Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
, Editor
Jenis jurnal ini dimulai dengan sebuah kasus yang masalah klinisnya menonjol. Bukti-bukti yang
mendukung ditampilkan, diikuti dengan panduan formal, ketika bukti tersebut ada. Artikel ini
diakhiri dengan rekomendasi klinis dari penulis.
Tidak Ya
Tidak Ya
Tidak Ya
Tidak Ya
Tidak Ya Tidak Ya
Penatalaksanaan
Terapi antibiotik vs Cara menunggu dengan waspada
Percobaan dari efikasi antibiotik untuk sinusitis akut telah melibatkan
pasien dewasa yang sehat sebelumnya dan menerima pengobatan di layanan
kesehatan primer. 11,27-30 Kebanyakan percobaan mengeksklusi pasien yang hamil,
menyusui, atau baru saja mendapat teerapi antibiotik, dan beberapa juga
mengeksklusi pasien dengan penyakit berat, gejala menetap, penyakit yang sudah
ada (seperti diabetes, penyakit paru, atau gagal jantung), imunodefisiensi, riwayat
bedah sinus, atau jenis sinusitis lain selain maksilaris.27,30
Amoksisilin merupakan antibiotik umum yang diuji dalam percobaannya
dengan plasebo. Percobaan perbandingan efikasi antibiotik telah mengevaluasi
cefuroxime axetil, amoksisilinklavulanat, levofloxacin, moxifloxacin, dan
clarithromycin.31 Panduan terbaru, bagaimanapun juga, menolak penggunaan
clarithromycin atau azithromycin karena S. pneumonia resisten terhadap
makrolid.20
Kebanyakan individu diacak, percobaan dengan kontrol plasebo tidak
menunjukkan adanya pengaruh antibiotik pada durasi nyeri sedang pada pasien
30,32
denga sinusitis akut. Tinjauan sistematis dari percobaan kontrol plasebo
menunjukkan tingkat perbaikan klinis yang lebih tinggi dalam 7-15 hari (hasil
utama kebanyakan percobaan) dengan antibiotik daripada dengan plasebo, tetapi
menunjukkan sedikit perbedaan saja pada kedua kelompok. Rentang kesuksesan
dari 77 sampai 88% dengan terapi antibiotik dan 73-85% dengan plasebo.11,29,30
Banyak diperlukan terapi antibiotik (vs plasebo) untuk 1 pasien agar perbaikan
klinis tinggi (7-18) (Tabel 1) . 11,27-30 Salah satu tinjauan sistematis 27 melibatkan 8
percobaan menunjukkan bahwa antibiotik memperpendek waktu penyembuhan
(sebuah hasil yang tidak dilaporkan tinjauan lain), tetapi 18 pasien (95%
confidence interval [CI], 10-115) akan memerlukan antibiotik daripada plasebo
untuk 1 tambahan pasien agar sembuh dalam waktu 7-14 hari.
Penemuan secara keseluruhan untuk pasien dewasa dengan sinusitis
bakterialis akut (seperti didefinisikan sebelumnya) terbatas karena kriteria inklusi
yang berbeda seperti rinore akut yang terjadi beberapa hari, rinitis purulen, dan
gejala sinusitis non spesifik.30 Bagaimana pun, 1 tinjauan sistematik dari 6
percobaan yang membatasi inklusi untuk pasien yang sakit selama 7 hari atau
lebih , menunjukkan tidak adanya manfaat signifikan dari antibiotik dibanding
plasebo dengan melihat tingkat perbaikan klinis setelah 10 hari (88% vs. 85%).
Dalam analisis sub-kelompok, pasien yang gejalanya sudah 10 hari atau lebih
ketika penelitian obat (atau plasebo) dimulai tidak memungkinkan adanya manfaat
dari terapi antibiotik dibanding pasien yang gejalanya berlangsung lebih singkat.28
Potensi keuntungan terapi antibiotik harus diimbangi dengan tidak
terjadinya efek samping, termasuk reaksi alergi dan kegawatdaruratan resistensi.
Beberapa obat dapat membahayakan ( misalnya banyak pasien yang mendapat
antibiotik untuk satu efek samping) antara 8-12 (Tabel S1) ; hal ini
mengindikasikan bahwa efek samping antibiotik lebih mungkin terjadi dibanding
manfaatnya. Efek samping umum misalnya mual, muntah, diare, dan nyeri perut.
