kebisingan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu , dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,


15

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui

mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang ( overt behavior ). 12

Menurut Hume pengetahuan berasal dari kesan yakni isi kesadaran yang

bersifat serta merta sensoris perseptual dari suatu ide. Menurut Kant pengetahuan

berkaitan dengan pengalaman yang sesuai dengan struktur fundamental fikiran.

Menurut Locke pengetahuan adalah persepsi terhadap ide-ide pundal yang rumit

beserta relasi yang berlangsung. Sedangkan menurut Bloom pengetahuan adalah

bukti oleh seseorang melalui proses pengingatan atau pengenalan informasi dan

ide yang sudah dikenal sebelumnya.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi tindakan baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang

berurutan, sebagai berikut :

a) Awereness (Kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b) Interest (Merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap

subjek sudah mulai timbul.

c) Evaluation (Menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Sikap responden sudah baik lagi.

d) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus.

e) Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.


12
Notoatmodjo,Soekidjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta,2003 hlm 121
16

Namun dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan

tindakan seseorang tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut di atas.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam kognitif mempunyai beberapa tingkatan,

yaitu : tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi

a. Tahu (know)

Tahu adalah tingkat pengetahuan yang rendah yang diartikan sebagai pengingat

suatu materi yang dipelajari sebelumnya, pengetahuan tingkat ini termasuk

mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (comprehention)

Arti memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

dengan benar, bila telah paham terhadap objek, maka harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, mengumpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap suatu objek tertentu.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

dari situasi atau kondisi tertentu.

d. Analisis (analisys)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atas objek ke dalam

komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.


17

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah menunjuk kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi sangat berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu objek atau materi berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Pengetahuan

sendiri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya tingkat pendidikan

dan sumber informasi.

Menurut penelitian Suharjo (1996) tingkat pendidikan itu sangat

mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi. Pendidikan dapat

meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual ini

berpengaruh pada wawasan, cara berfikir, baik dalam cara pengambilan

keputusan maupun dalam pembuatan kebijakan. 13

Hastono (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa semakin tinggi

pendidikan formal akan semakin baik pengetahuan tentang kesehatan. Kerena

semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah menerima konsep

hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. 14

13
http://eprints.ums.ac.id/528/01/infokes_8(1)_Yuli_kusumawati.pdf
14
Ibid.,
18

4. Cara Mengukur Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diatas.

Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa pengetahuan adalah

segala bentuk informasi yang diketahui oleh seseorang melalui pengamatan

inderawi.

5. Pengertian Risiko Bahaya Kebisingan

Dalam kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (1995), risiko adalah akibat

sampingan dari suatu perbuatan atau tindakan yang cenderung merugikan atau

membahayakan. Hal-hal yang merugikan dari segala bentuk perbuatan atau

aktivitas yang dilakukan mungkin akan terjadi. Seseorang yang kebut-kebutan di

jalanan ada kemungkinan risiko terjadinya tabrakan karena perbuatannya tersebut.

Menurut Ian Cameron (1997), risiko (risk) adalah the chance (or

likelihood) of a specified level of harm occurring within a specific period or

associated with a specific activity. Yang artinya kurang lebih demikian risiko

adalah tingkat kemungkinan terjadinya kerugian tertentu pada waktu tertentu atau

yang berhubungan dengan aktivitas tertentu.

Menurut Depnaker (2004), bahaya (hazards) adalah suatu keadaan yang

memungkinkan atau dapat menimbulkan kecelakaan/kerugian berupa cedera,

penyakit, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan.


19

Menurut Cameron (1997), bahaya adalah suatu keadaan atau aktivitas

yang berpotensi menimbulkan kecelakaan/kerugian bagi manusia, harta benda

atau lingkungan.

Sedangkan menurut Lisa Kendal (1997), bahaya adalah segala sesuatu

atau keadaan yang berpotensi menyebabkan kerugian. Sedangkan menurut P.

Simanjutak (1994), bahaya adalah potensi sumber kecelakaan. Bahaya yang

dihadapi oleh tenaga kerja dapat berasal dari tingkah laku yang tidak aman

(unsafe act) atau kondisi yang tidak aman (unsafe condition). Sedangkan dampak

pemaparan bahaya yang dapat ditimbulkan dapat berupa kecelakaan akibat kerja

maupun penyakit akibat kerja.

Dari uraian-uraian dan penjelasan diatas dapat disimpulkan, risiko bahaya

adalah suatu kemungkinan terjadinya kerugian atau kecelakaan berupa cedera

atau penyakit akibat kerja yang berasal dari suatu proses pekerjaan.

Menurut KepMenaker No.15/MEN/1999 kebisingan adalah semua suara

yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat kerja yang pada tingkat

tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

Kebisingan didefinisikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki.

Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam

tingkat dan waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan

kenyamanan lingkungan (KepMenLH No.48 tahun 1996).

Bridger (1995) mengatakan bahwa kebisingan adalah salah satu

pencemaran yang berasal dari penerapan tekhnologi. Lebih lanjut Bridger


20

mengatakan bahwa kebisingan adalah bunyi atau bunyi-bunyian pada amplitudo

tertentu yang menyebabkan gangguan atau mempengaruhi komunikasi. 15

Menurut Mukono (1985) bising adalah bunyi yang tidak diinginkan,

sehingga dapat mempengaruhi pendengaran manusia. Sedangkan menurut Chanlet

bising adalah bunyi yang terjadi pada saat dan tempat atau keadaan yang tidak

sesuai. 16

Bunyi didengar sebagai rangsangan rangsangan pada telinga oleh

getaran getaran melalui media elatis dan manakala bunyi bunyi tersebut tidak

dikehendaki maka bunyi tersebut dinyatakan sebagai kebisingan. 17

Suara di tempat kerja berubah menjadi salah satu bahaya kerja

(occupational hazard) saat keberadaannya dirasakan menggangu/tidak diinginkan

secara : 18

a. Fisik (menyakitkan telinga)

b. Psikis (menggangu konsentrasi)

Saat situasi tersebut terjadi, status suara berubah menjadi polutan dan identitas

suara berubah menjadi kebisingan (noise).