Efek ini terjadi, rata-rata, 27% (3-59) dari pasien yang menerima antibiotik
dibandingkan dengan 15% (0-40) pasien yang mendapat plasebo.27 Pada Mei
2016, Food and Drug Administration advisory merekomendasikan fluorokuinolon
(levofloxacin dan moxifloxacin) untuk pasien yang tidak memiliki pilihan terapi
alternatif (Tabel 1). Efek samping potensial yang serius adalah obat ini dapat
melibatkan tendon, otot, sendi, saraf dan sistem saraf pusat. 34
Komplikasi supuratif dari sinusitis akut (seperti selulitis, meningitis, dan
abses intrakranial) jarang terjadi, dan insidennya mirip pada pasien yang
mendapat antibiotik maupun plasebo.11,30,31 Tinjauan sistematis27 dari 10
percobaan kontrol plasebo menunjukkan bahwa penyakit serius yang berhubungan
dengan komplikasi terjadi pada 1211 orang dewasa pada kelompok plasebo
(0.08%) dan tidak terjadi pada 1239 orang dewasa kelompok antibiotik. Salah satu
kejadian serius adalah abses otak yang terjadi setelah terapi tanpa antibiotik
selama 14 hari diikuti dengan terapi amoksisilinklavulanat untuk 7 hari.33 Tidak
27
ada komplikasi infeksi serius lain yang dilaporkan dari tinjauan sistematis atau
pada percobaan berikut. 32
Tidak ada perbedaan dalam perbandingan efikasi terapi antibiotik yang
dilaporkan, kemungkinan karena tingginya tingkat perbaikan spontan dan desain
20
non inferior pada kebanyakan percobaan. Sebuah tinjauan sistematis dari 5
percobaan menunjukkan tidak adanya perbedaan antara kuinolon dan amoksisilin
klavulanat dengan melihat keberhasilan klinisnya.35 Percobaan komparatif dari
amoksisilin dan amoksisilinklavulanat masih kurang ; pendapat untuk
penggunaan amoksisilinklavulanat berdasarkan pada pola resistensi bakteri. 20
Pada sebagian besar percobaan antibiotik untuk sinusitis bakterialis akut,
obat obat ini diresepkan untuk 7-10 hari. Sebuah tinjauan sitematis36 dari 12
percobaan menunjukkan tidak adanya perbedaan rentang keberhasilan klinis atau
kejadian tak diharapkan antara pasien yang mendapat antibiotik selama 3-7 hari
dan yang mendapat antibiotik selama 6-10 hari. Sebuah analisis sensitivitas
membandingkan terapi 5 hari dengan 10 hari juga menunjukkan nilai ekivalen
keberhasilan klinis, tetapi nilai rasio odds kejadian tak diinginkan 21% (95% CI, 2
- 37) lebih rendah pada pasien yang menerima terapi lebih singkat.
Terapi Adjuvan
Dua tinjauan sistematis ( salah satunya termasuk 4 percobaan37 dan yang
lainnya termasuk 6 percobaan38 ) menunjukkan sedikit manfaat yang signifikan
dari glukokortikoid topikal intranasal dengan memperhatikan penurunan gejala,
terutama rasa nyeri dan sumbatan hidung, setelah 14-21 hari (rata-rata untuk
terapi,13). Meskipun tidak ada efek samping serius yang dilaporkan,
generalibilitas dibatasi oleh inklusi anak-anak pada beberapa percobaan, dan oleh
fakta bahwa beberapa percobaan memeriksa glukokortikoid saja, sedangkan yang
lainnya memeriksa glukokortikoid sebagai tambahan antibiotik. Efek samping
minor yang dilaporkan pada percobaan ini termasuk epistaksis,nyeri kepala, dan
rasa gatal pada hidung.
Sebuah meta analisis dari 4 percobaaan terhadap glukokortikoid oral
digunakan sebagai tambahan antibiotik oral, menunjukkan nilai yang sedikit lebih
tinggi dalam perkembangan gejala selama 3-7 hari atau 4-12 hari pada pasien
yang mendapat glukokortikoid dibanding yang mendapat plasebo.39 Namun,
keterbatasan metodologi, termasuk kehilangan substansi terhadap follow up
percobaan individual, menimbulkan pertanyaan mengenai perkiraan manfaatnya.
Satu percobaan menunjukkan bahwa glukokortikoid oral yang digunakan sebagai
monoterapi tidak mempunyai manfaat yang signifikan dibanding plasebo.40 Tidak
ada efek samping tambahan yang diperlihatkan pada percobaan ini, tetapi resiko
tercatat yang berhubungan dengan glukokortikoid oral menentang penggunaannya
pada pasien dengan sinusitis bakterialis akut.