6. Klasifikasi Kebisingan

Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua golongan besar, yaitu

kebisingan tetap (steady noise) dan kebisingan tidak tetap (non steady noise). 19

15
Tulus Winarsunu, Psikologi Keselamatan Kerja. UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,
Malang, 2008., Hal 130
16
Stellman, Jeanne Mager, Encyclopedia Health And Safety, International Labour
Office, Geneva, 1998. hal 28.7
17
Dr. Sumamur P.K Msc, Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. PT. Toko Gunung agung, Jakarta
1996.,hal 37
18
Sihar Tigor B. Tambunan, Op.Cit hlm.6
21

a. Kebisingan tetap (steady noise), dibedakan menjadi dua jenis :

a) Kebisingan dengan frekuensi terputus Kebisingan ini berupa nada-

nada murni pada frekuensi yang beragam, contohnya suara mesin,

suara kipas, dan sebagainya.

b) Broad band noise

Broad band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi (bukan

nada murni).

b. Kebisingan tidak tetap (non steady noise)dibedakan menjadai tiga jenis yaitu :

1. Kebisingan fluktuatif

Kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.

2. Intermittent noise

Kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah,

contohnya kebisingan lalu lintas.

3. Impulsive noise

Kebisingan impulsive dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi

(memekakan telinga) dalam waktu relative singkat, misalnya suara

ledakan senjata api dan alat-alat sejenisnya.

7. Sumber Kebisingan

Menurut Bridger (1995), Sumber kebisingan bermacam-macam, misalnya

mesin pabrik, pesawat terbang, lalu lintas kendaraan dijalan raya, peralatan

kantor, peralatan rumah tangga dan lain-lain. 20

19
Sihar Tigor B. Tambunan, Op.Cit hlm.7
20
Tulus winarsunu,. Loc.cit
22

Di tempat kerja, disadari maupun tidak, cukup banyak fakta yang

menunjukan bahwa perusahaan beserta aktivitas-aktivitasnya ikut menciptakan

dan menambah keparahan tingkat kebisingan di tempat kerja, misalnya : 21

a. Mengoperasikan mesin-mesin produksi ribut yang sudah cukup tua.

b. Terlalu sering mengoperasikan mesin-mesin kerja pada kapasitas kerja

cukup tinggi dalam periode operasi cukup panjang.

c. Sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi ala kadarnya

misalnya mesin diperbaiki hanya pada saat mesin mengalami kerusakan

parah.

d. Melakukan modifikasi/perubahan/penggantian secara parsial pada

komponen-komponen mesin produksi tanpa mengindahkan kaidah-kaidah

ketekhnikan yang benar, termasuk menggunakan komponen-komponen

mesin tiruan.

e. Pemasangan dan peletakan komponen-komponen mesin secara tidak tepat

(terbalik atau tidak rapar/longgar), terutama pada bagian penghubung

antar modul mesin (bad conention).

f. Penggunaan alat-alat yang tidak sesuai dengan fungsinya, misalnya

penggunaan palu/alat pemukul sebagai alat pembengkok benda-benda

metal atau alat bantu pembuka baut.

8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebisingan

Menurut Widyapura (1991) Tingkat kebisingan dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu :
21
Ibid.,hal.8.
23

a. Sumber bising

Kuat lemahnya bunyi tidak selalu menentukan apakah bunyi tersebut

merupakan bising atau tidak, tetapi hal ini banyak ditentukan oleh perasaan

dan persepsi seseorang. Dengan demikian bunyi yang sama dapat merupakan

bising bagi seseorang tapi belum tentu merupakan bising bagi orang lain.

b. Jarak dengan sumber bising

Semakin jauh sumber bunyi semakin kecil tingkat kebisingannya.

c. Suhu Udara

Jika suhu udara tinggi maka kecepatan rambat bunyi yang sampai ke telinga

akan melambat sehingga bunyi terdengar lemah.

d. Arah dan Kecepatan angin

Bunyi akan diterima lebih lama dan lebih keras oleh orang yang berada pada

down stream (searah dengan angin) dibandingkan dengan bunyi yang diterima

oleh orang yang berada pada arah yang berlawananan dengan arah mata angin,

karena getaran bunyi dan sumber dihambat oleh angin.

e. Kelembaban Udara

Semakin lembab udara, suara yang didengar semakin jelas, tetapi

pengaruhnya terhadap kebisingan di dalam ruangan tidak besar.

f. Penghalang/barier

Dinding-dinding dapat merupakan penghalang bagi transmisi suara dalam

ruangan. Dengan adanya penghalang maka transmisi suara akan dihambat atau

diserap sehingga suara yang dihasilkan akan berkurang. Jarak antara

penghalang dan sumber menentukan besar kecilnya suara yang dihasilkan.


24

Letak penghalang yang baik adalah didekat sumber dan yang paling buruk

adalah ditengah-tengah antara sumber dan pendengaran.

9. Nilai Ambang Batas Kebisingan (NAB)

Nilai Ambang Batas adalah standar faktor-faktor lingkungan kerja yang

dianjurkan ditempat kerja agar tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa

mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari

untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. 22

22
Ricki M.Mulia, Identifikasi dan pengendalian potensi bahaya kimia. Penyuluhan keselamatan dan
kesehatan kerja di UMKM 2008, hlm.2
25

Tabel 2.1 NAB Kebisingan Menurut Kep. Menaker No. KEP-15 MEN/1999

WAKTU PAPARAN WAKTU INTENSITAS KEBISINGAN

JAM / MENIT DALAM dB (A)

8 JAM 85

4 JAM 88

2 JAM 91

1 JAM 94

30 MENIT 97

15 MENIT 100

7.5 MENIT 103

3.75 MENIT 106

1.88 DETIK 109

0.94 DETIK 112

28.12 DETIK 115

14.06 DETIK 118

7.03 DETIK 121

3.52 DETIK 124

1.75 DETIK 127


26

10. Dampak-dampak Kebisingan

Kebisingan dapat menyebabkan dua jenis dampak/gangguan pada manusia,

yaitu: 23

a. Dampak auditorial

Dampak auditorial cukup banyak jenisnya dengan tingkat keparahan yang

beragam, mulai bersifat sementara dan dapat disembuhkan dengan sendirinya

(temporary threshold shift atau TTS) hingga permanen (permanent threshold

shift/PTS). Dampak ini berhubungan langsung dengan fungsi (perangkat

keras) pendengaran, seperti hilangnya atau berkurangnya fungsi pendengaran,

suara dering atau berfrekuensi tinggi dalam telinga. Dampak auditorial juga

diklasifikasikan berdasarkan letak atau posisi gangguan pendengaran pada

sistem pendengaran manusia.

Terdapat tiga jenis gangguan (hearing loss), yaitu :

a) Conductive hearing loss

Jenis gangguan ini diklasifikasikan sebagai masalah mekanis (mechanical

hearing loss) karena menyerang bagian luar dan tengah telinga pekerja,

tepatnya selaput gendang telinga dan ketiga tulang utama (hammer, anvil,

dan stirrup) menjadi sulit atau tidak bisa bergetar. Akibatnya pekerja

menjadi agak sulit mendengar. Pada cukup banyak kasus di tempat kerja,

conductive hearing loss bersifat sementara.

b) Sensorineural hearing loss

Sensorineural hearing loss diklasifikasikan sebagai masalah pada sistem

sensor, dan bukan masalah mekanis. Berbeda dengan condutive hearing


23
Sihar Tigor B. Tambunan, Op.Cit hlm.119
27

loss yang disebabkan oleh ketidak beresan pada bagian luar dan tengah

telinga, sensorineural hearing loss disebabkan oleh ketidakberesan pada

bagian dalam telinga, khususnya cochlea. Tingkat keparahan

sensorineural hearing loss cukup beragam, mulai ringan hingga serius,

namun umumnya bersifat permanen.

c) Mixed hearing loss

Jika kedua threshold konduksi menunjukan adanya kehilangan/gangguan

pendengaran, namun porsi kehilangannya lebih besar pada konduksi

udara.

b. Dampak non auditorial

Selain menimbulkan dampak negatif terhadap sistem pendengaran, kebisingan

juga dapat mengganggu :

a) Sistem keseimbangan

b) Cardiovaskuler : Tekanan darah menjadi naik, denyut jantung meningkat

(secara visual dapat dilihat dari cara seseorang bernafas yang makin cepat

dan mudah terengah-engah saat bekerja di tempat bising)

c) Kualitas tidur (noise induce sleep) : Tingkat gangguan tidur sangat

bervariasi pada setiap orang, mulai dari ringan hingga berat, misalnya

sering terbangun tanpa sebab yang jelas, tidak tenang/sering berpindah

posisi tidur/frekuensi gerakan tubuh yang cukup tinggi, perubahan pada

gerakan mata (rapid eye movement)

d) Kondisi kejiwaan pekerja (stress)


28

Selain itu bising dapat menyebabkan berbagai gangguan pada tenaga kerja, seperti

gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. 24

a. Gangguan fisiologis

Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila

terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa

peningkatan tekanan darah ( 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi

pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat

menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.

b. Gangguan psikologis

Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi,

susah tidur, cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama

dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, stres,

kelelahan, dan lain-lain.

c. Gangguan komunikasi

Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang

menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara.

Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak.

Gangguan ini bisa menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada

kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau

tanda bahaya; gangguan komunikasi ini secara tidak langsung

membahayakan keselamatan tenaga kerja.

d. Gangguan keseimbangan

24
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PemeliharaanPendengarandiIndustri.pdf/10_PemeliharaanPende
ngarandiIndustri.html.,diakses tanggal 16 maret 2009
29

Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang

angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis

berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.

e. Efek pada pendengaran

Efek pada pendengaran adalah gangguan paling serius karena dapat

menyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada awalnya bersifat

sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber

bising; namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar

akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.

11. Pengendalian Kebisingan Melalui Alat Pelindung Pendengaran

Hearing protector harus tersedia ditempat kerja tanpa harus membebani

pekerja dari segi biaya. Bagi tenaga kerja, kehilangan pendengaran atau menjadi

tuli oleh karena bising merupakan cacat yang dapat mengakibatkan kekurang

mampuan untuk bekerja dan bahkan dapat membahayakan keselamatannya, hal

ini disebabkan oleh hilangnya alat komunikasi. Apabila kehilangan pendengaran

ini terjadi, maka akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan karena hilangnya

tenaga kerja yang memiliki keterampilan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu

penilaian yang mendalam terhadap bising dan akibat-akibat yang dapat

ditimbulkan terhadap tenaga kerja

Cara terbaik untuk perlindungan pendengaran adalah dengan pengendalian

secara teknis (engineering control) pada sumber suara. Namun kenyataannya hal

ini tidak selalu dapat dilaksanakan.


30

Pemakaian alat pelindung diri merupakan pilihan terakhir yang harus

dilakukan apabila cara engineering control tidak memberikan hasil. Dan memang

pada kenyataannya alat pelindung telinga sangat diperlukan, karena mengontrol

kebisingan secara langsung pada sumbernya sangat sulit dan mahal biayanya.

Untuk mencegah ketulian akibat kebisingan, maka alat pelindung diri yang

dipakai harus mampu mengurangi kebisingan hingga nilai ambang batas yang

diperbolehkan atau kurang dari itu, yaitu 85 db. Ada tiga jenis alat pelindung

telinga yaitu :

a. Sumbat telinga (earplug) dapat mengurangi kebisingan sampai dengan

8-30 db. Biasanya digunakan untuk proteksi sampai dengan 100 db.

b. Tutup telinga (earmuff) dapat menurunkan kebisingan samapai 40-50

db. Digunakan untuk proteksi sampai dengan 110 db.

c. Helm (Helmet) dapat mengurangi kebisingan sampai dengan 40-50 db

Manfaat dari alat pelindung telinga adalah melindungi telinga dari paparan

kebisingan dan mengurangi paparan kebisingan yang masuk kedalam lubang

telinga serta melindungi indera pendengaran (telinga) dari percikan api dan

logam-logam yang panas. 25 Untuk mendapatkan manfaat dari suatu penggunaan

alat pelindung pendengaran, sangat diperlukan suatu pengetahuan. Menurut

prosedur penggunaan alat pelindung pendengaran (earplug), earplug yang baik

adalah tidak robek, tidak retak, tidak patah dan berlubang saat digunakan. 26

25
http://putraprabu.wordpress.com. Ibid.,
26
Sihar Tigor Benjamin, Ibid.,hal.131
31

Dari uraian-uraian dan penjelasan-penjelasan diatas dapat disimpulkan, bahwa

pengetahuan tentang risiko bahaya kebisingan adalah segala bentuk informasi

yang diketahui oleh tenaga kerja tentang kemungkinan terjadinya penyakit akibat

kerja yang disebabkan oleh lingkungan kerja bising yang berasal dari suara

mesin-mesin dan proses produksi serta mengetahui manfaat penggunaan alat

pelindung pendengaran agar terhindar dari resiko bahaya bising.