Data yang terbatas dari percobaan acak termasuk orang dewasa dengan
sinusitis akut menyatakan bahwa irigasi hidung dengan larutan garam normal
mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup serta membersihkan
mukosiliar.41,4 Sebuah tinjauan sistematis dari irigasi hidung menggunakan
Larutan garam normal untuk infeksi pernafasan atas termasuk sinusitis, pada
dewasa dan anak-anak, menunjukkan manfaat yang tidak konsisten, teracak,
percobaan terkontrol yang dinilai memiliki resiko tinggi untuk bias.43 Efek
samping jarang terjadi tetapi ada iritasi dan ketidaknyamanan pada hidung.
Perburukan atau peningkatan infeksi tidak dilaporkan.
Percobaan acak dari efikasi dekongestan (topikal atau sistemik),
antihistamin, atau guaifenesin (mukolitik) secara spesifik untuk terapi sinusitis
bakterialis akut pada dewasa, dirasa kurang.6 Satu percobaan yang terbatas untuk
pasien sinusitis akut yang juga memiliki rinitis alergi, menunjukkan bahwa
loratadin, dibandingkan dengan plasebo, secara signifikan menurunkan sumbatan
hidung dan bersin-bersin. 44
Keadaan khusus
Wanita hamil bisa memiliki gangguan vaskular nasal ( rinitis dalam
kehamilan ) yang bisa seperti sinusitis akut45; hal ini membuat diagnosis akurat
(Gambar 1) menjadi penting. Antibiotik yang dapat diberikan pada ibu hamil yaitu
amoksisilin, amoksisilinklavulanat, dan untuk pasien yang alergi penisilin
(hipersensitivitas tipe I), dapat diberikan klindamisin ditambah cefixime atau
cefpodoxime.46
Pasien dengan diabetes atau keadaan lain yang menyebabkan
imunokompromais lebih mungkin memiliki resistensi bakteri dibanding mereka
yang tidak memiliki kondisi tersebut, dan mereka sebaiknya mendapat
amoksisilinklavulanat. Jika gejala tidak berkurang dalam 72 jam, kultur nasal
47
untuk organisme atipikal atau resisten perlu dilakukan. Suhu yang tinggi
(>39C), krusta nasal, dan nyeri wajah yang berat sebaiknya discurigai sinusitis
fungal invasif, dan menjadi kegawatdaruratan untuk pasien diabetes dibanding
48
pasien lainnya.
Merujuk ke otolaringologis layak untuk pasien dengan penyakit refrakter
atau sinusitis bakterialis akut rekuren (3 atau lebih episode dalam 6 bulan) atau
jika penyebab lain gejala sinonasal ( mis.tumor, abnormalitas struktur) dicurigai.
Rujukan segera dan evaluasi diindikasikan pada pasien yang dicurigai dapat
terkena komplikasi orbital atau intrakranial (mis. karena edema periorbita,
keterbatasan gerakan ekstraokular, atau nyeri kepala berat).
Tabel 1.Rekomendasi Antibiotik untuk Sinusitis Bakterialis Akut pada Dewasa*
Skenario Klinis dan Pilihan Antibiotik Komentar
Terapi inisial pada pasien yang tidak
alergi lactam penisillin
- Amoksisilin (1000 mg oral 3x
sehari untuk 510 hari)
- Amoksisilinklavulanat (500 mg Amoksisilinklavulanat
amoksisilin dan 125 mg direkomendasikan jika ada
klavulanat oral 3x sehari untuk kemungkinan resistensi bakteri
510 hari, atau 875 mg (perokok, baru saja mengonsumsi
amoksisilin dan 125 mg antibiotik, tenaga kesehatan, dan
klavulanat oral 2x sehari untuk 5 area yang masyarakatnya tinggi
10 hari) resistensinya) jika pasien >65 tahun
atau jika memiliki penyakit lain
(diabetes, pasien imunokompromais,
penyakit jantung kronis, penyakit
hepar dan penyakin ginjal)6
Terapi inisial pada pasien alergi lactam Antibiotik makrolid dan
penisillin trimethoprimsulfamethoxazol tidak
direkomendasikan karena tingginya
angka resistensi (4050%) oleh
Streptococcus pneumoniae20
- Doksisiklin (100 mg oral 2x
sehari 510 hari)**
- Klindamisin (300 mg oral 3x
sehari untuk 10 hari) ditambah
cefixime (400 mg oral sekali
sehari untuk 10 hari), atau