C. Kerangka Berpikir

Pengetahuan tentang risiko bahaya kebisingan merupakan segala bentuk

informasi yang seharusnya diketahui oleh tenaga kerja tentang risiko yang

mungkin dapat ditimbulkan dari potensi bahaya yang ada pada lingkungan kerja

bising. Pengetahuan merupakan domain terpenting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Tindakan yang didasari atas pengetahuan akan bertahan lama dan

langgeng.

Pengetahuan yang seharusnya diketahui oleh tenaga kerja tentang risiko

bahaya yang ada pada lingkungan kerja bising, diantaranya adalah risiko

gangguan fisiologis, risiko gangguan psikologis, risiko gangguan komunikasi,

risiko gangguan keseimbangan dan risiko gangguan pendengaran. Hal tersebut

diatas akan sangat merugikan tenaga kerja apabila hal itu terjadi.

Salah satu upaya untuk mencegah atau mengurangi pemaparan kebisingan

serta menghindari risiko yang ditimbulkan akibat kebisingan yaitu dengan

menggunakan earplug. Earplug adalah salah satu alat pelindung diri berupa

sumbat telinga yang mampu mengurangi tingkat kebisingan hingga 20 dB.


32

Selain pengetahuan tentang risiko bahaya kebisingan, pendidikan tentang

tata cara penggunaan dan manfaat earplug adalah salah satu yang dapat merubah

kepatuhan seseorang dalam menggunakan earplug.

Kepatuhan penggunaan earplug adalah sikap patuh atau perilaku taat

dalam menggunakan earplug yang dilakukan sesuai dengan tata cara penggunaan

dan pemeliharaan, agar mendapatkan hasil yang maksimal dari suatu penggunaan

serta terhindar dari resiko bahaya yang disebabkan oleh kebisingan yang dapat

mengganggu sistem pendengaran dan gangguan kesehatan pada tenaga kerja.

Hal tersebut diatas seharusnya menjadi perhatian penting bagi perusahaan

dan tenaga kerja agar tindakan patuh dalam rangka mewujudkan budaya sehat dan

selamat dapat terwujud seperti yang diamanatkan Undang-undang no.1 tahun

1970 tentang keselamatan kerja.

D. Kerangka Konsep

Pengetahuan Tentang Kepatuhan Penggunaan


Resiko Bahaya Earplug
Kebisingan

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.2

Kerangka Konsep Penelitian


33

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ada hubungan antara pengetahuan tentang

resiko bahaya kebisingan dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga

kerja dibagian blasting PT. Gunanusa Utama Fabricators.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Yard PT.Gunanusa Utama Fabricator Cilegon

Banten.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2009.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi (Correlation Study), yaitu sebuah

penelitian untuk melihat hubungan atau korelasi antara variabel independen dengan

variabel dependen dan penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional,

karena observasi atau pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat tertentu

(point time approach).

C. Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja yang bekerja di bagian blasting

PT. Gunanusa Utama Fabricator yang berjumlah 33 orang.

2. Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini merupakan sampel jenuh, dimana

jumlah anggota sampel sama dengan jumlah populasi yaitu sebanyak 33 Orang

34
35

D. Instrumen Penelitian

1. Variabel Independen : Risiko bahaya kebisingan

a. Definisi Konseptual

Pengetahuan tentang risiko bahaya kebisingan adalah segala bentuk

informasi yang diketahui oleh tenaga kerja tentang kemungkinan

terjadinya penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh lingkungan kerja

bising yang berasal dari suara mesin-mesin dan proses produksi serta

mengetahui manfaat penggunaan alat pelindung pendengaran agar

terhindar dari risiko bahaya bising.

b. Definisi Operasional

Pengetahuan risiko bahaya kebisingan adalah skor yang diperoleh dari

penjumlahan nilai jawaban dari butir-butir pertanyaan yang dibuat khusus

untuk mengukur pengetahuan risiko bahaya kebisingan dengan skala data

interval.

c. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan

kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai pengetahuan

tentang resiko bahaya kebisingan.


36

Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Independen

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR BUTIR


+ -
Pengetahuan Risiko penyakit akibat 1. Gangguan 4
kerja fisiologis
Tentang Resiko
2. Gangguan 13 7,14
Bahaya Kebisingan psikologis
3. Gangguan 8 3
komunikasi
4. Gangguan 12
keseimbangan
5. Gangguan 1,11
pendengaran
Manfaat alat pelindung 1. Mengetahui 5,10
pendengaran. manfaat alat
pelindung
pendengaran
2. Mengetahui ciri- 2,6,9 15
ciri alat
pelindung
telinga (earplug)
yang baik.

Tabel 3.2
Alternatif Jawaban dan Skor Variabel Dependen

Alternatif Skor
Jawaban + -
Benar 5 1
Salah 1 5

2. Variabel Dependen : Kepatuhan penggunaan earplug

a. Definisi Konseptual

Kepatuhan penggunaan earplug adalah sikap patuh atau perilaku taat dalam

menggunakan earplug sesuai dengan prosedur penggunaan agar mendapatkan

hasil yang maksimal dari penggunaan earplug dan terhindar dari resiko
37

bahaya yang disebabkan oleh kebisingan yang dapat menggangu sistem

pendengaran dan gangguan kesehatan pada tenaga kerja meliputi, kondisi

tangan dalam keadaan bersih, memastikan kondisi bagian earplug,

memperhatikan durasi penggunaan earplug, menguji kefektifan earplug,

mengunakan earplug dan merawat earplug setelah selesai digunakan.

b. Definisi Operasional

Kepatuhan penggunaan earplug adalah skor yang diperoleh dari penjumlahan

nilai jawaban dari butir-butir pertanyaan yang dibuat khusus untuk mengukur

kepatuhan penggunaan earplug dengan skala data interval.

c. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan kuesioner

yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai kepatuhan penggunaan earplug.


38

Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Variabel Dependen.

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR BUTIR

+ -

Kepatuhan Tangan dalam keadaan 1. Mencuci tangan bila 2


bersih keadaan tangan kotor
penggunaan
2. Mengeringkan tangan
earplug setelah mencuci 11
tangan
Memastikan kondisi 1. Bagian earplug tidak 3
bagian earplug ada yang robek
2. Tidak ada yang retak 7
3. Tidak berlubang 5
4. Dan tidak ada yang 10
patah saat digunakan.
Memperhatikan durasi Tidak melepas dan 4 12
penggunaan earplug memasang earplug di
tempat kerja bising.
Menguji kefektifan Menutup kedua telinga 9
earplug dengan kedua belah
tangan selama beberapa
saat ditempat kerja bising
Mengunakan earplug Telah menggunakan 1
earplug ketika berada di
tempat kerja bising.
Merawat earplug 1. Earplug dibersihkan 6
setelah digunakan. 8
2. Earplug disimpan
dalam kotaknya
dengan baik setelah
digunakan.

Tabel 3.4
Alternatif Jawaban dan Skor Variable Dependen

Alternatif Jawaban Skor


+ -
Selalu (SL) 5 1
Sering (SR) 4 2
Kadang-kadang (KK) 3 3
Jarang (JR) 2 4
Tidak Pernah (TP) 1 5
39

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisa ini dilakukan untuk mendeskripsikan tiap variabel dari hasil penelitian

dan akan menghasilkan distribusi serta presentase setiap variabel.

2. Analisis Bivariat

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan analisis atau uji korelasi

Pearson Product Moment, yang mana dari uji ini akan terlihat keeratan hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen.

Dengan rumus sebagai berikut :

n XY X Y
r=
{n X 2 ( X ) 2 }{n Y 2 ( Y ) }
2

Keterangan :
r = Koefisien korelasi X dan Y
X = Jumlah skor pengetahuan
Y = Jumlah skor perilaku
n = Jumlah sample

Nilai koefisien korelasi (r) ini terletak antara -1 dan +1 (-1 r +1), dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Jika r = +1, terjadi korelasi positif sempurna antara variabel independent

(X) dan variabel dependen (Y).

b. Jika r = -1, terjadi korelasi negatif sempurna antara variabel independent

(X) dan variabel dependen (Y).

c. Jika r = 0, tidak terdapat korelasi antara variabel independen (X) dan

variabel dependen (Y).


40

d. Jika 0 < r < +1, terjadi korelasi positif antara variabel independen (X) dan

variable dependen (Y).

e. Jika, -1 < r < 0, terjadi korelasi negatif variabel independen (X) dan

variabel dependen (Y).

Untuk menentukan keeratan hubungan antar variabel tersebut, nilai koefisien

korelasi ini dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

Tabel 3.7
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 0,199 Sangat Rendah
0,20 0,399 Rendah
0,40 0,599 Cukup
0,60 0,799 Kuat
0,80 1,000 Sangat Kuat

3. Hipotesis Statistik

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan dan kajian yang telah dibahas di atas,

maka hipotesis untuk statistik permasalahan di atas adalah :

a. Ho : = 0

Tidak ada hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel

dependen (Y).

b. Ha : 0

Ada hubungan antara variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Karakteristik Responden

a. Umur

Berdasarkan hasil penelitian di bagian blasting PT. Gunanusa Utama Fabricators

(PTG) dengan jumlah responden sebanyak 33 orang dapat dilihat distribusi umur

responden, sebagai berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur Responden
di Bagian Blasting PTG Tahun 2009

Umur Frekuensi %

< 29 23 70

29 10 30

Jumlah 33 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa distribusi responden terbanyak berada pada

kelompok umur < 29 sebesar 70 %. Hal itu juga bisa dilihat pada grafik 4.1.

41
42

Grafik 4.1
Distribusi Umur Responden
di Bagian Blasting PTG Tahun 2009

70
60
50
40 < 29
30 > 29
20
10
0
Umur

B. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan hasil pengisian kuesioner oleh 33 orang responden dapat dilihat

distribusi tingkat pendidikan responden, sebagai berikut :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Responden di Bagian Blasting PTG Tahun 2009

Pendidikan Frekuensi %

SD 1 3

SMP 2 6.1

SMA 29 87.9

D3/S1 1 3

Jumlah 33 100
43

Dari tabel diatas menunjukan bahwa distribusi responden terbesar dengan tingkat

pendidikan SMA adalah sebesar 87.9 % (29 orang). Hal itu juga bisa dilihat pada

grafik 4.2

Grafik 4.2
Distribusi Tingkat Pendidikan
Responden di Bagian Blasting PTG Tahun 2009
Pendidik
D3
SD
SMA
SMP

C. Lama Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi lama kerja responden di Bagian blasting

PT.Gunanusa Utama Fabricator dapat dilihat sebagai berikut :


44

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Lama Kerja
Responden di Bagian Blasting PTG Tahun 2009

Pengalaman Frekuensi %

1-8 29 87.8

9-16 3 9.1

17-24 - -

25-32 1 3

Jumlah 33 100

Dari tabel di atas menunjukan presentase terbesar, sebesar 87.8 % responden

berpengalaman 1 8 tahun. Hal tersebut juga dapat dilihat pada grafik 4.3.

Grafik 4.3
Distribusi Lama Kerja Responden
di Bagian Blasting PTG Tahun 2009

30

25

20 1 - 8 Tahun
15 9 - 16 Tahun
17 - 24 Tahun
10
25 - 32 Tahun
5

0
Pengalaman
45

1. Deskripsi Data Pengetahuan Tenaga Kerja Tentang Risiko Bahaya Kerja di

Bagian Blasting PTG (Variabel Independen)

Dari hasil penelitian diperoleh distribusi skor variabel independen adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.4
Distribusi Skor Pengetahuan Risiko Bahaya Kebisingan
Di Bagian Blasting PT.Gunanusa Utama Fabrcator Tahun 2009

No. Skor Pengetahuan Frekuensi % % (Kumulatif)

1 43 2 6.1 6.1

2 47 3 9.1 15.2

3 51 2 6.1 21.2

4 55 1 3.0 24.2

5 59 8 24.2 48.5

6 63 10 30.3 78.8

7 67 4 12.1 90.9

8 74 1 3.0 93.9

9 75 2 6.1 100

Total 33 100

Mean : 59.94 SD : 8.314


Median : 63.00 Minimum : 43
Modus : 63 Maximum : 75
46

Dari tabel diatas menunjukan rata-rata pengetahuan tenaga kerja tentang risiko

bahaya kebisingan di bagian blasting adalah sebesar 59.94 dan nilai median 63.

Skor tekecil sebesar 43 dan terbesar 75. Hal tersebut juga dapat dilihat pada grafik

4.4.