cefpodoxime (200 mg oral 2x
sehari untuk 10 hari)
- Levofloxacin (500 mg oral 1x
sehari untuk 510 hari)***
- Moxifloxacin (400 mg oral sekali
sehari untuk 510 hari)***
Terapi pada pasien yang gagal dengan
antibiotik inisial
- Amoksisilinklavulanat (2000 mg Penggunaan antibiotik pada pasien
amoksisilin dan 125 mg yang pernah gagal diterapi, berbeda
klavulanat oral 2x sehari untuk 10 dari penggunaan antibiotik awal
days) bila pasien tidak alergi
penisilin
- Doksisiklin (100 mg oral 2x
sehari atau 200 mg sekali sehari
untuk 10 hari)
- Levofloxacin (500 mg oral sekali
sehari untuk10 hari)***
- Moxifloxacin (400 mg oral sekali
sehari untuk10 hari)***
* Diadaptasi dari Chow et al.20 dan Rosenfeld et al.6
**Doksisiklin kontraindikasi pada wanita hamil
***The Food and Drug Administration menasihatkan bahwa efek samping serius berhubungan
dengan antibakteri fluorokuinolon yang secara umum mempertimbangkan manfaat untuk pansien
dengan sinusitis. Fluorokuinolon sebaiknya diberikan pada pasien yang tidak mempunya pilihan
alternatif. 33
AREA KETIDAKPASTIAN
Penelitian tambahan untuk memvalidasi atau mengembangkan kriteria
terkini untuk membedakan sinusitis viral akut dari sinusitis bakterialis akut
dengan menggunakan tanda, gejala, dan pola temporal, masih kurang. Kriteria
terkini secara primer mengidentifikasi pola penyakit yang tidak konsisten dari
infeksi virus, tapi prevalensi nyata dari infeksi bakteri pada pasien, sebagaimana
ditentukan oleh sampel sinus atau kultur, masih belum diketahui.
Sejak beberapa percobaan acak melibatkan pasien yang sudah sakit < 10
hari dan yang mungkin memilki sinusitis viral, masih menunjukkan subtansi yang
tak tentu mengenai pasien mana yang mungkin mendapat paling banyak manfaat
dari terapi antibiotik dibanding yang hanya dikontrol atau menunggu dengan
waspada. Ketidaktentuan ini terdiri dari kriteria inklusi terbatas pada beberapa
percobaan yang mengeksklusi pasien yang hamil dan yang memiliki diabetes atau
keadaan penyakit lain yang sudah ada. Terdapat juga ketidakpastian mengenai
bagian dan insiden relatif komplikasi supuratif pada pasien dengan sinusitis
bakterialis akut yang tidak mendapat antibiotik dibandingkan dengan yang
mendapat antibiotik, karena beberapa percobaan melibatkan pasien dengan
sinusitis viral dan mengeksklusi pasien dengan penyakit berat, gejala memanjang,
atau penyakit selain sinusitis maksilaris.
PANDUAN
Tabel 2 meninjau panduan praktik klinis6,18,20 dan pernyataan posisi yang
19
mengarahkan ke diagnosis dan sinusitis akut. Panduan dari The American
Academy of OtolaryngologyHead and Neck Surgery (AAO-HNS) berbeda dari
yang lain yang melibatkan perwakilan konsumen dan perawat pada kelompok
49
perkembangan panduan dan menawarkan bahasa yang sederhana untuk pasien.
Panduan ini secara konsisten menyatakan bahwa sinusitis akut sebaiknya
didiagnosa berdasarkan tanda dan gejala ditambah dengan pola temporal nyata,
tetapi kekurangan konsistensi dalam pengguna kriteria spesifik.
Panduan ini berbeda mengenai cara menunggu dengan waspada pada
pasien dengan sinusitis bakterialis akut. Sedangkan panduan AAO-HNS
menyatakan bahwa menunggu dengan waspada mirip dengan terapi antibiotik
sebagai strategi manajemen awal.6 Panduan The Infectious Diseases Society of
America (IDSA)20 merekomendasikan bahwa semua pasien mendapat antibiotik
sebagai terapi awal. Panduan IDSA menekankan bahwa meskipun gejala
berkurang setelah 7 hari pada 70% pasien yang mendapat plasebo dalam
percobaan klinis,30 manfaat antibiotik akan lebih besar jika kriteria ketat
diagnostik untuk sinusitis bakterialis diterapkan.