Grafik 4.4
Skor Pengetahuan Risiko Bahaya Kebisingan
di Bagian Blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator Tahun 2009

10

8
Frequency

Mean = 59.94
Std. Dev. = 8.314
N = 33
0
40 50 60 70
Skor

2. Deskripsi Data Kepatuhan Penggunaan Earplug Pada Tenaga Kerja di

Bagian Blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator (Variabel Dependen)

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi skor variabel dependen adalah sebagai

berikut :
47

Tabel 4.5
Distribusi Skor Kepatuhan Penggunaan Earplug
di Bagian Blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator tahun 2009

No. Skor Kepatuhan Frekuensi % % (Kumulatif)

1 41 5 15.2 15.2

2 42 3 9.1 24.2

3 43 1 3.0 27.3

4 44 2 6.1 33.3

5 46 1 3.0 36.4

6 47 1 3.0 39.4

7 48 6 18.2 57.6

8 49 5 15.2 72.7

9 50 3 9.1 81.8

10 52 2 6.1 87.9

11 54 4 12.1 100

Total 33 100

Mean : 47.21 SD : 4.285


Median : 48.00 Minimum : 41
Modus : 48 Maximum : 54

Dari tabel 4.5 diatas menunjukan, bahwa rata-rata skor kepatuhan penggunaan earplug di

Bagian Blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator sebesar 47.21 dan skor terkecil sebesar

41, sedangkan skor terbesar sebesar 54. Hal tersebut juga dapat dilihat pada grafik 4.5.
48

Grafik 4.5
Skor Kepatuhan Penggunaan Earplug
di Bagian Blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator tahun 2009

12

10

8
Frequency

Mean = 47.21
Std. Dev. = 4.285
N = 33
0
40 42 44 46 48 50 52 54
Skor

B. Uji Persyaratan Analisis

Setelah dilakukan uji statistik secara deskriptif baik pada variabel independen

yaitu pengetahuan tentang risiko bahaya kebisingan, maupun variabel dependen

yaitu kepatuhan dalam penggunaan earplug maka dapat dinyatakan variabel

tersebut datanya berdistribusi normal. Berdasarkan alasan tersebut maka

pengujian dalam penelitian ini dilanjutkan dengan melakukan uji statistik yaitu

menggunakan korelasi Pearson Product Moment


49

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan

pengetahuan tentang risiko bahaya kebisingan dengan kepatuhan penggunaan

earplug pada tenaga kerja dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator,

pengujiannya dilakukan dengan uji statistik korelasi Pearson Product Moment

dengan menggunakan bantuan perangkat komputer. Adapun hasil analisisnya

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6
Hasil Analisis Korelasi
Pengetahuan Tentang Risiko Bahaya Kebisingan dengan Kepatuhan Penggunaan Earplug
Pada Tenaga Kerja di Bagian Blasting PT.Gunanusa Tahun 2009

Variabel N p value R Signifikansi

Pengetahuan Kepatuhan 33 0,371 - 0.161 Tidak Ada

Hubungan

Dari tabel 4.6 diatas menunjukan bahwa antara pengetahuan tentang

risiko bahaya kebisingan dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga

kerja di bagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator tidak mempunyai

hubungan yang signifikan, karena nilai p > 0.05.

Dengan demikian maka, Ho diterima. Yang berarti tidak ada hubungan

antara pengetahuan tentang risiko bahaya kebisingan dengan kepatuhan

penggunaan earplug pada tenaga kerja di bagian blasting PT.Gunanusa Utama

Fabricator Cilegon Banten.


50

D. Analisis Tambahan

1. Hubungan Umur dengan kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan

earplug dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara umur tenaga kerja dengan kepatuhan penggunaan earplug

pada tenaga kerja dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator,

pengujiannya dilakukan dengan uji statistik korelasi Pearson Product Moment

dengan menggunakan bantuan perangkat komputer. Adapun hasil analisisnya

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7
Hasil Analisis Korelasi
Umur tenaga kerja dengan Kepatuhan Penggunaan Earplug
Pada Tenaga Kerja di Bagian Blasting PT.Gunanusa Tahun 2009

Variabel N p value R Signifikansi

Umur Kepatuhan 33 0,02 0,510 Signifikan

Dari tabel 4.7 diatas menunjukan bahwa antara umur tenaga kerja

dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga kerja di bagian

blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator mempunyai hubungan yang

signifikan dengan tingkat hubungan yang cukup, karena nilai r = 0.510.

Dengan nilai p = 0.02, pada taraf signifikan 5 % (0,05) dan taraf

kepercayaan 95 % menunjukan p < 0.05, maka Ho ditolak. Berarti ada

hubungan antara umur dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga

kerja di bagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator. Dari nilai


51

koefisien determinasi (r2 x 100) juga dapat dilihat bahwa umur

memberikan kontribusi terhadap kepatuhan sebesar 51% dan 49%

dipengaruhi oleh faktor lainnya.

2. Hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan tenaga kerja dalam

penggunaan earplug dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan penggunaan earplug

pada tenaga kerja dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator,

pengujiannya dilakukan dengan uji statistik korelasi Pearson Product Moment

dengan menggunakan bantuan perangkat komputer. Adapun hasil analisisnya

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.8
Hasil Analisis Korelasi
Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Penggunaan Earplug
Pada Tenaga Kerja di Bagian Blasting PT.Gunanusa Tahun 2009

Variabel N p value R Signifikansi

Pendidikan Kepatuhan 33 0,637 0,085 Tidak ada

Hubungan

Dari tabel 4.8 diatas menunjukan bahwa antara tingkat pendidikan

dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga kerja di bagian

blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator tidak mempunyai hubungan yang

signifikan, karena nilai p > 0.05.


52

Dengan demikian maka, Ho diterima. Yang berarti tidak ada

hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan penggunaan

earplug pada tenaga kerja di bagian blasting PT.Gunanusa Utama

Fabricator Cilegon Banten.

3. Hubungan lama kerja dengan kepatuhan tenaga kerja dalam

penggunaan earplug dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara lama kerja dengan kepatuhan penggunaan earplug pada

tenaga kerja dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator, pengujiannya

dilakukan dengan uji statistik korelasi Pearson Product Moment dengan

menggunakan bantuan perangkat komputer. Adapun hasil analisisnya adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.9
Hasil Analisis Korelasi
Lama Kerja dengan Kepatuhan Penggunaan Earplug
Pada Tenaga Kerja di Bagian Blasting PT.Gunanusa Tahun 2009

Variabel N p value R Signifikansi

Lama Kerja Kepatuhan 33 0,02 0,400 Signifikan

Dari tabel 4.9 diatas menunjukan bahwa antara umur tenaga kerja

dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga kerja di bagian

blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator mempunyai hubungan yang

signifikan dengan tingkat hubungan yang cukup, karena nilai r = 0.400.


53

Dengan nilai p = 0.02, pada taraf signifikan 5 % (0,05) dan taraf

kepercayaan 95 % menunjukan p < 0.05, maka Ho ditolak. Berarti ada

hubungan yang signifikan antara lama kerja dengan kepatuhan

penggunaan earplug pada tenaga kerja di bagian blasting PT.Gunanusa

Utama Fabricator. Dari nilai koefisien determinasi (r2 x 100) juga dapat

dilihat bahwa umur memberikan kontribusi terhadap kepatuhan sebesar

40% dan 60% dipengaruhi oleh faktor lainnya.

E. Diskusi

Dari hasil uji analisis korelasi antara pengetahuan tentang risiko bahaya

kebisingan dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga kerja dibagian

blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator menunjukkan bahwa nilai p = 0.371

yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang

risiko bahaya kebisingan dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga

kerja di bagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator Cilegon Banten.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor pengetahuan dan pendidikan di

PT.Gunanusa Utama Fabricator tidak mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap kepatuhan tenaga kerja.

Sedangkan dari hasil analisis korelasi antara umur dan lama kerja dengan

kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga kerja dibagian blasting PT.Gunanusa

Utama Fabricator menunjukkan hubungan yang signifikan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semakin dewasa umur tenaga kerja dan semakin lama tenaga

kerja bekerja, maka semakin patuh dalam menggunakan earplug..


BAB V

PEMBAHASAN

A. Pengetahuan Tenaga Kerja Tentang Risiko Bahaya Kebisingan di Bagian

Blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator.

Untuk mempermudah dalam menentukan skor nilai pengetahuan tenaga

kerja dibagian blasting PT.Gunanusa maka dibuat interval selisih dari total nilai

ukur kuesioner tertinggi yaitu 75, jika menjawab pertanyaan benar semua dan

terendah yaitu 15 jika menjawab pertanyaan salah semua kemudian dibagi dalam

3 kategori, sebagai berikut :

15-34 = Buruk

35-54 = Cukup

54-75 = Baik

Berdasarkan hasil analisis deskripsi yang dilakukan menunjukan bahwa

pengetahuan tenaga kerja tentang risiko bahaya kebisingan di bagian blasting

sebagian besar baik dengan nilai rata-rata (mean) 59.94 karena berada pada

interval 54 75.

Hal tersebut bisa disebabkan oleh pelatihan K3 (Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) yang sering diikuti oleh tenaga kerja, karena di PT.Gunanusa

selalu mengadakan pelatihan (training) yang selalu dilaksanankan secara

berkesinambungan setiap minggu, di mana keikutsertaan tenaga kerja pada

pelatihan K3 tersebut, memungkinkan dapat menambah wawasan tenaga kerja,

khususnya mengenai keselamatan kerja ditempat kerja.

54
55

Latar belakang pendidikan sebagian besar responden adalah SMA sebesar

87,9 %, akan tetapi lama kerja sebagian besar responden cukup lama, 87.8 %

responden sudah bekerja selama 1 8 tahun dan 9.1 % responden 9 16 tahun,

hal ini bisa dilihat pada tabel 4.3, di mana lama kerja yang cukup lama ini dapat

juga mempengaruhi pengetahuan tenaga kerja, karena setiap waktu tenaga kerja

dihadapkan dengan pekerjaan mereka. Tenaga kerja akan lebih mengenal dan

memahami akan pekerjaannya, mereka banyak belajar dari apa yang mereka

selalu kerjakan dan hadapi setiap hari.

Umur responden yang < 29 tahun yaitu sebesar 70 % dan 30 % > 29 tahun

juga dapat mempengaruhi pengetahuan tenaga kerja, karena umur merupakan

perkembangan seseorang yang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan fisiologis

dan hidup seseorang. Seseorang banyak belajar dari peristiwa atau pengalaman

hidup yang mereka lalui, sehingga menambah wawasan mereka.

Menurut Soekidjo, pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi

setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

tersebut terjadi melalui panca indra manusia. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau

kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya, oleh

karena itu umur dan lama kerja bisa mempengaruhi pengetahuan tenaga kerja.
56

B. Kepatuhan Penggunaan Earplug dibagian Blasting PT.Gunanusa Utama

Fabricator

Untuk mempermudah dalam menentukan skor nilai kepatuhan tenaga

kerja dibagian blasting PT.Gunanusa maka dibuat interval selisih dari total nilai

ukur kuesioner tertinggi yaitu 60, jika menjawab pertanyaan benar semua dan

terendah yaitu 12, jika menjawab pertanyaan salah semua, kemudian dibagi dalam

3 kategori, sebagai berikut :

12-28 = Buruk

29-44 = Cukup

45-60 = Baik

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, kepatuhan dalam

penggunaan earplug di bagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator adalah

baik dengan nilai rata-rata (mean) 47.21 karena berada pada interval 45 60, hal

tersebut bisa disebabkan oleh adanya pengawasan dari petugas safety (safety man)

yang selalu mengawasi setiap aktivitas kerja di yard PTG, di mana pada setiap

area kerja di PTG ditugaskan petugas safety untuk melakukan controling dan

monitoring di setiap aktivitas pekerjaan yang ada.

Hal tersebut diatas sesuai dengan teori yang telah dikemukakan pada bab

II, bahwa karakteristik seseorang yang memiliki kepatuhan adalah selalu

berperilaku taat, mengikuti dan mematuhi semua peraturan dan kebijakan yang

berlaku.

Dari hasil analisis korelasi antara umur dengan kepatuhan penggunaan

earplug pada tenaga kerja dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator


57

didapatkan nilai r = 0.510, yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara

umur tenaga kerja dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga kerja di

bagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator. Hal ini menunjukkan bahwa

semakin dewasa umur tenaga kerja di PT.Gunanusa, maka semakin patuh dalam

menggunakan earplug.

Dari penghitungan koefisien determinasi, umur memberikan kontribusi

sebesar 51% terhadap kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan earplug dan 41

% dipengaruhi oleh faktor lainnnya.