Panduan juga berbeda dengan rekomendasi terapi tambahan dan dalam
definisi kegagalan terapi awal, yang pada panduan AAO-HNS6 gagal untuk
mengurangi gejala dalam 7 hari dan pada panduan lain18-20 gagal untuk
mengurangi gejala dalam 2-5 hari. Ketentuan 7 hari dipilih untuk menghindari
persentase tak sesuai dari kegagalan terapi, karena hanya sekitar 30-40% pasien
pada percobaan acak yang gejalanya berkurang dalam 3-5 hari. 30
Tabel 2. Panduan Klinis untuk Manajemen Sinusitis Bakterialis Akut
pada Dewasa
Variabel Panduan Panduan Pernyataan Panduan
Praktik Klinis Praktik Klinis Posisi Eropa Praktik Klinis
AAO-HNS* Kanada untuk terhadap IDSA* untuk
untuk Sinusitis rinosinusitis rinosinusitis19 Rinosinusitis
dewasa akut dan Bakterialis
kronis18 Akut20
Tanda dan Hingga 4 minggu Hingga 4 minggu Hingga 12 Hingga 4
gejala sinusitis keluar sekret minimal 2 gejala minggu ada 2 minggu minimal
akut purulen dari mayor : atau lebih 2 gejala
hidung disertai obstruksi hidung; gejala, salah mayor** atau 1
nyeri pada wajah, nyeri pada satunya gejala mayor
rasa tertekan, dan wajah, rasa sekret hidung dan minimal 2
rasa penuh; tertekan, dan rasa atau obstruksi gejala minor***
obstruksi hidung; penuh; sekret hidung,
atau keduanya purulen; dengan atau
atau hiposmia tanpa nyeri
atau anosmia pada wajah,
rasa tertekan,
dan rasa
penuh atau
hiposmia atau
anosmia
Kriteria untuk Keadaan menetap Keadaan Keadaan Keadaan
sinusitis > 10 hari tanpa menetap >7 hari menetap menetap > 10
bakterialis akut perbaikan atau tanpa perbaikan >10hari, hari tanpa
perburukan dalam atau perburukan memburuk perbaikan,
10 hari setelah setelah 57 hari setelah 5 hari, memburuk
perbaikan awal (gejala bifasik), atau gejala setelah 5-6 hari
atau gejala berat berat dengan 3 setelah
dengan purulensi atau lebih perbaikan awal,
dan demam 3 gejala berikut atau gejala berat
atau 4 hari : perubahan dengan
warna sekret, purulensi atau
nyeri lokal demam 3 atau 4
berat, suhu hari berturut-
>38C, turur pada awal
peningkatan penyakit
sedimentasi
eritrosit dan
CPR, atau
peningkatan
gejala setelah
fase tengah
awal
Terapi inisial Pilihan terapi Cara menunggu Cara Antibiotik untuk
menunggu atau untuk sakit menunggu semua pasien
antibiotik ringan; untuk sakit dengan
berdasarkan antibiotik untuk ringan; sinusitis
derajat penyakit sakit berat atau antibiotik bakterialis
terdapat penyakit untuk sakit
yang lain berat
Antibiotik Lini Amoksisilin amoksisilin Tidak Amoksisilin
Pertama dengan atau tanpa dispesifikasi dengan
klavulanat klavulanat
Antibiotik Doksisiklin atau Makrolid atau Tidak Doksisiklin atau
untuk pasien Kuinolon trimethoprim dispesifikasi kuinolon
alergi penisilin (levofloxacin, sulfamethoxazole
moxifloxacin)
Glukokortikoid Pilihan Dianjurkan Dianjurkan Dianjurkan
topical
Glukokortikoid Tidak Tidak dibahas Pilihan untuk Tidak dibahas
oral direkomendasikan gejala berat
Irigasi hidung Pilihan Pilihan Efek terbatas Dianjurkan
dengan larutan
garam
Definisi Gejala tidak Gejala tidak Gejala tidak Gejala tidak
kegagalan berkurang dalam berkurang dalam berkurang berkurang
terapi awal 7 hari setelah 72 jam setelah dalam 48 jam meskipun terapi
(antibiotik dan diagnosis atau terapi pada pasien sudah 3-5 hari
cara memburuk kapan dengan gejala atau memburuk
menunggu) saja berat atau setelah 4872
dalam jam terapi
14 hari pada
pasien gejala
ringan-sedang
* AAO-HNS singkatan dari American Academy of OtolaryngologyHead and Neck Surgery, dan
IDSA Infectious Diseases Society of America.
**Gejala mayor : sekret nasal purulen pada anterior dan posterior, sumbatan atau obstruksi hidung,
sumbatan wajah atau rasa penuh, nyeri wajah atau rasa terterkan, hiposmia atau anosmia, dan
***Gejala minor : nyueri kepala; nyeri telinga, rasa tertekan, atau rasa penuh; halitosis, nyeri pada
gigi, batuk; dan lemah