Sedangkan hubungan antara lama kerja dengan dengan kepatuhan

penggunaan earplug pada tenaga kerja dibagian blasting PT.Gunanusa Utama

Fabricator memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai r = 0,400. Hal ini

menujukkan bahwa semakin lama tenaga kerja bekerja, maka semakin patuh atau

terbiasa mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku atau yang telah diterapkan di

perusahaan.

Sedangkan hubungan antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan

penggunaan earplug pada tenaga kerja dibagian blasting PT.Gunanusa Utama

Fabricator tidak memiliki hubungan yang signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor umur dan lama kerja yang

mempengaruhi kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan earplug di bagian

blasting PTG.
58

C. Hubungan Pengetahuan Risiko Bahaya Kebisingan dengan Kepatuhan

Penggunaan Earplug Pada Tenaga Kerja di Bagian Blasting PTG.

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, didapatkan nilai koefisien korelasi

r = - 0.161, hal ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan tentang risiko bahaya kebisingan dengan kepatuhan penggunaan

earplug pada tenaga kerja dibagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator

Cilegon Banten.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan

tenaga kerja tentang risiko bahaya kebisingan tidak berpengaruh terhadap

kepatuhan dalam penggunaan earplug.

Salah satu faktor yang memungkinkan tenaga kerja patuh dalam

menggunakan earplug di PT.Gunanusa Utama Fabricator selain faktor

pengetahuan adalah pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh petugas safety

pada setiap aktivitas kerja bertujuan agar dapat meminimalisasi kemungkinan-

kemungkinan tindakan tidak patuh tenaga kerja dalam penggunaan earplug,

Selain itu salah satu faktor pendorong terjadinya kepatuhan tenaga kerja

dalam penggunaan earplug selain faktor pengetahuan adalah peraturan. Peraturan

ini bersifat wajib (mandatory) disetiap area atau lingkungan kerja yang memiliki

tingkat kebisingan lebih dari nilai ambang batas yang diperbolehkan agar

terhindar dari risiko bahaya bising yang dapat menimbulkan gangguan pada

pendengaran tenaga kerja dan keselamatan tenaga kerja.

Dengan demikian pengetahuan tenaga kerja tentang risiko bahaya

kebisingan tidak berpengaruh terhadap kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan


59

earplug. Faktor-faktor yang memungkinkan tenaga kerja patuh dalam penggunaan

earplug di PT.Gunanusa Utama Fabricator antara lain adalah pengawasan dan

peraturan-peraturan yang telah ditetapkan di PT.Gunanusa Utama Fabricator

Cilegon Banten.
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang ada dapat disimpulkan, bahwa :

1. Pengetahuan tenaga kerja tentang risiko bahaya kebisingan di bagian blasting

PT.Gunanusa Utama Fabricator adalah baik dengan rata-rata (mean) 59.94.

2. Kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan earplug di bagian blasting

PT.Gunanusa Utama Fabricator adalah baik dengan rata-rata (mean) 47.21

3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang risiko

bahaya kebisingan dengan kepatuhan penggunaan earplug pada tenaga kerja

di bagian blasting PT.Gunanusa Utama Fabricator dengan nilai r = - 0.161.

4. Pengetahuan tenaga kerja tentang risiko bahaya kebisingan tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan

earplug.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang ada peneliti memberikan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Perusahaan diharapkan lebih memperketat pengawasan dengan menambah

tenaga pengawas lapangan (safety man) agar tindakan tidak tidak patuh dalam

penggunaan earplug dapat diminimalisasi.

60
61

2. Perusahaan juga diharapkan untuk dapat lebih memperhatikan faktor lainnya

yang bisa mempengaruhi kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan earplug,

seperti peraturan, sanksi dan hukuman .

3. Diharapkan partisipasi tenaga kerja di bagian blasting untuk memprioritaskan

keselamatan kerja dalam setiap aktivitas kerjanya.

4. Pelatihan keselamatan kerja yang berkesinambungan agar dapat menambah

wawasan bagi tenaga kerja tentang keselamatan dan kesehatan kerja.


DAFTAR PUSTAKA

Buchari : Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program, 2007 USU


Repository 2007.

http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/07/alat-pelindung-telinga, diakses tanggal 6


April 2009.

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/10_PemeliharaanPendengarandiIndustri.pdf/10_Pe
meliharaanPendengarandiIndustri.html.,diakses tanggal 16 maret 2009.

http://eprints.ums.ac.id/528/01/infokes_8(1)_Yuli_kusumawati.pdf, diaksese tanggal 6


April 2009.

J S Badudu, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.,1996).

Labor Ocupational Health Program U.C. Berkeley Program Kesehatan Kerja University
of California Berkeley, http : library.usu.ac.id/ft/07002749.Pdf.,Tanggal akses 14 Maret
2009.

M. Natsir, Hearing Conservation Program. HSE Department PT.GUF.

Macmillan Student`s Dictionary, (London : Macmillan Publisher.,1988.

Ricky M.Mulia, Kesehatan Lingkungan, (Jakarta : Penerbit Graha Ilmu, 2005).

Ricki M.Mulia, Identifikasi dan pengendalian potensi bahaya kimia. Penyuluhan


keselamatan dan kesehatan kerja di UMKM 2008.
Rachmat Febrianto, Skripsi sarjana, Hubungan Pengetahuan Tentang Alat Pelindung
Diri (APD) Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Tenaga Kerja Di
unit Produksi PT.Multi Bintang Produksi., UIEU Jakarta 2008.

Sumamur, Higene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja, CV Masagung, Jakarta, 1996.

Sumakmur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Jakarta: CV Haji


Masagung, 1987.

Stellman, Jeanne Mager, Encyclopedia Health And Safety, International Labour Office,
Geneva, 1998.

Soekidjo Notoatmodjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
Sihar Tigor B. Tambunan, Kebisingan Di Tempat Kerja, Yogyakarta: Penerbit ANDI,
2005.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga,
(Jakarta : Balai Pustaka, 2005).

Tulus Winarsunu, Psikologi Keselamatan Kerja. UPT Penerbitan Universitas


Muhammadiyah Malang, Malang, 2008.

Tata Friska Hutabarat, Skripsi sarjana, Hubungan Pemaparan Kebisingan Dengan


Gangguan Fungsi Pendengaran Tenaga kerja Dibagian Roll Rubber PT.Pratama Abadi
Industri., UIEU Jakarta 2007.

Webster`s New World Dictionary, (New York : prentice Hall., 1991).


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai